Professional Documents
Culture Documents
KETAHANAN NASIONAL
III. Pembahasan
A. Ketahanan Nasional dan Perlunya Pemuda Tampil
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri
atas ketangguhanserta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapisegala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan baik yang datang daridalam maupun luar, secara langsung maupun yang
tidak langsung yang mengancam danmembahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangandalam mewujudkan tujuan
perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut doktrin Hankamnas
(catur dharma eka karma) adalah :
[1] ancaman di dalam negeri, misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal
atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.
[2] ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan
kolonialis medan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh
dari luar negeri.
Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah,
masyarakat,generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di
masing-masing bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan produktif dalam
berkarya, memiliki posisiyang penting. Dalam konstruksi pemuda, posisi generasi
muda lebih sebagai subjek dibandingsebagai obyek dan pada tingkat tertentu berperan
secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan
efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang berposisi sebagai obyek
pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma, sehingga posisimereka
sebagai obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan kesadaran
berkarya.Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya
sendiri, yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang
menghampiri seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati
bahwa solusi pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan
oleh mereka sendiri. Kemampuanmenyelesaikan problem obyektif yang ada
diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk tampil menghadapi tantangan yang
lebih luas lagi.
B. Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan
peran danmemberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan
bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan
semangat bangsa, sebagaimana yangdimaksudkan Socrates sebagai discovery of the
soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah dapatdilihat, mulai dari rapuhnya sendi-
sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial,memudarnya etika,
lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi
sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman,
mahalnyamenegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus
selesaikan.Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas,
karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang
serius, dan harus dituntaskansecara simultan tidak fragmentasi.
Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa
langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen untuk
meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa
Indonesia dimata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas
pembangunan sejauhmungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya
dengan menegakkan semangat berdikari. Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan
meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang
berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa.Pelaksanaan hukum, sebagai
benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksatunduk pada kemauan
pribadi pucuk pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dansegenap elemen
bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segeraterwujudnya
sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yangmemiliki
integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan)
pemimpinyang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi
(inspiring) danmengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki
semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat
solidaritas (solidarity maker) atau conflictresolutor. Dan untuk pemuda, mereka harus
mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yangmerepresentasikan aspirasi,
sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejalaketidakadilan yang terjadi
di masyarakat.
C. Strategi Pemuda dalam Memperkuat Ketahanan Nasional
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang
berwawasankebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak
mulia adalah :
1. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh,
terpadu,terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya
wawasan generasi mudadalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan
generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan
pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakanrangkaian yang
berkelanjutan.
2. Pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat
lintas bidangdan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari
perumusan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pengawasanserta melibatkan peran sertamasyarakat.
3. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek
dan padatingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara
lebih aktif, produktif dalammembangun jati diri secara bertanggung jawab dan
efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban
yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa.
Proses gradual ini secarasosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan
norma masyarakat sesuai dengantahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai
usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahundan 21-35 tahun.
Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam
rangkamemperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa
sehingga ketikamereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan
mampu mencapaitingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam
lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak
kematangan sebuah generasi.
Pemuda, dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai
kemandirian. Pertama,harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya.
Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan
optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasimuda memiliki potensi,
bakat, dan minat masing-masing. Kedua, pemberdayaan generasi mudamembutuhkan suatu
strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita
harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagaisubyek.
Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaransendiri
agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatandan
kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas
danmerdeka. Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan
baik.Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti
kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.
IV. Kesimpulan dan Saran
Pemuda memiliki potensi yang besar dalam menyelesaikan persoalan bangsa,
terutama persoalan yang menyangkut ketahanan nasional, meski tidak dimungkiri bahwa
persoalan dalam diri pemuda juga banyak. Yang terpenting adalah kesadaran pemuda
untuk mampu merubah dirinyadari obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan dan
mampu tampil untuk mendukungketahanan nasional bangsa ini. Persoalan bangsa memang
tidak dapat segera diselesaikan, tetapi setidaknya, dengan membangun kesadaran bagi
pemuda, maka peroblem ketahanan nasional memiliki harapan untuk makin diperkokoh.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anthony Giddens, Third Way and Its Critics, Illustrated Edition Postcard Book, Polity
Press,May 1 2000.
Edi Budiono, dkk (editor), Profil Pemuda Indonesia Tahun 2007, Kementerian Negara
Pemudadan Olahraga Republik Indonesia Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik,
Jakarta Desember 2007.
Erlangga Masdiana dkk, Peran Generasi Muda Dalam Ketahanan Nasional, Kementerian
negara Pemuda dan olahraga, April 2008.
Faisal H. Basri, Krisis Ekonomi di Tengah Gelombang Globalisasi : Implikasinya Bagi
Kerjasama Ekonomi di Asia Pasifik, Jakarta: Gramedia, 1999.
Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 084/Menpora/1999
Manai Sophiaan, Nasionalisme dan Sumpah Pemuda dalam 45 Tahun Sumpah
Pemuda,Jakarta:Museum Sumpah Pemuda, Cet.2, 2006.
Seskoad, Kewiraan, Bandung: Seskoad, 1997.Sunario, Arti Sumpah Pemuda, Nasional dan
Internasional dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda,Jakarta: Museum Sumpah Pemuda,
Cet.2. 2006
Undang Undang No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara.
Wan Usman, Daya Tahan Bangsa. Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional,
UniversitasIndonesia, Jakarta, 2003.
Yussuf Solichien, Bayang-bayang Ekonomi Global, dalam Indonesia Baru dan
TantanganPemerintah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.