Professional Documents
Culture Documents
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Aceh
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Aceh
PENDAHULUAN
wilayah merupakan sasaran utama bagi tiap wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang
sektor atau subsektor yang ikut andil dalam membentuk surplus perekonomian
suatu daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai tolak ukur atau
pembangunan yang dicapai dan juga bisa dijadikan suatu ukuran dalam
di Indonesia meninggat dari 30,0 pada dekade 1990-an menjadi 39 pada tahun
faktor pendukung seperti kebijakan kepala daerah atau pun pemerintah itu sendiri.
Melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga konstan dapat suatu
1
2
wilayah maka dapat ditentukan sejauh mana laju pertumbuhan ekonomi pada
PDRB per kapita daerah, karena alat ini merupakan salah satu alat untuk
besar PDRB perkapitanya maka bisa diartikan semakin baik tingkat kesejahteraan
masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya jika PDRB semakin rendah maka bisa
kapita di tiap Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dapat dilihat pada dan tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1
Pertumbuhan PDRB ADHK Kab/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2010 dan 2017
tenaga kerja, modal dan teknologi hal tersebut merupakan roda penggerak
ekonomi di Provinsi Aceh dari tahun 2010-2017 sebesar 16,28%, wilayah dengan
menurut adalah Kota Lhokseumawe dengan laju pertumbuhan -37,88% hal ini
disebabkan sumbangan dari Produk Domestik Regional Bruto atas harga konstan
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu Kabupaten yang paling tinggi
sumbangan dari PDRB namun masih juga mengalami penurunan dengan laju
pertumban hanya sebesar 10,23%. Namun dari pada itu Kota Banda Aceh laju
pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain
di Provinsi Aceh yaitu sebesar 27,82% hal ini dikarenakan Kota Banda Aceh
pendapatan dan tingkat pengangguran. Pada tabel 1.2 berikut dapat dilihat tingkat
Tabel 1.2
Tingkat Pengangguran Kab/Kota di Provinsi Aceh
Tahun 2010 dan 2017
Tahun (Jiwa)
No Kabupaten/Kota Persentase
2010 2017
1 Kab. Simeulue 1,595 2,738 41.75
2 Kab. Aceh Singkil 4,966 5,332 6.86
3 Kab. Aceh Selatan 2,154 2,903 25.80
4 Kab. Aceh Tenggara 720 1,691 57.42
5 Kab. Aceh Timur 16,683 15,771 -5.78
6 Kab. Aceh Tengah 3,347 3,860 13.29
7 Kab. Aceh Barat 7,528 7,990 5.78
8 Kab. Aceh Besar 8,323 11,531 27.82
9 Kab. Pidie 9,914 11,745 15.59
10 Kab. Bireun 2,237 2,975 24.81
11 Kab. Aceh Utara 46,851 24,672 -89.90
12 Kab. Aceh Barat Daya 5,088 7,061 27.94
13 Kab. Gayo Lues 5,467 5,235 -4.43
14 Kab. Aceh Tamiang 3,122 5,541 43.66
15 Kab. Nagan Raya 3,370 3,794 11.18
16 Kab. Aceh Jaya 1,288 1,966 34.49
17 Kab. Bener Meriah 866 1,172 26.11
18 Kab. Pidie Jaya 463 916 49.45
19 Kota Banda Aceh 10,036 10,314 2.70
20 Kota Sabang 1,195 386 -209.59
21 Kota Langsa 1,132 1,968 42.48
22 Kota Lhokseumawe 2,236 809 -176.39
23 Kota Subulussalam 241 904 73.34
Provinsi Aceh 138,822 131,274 44.38
Sumber: BPS Aceh (2011 & 2018)
pengangguran terbesar ada di Kabupaten Aceh Utara yang pada tahun 2010
sebesar 46.851 jiwa dan mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 24.672
kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Utara masih
disusul olh Kabupaten Aceh Timur dengan jumlah pengangguran pada tahun 2010
mencapai 16.683 jiwa kemudian mengalami penurunan sebesar 15.771 jiwa. Bila
terbesar bila dilihat dari persentasenya yaitu sebesar 209,59% kemudian disusul
sumber daya manusia yang mumpuni, dapat mengolah sumber daya alam
Regional Bruto (PDRB). Berikut tingkat partisipasi kasar yang di tinjau hanya
dari pendidikan SMA sederajat di kabupaten/kota Provinsi Aceh pada tahun 2010
Tabel 1.3
Tingkat Partisipasi Kasar (SMA/sederajat) Kab/Kot di Provinsi Aceh
Tahun 2010 dan 2017
Tahun (Jiwa)
No Kabupaten/Kota Persentase
2010 2017
1 Kab. Simeulue 4,474 5,637 20.63
2 Kab. Aceh Singkil 5,688 5,606 -1.46
3 Kab. Aceh Selatan 10,640 12,202 12.80
4 Kab. Aceh Tenggara 11,747 13,070 10.12
5 Kab. Aceh Timur 13,548 20,192 32.90
6 Kab. Aceh Tengah 8,480 10,556 19.67
7 Kab. Aceh Barat 8,472 11,493 26.29
8 Kab. Aceh Besar 11,077 17,861 37.98
9 Kab. Pidie 21,716 22,268 2.48
10 Kab. Bireun 19,536 22,343 12.56
7
Tahun (Jiwa)
No Kabupaten/Kota Persentase
2010 2017
11 Kab. Aceh Utara 24,096 29,081 17.14
12 Kab. Aceh Barat Daya 7,071 3,967 -78.25
13 Kab. Gayo Lues 3,936 4,114 4.33
14 Kab. Aceh Tamiang 11,223 14,547 22.85
15 Kab. Nagan Raya 5,533 6,803 18.67
16 Kab. Aceh Jaya 2,932 4,107 28.61
17 Kab. Bener Meriah 5,773 7,352 21.48
18 Kab. Pidie Jaya 4,689 4,398 -6.62
19 Kota Banda Aceh 14,335 17,415 17.69
20 Kota Sabang 1,250 1,594 21.58
21 Kota Langsa 10,250 11,288 9.20
22 Kota Lhokseumawe 10,766 13,759 21.75
23 Kota Subulussalam 3,013 6,347 52.53
Provinsi Aceh 220,245 266,000 17.20
Sumber: BPS Aceh (2011 & 2018)
penurunan angka partisipasi kasar, yang terparah terjadi di Kabupaten Aceh Barat
Daya sebesar 78.25% selanjutnya disusul oleh Kabupaten Pidie Jaya sebesar
6,62% dan Kabupaten Aceh Singkil sebesar 1,46%. Untuk wilayah yang
menggunakan 5 variabel yang diambil dari tahun 2010-2017 pada Provinsi Aceh
Tabel 1.4
Ketimpangan Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, Angka
Partisipasi Kasar dan Aglomerasi Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
Angka
Ketimpangan Pertumbuhan Tingkat
Partisipasi Aglomerasi
Tahun Pendapatan Ekonomi Pengangguran
Kasar (X4)
(Y) (X1) (X2)
(X3)
8
Dari uraian permasalahan diatas yang telah peneliti paparkan maka tertarik
di Provinsi Aceh?
Provinsi Aceh?
sebagai berikut:
di Provinsi Aceh.
1. Bagi penulis
Sebagai tolak ukur kemampuan diri dalam menerapkan ilmu yang didapat
di bangku perkuliahan.
2. Peneliti Selanjutnya
1. Bagi mahasiswa
di Provinsi Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA
semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan
peningkatan kemampuan masyarakat pada tingkat yang lebih baik dan serba
11
12
yang dalam pembangunan nasional. Hal ini diharapkan hasil pembangunan akan
orientasi untuk analisis dan membuat ramalan terhadap gejala-gejala baru yang
ekonomi.
antar wilayah adalah perbedaan sumber daya alam yang dimiliki tiap wilayah.
Perbedaan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah
tersebut. Daerah dengan kandungan sumber daya alam yang cukup tinggi mampu
menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya
produksi lebih tinggi, sehingga daya saingnya menjadi lemah. Oleh karena itu
dengan perbedaan kandungan sumber daya alam ini dapat mendorong terjadinya
demografis lebih baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih
tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya
kurang baik maka hal ini akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja
lebih rendah.
barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik
halnya dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja
suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat
pembangunan antar ilayah akan cenderung tinggi pada negara sedang berkembang
dimana mobilitas barang dan jasa kurang lancar dan masih terdapatnya beberapa
wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah cenderung akan lebih cepat pada daerah
dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut
kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena
terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak pada daerah tertentu, disamping
Tidak dapat disangkal bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat
alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah, atau dapat menarik lebih
ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula
banyak.
Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah bruto seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan diwilayah domestik suatu negara yang timbul akibat
berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu. Menurut Tarigan (2013)
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga
berlaku pada setiap tahun, dan dapat digunakan untuk melihat pergeseran
struktur ekonomi.PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua
metode yaitu:
16
Alokator yanng dapat digunakan yaitu: 1) Nilai produksi bruto atau netto
PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
dari tahun ke tahun. Perhitungan PDRB atas dasar harga konstan secara
sektor ekonomi secara riil, karena pada perhitungan ini tidak terkandung
saja.Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai
acuan perbandingannya.
PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross
value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian (output) dikurangi
pendapatan (upah dan gaji, bunga, sea tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan
pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari
wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan untuk mengukur
domestik regional neto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang
mengalir keluar ditambah aliran dana yang mengalir masuk. Produk domestik
regional neto atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan berupa
upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul, atau merupakan
pendapatan yang berasal dari kegiatan diwilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan
setempat. Produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor dikurangi
pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang mengalir masuk
yang tinggal didaerah itu hasilnya adalah pendapatan perkapita (Tarigan. 2013).
pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-
yang semakin lama semakin besar (Todaro, 2011). Sedangkan Sukirno (2013)
ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil berubah.
nasional riil pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan pendapatan nasional
ekonomi yaitu :
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralata fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
jasa- jasa.
1. Sumber Alam
kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya.
2. Akumulasi Modal
3. Organisasi
20
4. Kemajuan Teknologi
hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan
Pendapatan perkapita adalah hasil bagi antara pendapatan regional atas dasar
perkapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan.
7. Jumlah Penduduk
21
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat
dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Oleh karena itu di
setiap daerah biasanya terdapat daerah maju (developed region) dan daerah
relatif pada seluruh masyarakat, karena kesenjangan antar wilayah yaitu adanya
perbedaan faktor anugrah awal (endowment factor). Perbedaan ini yang membuat
(Sukirno, 2013).
1. Kurva Lorenz
Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva
keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan
tidak merata.
dibatasi oleh garis diagonal dalam kurva Lorenz dengan garus lengkung sebagai
atau koefisien atau rasio gini. Indeks gini berkisar antara nol dan satu. Gini
pendapatan yang persis sama. Sedangkan gini indeks 1 artinya ada ketidak-
Tabel 2.1
Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia (World Bank)
36,6 persen serta daerah berkembang cepat sebesar 32,6 persen, daerah maju
dan tumbuh cepat sebesar 16,3 persen dan daerah maju tapi tertekan sebesar
14,5 persen. Dari hasil perhitungan data PDRB tahun 1993-2006, dengan
meningkat.
didapatkan adalah Tidak ada Trade off antara Pertumbuhan ekonomi dan
terus meningkat juga disertai dengan ketimpangan yang terus meningkat. Hal
tentang kurva “U” terbalik belum berlaku di Jawa Timur. Hal ini disebabkan
cenderung meningkat.
- Perbedaan dalam penelitian ini pada metode yang digunakan Analisis Laju
Hipotesis Kuznets.
yang ada dalam model statistik seperti pendapatan asli daerah (PAD), inflasi
26
pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,10, variabel pendapatan asi
- Peberdaan pada metode yang digunakan yaitu: Uji Chow dan . Uji
Hausman.
indusrti di Provinsi Sulawesi Selatan baik dari indutri migas maupun dari
pendapatan.
Distribusi Pendapatan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas akses modal dan kesempatan
Provinsi.
Hipotesis Kuznets berlaku dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari
- Perbedaan ada pada metode analisis data yaitu: Uji Likelihood Ratio,
Uji Hausman,
jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, maka disajikan diagram
Pembangunan Ekonomi
(X1)
Tingkat Pengangguran
(X2)
Ketimpangan
Angka Partisipasi Kasar Pendapatan
(X3) (Y)
Aglomerasi
(X4)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
baik secara langsung maupun tidak langsung akan tetap berpengaruh terhadap
kepada mekanisme psar, tetapi diperlukan adanya peran pemerintah dalam hal
mengatur ekonomi.
didapat dari akumulasi tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak
untuk pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga
kerja baru.
hukum Okun (Okun’s law), diambil dari nama Arthur Okun, ekonom yang
pengaruh empiris antara pengangguran dengan output dalam siklus bisnis. Hasil
akan mengurangi GDP (Gross Domestik Product) sebesar 2 persen. Ini berarti
memiliki pekerjaan dan upah yang lebih besar dibanding yang pendidikannya
Hal tersebut sesuai dengan teori human capital, yaitu bahwa pendidikan
produksi digunakan sebagai salah satu variabel yang digunakan untuk mengetahui
mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terjadi surplus tenaga kerja dalam
terhadap jumlah penduduk provinsi tersebut dan yang kedua adalah dengan
2.4 Hipotesis
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu
variabel atau lebih (Supranto, 2011:11). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
ketimpangan pendapatan.
pendapatan.
pendapatan.
METODE PENELITIAN
penelitian ini menggunakan objek dan subjek. Menurut Arikunto (2012) Subjek
penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari
Provinsi Aceh.
tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau
individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai.
Objek penelitian ini PDRB Atas Harga Konstan (Growth), tingkat pengangguran
34
35
1. Variabel Dependen
2. Variabel Independen
jasa yang dihasilkan diwilayah domestik suatu negara yang timbul akibat
digolongkan dalam angkatan kerja (usia 15-64 tahun) yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak
Ketimpangan pendapatan
maju dan ekonomi yang sedang berkembang, ditemukan bahwa selama tahap awal
36
diperoleh dari perhitungan pendapatan regional per kapita dan jumlah penduduk
masing-masing daerah.
Rumus:
IW =
√∑ (Yi−Y ) fi /n
2
Keterangan:
IW = Indeks Williamson
Besarnya nilai ini bernilai positif dan berkisar antara angka 0 – 1. Semakin
besar nilainya, maka dapat diartikan bahwa kesenjangan di wilayah tersebut besar.
daerah tersebut tidak terjadi kesenjangan, atau dalam kata lain, daerah tersebut
ketimpangan secara rinci dalam subunit geografis yang lebih kecil. Berikut adalah
Keterangan:
Dalam metode statistika alat analisis yang biasa di pakai dalam khasanah
regresi linear berganda untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
partisipasi kasar (APK) dan Aglomerasi (Aglo) terhadap variabel terikat yaitu
Aglo = Aglomerasi
kasar dan aglomerasi serta variabel lain di luar model. Penelitian ini menggunakan
asumsi bahwa variabel lain di luar variabel penelitian tidak berubah (ceteris
paribus).
normal atau tidak. Pengambilan kesimpulan dengan Jargue-Bera test atau J-B
test. Bila nilai J-B hitung > nilai χ2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
residual µ berdistribusi normal dapat ditolak. Bila nilai J-B hitung < nilai χ2 tabel,
dapat ditolak.
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Pengujian ini akan menggunakan auxiliary regressions dan Klien’s rule of thumb
persamaan utama lebih besar dari R2auxiliary regressions maka di dalam model
lain. Jika varian dari nilai residual satu penganatan ke pengamatan yang lain tetap,
Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak
terjadi hetroskedastisitas. Pengujian dilakukan melalui uji Park. Uji Park pada
dengan variabel bebas yang dilogaritma naturalkan pada model. Jika t statistik> ttabel
maka ada heterokedastisitas, jika t statistik< ttabel maka tidak ada heterokedastisitas.
Atau Jika nilai Prob > 0,05 maka tidak ada heterokedastisitas, jika nilai Prob <
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan
waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional. Uji autokorelasi bertujuan
40
menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode waktu atau ruang dengan kesalahan pengganggu pada
Tabel 3.2
Kriteria Pengujian Durbin Watson
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
Gambar 3.1
Kriteria Pengujian Durbin-Watson
persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel
dimasukkan ke dalam model. Dimana 0 < R² < 1 sehingga kesimpulan yang dapat
diambil adalah:
(a) Nilai R² yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas dan sangat terbatas.
ketimpangan pendapatan.
H0: β1 > 0 ada pengaruh positif antara variabel pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan.
ketimpangan pendapatan.
42
H0: β2 > 0 ada pengaruh positif antara tingkat pengangguran dan ketimpangan
pendapatan.
ketimpangan pendapatan.
H0: β3 < 0 ada pengaruh negatif antara angka partisipasi kasar dan
ketimpangan pendapatan.
ketimpangan pendapatan.
pendapatan.
parameter hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh
variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka pada t
hitung dengan tingkat kepercayaan tertentu, H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa
dependen.
sebagai berikut:
b) Jika thitung> ttabel, maka H0 ditolak, artinya salah satu variabel independen
c) Jika thitung< ttabel, maka H0 diteriman, artinya salah satu variabel independen
H0 : β0=β1=β2=β3=…..=0
H1 : β0≠β1≠β2≠β3≠…..≠0
signifikan terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > F tabel, makaH0 ditolak,
Provinsi Aceh terletak antara 01o 58' 37,2" - 06o 04' 33,6" Lintang Utara
dan 94o 57' 57,6" - 98o 17' 13,2" Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125
meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2012 Provinsi Aceh dibagi menjadi 18
Kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong
atau desa.
dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan
Luas Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang
mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha.
pada meningkatkan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun. Jika kita melihat
angka sex ratio (rasio jenis kelamin), nilai sex ratio selalu dibawah 100, yang
laki-laki.
44
45
Dilihat dari tingkat ketimpangan yang terjadi di Provinsi Aceh dari tahun
2010 sampai 2017 memiliki tingkat ketimpangan pendapatan yang sedang. Untuk
Tabel 4.1
Ketimpangan Pendapatan Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
No Tahun INEQ
1 2010 0.47
2 2011 0.46
3 2012 0.44
4 2013 0.42
5 2014 0.40
6 2015 0.36
7 2016 0.37
8 2017 0.36
Sumber : Data Primer (2019)
Berdasarkan keterangan dari tabel 4.1 di atas maka dapat diketahui bahwa
2010-2017 masih dalam kategori sedang, bila dilihat dari tahun 2010-2014 pada
rendah.
tinggi yaitu di atas 5 persen. Berikut untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut .
46
Tabel 4.2
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
No Tahun GROWTH
1 2010 41.06
2 2011 6.57
3 2012 5.85
4 2013 5.92
5 2014 5.41
6 2015 0.93
7 2016 6.36
8 2017 6.69
Sumber: Data Primer (2019)
ekonomi pada tahun 2010 menjadi yang sangat tinggi yaitu sebesar 41,06%,
tidak sama. Begitu juga tingkat pengangguran di Provinsi Aceh yang dari Tahun
Tabel 4.3
Tingkat Pengangguran Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
No Tahun UNEMP
1 2010 8.37
2 2011 7.43
3 2012 9.10
47
4 2013 10.30
5 2014 9.02
6 2015 9.93
7 2016 7.57
8 2017 6.57
Sumber: Data Primer (2019)
ekonomi pada tahun 2010 menjadi yang sangat tinggi yaitu sebesar 41,06%,
Tabel 4.4
Angka Partisipasi Kasar Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
No Tahun APK
1 2010 94.67
2 2011 94.04
3 2012 94.26
4 2013 93.40
5 2014 96.35
6 2015 98.19
7 2016 99.29
8 2017 98.86
48
2010 peningkatan APK sebesar 94,67% terjadi penurunan sampai tahun 2013
menjadi 93,40%. Namun pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 96,35%
Aglomerasi Provinsi Aceh Tahun 2010-2017 dapat dilihat pada tabel tabel
Tabel 4.5
Aglomerasi Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
No Tahun AGLO
1 2010 0.98
2 2011 1.16
3 2012 1.28
4 2013 0.74
5 2014 1.26
6 2015 0.84
7 2016 0.74
8 2017 0.87
Sumber: Data Primer (2019)
Berdasarkan dari tabel 4.5 di atas bahwa nilai aglomerasi Provinsi Aceh
pada tahun 2010, 2013, 2015, 2016 dan 2017. Dan aglomerasi yang nilainya di
ketimpangan suatu wilayah berkisar antara 0-1, semakin mendekati angka 1 maka
mendekati angka nol maka semakin merata atau tidak mengalami ketimpangan
pada Provinsi Aceh yang melibatkan semua kabupaten/kota. Untuk lebih jelas
Tabel 4.6
Indeks Williamson Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
Berdasarkan dari penjelasan dari tabel 4.6 di atas, maka dapat dijelaskan
cukup tinggi yaitu dengan nilai indeks Williamson sebesar 0,41%. Tahun yang
mengalami ketimpangan pendapatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2010 dengan
50
nilai indeks sebesar 0,47%, ketimpangan pendapatan yang tinggi ini disebabkan
karena pendapatan pada tiap-tiap daerah yang sangat berbeda, ada daerah yang
Aceh mulai membuka lapangan usaha baru pada daerah-daerah yang memiliki
potensi pertanian maupun perkebunan yang tinggi serta membuka kerja sama
suatu wilayah. Ketentuan dalam indeks Entropi Theil apabila mendekati 1 atau
lebih maka terjadi ketimpangan yang semakin besar dan apabila mendekati 0
Tabel 4.7
Indeks Entropi Theil Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
Dari hasil penjelasan pada tabel 4.7 indeks Entropi Theil Provinsi Aceh
ketimpangan pendapatan.
Tabel 4.8
Indeks Entropi Theil Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2010-2017
1 Kab. Simeulue 0.95 0.97 1.04 1.10 1.09 1.16 1.19 1.19
2 Kab. Aceh Singkil 0.75 0.78 0.80 0.81 0.84 0.89 0.92 0.92
3 Kab. Aceh Selatan 0.75 0.78 0.82 0.86 0.84 0.89 0.91 0.91
Kab. Aceh
4 0.72 0.75 0.79 0.83 0.82 0.87 0.89 0.91
Tenggara
5 Kab. Aceh Timur 1.00 0.99 0.96 0.91 0.90 0.79 0.76 0.75
6 Kab. Aceh Tengah 1.50 1.53 1.58 1.64 1.64 1.73 1.74 1.72
7 Kab. Aceh Barat 1.78 1.73 1.62 1.61 1.67 1.75 1.73 1.83
8 Kab. Aceh Besar 1.01 1.01 1.01 1.02 1.10 1.15 1.14 1.12
9 Kab. Pidie 0.58 0.59 0.61 0.64 0.65 0.69 0.71 0.72
10 Kab. Bireun 0.84 0.85 0.87 0.89 0.89 0.92 0.92 0.90
11 Kab. Aceh Utara 1.66 1.72 1.72 1.64 1.48 1.07 1.01 0.99
Kab. Aceh Barat
12 1.21 1.21 1.20 1.19 1.16 1.21 1.22 1.21
Daya
52
13 Kab. Gayo Lues 1.35 1.39 1.45 1.48 1.52 1.59 1.62 1.65
14 Kab. Aceh Tamiang 0.94 0.92 0.93 0.98 0.96 0.94 0.93 0.94
15 Kab. Nagan Raya 2.57 2.56 2.43 2.34 2.36 2.44 2.43 2.41
16 Kab. Aceh Jaya 1.46 1.47 1.41 1.35 1.43 1.54 1.55 1.55
17 Kab. Bener Meriah 1.40 1.43 1.45 1.47 1.52 1.60 1.59 1.55
18 Kab. Pidie Jaya 0.81 0.82 0.85 0.87 0.87 0.93 0.93 0.94
19 Kota Banda Aceh 3.38 3.40 3.35 3.31 3.49 3.76 3.87 3.81
20 Kota Sabang 2.50 2.53 2.58 2.63 2.71 2.88 2.95 3.06
21 Kota Langsa 1.13 1.14 1.18 1.21 1.23 1.32 1.36 1.37
22 Kota Lhokseumawe 4.47 4.09 3.96 3.79 3.38 2.52 2.35 2.26
23 Kota Subulussalam 1.00 1.01 1.02 1.02 1.06 1.11 1.13 1.15
Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder (2019)
kabupaten/kota di Provinsi Aceh relatif tinggi karena nilai indeks Entropi Theil
tidak lebih kecil dari 0,50%. Wilayah dengan tingkat ketimpangan ekonomi dan
merupakan kota dengan PDRB paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain
ketimpangan ekonomi pada tahun 2017 menjadi sebesar 2,26% tetapi masih
dalam ketimpangan yang tinggi, selanjunya Kota Banda Aceh juga mengalami
disusul Kota Sabang yang juga pengalami ketimpangan ekonomi sepanjang tahun
normal atau tidak. Ketentuan dalam penentuan normal tidaknya data sebagai
berikut:
Nilai J-B hitung > nilai χ2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
Nilai J-B hitung < nilai χ2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Berdasarkan dari Gambar 4.1 di atas maka dapat dilihat nilai Jarque-Bera
sebesar 0,401477 dan jika dibandikan dengan nilai χ2 tabel (Chi square) pada
sebesar 15,51 didapatkan 0,401477 < 15,15 maka hipotesis yang menyatakan
variabel bebas dalam model regresi. Dengan ketentuan jika nilai VIF kurang dari
Tabel 4.9
Uji Multikolinearitas
nilai Centered VIF pada semua variable dependen nilainya kurang dari 10, maka
prediksi.
Dengan ketentuan jika nilai Prob > 0,05 maka tidak ada heterokedastisitas, jika
nilai Prob < 0,05 maka ada heterokedastisitas. Berikut hasil pengujian
Tabel 4.10
Uji Heterokedastisitas
55
Dari hasil pengujian heterokedastisitas pada tabel 4.10 maka dapat dilihat
bahwa nilai pada Obs*R-Squared yaitu sebesar 0,1164. Oleh karena nilai p value
0,1164 > 0,05 maka model regresi bersifat homoskedastisitas atau tidak ada
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode waktu atau ruang dengan
menggunakan uji Durbin Watson untuk melihat gejala autokorelasi. Untuk lebih
Tabel 4.11
Uji Autokorelasi
Prob(F-statistic) 0.021986
Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder (2019)
dalam penelitian ini jumlah variabel bebes sebanyak 4 variabel dan tahun
pengujian 8 tahun, maka pada tabel Durbin-Watson tidak ditemukan nilai dL dan
pengaruh variabel Growth, Unemp, APK dan Aglo terhadap INEQ di Provinsi
Aceh tahun 2010-2017. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Regresi Linear Berganda
a. Konstanta b0 (a) = 1,861131 artinya jika Growth, Unemp, APK dan Aglo
b. Koefisien b1 = 0,001171 artinya jika variabel Unemp, APK dan Aglo nilainya
sebesar 0,0866 dan nilai sig 0,05 (0,0866 > 0,05). Dari hasil analisis dapat
dilakukan oleh Puti dan Pipit (2017), dalam penelitian tersebut menjelaskan
sebesar 0,2671 dan nilai sig 0,05 (0,2671 > 0,05). Dari hasil analisis dapat
dilakukan oleh Dea, dkk (2019), dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa
daerah.
0,0172 dan nilai sig 0,05 (0,0172 < 0,05). Dari hasil analisis dapat disimpulkan
tingkat ketimpangan.
4) Aglomerasi (Aglo)
0,3524 dan nilai sig 0,05 (0,3524 > 0,05). Dari hasil analisis dapat disimpulkan
ekonomi berbeda dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mentari (2017)
sebesar 0,021986 yang dibandingkan dengan nila signifikansi 0,05, maka dapat
variabel independen yang terdiri dari Growth, Unemp, APK dan Aglo berpengaruh
terhadap INEQ artinya besar kecilnya semua variabel independen tersebut secara
60
keseluruhan variabel penelitian yang dilakukan oleh Puti dan Pipit (2017) bahwa
sempurna adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variasi dependen dapat dijelaskan
Dalam penelitian ini nilai yang digunakan adalah nilai dari Adjusted R-
dalam penelitian ini lebih dari 1 maka lebih baik menggunakan pengujian pada
yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.
Dilihat dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,898823 maka dapat dinyatakan
bahwa besaran pengaruh variabel Growth, Unemp, APK dan Aglo terhadap INEQ
dinyatakan tinggi.
4.2 Pembahasan
bahwa pada pengujian indeks Williamson Provinsi Aceh dari tahun 2010-2017
terdapat ketimpangan yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,41% dari keseluruhan
tahun yang diujikan. Begitu juga ketimpangan yang dilakukan pengujian dengan
61
indeks Entropi Theil juga mengalami ketimpangan yang sangat tinggi yaitu
sebesar 1,47%.
sendiri terjadi di Kota Lhokseumawe dengan indeks Entropi Theil pada tahun
pada tahun 2017 menjadi sebesar 2,26% tetapi masih dalam ketimpangan yang
tinggi, selanjunya Kota Banda Aceh juga mengalami ketimpangan ekonomi yang
terparah walaupun Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh dengan
tingkat ketimpangan sebesar 3% sepanjang tahun, disusul Kota Sabang yang juga
(INEQ).
manusia yang ada di provinsi aceh yang masih sangat rendah sehingga
menyumbang ketimpangan yang terlalu tinggi, sumber daya manusia yang handal
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Provinsi Aceh masih cukup tinggi yaitu sebesar 0,41% dan dari pengujia
1,47%.
pendapatan (INEQ).
pendapatan (INEQ).
pendapatan (INEQ).
(INEQ).
5.2 Saran
minimum sesuai dengan tingkat inflasi dan tingkat kebutuhan dasar pekerja.
63
64
Strategi lain yaitu memberi pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja yang
peluang usaha.