Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bahasa asing menjadi hal yang dipandang sebelah mata maka negara kita
akan tertinggal
1
jauh dengan negara lain, dan kerjasama negara tidak akan terjalin karena
tidak adanya komunikasi yang terjadi, sehingga penguasaan bahasa asing
sangat penting dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahasa Inggris
adalah bahasa internasional yang dimana bersifat harus dikuasai pada era
globalisasi dan abad 21 ini. Selain bahasa Inggris yang dimana sudah
berstatus sebagai bahasa internasional, bahasa Mandarin, Spanyol, Jepang
dan Jerman secara berurutan adalah bahasa asing yang paling penting di
dunia, terkhusus di Indonesia negara Jerman adalah negara maju yang
paling banyak menanamkan investasi di Indonesia, selain itu Jerman juga
memberikan kesempatan bagi para pelajar di dunia untuk gratis belajar di
Jerman. Indonesia dan Jerman bukan hanya berkerja sama dalam bidang
ekonomi, dan sosial tetapi juga pada sektor pendidikan dan kebudayaan,
terbukti dengan adanya Goethe Institut sebagai pusat pembelajaran bahasa
jerman yang sekarang pusatnya berada di Menteng Jakarta Pusat beralamat
di Jl. Samratulangi 9-15 Jakarta, 10305, dan Lembaga DAAD (Deutscher
Akademischer Austauschdients) sebagai salah satu bukti kerjasama antara
Indonesia dan Jerman dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang
menyediakan beasiswa-beasiswa bagi siswa dan mahasiswa di Indonesia
khususnya, untuk melanjutkan Pendidikan di Jerman dan juga
mengadakan pertukaran pelajar melalui beberapa program yang
ditawarkan oleh DAAD. Kerjasama ini dapat menguntungkan bagi negara
Indonesia sebagai bentuk peningkatan kapasitas pendidikan di Indonesia
dengan sedikit demi sedikit mengirimkan pemuda pemudinya untuk
belajar keluar negeri dan kembali ke Indonesia nantinya dengan tujuan
untuk membawakan inovasi-inovasi yang nantinya dapat menyokong
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas bahasa Jerman menjadi salah satu bahasa
asing yang dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan untuk tingkat
SMA yang diharapkan dapat menambah penguasaan bahasa asing peserta
didik dan menambah wawasan kebudayaan Internasional untuk
menghadapi Era 4.0, Pembelajaran bahasa Jerman memiliki empat
3
keterampilan yang harus dikuasai, yaitu pemahaman membaca
(Leseverstehen), keterampilan menulis (Schreibfertigkeit), pemahaman
mendengar (Hörverstehen), dan keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit).
Didalam keterampilan menulis (Schreibfertigkeit) harus memperhatikan
dua hal berikut yakni tata bahasa (Grammatik) dan kosa kata (Wortschatz)
dua cabang ilmu tersebut menjadi modal utama untuk menulis baik
kalimat ataupun karangan.
Jika keterampilan berbicara tidak menganggap tata bahasa penting
yang terpenting adalah dengan pembiasaan, disisi lain keterampilan
menulis dan tata bahasa adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan
dan diikuti dengan kosa kata sebagai modal utama menulis, tata bahasa
menjadi sangat penting. Jika kita salah menuliskan dan meletakkan kata
sesuai dengan posisi yang benar maka arti dan makna dari kalimat yang
dituliskan akan mengalami penyimpangan, dan mempelajari tata bahasa
dapat memperkaya siswa dengan banyak variasi kata yang bisa dibuat
contohnya dengan menggunakan Konjunktiv II kita bisa membuat kalimat
yang bertujuan untuk menerangkan harapan, dugaan, dan membuat
kalimat yang kita tuliskan atau ucapkan terkesan lebih sopan. Pada tata
bahasa juga kita mengetahui perubahan-perubahan kata kerja sesuai
dengan kala waktu dan kata ganti orangnya, dan dalam tata bahasa juga
kita mempelajari yang namanya Konjungsi (Konjunktion) dimana
Konjunktion berfungsi untuk menghubungkan dua kalimat menjadi satu
kalimat, dimana sebelum belajar mengenai konjungsi maka harus
diperhatikan bahwa kalimat dalam bahasa jerman terbagi atas dua yaitu
kalimat utama (Hauptsatz) dan anak kalimat (Nebensatz) diperlukan
konjungsi untuk menggabungkan kedua kalimat tersebut. Konjunktion
terbagi tiga berdasarkan letak kata kerjanya setelah Konjungsi yaitu
Position 0, Position 1 dan Nebensatz, dan beberapa Konjungsi dalam
bahasa jerman ada yang memiliki arti yang sama dan juga makna yang
sama namun dibedakan pada posisi kata kerjanya setelah Konjungsinya,
contoh kata denn, dan weil kedua Konjungsi ini memiliki arti karena,
4
keduanya dibedakan melalui posisi kata kerjanya. Contohnya ich komme
nicht zur Schule, denn ich bin krank. Jika menggunakan denn maka kata
kerjanya berada pada posisi kedua tidak ada perubahan maka denn berada
pada Position 0, adapun dengan penggunaan weil sebagai berikut, ich
komme nicht zur Schule, weil ich krank bin. Jika menggunakan weil maka
kata kerja berada pada akhir kalimat, maka weil berada pada Nebensatz.
Selain denn dan weil banyak lagi Konjungsi yang lain khusunya pada
kurikulum 2013 pada buku Super Deutsch kelas XII pada Bab I dengan
Tema Das Hobby dimana siswa mempelajari penggunaan Konjungsi weil
dan wenn.
Dalam hal ini penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ninuk Rahayu, Rosyidah, dan
Edy Hidayat (2009) dengan judul “Kesalahan Penggunaan Konjungsi “als
dan wenn” Pada Karangan Mahasiswa Semester Empat Angkatan 2009
Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang”, dimana pada
penelitian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut, dalam karangan 22
Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian, penggunaan konjunngsi als
dan 22 penggunaan konjungsi wenn yang tidak tepat, dengan berbagai
macam jenis kesalahan meliputi (a) pemilihan konjungsi, (b) peletakan
kata kerja, (c) ketiadaan kata kerja. Kesalahan pertama adalah pemilihan
konjungsi. Mahasiswa tidak dapat membedakan penggunaan konjungsi als
dan wenn, pada hasil penelitian mahasiswa masih menggunakan konjungsi
als dalam kalimat kala waktu sekarang (Gegenwart) atau yang akan datang
(Zukunft). Selain kesalahan pemilihan konjungsi als, terdapat kesalahan
bentuk waktu kata kerja (Tempus) yang digunakan dalam kalimat.
Penggunaan konjungsi als mengharuskan bentuk waktu Präteritum,
sedangkan mahasiswa sendiri belum menguasai bentuk kala waktu
Präteritum, sehingga peggunaan konjungsi als dalam kalimat tidak sesuai
dengan gramatika bahasa Jerman. Kesalahan pemilihan konjungsi wenn
pada kalimat masih ditemukan dalam karangan mahasiswa. Hal ini dapat
dilihat bahwa mahasiswa masih menempatkan konjungsi wenn pada
5
kalimat yang peristiwanya jelas terjadi di masa lampau dan hanya terjadi
sekali. Untuk menggunakan konjungsi als dan wenn, mahasiswa
diharuskan terlebih dahulu dapat menentukan bentuk waktu kejadian
dalam kalimat, sehingga dapat menentukan bentuk waktu kejadian dalam
kalimat. Pendapat ini diperkuat oleh Reimann (2001:211) yang
menyatakan bahwa konjungsi suboordinatif als dan wenn digunakan sesuai
aturan bentuk waktu atau peristiwa dalam kalimat. Kesalahan selanjutnya
adalah peletakkan kata kerja dalam hal ini mahasiswa masih meletakkan
kata kerja pada posisi pertama dan kedua setelah kalimat. Hal tersebut
terjadi karena mahasiswa belum memahami grammatika bahasa Jerman
dan tidak terbiasa menggunakan konjungsi subordinatif yang
mengharuskan kata kerja berada di posisi akhir anak kalimat. Kesalahan
yang terakhir adalah ketiadaan kata kerja, hal ini terjadi karena mahasiswa
tidak teliti dalam membuat kalimat dengan menggunakan konjungsi.
Berdasarkan penelitian di atas menggambarkan kesalahan penggunaan
konjungsi bahasa Jerman masih sangat penting untuk dilakukan baik di
tingkat sekolah menengah atas dan Universitas yang mempelajari bahasa
Jerman.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti melakukan
observasi pra penelitian, dengan melakukan wawancara dengan salah satu
guru bahasa Jerman di MAN 1 Kota Palu pada tanggal 11 Agustus 2021
memperoleh informasi bahwa siswa khususnya pada kelas XII IIS 1 masih
banyak yang kebingungan dengan penggunaan konjungsi. Khususnya
konjungsi yang mengharuskan kata kerja berada di akhir kalimat pada
anak kalimat (Nebensatz), contohnya konjungsi weil dan wenn yang sudah
dipelajari pada kelas XII Bab 1 materi das Hobby berdasarkan hasil
wawancara diperoleh informasi, bahwa kesalahan penggunaan konjungsi
bahasa Jerman pada kelas XII adalah kurangnya pembahasan lebih jauh
mengenai konjungsi pada buku paket siswa yang digunakan pada MAN 1
Kota Palu, dan pemahaman siswa, bahwa kata kerja pada bahasa Jerman
mayoritas berada pada posisi kedua dalam kalimat, sehingga banyak siswa
6
yang belum terbiasa dengan kata kerja yang berada pada posisi akhir
kalimat, dan kurangnya media juga menjadi penyebab pembelajaran
bahasa Jerman di MAN 1 Kota Palu khususnya kelas XII IIS 1 masih
terasa membosankan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan
melaksanakan penelitian mengenai “Analisis Kesalahan Penggunaan
Konjungsi bahasa Jerman Pada Karangan Sederhana Bahasa Jerman
Kelas XII IIS 1 MAN 1 Kota Palu”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesalahan penggunaan
konjungsi bahasa Jerman pada siswa kelas XII IIS 1 MAN 1 Kota
Palu ?
2. Apa saja kesalahan penggunaan konjungsi bahasa Jerman pada
siswa kelas XII IIS 1 MAN 1 Kota Palu ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisis apa saja
kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan sederhana yang
dituliskan oleh siswa kelas XII IIS 1 MAN 1 Kota Palu.
D. Manfaat Penelitian
Secara garis besar penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap
perkembangan pendidikan terutama dalam pembelajaran bahasa
Jerman.
b. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
7
Penelitian ini sebagai sumber informasi dan masukkan bagi
siswa pada penggunaan konjungsi Bahasa Jerman.
b. Bagi Guru
Penelitian ini berfungsi sebagai bahan guru untuk
mengetahui apa saja kesalahan siswa pada penulisan karangan
sederhana dengan menggunakan konjungsi bahasa Jerman.
c. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian
apabila ada penelitian selanjutnya yang serupa dan menjadi bahan
penelitian untuk melaksanakan penelitian di lapangan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan
teori yang digunakan sebagai referensi untuk memperjelas penelitian
sehubungan dengan masalah penelitian yang telah diuraikan. Adapun
beberapa teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Hakikat Analisis Kesalahan Bahasa
a. Pengertian Analisis
17
Kata-kata seperti ist, sind, haben, springen (melompat), kaufen
(membeli), verkaufen (menjual), rennen (lari), aufgeben (menyerah),
anhalten (berhenti), spielen (bermain), spazieren (berjalan kaki),
telefonieren (menelpon), heimkommen (pulang), abkönnen (tahan), dan
lain-lain, adalah verba.
Perhatikan bahwa sebuah verba dapat terdiri atas satu kata atau
lebih, seperti abkönnen, aufgeben. Verba tersebut disebut verba
majemuk.Verba majemuk terdiri atas verba dasar ditambah dengan präfix
yang dapat dipisah (ab, auf).
Das Verb sangat erat kaitannya dengan konjugasi atau perubahan
kata kerja sesuai dengan personal pronomen yang ada.
18
Kata-kata seperti: wie (bagaimana), wann (kapan), wo (di mana)
adalah adverbia. Kata-kata tertentu seperti berikut adalah adverbia: jetzt
(sekarang), nie (tak pernah), nur (hanya), dort (di sana), bald (sebentar
lagi), hier (di sini). Ada pula adverbia yang bentuknya sama dengan
adjektiva tanpa adanya deklinasi akhiran, misalnya: schön (bagus),
interessant (menarik), contoh: Die schoen gemachte Figur wurde verkauft
(patung yang dibuat dengan bagus itu terjual dengan baik).
e) Das Determinator (Kata sandang) yang disingkat dengan DET.
Das Determinator atau lebih sering disebut dengan der Artikel,
yang mendeskripsikan gender sebuah benda. Kata sandang ini terdiri dari
dua bagian yaitu kata sandang tentu dan kata sandang tak tentu. Sebagai
contoh, der, die, das ( des, dem, den), ein, eine, (einer, eines, einem,
einen).
Tabel 2.1 Artikel dalam Bahasa Jerman
21
Position 0 adalah konjungsi yang posisi kata kerja setelah konjungsi
normal, berada pada posisi kedua, konjungsi yang berada pada position 0
adalah sebagai berikut : aber (Tapi), denn (Karena), und (Dan), oder
(Atau). Seperti contoh :
Heute habe ich keine Zeit aber Wir Können morgens ins Kino gehen
Ich möchte morgens ins Kino denn Da Läuft ein guter Film
gehen
Ich möchte mit die essen gehen und Ich Möchte mit dir einen Film sehen
Möchtest du lieber ins Kino oder möchtes (du lieber) ins Theater
(gehen) t gehen ?
2. Position 1
Position 1 adalah konjungsi yang posisi kata kerja setelah
konjungsi , berada pada posisi pertama, konjungsi yang berada pada
position 1 adalah sebagai berikut : deshalb (Oleh karena itu), sonst (Jika
tidak), dann (Kemudian), danach (Setelah itu). Seperti contoh :
Ich arbeite heute nicht. deshalb habe Ich viel Zeit für dich.
Komm zu mir !. sonst Bin Ich so allein.
Ich koche für uns. dann gehen Wir ins Kino.
3. Nebensatz
22
Nebensatz adalah konjungsi yang posisi kata kerja setelah
konjungsi, berada pada posisi akhir kalimat, pada anak kalimat atau
Nebensatz, konjungsi yang berada pada Nebensatz adalah sebagai berikut
weil (Karena), wenn (Jika/ketika), dass (Bahwa), dan ada juga lainnya
yaitu ob (Apakah), dan obwohl (Meskipun). Seperti contoh :
23
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang.
Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan
mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu
sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari
paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh.
Menurut Keraf (1994: 2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan
rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan
akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.
b. Pengertian Karangan Sederhana
Karangan sederhana merupakan keseluruhan rangkaian
kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pem- baca agar mudah dipahami. Menurut
Anwar (2011: 14).
karangan sederhana diperoleh dari suatu proses dimana ide
yang ada dilibatkan dalam suatu kata, kata-kata yang terbentuk
kemudian dirangkai menjadi sebuat kalimat. Kalimat disusun menjadi
sebuat paragraf dan akhirnya paragraf-paragraf tersebut mewujudkan
sebuah karangan sederhana. Karangan sederhana adalah proses
mengorganisasikan ide atau gagasan seseorang secara tertulis dalam
bentuk karangan sederhana yang terdiri atas beberapa kalimat, 5
sampai 10 kalimat (Resmini dalam Anwar, 2011: 15).
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan karangan
sederhana adalah seluruh rangkaian kegiatan mengumpulkan gagasan
yang dilibatkan dalam suatu kata-kata yang terbentuk kemudian
24
dirangkaikan menjadi sebuah kalimat yang disusun menjadi paragraf-
paragraf yang terdiri dari 5 sampai 10 kalimat.
c. Ciri-Ciri Karangan Sederhana
Karangan sederhana memiliki ciri-ciri diantaranya :
1) Bahasanya mudah dimengerti;
2) Kata-kata yang digunakan masih sederhana;
3) Kalimatnya pendek- pendek sehingga karangannya juga pendek;
Karangan sederhana berbeda dari jenis karangan yang lain
karena bahasa dan kalimatnya masih sederhana.
d. Jenis-Jenis Karangan
1) Karangan Narasi (Kisahan)
Narasi adalah karangan yang menceritakan sesuatu secara
kronologis bedasarkan rangkaian peristiwa. Narasi didasarkan pada
urutan waktu, yang bisa berisi fakta-fakta yang benar terjadi, maupun
hanya sekedar khayalan. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau
tukang cerita.(Mujianto dalam Muslich, 2009: 128)
2) Karangan Deskriptif (Perian)
Deskripsi adalah karangan yang hidup dan berpengaruh yang
menggambarkan atau melukiskan sesuatu, sehingga orang yang
mendengar dapat memba- yangkannya. Karangan deskripsi
berhubungan dengan pancaindera seperti pende- ngaran, penglihatan,
penciuman, peraba dan perasaan. Untuk dapat menggam- barkan
pengarang harus dekat dengan objeknya.
3) Karangan Eksposisi (Paparan)
Eksposisi merupakan pemberian informasi yang
dikembangkan secara analisis, spasial dan kronologis. Eksposisi
merupakan bentuk wacana yang beru- saha mengungkapkan,
menguraikan dan menjelaskan pokok pikiran yang tidak mendesak
atau memaksa pembaca untuk menerima penjelasan penulis.
4) Karangan Argumentasi (Bahasan)
Karangan argumentasi berupaya untuk meyakinkan pembaca
25
untuk percaya dan menerima apa yang dikatakannya. Pengarang
memberikan sejumlah data dan pembuktian dengan objektif dan
meyakinkan. Jadi, karangan argumentasi me- rupakan karangan yang
berisi opini yang disertai alasan, untuk memperkuat opi- ninya
sehingga dapat meyakinkan pembaca.
5) Karangan Persuasi
Merupakan karangan yang disusun untuk mempengaruhi
pembaca agar mengikuti apa yang dikehendaki oleh penulis. Jadi
karangan jenis ini bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa penulisan karangan
harus mem- perhatikan tujuan penulisannya sehingga karangan dapat
digolongkan menjadi karangan narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi maupun persuasi.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran bahasa Jerman merupakan salah satu mata
pelajaran bahasa asing yang diprogramkan oleh SMA/SMK/MA di
Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat
keterampilan yang harus dimiliki oleh pembelajar bahasa Jerman, yakni
keterampilan berbicara, keterampilan menulis, keterampilan mendengar
dan keterampilan membaca. Keempat keterampilan tersebut dianggap
sulit karena kendala terbesar bagi pembelajar bahasa Jerman ialah
kurangnya pemahaman siswa terkait dengan tata bahasa Jerman. Hal ini
membuktikan bahwa pentingnya menganalisis kesalahan apa saja yang
dibuat oleh siswa terkait dengan konjungsi. Oleh sebab itu diperlukan
adanya analisis lebih lanjut terkait kesalahan penggunaan konjungsi
bahasa Jerman.
Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013, dalam hal ini pembelajaran bahasa Jerman. Salah satu
tujuan pembelajaran bahasa Jerman yaitu siswa atau pembelajar bahasa
Jerman mampu menguasai tata bahasa serta dapat berkomunikasi
menggunakan bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan. Untuk
26
pencapaian yang lebih maksimal dalam pembelajaran khususnya pada
pemahaman Tata bahasa, peneliti melaksanakan penelitian berbasis
analisis sehingga, siswa dapat mengetahui apa saja dan pada bagian mana
saja terjadi kesalahan kesalahan pada saat penggunaan konjungsi bahasa
Jerman, dan guru dapat data awal untuk Kembali mengidentifikasi
kesalahan apa saja yang yang dituliskan siswa pada saat menuliskan
konjungsi bahasa Jerman. Dalam Penelitian ini siswa yang menjadi
subjek penelitian adalah siswa kelas XII IIS 1 MAN 1 Kota Palu. Secara
sederhana kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut.
27
Bagan Kerangka Pikir
Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa
Jerman
Wortschatz Grammatik
Karangan Konjunktion
Hauptsatz
A. Jenis Penelitian
29
1 Kota Palu dengan jumlah Siswa sebanyak 10 Siswa.
D. Definisi Oprasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah variable tunggal. Variable
tunggal yang dimaksud adalah Konjunktion Position 0 und 1.
Adapun pengukuran variable yang digunakan dalam tingkat
kesalahan yang dilakukan siswa dalam penelitian ini terdapat pada
tabel berikut.
30
kelas. Observasi langsung ini dilakukan peneliti untuk
mengoptimalkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa
Jerman , metode ajar yang digunakan guru, dan materi ajar kelas XII
bahasa Jerman.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan- peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. Melalui metode dokumentasi, peneliti gunakan untuk
menggali data berupa dokumentasi hasil kerja siswa sebagai bahan
analisis .
3. Metode Wawancara (Interview)
31
Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat
dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika
kegiatan wawancara berlangsung.
G. Instrumen Penelitian
32
Penelitian ini menggunakan metode agih. Alat penentu
kesalahan dalam analisis ini adalah kaidah bahasa Jerman yang
benar. Maka peneliti mengambil Langkah-langkah analisis
kesalahan sebagai berikut:
fn
X = X 100
∑f
Keterangan :
X : Frekuensi Kesalahan
fn : Jumlah kesalahan
∑f : Jumlah keseluruhan kesalahan
(Sadjana dalam Mahari:2004)
33
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa, S., Siswa, J., Xi, K., & Makassar, S. (2017). Analisis kesalahan
morfologi dalam karangan sederhana bahasa jerman siswa kelas xi sman
2 makassar.