You are on page 1of 13

KELOMPOK 9 DESAIN PEMBELAJARAN BIOLOGI

ANGGOTA : Muhammad Noval Riandi (A1C422028)


Putri Ambarwati Sukardi (A1C422063)
Yunita Jumaini (A1C422089)
Friskilla Hariati Pakpahan (A1C422118)
Kelas : Reguler B (R002)

PROJECT BASED LEARNING


Project based learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang sudah banyak
dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, project based learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Project based learning adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut The
George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai berikut :
1. Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi
dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta
didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi)
dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapatmelihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin
yang sedang dikajinya.
2. Project-based learning asks a question or poses a problem that each student can answer.
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut pendidik
mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing
- masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based
Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik
pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
3. Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing
realworld problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based
Leraning merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat
“jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini,
peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project
Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal
ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
4. Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks to explore
complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna.

1
Adapun langkah‐langkah pembelajara dengan metode ProjectBased Learning
adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok kecil dan masing masing kelompok
melaksanakan proyek nyata(connecting theproblem).
2. Masing‐masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab
(setting the structure) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam praktik.
3. Peserta didik di masing‐masing kelompok berusaha maksimaluntuk
mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang dihadapi sesuai
pengetahuan yang dimiliki; (a). mengidentifikasi masalah dengan seksama untuk
menemukan inti problem bisnis yang sedang dihadapi dan(b) mengidentifikasi cara
untuk memecahkan masalah.
4. Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dariberbagai sumber
(buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar yang mendampingi untuk
mendapatkan pemahaman tentang masalah (re‐visiting the problem).
5. Berbekal informasi yang diperoleh peserta didik saling bekerjasama danberdiskusi
dalam memahami masalah dan mencari solusi (produce the product) terhadap masalah
dihadapi dan langsung diaplikasikan. Pelatih bertindak sebagai pendamping.
6. Masing‐masing kelompok mensosialisasikan pengalaman dalammemecahkan masalah
kepada kelompok lainnya untuk mendapatkan masukan dan penilaian (evaluation) dari
kelompok lainnya.
Langkah‐langkah pembelajaran dengan metode Project Bsed learningmenurut
pendapat Delise (1997:27‐35) bahwa terdapat 6 langkahProject Based Learning sebagai
berikut:

1. Connecting with the problem. Yaitu pelatih memilih, merancang dan menyampaikan
masalah yang dihubungkan dengan kehidupan seharihari peserta didik , terkait dengan
masalah.
2. Setting up the structure. Setelah peserta didik telah terlibat dengan masalah, pendidik
menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi.Struktur ini akan
memberikan rancangan tugas‐tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Struktur
menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana peserta didik latihan berfikir melalui
situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat.
3. Visiting the problem. Pendidik fokus pada ide‐ide yang dimiliki peserta didik pelatihan

2
bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk menghasilkan fakta
dandaftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
4. Revisiting the problem. Setelah peserta didik dalam kelompok kecil telah
menyelesaikantugasmandiri, mereka harus segera bergabung kembali dalam kelas untuk
menemukan kembalimasalah‐masalah tersebut. Pendidik pertama‐tama meminta
kelompok kecil untuk melaporkan hasil pengamatan mereka. Pada saat itu pendidik
menilaisumber yang mereka pakai sebagaireferensi, waktu yang digunakan,
danefektivitas rencana tindakan yang akandilakukan.
5. Producing a product/performance. Membuat hasil pemecahan masalahyang disampaikan
kepada pendidik untukdievaluasi tentang mutu isi danpenguasaan skill mereka.
6. Evaluating performance and theproblem. Pendidik memintapesertadidik untuk
mengevaluasi hasil kerja(performance) dari kajian masalah danalternatif solusi yang
diajukan.

Keuntungan dan Kekurangan Project Based Learning


Berikut beberapa keuntungan dengan pendekatan project based learning
(Purnawan, 2007):
1. Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam pembelajarannya,
membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan untuk membuat keputusan
dalam proses belajar.
2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia nyata, dan
mengembangkan ketrampilan nyata.
4. Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan
pesertadidik, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang besar.
6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
7. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
8. Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

3
9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Project based learning memang memiliki banyak kelebihan, namun di sisi lain
pembelajaran yang berbasis proyek seperti ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan dalam
project based learning antara lain:memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana pendidik memegang peran utama di dalam kelas,banyaknya peralatan
yang harus disediakan, peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan peserta didik ada yang
kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik yang diberikan pada masing-masing
kelompok berbeda, dan dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.

PROBLEM BASE LEARNING


Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang dipicu oleh
permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok
untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan serta menggunakan
sumber daya pembelajaran yang sesuai. Metode PBL / pemecahan masalah adalah suatu cara
pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu problem/masalah untuk dipecahkan
atau diselesaikan secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran.

Pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan


pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama. Metode pemecahan masalah (problem solving) juga dikenal dengan metode
brainstorming, karena merupakan sebuah metode yang merangsang dan menggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Guru disarankan tidak
berorientasi pada metode tersebut, akan tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang
disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat
mereka, dan sesekali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat siswa, sesekalipun pendapat
siswa tersebut salah menurut guru.

Model Problem Based Learning bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata


sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan
siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari
kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam
kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi.

4
Adapun beberapa karakteristik proses Problem based learning menurut Tan [7] diantaranya :
1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara
mengambang.
3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah
diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
4. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru.
5. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu :
1. Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan
masalah.
2. Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik
kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini
guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model,
dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
5. Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan

5
Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
Orientasi peserta didik pada yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
masalah atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

Tahap 2 Guru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa


Mengorganisasi peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.

Tahap 3 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


Membimbing penyelididkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan
individu maupun kelompok penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan


Mengembangkan dan menyajikan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka
hasil berbagi tugas dengan sesama temannya.

Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau


Menganalisis dan Mengevaluasi evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka
Proses Dan hasil pemecahan lakukan
masalah

Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa


kelebihan, diantaranya:
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia
nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan
masalah dunia [8].
Disamping kelebihan di atas, Problem based learning juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang ingin
mereka pelajari.

METODE INKURI

Menurut Udin Syaefudin (2008: 169) mengemukakan bahwa metode inkuiri


merupakan metode yang dipergunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Tindakan guru bukan memberikan materi pembelajaran untuk dihafalkan, melainkan
merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menemukan sendiri materi yang
harus dipahaminya. Belajar merupakan proses mental seseorang menuju perkembangan
intelektual, mental emosional, dan kemampuan individu yang utuh. Langkah-langkah
sistematis dalam metode inkuiri adalah (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis,
(3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan, (5)
membuat kesimpulan

Nurhadi dkk (2004: 43) mengemukakan bahwa dalam metode inkuiri peserta didik
didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dan mengadakan suatu penelitian
(percobaan) untuk menemukan suatu penemuan tertentu. Melalui inkuiri memacu peserta
didik untuk mengetahui serta memotivasi peserta didik untuk memecahkan masalah secara
mandiri dan memiliki keterampilan kritis dalam menganilis informasi. Inkuiri memberikan
kepada peserta didik pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Peserta didik
dilatih bagaimana cara memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh
keterampilan.

7
DISCOVERY LEARNING
Discovery Learning Method adalah gaya belajar aktif dan langsung yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1960-an. Bruner menekankan bahwa belajar itu
harus sambil melakukan atau learning by doing. Dengan metode ini, pesrta didik secara aktif
berpartisipasi, bukan hanya menerima pengetahuan secara pasif. Discovery Learning
menunjukkan pendekatan instruksional umum yang mewakili pengembangan pembelajaran
konstruktivis untuk lingkungan belajar berbasis sekolah. Bruner (1961) mengembangkan
pembelajaran penemuan dari studi kontemporer dalam psikologi kognitif, dan merangsang
pengembangan metode instruksional yang lebih spesifik.

Karakteristik yang paling penting dari pembelajaran penemuan adalah bahwa peserta
didik harus menghasilkan unit dan struktur pengetahuan abstrak (seperti konsep dan aturan)
menggunakan penalaran induktif mereka sendiri tentang materi pembelajaran non-abstrak
(Holland, Holyoak, Nisbett & Thagard, 1986). Bruner (2001) menganggap bahwa Discovery
Learning sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan secara otomatis
memberikan hasil terbaik dalam strategi ini. Metode Discovery Learning menciptakan proses
pembelajaran aktif di mana materi atau konten tidak diberikan oleh guru di awal pembelajaran
secara langsung. Selama proses belajar berlangsung, peserta didik diminta untuk dapat
menemukan sendiri cara bagaimana memecahkan masalah (Tampubolon, 2017). Lebih lanjut
bisa dijelaskan bahwa model pembelajaran ini adalah bagaimana peserta didik memahami
konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila peserta didik terlibat terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
kegiatan observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas
disebut cognitive process atau the mental process of assimilating concepts and principles in the
mind (PG Dikdas, 2020).

8
LANGKAH DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA METODE DISCOVERY
LEARNING

No Sintak Kegiatan pembelajaran


1. Stimulation Pada tahap ini peserta didik diberikan permasalahan
Pemberian yang belum ada solusinya sehingga memotivasi mereka
rangsangan untuk menyelidiki dan menyelesaikan masalah tersebut.
Pada tahap ini, guru memfasilitasi mereka dengan
memberikan pertanyaan, arahan untuk membaca buku
atau teks, dan kegiatan belajar yang mengarah pada
kegiatan discovery sebagai persiapan identifikasi masalah.
2. Problem statement Peserta didik diberikan kesempatan untuk
Identifikasi masalah mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
berkaitan dengan bahan ajar, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau
jawaban sementara untuk masalah yang ditetapkan.

3. Data collection Selanjutnya, peserta didik melakukan eksplorasi untuk


Pengumpulan Data mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan
cara membaca literatur, mengamati objek,
mewawancarai nara sumber, melakukan uji coba sendiri
dan lainnya. Peserta didik juga berusaha menjawab
pertanyaan atau
membuktikan kebenaran hipotesis.
4. Data Processing Peserta didik melakukan kegiatan mengolah data atau
Pengolahan Data informasi yang mereka peroleh pada tahap sebelumnya
lalu dianalisis dan diinterpretasi. Semua informasi baik
dari hasil bacaan, wawancara, dan observasi, diolah,
diklasifikasi, ditabulasi, bahkan jika dibutuhkan dapat
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification Peserta didik melakukan verifikasi secara cermat untuk
Pembuktian menguji hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Tahapan ini bertujuan agar proses belajar berjalan
dengan baik dan peserta didik menjadi aktif dan kreatif
dalam memecahkan masalah.
6. Generalization Tahap terakhir adalah proses menarik kesimpulan yang
Menarik kesimpulan dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.

9
KELEBIHAN DALAM METODE DISCOVERY LEARNING

Metode Discovery Learning memiliki beberapa kelebihan yang menyebabkan


metode ini dianggap unggul. Di antara keunggulan pembelajaran Discovery adalah:
1). Peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif dan topik pembelajaran
biasanya meningkatkan motivasi instrinsik. 2). Aktivitas belajar dalam pembelajaran
Discovery biasanya lebih bermakna daripada latihan kelas dan mempelajari buku teks
saja. 3). Peserta didik memperoleh keterampilan investigastif dan reflektif yang dapat
digeneralisasikan dan diterapkan dalam konteks lain. 4). Peserta didik mempelajari
keterampilan dan strategi baru. 5). Pendekatan dari metode ini dibangun di atas
pengetahuan dan pengalaman awal peserta didik. 6). Metode ini mendorong
kemandirian peserta didik dalam belajar. 7). Metode ini diyakini mampu membuat
peserta didik lebih mungkin untuk mengingat konsep, data atau informasi jika mereka
temukan sendiri. 8). Metode ini mendukung peningkatan kerja kelompok (Westwood,
2008).

KELEMAHAN METODE DISCOVERY LEARNING

Kekurangan metode ini yang antara lain: 1). Penggunaan metode ini
menghabiskan banyak waktu; 2). Penerapan metode ini membutuhkan lingkungan
belajar yang kaya sumber daya: 3). Kualitas dan keterampilan peserta didik menentukan
hasil atau efektifitas metode ini; 4). Kemampuan memahami dan mengenali konsep
tidak bisa diukur hanya dari keaktifan siswa di kelas; 5). Peserta didik sering
mengalami kesulitan dalam membentuk opini, membuat prediksi, atau menarik
kesimpulan; 6). Sebagian guru belum tentu mahir mengelola pembelajaran Discovery;
7). Tidak semua guru mampu memantau kegiatan belajar secara efektif.

10
DAFTAR RUJUKAN
Khasinah, S. (2021). DISCOVERY LEARNING: DEFINISI, SINTAKSIS, KEUNGGULAN
DAN KELEMAHAN. Jurnal MUDARRISUNA: MEDDIA KAJIAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM, XI(3), 402-413.
Nurhadi, d. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: UM
Press.
Sa'ud, U. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

11
KELOMPOK 9 DESAIN PEMBELAJARAN BIOLOGI
ANGGOTA : Muhammad Noval Riandi (A1C422028)
Putri Ambarwati Sukardi (A1C422063)
Yunita Jumaini (A1C422089)
Friskilla Hariati Pakpahan (A1C422118)
Kelas : Reguler B (R002)
Tanggal-Bulan-Tahun : 19 September 2023

Progres Proyek Evaluasi ACC


Kegiatan Hasil Bukti Kegiatan Masalah yang Solusi yang
Dihadapi dilakukan Dosen

• Pengantaran surat • Pihak sekolah Kendalanya yaitu Sehingga solusi yang


izin observasi menerima surat dan karena observasi yang dilakukan yaitu
mengabari jika surat dilakukan padat dan anggota kelompok
jadwal observasi yang tadi tetap mengikuti
telah disetujui oleh
lain terbagi bagi pada observasi dengan
wakil kepsek bidang
satu hari itu sehingga cara menyusul ke
kemahasiswaan ada anggota kelompok sekolah yang
yang tidak bisa sampai menjadi tempat
akhir karena ada yang observasi
pulang lebih dulu untuk
mengikuti observasi
matakuliah yang
lainnya secara
bergantian

12
Tanggal-Bulan-Tahun: 26 September 2023

Progres Proyek Evaluasi ACC


Kegiatan Hasil Bukti Kegiatan Masalah yang Solusi yang
Dihadapi dilakukan Dosen

• Observasi 1 dan • Adapun yang didapat Kendalanya sama Sehingga solusi yang
mewawancarai dari hasil wawancara seperti sebelumnya yaitu dilakukan yaitu
guru biologi karena observasi yang anggota kelompok
mengenai desain ialah, kami
dilakukan padat dan tadi tetap mengikuti
pembeljaran di mendapatkan soft file
jadwal observasi yang observasi dengan
SMAN 07 Kota mengenai promes,
Jambi lain terbagi bagi pada cara menyusul ke
prota, silabus, serta satu hari itu sehingga sekolah yang
modul ajar mata ada anggota kelompok menjadi tempat
pelajaran biologi dari yang tidak bisa sampai observasi
SMAN 07 Kota Jambi akhir karena ada yang
pulang lebih dulu untuk
mengikuti observasi
matakuliah yang
lainnya secara
bergantian

13

You might also like