You are on page 1of 8

PERAWATAN KATETER SUPRAPUBIK

Errick Endra Cita

A. Eliminasi Urin
Eliminasi urin tergantung pada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal
menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urin. Ureter menstranspor urin dari
ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk
berkemih. Urin keluar dari tubuh melalui uretra. Semua organ system perkemihan harus utuh
dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan baik.

URINARY TRACK
KIDNEY\GINJAL

1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat agak
kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebral posterior terhadap peritoneum
dan terletak pada otot punggung punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra
torakalis 12 sampai vertebra lumbalis 3. Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi 1,5
sampai 2 cm dari ginjal kanan karena karena posisi anatomi dari hati.
Darah sampai ke ginjal melalui arteri renalis malalui hilum, sekitar 20-25 % curah jantung
bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap ginjal berisi 1 juta nefron. Neforn merupakan
unit fungsional ginjal membentuk urin. Nefron terdiri atas glomerulus (tempat pertaman
filtrasi darah dan tempat awal pemebentukan urin ke dalam kapsul bowman). Setelah
filtrate meninggalkan glomerulus, filtrate masuk kesistiem duktus pengumpul yang
merupakan tempat air dan suptansi seperti glukosa, asam amino, asam urat, da ion-ion
natrium serta kalium direasorbsi kembali secara selektif. Subtansi yang lain seperti ion
hydrogen, kalium (disertai aldosteron) dan ammonia disekresikan kembali ke tubulus,
tempat hilangnya subtansi tersebut di dalam urin.
2. Ureter
Urin meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang akan menstranspor urin
ke pelvis renalis. Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
pertama pembungan urin. Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25
sampai dengan 30 cm dan berdiameter 1,25cm pada orang dewasa. Dinding ureter dibentuk
dari tiga lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam merupakan membrane mukosa yang
berlanjut sampai lapisan pervis renalis dan kandung kemih. Lapisan tengah terdiri dari
serabut otot polos yang menstranspor urin melalui ureter dengan gerakan peristatis yang
distimulasi oleh distensi urin di kandung kemih. Gerakan peristaltis menyebabkan urin
masuk kedalam kandung kemih dalam bentuk semburan, bukan dalam bentuk aliran yang
tetap. Ureter masuk kedalam dindingn posterior kandungn kemih dengan posisi miring.
Pengaturan ini dalam kondisi normal mencegah refluk urin dari kandung kemih keureter
selama mikturisi dengan menekan ureter pada sambungan ureteroservikalis (sambungan
ureter dengan kandung kemih).
Adanya obstruksi di dalam salah satu ureter seperti batu ginjal (kalkulus renalis),
menimbulkan gerakan peristaltic yang kuat yang mencoba mendorong obtruksi ke kandung
kemih. Gerakan peristaltic yang kuat ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik
ginjal.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapt berdistensi dan tersusun atas
jaringan otot serta merupakan tempat wadah urin dan merupakan organ ekskresi. Kandung
kemih dapat menampung 600 ml urin walaupun pengeluran urin normal sekitar 300 cc.
Dalam keadaan normal kandung kemih berdistensi membesar sampai dengan simpisis
pubis dan berdistensi maksimal sampai umbilicus.
Dinding kandungn kemih memiliki empat lapisan:; lapisan mukosa dalam, sebuah lapisan
submukosa pada jaringan penyambung, sebuah lapisan otot dan sebuah lapisan serosa
dibagian luar. Lapisan otot memiliki berkas-berkas serabut otot yang membentuk otot
detrusor. Serabut saraf parasimpatis menstimulasi otot detrusor selama proses perkemihan.
Sfingter uretra eksterna yang tersusun atas kumpulan otot yang berbentuk seperti cincin
berada pada kandung kemih tempat sfingter tersbut bergabung dengan uretra. Sfingter
mencegah urin keluar dari kandung kemih dan berada dibawah control volunteer (control
otot yang disadari).
4. Uretra
Urin keluar dari kandungn kemih dan keluar dari tubuh melalui meatus uretra. Uretra pada
wanita memiliki panjang 4 sampai 6,5 cm. Uretra pada pria, yang merupakan saluran
perkemihan memiliki panjang 20 cm.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkemihan


1. Pertumbuhan dan perkembangan
2. Factor sosiokultural
3. Factor psikologis
4. Kebiasaan pribadi
5. Tonus otot
6. Status volume
7. Kondisi penyakit
C. Perubahan Dalam Eliminasi Urin
a. Retensi urin
Akumulasi urin yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih. Urin terus berkumpul di kandung kemih, mereganggan
dindingnya sehingga timbul persaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simpsis
pubis, gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Pada retensi urin berat, kandung
kemih dapat menahan 2000 sampai 3000 ml urine. Retensi terjadi akibat obstruksi uretra,
trauma bedah, perubahan stimulasi saraf sensorik dan motorik kandung kemih, efek
samping obat dan ansietas.
b. Infeksi saluran kemih
Bakteri dalam urin (Bakteriuria) dapat memicu penyebaran organism ke dalam
aliran darah dan ginjal. Mikroorganisme paling sering masuk kedalam saluran kemih
melalui rute uretra asenden. Bakteri menempati uretra distal, genetalia eksterna, dan
vagina pada wanita. Wanita lebih rentan terhadap infeksi karena jarak anus dan meatus
uretra dan karean uretranya pendek. Penyebab yang paling sering adalah dimasukkannya
suatu alat kesaluran perkemihan, kebersihan perineum yang buruk.
Klien yang mengalami ISK bagai bawah mengalami nyeri atau rasa terbakar
selam berkemih (disuria) ketika urin mengalir melalui jaringan yang meradang. Demam,
menggigil, mual, dan muntah serta kelemahan terjadi karena infeksi yang memburuk.
Kandung kemih yang teiritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang
mendesak dan sering. Hematuria (urin yang bercampur dengan darah). Urin tampak pekat
dan keruh karena bercmpur sel darah putih dan bakteri.
c. Inkontinensia Urine
Kehilangan control berkemih dapat bersifat sementara atau menetap. Klien tidak
dapat lagi mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urin dan berlansung terus
menerus atau sedikit-sedikit. Lima tipe inkontensia urin adalah inkontinensia fungsional,
inkontinensia reflex (overflow), inkontinensia stress, inkontinensia urge, inkontinensia
total.
d. Diversi urinarius
Stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin dari ginjal secara langsung ke
permukaan abdomen delakukan karena kanker (kandung kemih, prostat, uretra, vagina,
uterus, serviks), trauma, cedera akibat radiasi pada kandung kemih, fistula pada
vesikovagina, fistula pada uretrovagina, kandung kemih neurogenik dan sisitis kronis.

D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Kerusakan eliminasi urin
2. Retensi urin
3. Inkontinensia urin total
4. Inkontinensia urin fungsional
5. Inkontinensia urin stress
6. Inkontinensia urin dorongan
7. Inkontinensia urin reflex
8. Resiko inkotinensia urin dorongan
9. Kesiapan dalam peningkatan eliminasi urin

E. Tujuan/ Kriteria hasil Nursing Outcome Classification (NOC)


1. Self Care : Toileting
2. Symtom severity
3. Urinary Continence
4. Urinary Elimination
5. Knowledge : Medication
6. Knowledge : Treatment Regimen

F. Rencana tindakan keperawatan (Nursing Intervention Classification) NIC


1. Bladder Irrigation
2. Fluid Management
3. Fluid Monitoring
4. Medication Management
5. Tube Care: Urinary
6. Urinary Catheterization
7. Urinary Catheterization : Intermittent
8. Urinary Elimination Management
9. Urinary Retention Care

G. PERAWATAN KATETER SUPRAPUBIK


Suprapubik kateter adalah insersi bedah kedalam kandung kemih dan di gunakan sebagai jalan
urin ketika uretra mengalami cedera, striktur, obstruksi prostat. Pemasangan cateter
suprapubik pada pasien memiliki resiko cedera lebih rendah daripada penggunaan selang
kateter dalam jangka waktu yang lama.
Alat dan bahan perawatan cateter suprapubik
1. Wash lap
2. Sabun
3. Sarung tangan disposibel
4. Plester
5. Kassa
6. Lap pengering (jika diperlukan)
7. Cotton but (Steril)
8. Larutan salien steril
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Altered Urinary Elimination
2. Risk For Impaired Skin Integrity
3. Deficient Knowledge
Prosedure perawaatan Kateter Suprapubik
NO Tahapan Kerja PERAWATAN KATETER SUPRAPUBIK
1 Pra Interaksi 1. Periksa keadaan dari selang dan kantung dari kateter
suprapubik, lihat kondisi dari kateter dan sambungan
kantong drainase dan karekteristik dari produk urin.
Inspeksi sekitar tempat insersi kateter suprapubik lihat
drainase, kemerahan, dan lecet rasa panas. Kaji
pengetahuan klien mengenai perawatan kateter
suprapubik.
2. Siapkan alat
2 Orientasi 3. Jelaskan prosedur dan ajarkan kepada pasien untuk ikut
berpartisipasi atau observasi jika memungkinkan.
4. Berikan privasi
3 Kerja 5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan disposibel
6. Buat wash lap dalam kondisi lembab dan beri sabun
dengan air hangat. Bersihkan area suprapubik dengan
washlap di sekeliling tempat keluarnya insersi kateter
suprapubik. Bersihkan kerak-kerak pada kulit. Jika pada
cateter suprapubik yang baru gunakan cotton but(steril)
dan cairan salin steril untuk membersihkan sampai insisi
telah sembuh.
7. Bilas sabun pada semua area dan keringkan.
8. Jika sekitar tempat insersi kateter telah kering letakkan
kassa disekitar cateter untuk menyerap cairan. Kemudian
fiksasi dengan plester pada perut.
9. Bereskan alat dan kaji respon klien terhadap prosedur
tindakan yang telah dilakukan.
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
4 Terminasi 11. Dokumentasikan keadaan tempat sekitar keluarnya
kateter pada kulit perut, jumlah urin dan karekteristik urin
dan reaksi pasien selama procedure.
12. Berikan reinforcemen pada klien dan salam

Perawaatan Kateter Suprapubik


Referensi
1. Potter, Patricia A Buku Ajar Funfamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
praktik/Patricia A. Potter, Jakarta EGC 2005
2. 19. North American Nursing Diagnosis Association, NANDA Nursing Diagnosa :
Deffinition and Classification, 2005-2006 Philadelpia: Author
3. McCloskey Joanne, Nursing Intervention Classification (NIC) Fourth Edition, Mosby 2004
4. Nursing Outcome Classication (NOC) Fourh Editon, Mosby 2004

You might also like