Professional Documents
Culture Documents
Modul Praktikum KDSE Genap Vita M
Modul Praktikum KDSE Genap Vita M
PRAKTIKUM 4
PROSEDUR NASO GASTRIK TUBE
A. Kompetensi Dasar
Melaksanakan prosedur pemasangan dan pelepasaran nasogastric tube.
B. Indikator Pencapaian
Pelakasanaan praktikum prosedur pemasangan dan pelepasan naso gastriktube.
C. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti kegiatan praktium ini, mahasiswa diharapkan:
1. Menyebutkan tujuan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dengan tepat.
2. Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Pemasangan
Nasogastric Tube (NGT) dengan benar.
3. Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
4. Mendemonstrasikan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dengan benar
5. Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)
yang telah dilakukan.
6. Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)
yang telah dilakukan
D. Uraian teori
1. Definisi
Pemasangan Pipa Nasogastrik Tube (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa
panjang yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, Pharynx,
esofagus sampai kedalam lambung dengan indikasi tertentu(Pramana, 2019).
2. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan pipa nasogastrik (Pramana,
2019):
a) Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esofagotrakeal akibat
pemasangan NGT jangka lama.
b) Pneumonia Aspirasi.
c) Hipoksia, sianosis, atau henti nafas akibat intubasi trakeal
3. Prosedur Tindakan
1) Tujuan
Petunjuk pelaksanaan Pemasangan Naso Gastrik Tube
2) Alat-alat dan bahan
Slang NGT
Jeli/pelumas
Plester
Disposable Spuit 10 cc
Stateskop
Sarung Tangan
Bengkok
Perlak dan handuk pengalas
Gunting
Kom berisi air
3) Langkah-langkah
Fase Pra Interakasi
Lakukan senyum , sapa, salam, sopan dan satun
Lakukan perkelanalan diri dan identifikasi pasien
Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
Jelaskan prosedur pelaksanaan
Buat inform consent
Fase Pra Orientasi
Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
Fase Kerja
Alat-alat di dekatkan kepasien
Cuci tangan
PRAKTIKUM 5
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)
Pinset
Tonguespatel
Corong
Gelas ukur
b) Langkah-langkah
Fase Pra Interaksi
Lakukan senyum , sapa, salam, sopan dan satun
Lakukan perkelanalan diri dan identifikasi pasien
Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
Jelaskan prosedur pelaksanaan
Buat inform consent
Fase Pra Oreintasi
Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
Fase Kerja
Cuci tangan dan atur peralatan
Gunakan sarung tangan
Jelaskan prosedur pada klien
Bantu klien untuk posisi semifowler (bila memungkinkan)
Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan (atau sisi
kiri bila anda bertangan dominan kiri)
Bersihkan mukusdan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam
jangkauan klien
Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandaidengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar
slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum;
tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem
Minta klien menengadahkan kepala (bila memungkinkan), masukkan selang ke dalam
lubang hidung yang paling bersih
Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala
dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam keadaan sadar)
Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan (bila klien dalam keadaan sadar)
Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang kefaring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya
tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara
sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi
slang.
Untuk mengamankanslang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah
satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
Setelah NGT masuk pasien diaturdengan posisi miring tanpa bantal atau kepala
lebih rendah selanjutnya klem dibuka.
Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam corong
jumlah cairan sesuai kebutuhan (±500 cc). Cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan
ditampung dalam baskom
Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari
lambung sudah jernih.
Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan
diletakkan dalam baki.
Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
Bereskan peralatan
Fase Terminasi
Dokumentasi tindakan
Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien
PRAKTIKUM 6
COLOSTOMY CARE
PRAKTIKUM 7
IRIGASI BLADDER
Persiapan pasien :
Periksa ulang tindakan yang di minta oleh dokter
Persiapkan alat
Identifikasi pasien
Jelaskan prosedur dan rasionalnya kepada klien
Cuci tangan
Lakukan premedikasi sesuai dengan indikasi pada pasien
Berikan privasi
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
Fase Kerja
Buka selimut pasien untuk dapat mengekspose kateter
Palpasi kandung kemih pasien untuk mengetahui adanya distensi
Buka wadah cairan irigasi steril di meja/troli, pertahankan sterilitas bagian dalam dari wadah
Kenakan sarung tangan bersih
Letakkan absorben pad di bawah sambungan selang dan kateter
Masukkan cairan irigasi yang sebelumnya telah dibuka
Buka tutup spuit dan letakkan di wadah cairan irigasi. Jangan mengkontaminasi ujung spuit
Letakkan kom wadah di atas absorben pad untuk menciptakan area kerja
Lepaskan kateter dari selang urin bag, letakkan penutup steril pada ujung selang urin bag
Amankan selang urin bag di samping tempat tidur
Letakkan ujung kateter ke kom
Masukkan spuit ke kateter dan coba aspirasi adanya benda yang menyumbat
Masukkan cairan irigasi ke spuit
Masukkan 30-50mL cairan irigasi ke dalam kateter secara perlahan lahan dan tekanan lembut
Cabut spuit dan biarkan cairan mengalir ke luar
Rendahkan posisi kom agar cairan dapat keluar dengan bantuan gravitasi atau sedot kembali
cairan yang telah dimasukkan
Lanjutkan irigasi kandung kemih pasien dengan 30-50mL cairan irigasi hingga cairan keluar
jernih
Cabut penutup dari selang urin bag
Usap ujung kateter dengan kapas alkohol/swab, dan hubungkan kateter dengan selang urin
bag
Pastikan jalur paten dari kateter hingga urin bag. Hindari selang menggantung di bawah
posisi urin bag
Fiksasi kateter pada paha dalam untuk perempuan dan abdomen pada laki-laki
Pasang kembali pengaman sisi tempat tidur pasien
Rapikan alat dan lepaskan sarung tangan
Pastikan pasien bersih dan nyaman
Cuci tangan
Hitung jumlah cairan yang keluar dan apa saja yang keluar bersama cairan irigasi
Catat jumlah dan kondisi cairan irigasi yang keluar pada chart pasien
Fase Terminasi
Evaluasi hasil / respon klien
Dokumentasikan hasilnya
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
Cuci tangan
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.(2009) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Christenseen, P & Kenney, J. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Lewis. (2007). Medical Surgical Nursing, Assesment and Management of Clinical Problem.
Seventh Edition. Volume 2. St. Louis. Missouri. Mosby.Elsevier INC
PRAKTIKUM 8
BLADDER TRAINING
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang,
hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan
dapat menahan sensasi berkemih.
4. Prosedur Bladder Trainng
1) Alat-alat dan bahan
Buku catatan
Handscoen bersih
Pis pot
Pengalas
2) Langkah-langkah
Fase pra interaksi
Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien (Check Status Pasien)
Cuci tangan
Siapkan alat
Fase pra orientasi
Beri salam, panggil klien dengan namanya
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
Informed consent
Fase kerja
Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu.
Ciptakan jadwal berkemih regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya,
baik pasien merasakan keinginan untuk berkemih ataupun tidak. ( contoh : sesaat
setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam
pada malam hari). Rangkaian peregangan-relaksasi dalam jadwal tersebut dapat
meningkatkan tonus otot dan kontrol volunter. Instruksikan pasien untuk
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.(2009) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Christenseen, P & Kenney, J. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4.
Jakarta: EGC
PRAKTIKUM 9
WASH OUT ENEMA
B. Konsep Teori
1. Defini
- Enema untuk tujuan retensi, sebaiknya enema diberikan setelah BAB normal. Untuk tujuan
mengatasi sembelit, enema diberikan untuk membantu buang air besar. Kosongkan kandung
kemih sebelum melakukan enema untuk mengurangi ketidaknyaman yang berhubungan
dengan bertambahnya cairan di dalam usus.Belilah kantong enema di apotek atau botol
enema Fleet. Untuk kantong enema, Anda harus mengisinya dengan cairan yang disiapkan
sendiri di rumah, sementara botol enema Fleet dijual berikut isinya.Pasang alas plastik di
area yang akan digunakan sebagai tempat berbaring untuk mengantisipasi kemungkinan
cairan keluar secara tidak sengaja sebelum Anda sampai di kamar mandi.
- Secara umum, Anda menggunakan jumlah air yang lebih sedikit untuk tujuan retensi
sehingga rektum tidak terlalu penuh dan Anda dapat mempertahankannya tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan. Dokter akan memberi tahu berapa jumlah cairan yang
dibutuhkan.Pastikan Anda memiliki perangkat untuk menggantungkan kantong sehingga
tidak perlu meminta seseorang untuk memeganginya. Pemberian cairan melalui kantong
enema memanfaatkan gravitasi. Strategi terbaik adalah menggantung kantong di dekat
tempat Anda akan melakukan enema. Posisi kantong harus cukup tinggi sehingga cairan bisa
mengalir dengan mudah, biasanya sekitar 60 cm di atas rektum, tetapi tidak lebih dari satu
meter.
- Siapkan tube enema. Ukur dan buat tanda 10 cm pada tube untuk memastikan Anda tidak
memasukkannya lebih dari 10 cm ke rektum. Lumasi ujung tube dengan vaselin atau jeli
pelumas agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan saat disisipkan. Berbaringlah.
Berbaringlah miring ke kiri, sementara lutut ditarik ke arah dada. Hal ini akan mengubah
posisi kolon bagian bawah sehingga bisa menerima lebih banyak cairan dari rektum. Posisi
anatomis bagian bawah kolon dan gravitasi akan membantu cairan masuk lebih tinggi di
dalam kolon. Miringkan kepala dan letakkan tangan kiri di bawah kepala.
- Masukkan tube enema ke rektum. Buka belahan bokong untuk menemukan anus atau bagian
luar rektrum yang akan menjadi pintu masuk untuk tube. Dengan lembut dorong ujung tube
enema, atau ujung botol enema Fleet yang sudah diolesi pelumas ke dalam rektum sekitar 7,5
cm. Saat Anda mendorong tube ke dalam anus, mengejanlah seolah ingin buang air
besar.Jangan memasukkan tube dengan paksa. Jika Anda tidak berhasil mendorong tube ke
dalam anus, berhentilah. Hubungi dokter untuk mendiskusikan apa yang harus
dilakukan.Biarkan cairan mengalir ke rektum. Jika Anda menggunakan kantong enema, buka
klem dan biarkan cairan mengalir ke usus besar. Jika Anda menggunakan botol enema Fleet,
tekan botol dengan lembut. Gulirkan botol perlahan dari bawah ke atas sehingga cairan tidak
mengalir kembali ke botol.
- Tunggu sampai semua cairan masuk ke rektum. Bernapaslah melalui mulut jika Anda merasa
mulas (kolik). Tutup klem sejenak sampai rasa mulas mereda, kemudian lanjutkan prosedur
enema. Perhatikan kantong sampai benar-benar kosong, kemudian cabut tube. Jika Anda
menggunakan botol enema Fleet, teruslah menggulirkan botol dan perlahan lepaskan tube.
- Pergilah ke kamar mandi dan buanglah air besar. Jika Anda menderita sembelit, cobalah
terus berbaring setidaknya selama beberapa menit dan paling lama satu jam sebelum ke
kamar mandi untuk buang air besar.
- Jika Anda melakukan enema untuk tujuan retensi dan penyerapan, sebaiknya tetaplah
berbaring miring ke kiri selama 10 menit, lalu telentang selama 10 menit, dan miring ke
kanan selama 10 menit untuk membantu cairan mencapai usus besar.
- Perhatikan efek samping. Seperti halnya perawatan medis lainnya, ada kemungkinan Anda
mengalami beberapa efek samping setelah melakukan enema. Selama berlangsungnya
prosedur enema, Anda mungkin merasa begah dan tidak nyaman. Kolik dan gas juga
mungkin berlanjut selama beberapa jam setelah enema. Jika gejala ini berlanjut lebih dari
beberapa jam setelah enema, segera hubungi dokter.
- Jika terlalu sering melakukan enema, Anda bisa mengalami dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Meskipun dapat menyerap cairan melalui rektum, tubuh juga
berisiko kehilangan elektrolit darah jika cairan di rektum bersifat hipotonik (atau
mengandung lebih sedikit elektrolit dibanding yang terdapat di dalam darah) atau dapat
mengiritasi kolon dan mengeluarkan lebih banyak kotoran daripada seharusnya.
- Dehidrasi dapat menyebabkan efek samping yang serius untuk jantung dan ginjal.
Menurunnya frekuensi buang air kecil, mulut kering, rasa haus yang meningkat,
berkurangnya air mata, pusing, pening, atau kulit pucat dan berkerut dapat menjadi gejala
dehidrasi.
- Reaksi alergi yang timbul akibat obat-obatan yang digunakan untuk enema terbilang jarang.
Namun, jika ini terjadi, misalnya Anda mengalami ruam, gatal-gatal, pembengkakan, pusing
yang parah, atau kesulitan bernapas, sebaiknya segera menghubungi dokter.
WASH OUT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
HASIL
KEGIATAN KET
YA TIDAK
a. Indikasi :
- Pasien Morbus Hirschprung
KEBIJAKAN
- Pasien yg akan dioperasi ; PSA, Pultrough
- Persiapan diagnostik → colon in loop ,
Barium fullthrough, Intra venous
Pyelografi (IVP)
- Pasen obstipasi
PROSEDUR PENGKAJIAN
PELAKSANAAN Cek perencanaan keperawatan
IMPLEMENTASI
Siapkan alat dan dekatkan kepada klien
Pakai celemek / barakshort
Pasang perlak dan kain pengalas
Atur posisi pasien ( terlentang jika pasien
dipasang kolostomi, infant dan anak kecil
posisi dorsal recumbent atau supine
dengan lutut fleksi. Pada anak yang
cukup besar posisi sim dengan lutut
kanan fleksi.
Pasang selimut, kemudian buka celana
pasien
Pasang pispot
Pakai sarung tangan
Tuang NaCl 0,9 % hangat ke dalam kom
Ambil cairan dengan menggunakan spuit
Siapkan kanul dan lumasi ujungnya
dengan vaseline atau jelly
Tangan kiri membuka anus, tangan kanan
memasukkan kanul. (anak dengan
kolostomy, kanul dimasukkan ke dalam
lubang colostomy).
Anak disuruh unuk nafas dalam
Tahan kanul 5-10 menit
Biarkan cairan keluar kembali dan
ditampung .
Masukkan cairan berulang-ulang hingga
bersih atau sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Cabut kanul rectie dari anus atau
kolostomi dan anjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam.
DOKUMENTASI
Waktu pelaksanaan
Jumlah dan karakter feces
Keadaan abdomen
Nama perawat yang melaksanakan
tindakan disertai tanda tangan.
Kepustakaan
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2010. Instruksi Kerja Pelaksanaan Wash Out.