You are on page 1of 27

Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 4
PROSEDUR NASO GASTRIK TUBE

A. Kompetensi Dasar
Melaksanakan prosedur pemasangan dan pelepasaran nasogastric tube.

B. Indikator Pencapaian
Pelakasanaan praktikum prosedur pemasangan dan pelepasan naso gastriktube.

C. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti kegiatan praktium ini, mahasiswa diharapkan:
1. Menyebutkan tujuan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dengan tepat.
2. Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Pemasangan
Nasogastric Tube (NGT) dengan benar.
3. Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
4. Mendemonstrasikan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) dengan benar
5. Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)
yang telah dilakukan.
6. Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Pemasangan Nasogastric Tube (NGT)
yang telah dilakukan

D. Uraian teori
1. Definisi
Pemasangan Pipa Nasogastrik Tube (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa
panjang yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, Pharynx,
esofagus sampai kedalam lambung dengan indikasi tertentu(Pramana, 2019).
2. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan pipa nasogastrik (Pramana,
2019):
a) Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula esofagotrakeal akibat
pemasangan NGT jangka lama.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


25
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

b) Pneumonia Aspirasi.
c) Hipoksia, sianosis, atau henti nafas akibat intubasi trakeal
3. Prosedur Tindakan
1) Tujuan
Petunjuk pelaksanaan Pemasangan Naso Gastrik Tube
2) Alat-alat dan bahan
 Slang NGT
 Jeli/pelumas
 Plester
 Disposable Spuit 10 cc
 Stateskop
 Sarung Tangan
 Bengkok
 Perlak dan handuk pengalas
 Gunting
 Kom berisi air

3) Langkah-langkah
 Fase Pra Interakasi
 Lakukan senyum , sapa, salam, sopan dan satun
 Lakukan perkelanalan diri dan identifikasi pasien
 Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
 Jelaskan prosedur pelaksanaan
 Buat inform consent
 Fase Pra Orientasi
 Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
 Fase Kerja
 Alat-alat di dekatkan kepasien
 Cuci tangan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


26
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Pakai sarung tangan


 Pasanglah perlak dialasi handuk di bawah kepala pasien samapai bahu
 Aturlah posisi tidur pasien supine dengan kepala di fleksikan dengan satu bantal
 Bersihkan hidug dengan waslap/tosuue
 Ukur panjang NGT dari pangkal hidung ke telinga bawah sampai prosesus
xypoideus
 Olesi jeli pada pipa lambung atau NGT sepanjang 7-10 cm yang akan
dimasukkan serta ujung yang lain di jepit
 Masukkan pipa lambung kesalah satu lubang hidung secara berlahan-lahan
sampai batas yang telah yang telah ditentukan sambil memperhatikan reaksi dari
pasien untuk menelan ludah
 Pastikan slang NGT masuk ke lambung/ tidak ke paru-paru dengan cara:
 Hisap cairan lambung dengan disposable spuit 10 cc bilang yang keluar sisa
makanan berarti benar
 Masukkan udara 5-10 cc melalui disposanle spuit kedalam salang NGT
kemundian dengarkan dengan stateskop di daerah lambung jika terdengar bunyi
semburan ( brus) berarti pemasangan benar
 Masukkan ujung selang NGT ke air matang dalam kom jikatidak bergelebung
berarti benar
 Fiksasi slang NGT didaerah hidung dengan plester
 Jelaskan tindakan telah selesai dan rapikan pasien
 Alat-alat di bereskan
 Lepas sarung tangan
 Cuci tangan
 Fase Terminasi
 Dokumentasi tindakan
 Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


27
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 5
BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

A. Kompetensi Yang Diharapkan


- Kompetensi Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan Bilas Lambung (Gastric Lavage) dengan benar.
- Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a) Menyebutkan tujuan Bilas Lambung (Gastric Lavage) dengan tepat.
b) Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Bilas
Lambung (Gastric Lavage) dengan benar.
c) Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
d) Mendemonstrasikan Bilas Lambung (Gastric Lavage) dengan benar
e) Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Bilas Lambung (Gastric
Lavage) yang telah dilakukan.
f) Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Bilas Lambung (Gastric
Lavage) yang telah dilakukan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


28
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

B. Konsep Bilas Lambung (Gastric Lavage)


1. Definisi
Tindakan Gastric Lavage atau kumbah lambung, yakni sebagai salah satu
intervensi yang efektif untuk mengurangi absorsi obat atau racun yang masih
tersisa didalam lambung. (Ns. Ira Rahmawati S. Kep., 2018)
2. Tata cara pelaksanaan
Kumbah Lambung dilakukan apabila pasien dating dalam waktu <2 jam setelah
menelan/tertelan obat/makanan. Kumbah lambung diawali dengan pemasangan
selang NGT dari lubang hidung sampai ke lambung. Isi lambung kemudian dicuci
dan dikosongkan dengan menggunakan cairan NaCI atau air mineral. (Ns. Ira
Rahmawati S. Kep., 2018)
3. Tujuan
a) Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran
pencernaan
b) Mendiagnosa perdarahan lambung
c) Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy
d) Membuang cairan atau partikel dari lambung
4. Prosedur Tindakan
a) Alat-alat dan bahan
 Baki berisi selang NGT (ukuran dewasa 14 –20Fr dan anak-anak 8 –16 Fr)
 2 buah baskom
 Perlak dan handuk pengalas
 Stetoskop
 Spuit 10 cc
 Plester
 Nierbeken
 Kom penampung
 Air hangat
 Kassa/tissue11)Jelly
 Hanscoen

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


29
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Pinset
 Tonguespatel
 Corong
 Gelas ukur
b) Langkah-langkah
 Fase Pra Interaksi
 Lakukan senyum , sapa, salam, sopan dan satun
 Lakukan perkelanalan diri dan identifikasi pasien
 Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
 Jelaskan prosedur pelaksanaan
 Buat inform consent
 Fase Pra Oreintasi
 Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
 Fase Kerja
 Cuci tangan dan atur peralatan
 Gunakan sarung tangan
 Jelaskan prosedur pada klien
 Bantu klien untuk posisi semifowler (bila memungkinkan)
 Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan (atau sisi
kiri bila anda bertangan dominan kiri)
 Bersihkan mukusdan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
 Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam
jangkauan klien
 Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandaidengan plester.
 Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar
slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum;
tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
 Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem
 Minta klien menengadahkan kepala (bila memungkinkan), masukkan selang ke dalam
lubang hidung yang paling bersih

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


30
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala
dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam keadaan sadar)
 Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan (bila klien dalam keadaan sadar)
 Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang kefaring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya
tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
 Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara
sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi
slang.
 Untuk mengamankanslang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah
satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
 Setelah NGT masuk pasien diaturdengan posisi miring tanpa bantal atau kepala
lebih rendah selanjutnya klem dibuka.
 Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam corong
jumlah cairan sesuai kebutuhan (±500 cc). Cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan
ditampung dalam baskom
 Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari
lambung sudah jernih.
 Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan
diletakkan dalam baki.
 Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
 Bereskan peralatan
 Fase Terminasi
 Dokumentasi tindakan
 Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


31
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 6
COLOSTOMY CARE

A. Kompetensi Yang Diharapkan


- Kompetensi Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan melakukan
Colostomy Care dengan benar.
- Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

a) Menyebutkan tujuan Colostomy Care dengan tepat.


b) Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Colostomy
Care dengan benar.
c) Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
d) Mendemonstrasikan Colostomy Care dengan benar
e) Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Colostomy Care yang telah
dilakukan.
f) Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Colostomy Care yang telah
dilakukan
B. Konsep Colostomy Care
1. Definisi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dariusus besar melalui
dinding perut dengan tindakan pembedahan apabilajalan ke anus tidak berfungsi
dengan cara pengaliran aliran feses darikolon karena gangguan fungsi anus.
Perawatan kolsotomi adalahmembersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma
dan menggantikantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan (Suratun, 2010).
2. Jenis-jenis Kolostomi berdasarkan sifat :
1) Kolostomy Permanene)
2) Kolostomy temporer/ sementara
3. Tujuan
Menejelaskan prosedur stoma care
4. Prosedur Tindakan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 32


Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

1) Alat-alat dan bahan


 colostomy bag
 kapas basah Nacl
 kapas kering atau tissue
 sarung tangan bersih
 kantong kresek untuk balutan kotor
 celemek skoret
 zink salep atau stoma haesive powder
 perlak dan alasnya
 plester dan gunting
 desinfekstan
 bengkok
 pinset anatomi 2 steril
 pinset chirurghie steril
 kasa steril
 kapas steril
 sampiran
2) Langkah-langkah
 Fase Pra Interaksi
 Lakukan senyum , sapa, salam, sopan dan satun
 Lakukan perkelanalan diri dan identifikasi pasien
 Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
 Jelaskan prosedur pelaksanaan
 Buat inform consent
 Fase Pra Orientasi
 Jaga privasi pasien dengan memasang sampiran
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
 Fase Kerja
 Dekatkan alat dengan pasien
 Cuci tangan dan atur peralatan
 Letakkan perlak dan alasanya pada pasien sesuai letak stoma
 Letakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 33


Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Observasi produkl stoma ( warna konsistensi dll)


 Buka bag kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan
kulit pasien
 Letakkan kolostomy bag kotor dalam bengkok/tempat sampah
 Lakukan observasi terhadap kulit sekitar stoma dan stoma
 Bersihkan stoma dan kulit disekitar stoma dengan kapas steril yang dibahasi NaCl atau
kapas hangat (air hangat)
 Keringkan kulit sekitar stoma dengan sangat hati-hati mengunakan kassa steril
 Berikan salep zink tipis-tipis atau stoma haesive powder jika terdapat iritasi pada kulit
sekitar stoma
 Ukur stoma, dan buatlah pola sesuai dengan besarnya stoma
 Sesuaikan lubang colostomy dengan stoma bag baru
 Tempelkan bag kolostomy dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan
pasien
 Masukkan stoma melalui lubang bag kolostomi
 Rekatkan/pasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
 Rapikan klien dan lingkungan
 Bereskan alat dan buang kotoran
 Lepas sarung tangan
 Cuci tangan
 Fase Terminasi
 Dokumentasi tindakan
 Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 34


Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 7
IRIGASI BLADDER

A. Kompetensi Yang Diharapkan


- Kompetensi Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan Irigasi bladder dengan benar.
- Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a) Menyebutkan tujuan Irigasi Bladder dengan tepat.
b) Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Irigasi Bladder
dengan benar.
c) Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
d) Mendemonstrasikan Irigasi Bladder dengan benar
e) Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Irigasi Bladder yang telah
dilakukan.
f) Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Irigasi Bladder yang telah dilakukan
B. Konsep Irigasi Bladder
1. Definisi
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah pencucian kateter urine untuk
mempertahankan kepatenan kateter urine menetap dengan larutan steril yang
diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat terkumpul di dalam
selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta menyebabkan urine tetap
berada di tempatnya (Sholichin, 2021).
2. Metode Ada dua metode untuk irigasi kateter (Sholichin, 2021) yaitu :
a) Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi
kontinyu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering
digunakan pada kalien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya
berisiko mengalami penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


35
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

b) Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung


kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi.
Namun, demikian kateter ini diperlukan saat kateter kateter tersumbat dan kateter
tidak ingin diganti (misalnya : setelah pembedahan prostat).
3. Tujuan
a) Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
b) Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
c) Untuk membersihkan kandung kemih
d) Untuk mengobati infeksi
4. Prosedur Tindakan
a) Alat-alat dan bahan
 Set irigasi steril dengan spuit (ujung sesuai untuk kebutuhan irigasi kateter)
 Sarung tangan bersih
 Normal saline steril untuk cairan irigasi (atau cairan sesuai dengan order)
 Kapas alkohol/swab
 Absorben pad
 Penutup steril untuk selang/tube
 Obat anti nyeri atau anti spasme
 Plester
 Kom
b) Langkah-langkah
 Fase Pra Interakasi
 Mengumpulkan data tentang klien (dari RM)
 Identifikasi kebutuhan indikasi pasien
 Menyiapkan alat
 Fase Pra Orientasi
 Memberikan salam & tersenyum pada pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
 Inform Consent

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


36
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

Persiapan pasien :
 Periksa ulang tindakan yang di minta oleh dokter
 Persiapkan alat
 Identifikasi pasien
 Jelaskan prosedur dan rasionalnya kepada klien
 Cuci tangan
 Lakukan premedikasi sesuai dengan indikasi pada pasien
 Berikan privasi
 Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
 Fase Kerja
 Buka selimut pasien untuk dapat mengekspose kateter
 Palpasi kandung kemih pasien untuk mengetahui adanya distensi
 Buka wadah cairan irigasi steril di meja/troli, pertahankan sterilitas bagian dalam dari wadah
 Kenakan sarung tangan bersih
 Letakkan absorben pad di bawah sambungan selang dan kateter
 Masukkan cairan irigasi yang sebelumnya telah dibuka
 Buka tutup spuit dan letakkan di wadah cairan irigasi. Jangan mengkontaminasi ujung spuit
 Letakkan kom wadah di atas absorben pad untuk menciptakan area kerja
 Lepaskan kateter dari selang urin bag, letakkan penutup steril pada ujung selang urin bag
 Amankan selang urin bag di samping tempat tidur
 Letakkan ujung kateter ke kom
 Masukkan spuit ke kateter dan coba aspirasi adanya benda yang menyumbat
 Masukkan cairan irigasi ke spuit
 Masukkan 30-50mL cairan irigasi ke dalam kateter secara perlahan lahan dan tekanan lembut
 Cabut spuit dan biarkan cairan mengalir ke luar
 Rendahkan posisi kom agar cairan dapat keluar dengan bantuan gravitasi atau sedot kembali
cairan yang telah dimasukkan
 Lanjutkan irigasi kandung kemih pasien dengan 30-50mL cairan irigasi hingga cairan keluar
jernih
 Cabut penutup dari selang urin bag
 Usap ujung kateter dengan kapas alkohol/swab, dan hubungkan kateter dengan selang urin
bag

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


37
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Pastikan jalur paten dari kateter hingga urin bag. Hindari selang menggantung di bawah
posisi urin bag
 Fiksasi kateter pada paha dalam untuk perempuan dan abdomen pada laki-laki
 Pasang kembali pengaman sisi tempat tidur pasien
 Rapikan alat dan lepaskan sarung tangan
 Pastikan pasien bersih dan nyaman
 Cuci tangan
 Hitung jumlah cairan yang keluar dan apa saja yang keluar bersama cairan irigasi
 Catat jumlah dan kondisi cairan irigasi yang keluar pada chart pasien

 Fase Terminasi
 Evaluasi hasil / respon klien
 Dokumentasikan hasilnya
 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


38
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Cuci tangan
 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
 Dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S.(2009) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Christenseen, P & Kenney, J. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4.
Jakarta: EGC

Lewis. (2007). Medical Surgical Nursing, Assesment and Management of Clinical Problem.
Seventh Edition. Volume 2. St. Louis. Missouri. Mosby.Elsevier INC

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


39
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 8
BLADDER TRAINING

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


40
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

A. Kompetensi Yang Diharapkan


- Kompetensi Umum
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan Bladder Training dengan benar.
- Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a) Menyebutkan tujuan Bladder Training dengan tepat.
b) Menjelaskan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk Bladder
Training dengan benar.
c) Mendemonstrasikan komunikasi terapeutik dengan benar
d) Mendemonstrasikan Bladder Training dengan benar
e) Mengevaluasi keberhasilan tindakan prosedur Bladder Training yang telah
dilakukan.
f) Mendokumentasikan hasil tindakan prosedur Bladder Training yang telah
dilakukan

B. Konsep Bladder Training


1. Definisi
Bladder Training merupakan latihan kandung kemi sebagai salah satu upaya
mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ( Lutfie, 2008).
Pemasangan kateter dalam jangka waktu lama menyebabkan kandung kemih tidak
dapat terisi dan berkontraksi sehingga kapasitas kandung kemih menurun atau hilang,
apabila kateter di lepas maka akan terjadi komplikasi gangguan eliminasi. Bladder
Training perlu dilakukan untuk mengembalikan fungsi kandung kemih ke keadaan
normal atau ke fungsi optimal dengan latihan terstruktur sehingga interval berkemih
mnjadi panjang dan normal. Tujuan: Untuk mengetahui penerapan bladder training
pada pasien yang terpasang kateter tetap dalam pemenu an kebutuhan eliminasi.
2. Metode Bladder Training :
a) Kegel Exercise/Latihan Otot Dasar Panggul
b) Delay Urination (Menundan Berkemih)
3. Tujuan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


41
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai
teknik distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang,
hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan
dapat menahan sensasi berkemih.
4. Prosedur Bladder Trainng
1) Alat-alat dan bahan
 Buku catatan
 Handscoen bersih
 Pis pot
 Pengalas
2) Langkah-langkah
 Fase pra interaksi
 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien (Check Status Pasien)
 Cuci tangan
 Siapkan alat
 Fase pra orientasi
 Beri salam, panggil klien dengan namanya
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
 Informed consent
 Fase kerja
 Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu.
Ciptakan jadwal berkemih regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya,
baik pasien merasakan keinginan untuk berkemih ataupun tidak. ( contoh : sesaat
setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam
pada malam hari). Rangkaian peregangan-relaksasi dalam jadwal tersebut dapat
meningkatkan tonus otot dan kontrol volunter. Instruksikan pasien untuk

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


42
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

mempraktikkan nafas dalam hingga rasa keinginan berkemih berkurang atau


hilang.
 Ketika pasien sudah mampu merasakan dapat mengontrol berkemih, jangka waktu
bisa diperpanjang tanpa adanya inkontinensia.
 Atur asupan cairan, terutama pada siang hari, untuk membantu mengurangi
kebutuhan berkemih pada malam hari.
 Dorong pasien untuk minum Antara pukul 06.00 – 18.00.
 Hindari konsumsi berlebihan dari jus sitrus, minuman berkabonasi (khususnya
minuman dengan pemanis buatan), alkohol dan minuman yang mengandung
kafein, karena dapat mengiritasi bladder, meningkatkan resiko inkontinensia.
 Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini dibutuhkan untuk
memastikan produksi urin adekuat yang dapat menstimulasi refleks berkemih.
 Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan linen tetap kering.
Hindari penggunaan diaper, menghindari persepsi boleh mengompol.
 Bantu pasien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot dan program
latihan otot pelvis yang bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
 Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih. Puji pasien bila
dapat melakukan berkemih di toilet dan mempertahankan untuk tidak mengompol.
 Fase Terminasi
 Evaluasi hasil / respon klien
 Dokumentasikan hasilnya (catat jumlah urine yang keluar, beserta warnanya dan
catat frekuensi berkemih)
 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
 Cuci tangan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


43
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S.(2009) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.

Christenseen, P & Kenney, J. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. Edisi 4.
Jakarta: EGC

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


44
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


45
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

PRAKTIKUM 9
WASH OUT ENEMA

A. Kompetensi Yang Diharapkan


- Kompetensi Umum
Prosedur dengan cara memasukan cairan kedalam colon untuk mengeluarkan feses
atau membersihkan colon.
- Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan enema
dengan tujuan:
a) Merangsang peristaltik usus
b) Membersihkan usus (persiapan operasi)
c) Untuk pengobatan

B. Konsep Teori

1. Defini

- Enema untuk tujuan retensi, sebaiknya enema diberikan setelah BAB normal. Untuk tujuan
mengatasi sembelit, enema diberikan untuk membantu buang air besar. Kosongkan kandung
kemih sebelum melakukan enema untuk mengurangi ketidaknyaman yang berhubungan
dengan bertambahnya cairan di dalam usus.Belilah kantong enema di apotek atau botol
enema Fleet. Untuk kantong enema, Anda harus mengisinya dengan cairan yang disiapkan
sendiri di rumah, sementara botol enema Fleet dijual berikut isinya.Pasang alas plastik di
area yang akan digunakan sebagai tempat berbaring untuk mengantisipasi kemungkinan
cairan keluar secara tidak sengaja sebelum Anda sampai di kamar mandi.

- Menggunakan kantong enema, sekarang saatnya untuk mengisinya. Kantong harus


dibersihkan dengan air panas dan sabun setiap kali selesai digunakan. Jangan pernah berbagi
kantong enema meski sudah dibersihkan. Setiap anggota keluarga harus memiliki kantong
sendiri. Isi kantong dengan larutan yang direkomendasikan oleh dokter dan air hangat (lihat
Bagian 2). Pastikan klem terpasang dengan baik untuk menahan cairan. Setelah terisi penuh,
pegang kantong dengan ujung slang menghadap ke bawah, dan buka klem sejenak untuk
membiarkan cairan mendorong gelembung udara dari slang sehingga tidak masuk ke dalam

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


46
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

usus dan menyebabkan kolik. Setelah itu, kembali pasang klem

- Secara umum, Anda menggunakan jumlah air yang lebih sedikit untuk tujuan retensi
sehingga rektum tidak terlalu penuh dan Anda dapat mempertahankannya tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan. Dokter akan memberi tahu berapa jumlah cairan yang
dibutuhkan.Pastikan Anda memiliki perangkat untuk menggantungkan kantong sehingga
tidak perlu meminta seseorang untuk memeganginya. Pemberian cairan melalui kantong
enema memanfaatkan gravitasi. Strategi terbaik adalah menggantung kantong di dekat
tempat Anda akan melakukan enema. Posisi kantong harus cukup tinggi sehingga cairan bisa
mengalir dengan mudah, biasanya sekitar 60 cm di atas rektum, tetapi tidak lebih dari satu
meter.

- Siapkan tube enema. Ukur dan buat tanda 10 cm pada tube untuk memastikan Anda tidak
memasukkannya lebih dari 10 cm ke rektum. Lumasi ujung tube dengan vaselin atau jeli
pelumas agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan saat disisipkan. Berbaringlah.
Berbaringlah miring ke kiri, sementara lutut ditarik ke arah dada. Hal ini akan mengubah
posisi kolon bagian bawah sehingga bisa menerima lebih banyak cairan dari rektum. Posisi
anatomis bagian bawah kolon dan gravitasi akan membantu cairan masuk lebih tinggi di
dalam kolon. Miringkan kepala dan letakkan tangan kiri di bawah kepala.

- Masukkan tube enema ke rektum. Buka belahan bokong untuk menemukan anus atau bagian
luar rektrum yang akan menjadi pintu masuk untuk tube. Dengan lembut dorong ujung tube
enema, atau ujung botol enema Fleet yang sudah diolesi pelumas ke dalam rektum sekitar 7,5
cm. Saat Anda mendorong tube ke dalam anus, mengejanlah seolah ingin buang air
besar.Jangan memasukkan tube dengan paksa. Jika Anda tidak berhasil mendorong tube ke
dalam anus, berhentilah. Hubungi dokter untuk mendiskusikan apa yang harus
dilakukan.Biarkan cairan mengalir ke rektum. Jika Anda menggunakan kantong enema, buka
klem dan biarkan cairan mengalir ke usus besar. Jika Anda menggunakan botol enema Fleet,
tekan botol dengan lembut. Gulirkan botol perlahan dari bawah ke atas sehingga cairan tidak
mengalir kembali ke botol.

- Tunggu sampai semua cairan masuk ke rektum. Bernapaslah melalui mulut jika Anda merasa
mulas (kolik). Tutup klem sejenak sampai rasa mulas mereda, kemudian lanjutkan prosedur
enema. Perhatikan kantong sampai benar-benar kosong, kemudian cabut tube. Jika Anda
menggunakan botol enema Fleet, teruslah menggulirkan botol dan perlahan lepaskan tube.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


47
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

- Pergilah ke kamar mandi dan buanglah air besar. Jika Anda menderita sembelit, cobalah
terus berbaring setidaknya selama beberapa menit dan paling lama satu jam sebelum ke
kamar mandi untuk buang air besar.

- Jika Anda melakukan enema untuk tujuan retensi dan penyerapan, sebaiknya tetaplah
berbaring miring ke kiri selama 10 menit, lalu telentang selama 10 menit, dan miring ke
kanan selama 10 menit untuk membantu cairan mencapai usus besar.

- Perhatikan efek samping. Seperti halnya perawatan medis lainnya, ada kemungkinan Anda
mengalami beberapa efek samping setelah melakukan enema. Selama berlangsungnya
prosedur enema, Anda mungkin merasa begah dan tidak nyaman. Kolik dan gas juga
mungkin berlanjut selama beberapa jam setelah enema. Jika gejala ini berlanjut lebih dari
beberapa jam setelah enema, segera hubungi dokter.

- Jika terlalu sering melakukan enema, Anda bisa mengalami dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Meskipun dapat menyerap cairan melalui rektum, tubuh juga
berisiko kehilangan elektrolit darah jika cairan di rektum bersifat hipotonik (atau
mengandung lebih sedikit elektrolit dibanding yang terdapat di dalam darah) atau dapat
mengiritasi kolon dan mengeluarkan lebih banyak kotoran daripada seharusnya.

- Dehidrasi dapat menyebabkan efek samping yang serius untuk jantung dan ginjal.
Menurunnya frekuensi buang air kecil, mulut kering, rasa haus yang meningkat,
berkurangnya air mata, pusing, pening, atau kulit pucat dan berkerut dapat menjadi gejala
dehidrasi.

- Reaksi alergi yang timbul akibat obat-obatan yang digunakan untuk enema terbilang jarang.
Namun, jika ini terjadi, misalnya Anda mengalami ruam, gatal-gatal, pembengkakan, pusing
yang parah, atau kesulitan bernapas, sebaiknya segera menghubungi dokter.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


48
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

WASH OUT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

HASIL
KEGIATAN KET
YA TIDAK

Merupakan salah satu prosedur dengan cara memasukan


PENGERTIAN cairan kedalam colon untuk mengeluarkan feses atau
membersihkan colon.
a. Merangsang peristaltik usus
TUJUAN b. Membersihkan usus (persiapan operasi)
c. Untuk pengobatan

a. Indikasi :
- Pasien Morbus Hirschprung
KEBIJAKAN
- Pasien yg akan dioperasi ; PSA, Pultrough
- Persiapan diagnostik → colon in loop ,
Barium fullthrough, Intra venous
Pyelografi (IVP)
- Pasen obstipasi

 Cairan hangat NaCl 0,9 % dengan jumlah :


- Pada infant : 120-240 cc
- Anak kecil : 240-360 cc
- Adolesence : 480-780 cc
(Wealey and Wong, 1989)
 Spuit 50-60 cc CT
 Selang kanula rectie dengan ukuran :
- Infant dan todler : 10-12 fr
PERALATAN - Adolesence : 22 fr
 Perlak dan kain pengalas
 Vaseline atau jelly
 Sarung tangan
 Pispot
 Air untuk cebok / kapas cebok
 Tissue
 Celemek / barakshort
 Kom untuk tempat NaCl 0,9 %
 Format dokumentasi
 Selimut
 Sampiran bila diperlukan

PROSEDUR PENGKAJIAN
PELAKSANAAN  Cek perencanaan keperawatan

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


49
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Kaji ulang perlunya tindakan wash out


 Kaji kemampuan kerjasama klien
PERENCANAAN
 Cuci tangan
 Persiapan alat yang dibutuhkan
 Persiapan pasien
- Berikan informasi pada anak dan
kelurga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
- Jaga privacy klien dengan menutup
tirai atau memasang sampiran

IMPLEMENTASI
 Siapkan alat dan dekatkan kepada klien
 Pakai celemek / barakshort
 Pasang perlak dan kain pengalas
 Atur posisi pasien ( terlentang jika pasien
dipasang kolostomi, infant dan anak kecil
posisi dorsal recumbent atau supine
dengan lutut fleksi. Pada anak yang
cukup besar posisi sim dengan lutut
kanan fleksi.
 Pasang selimut, kemudian buka celana
pasien
 Pasang pispot
 Pakai sarung tangan
 Tuang NaCl 0,9 % hangat ke dalam kom
 Ambil cairan dengan menggunakan spuit
 Siapkan kanul dan lumasi ujungnya
dengan vaseline atau jelly
 Tangan kiri membuka anus, tangan kanan
memasukkan kanul. (anak dengan
kolostomy, kanul dimasukkan ke dalam
lubang colostomy).
 Anak disuruh unuk nafas dalam
 Tahan kanul 5-10 menit
 Biarkan cairan keluar kembali dan
ditampung .
 Masukkan cairan berulang-ulang hingga
bersih atau sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Cabut kanul rectie dari anus atau
kolostomi dan anjurkan pasien untuk
menarik nafas dalam.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


50
Modul Praktikum Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan Dan Imunologi

 Pispot atau penampung feces diangkat,


kemudian diganti dengan yang bersih
untuk cebok.
 Anak kembali dirapikan, dan bereskan
alat-alat.
 Cuci tangan
EVALUASI
 Kenyamanan pasien
 Hasil dan respon pasien selama proses
tindakan
 Beritahukan kepada pasien dan keluarga

DOKUMENTASI
 Waktu pelaksanaan
 Jumlah dan karakter feces
 Keadaan abdomen
 Nama perawat yang melaksanakan
tindakan disertai tanda tangan.

Kepustakaan
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2010. Instruksi Kerja Pelaksanaan Wash Out.

Vita Maryah Ardiyani, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan


51

You might also like