You are on page 1of 61

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI | 1

PRAKATA

Analisis Sediaan Farmasi adalah salah satu cabang ilmu kimia yang bertujuan
untuk menganalisis sediaan farmasi secara kualitatif dengan pereaksi spesifik dan
secara kuantitatif menggunakan instrumen.

Peran analisis sediaan farmasi dalam dunia farmasi khususnya dalam menguji
bahan baku dalam produk makanan, obat, ataupun kosmetik sebagai salah satu
pengujian kontrol kualitas, tentunya memberikan kontribusi besar dalam bidang
farmasi sehingga pengadaan praktikum analisis sediaan farmasi merupakan suatu
kebutuhan besar. Dalam proses praktikum, tentunya mahasiswa membutuhkan
buku panduan yang bisa dijadikan acuan pokok dalam pelaksanaan praktikum
yang dilakukan, sehingga dibuatlah buku panduan praktikum analisis sediaan
farmasi ini sebagai sarana utama mahasiswa dalam menjalankan prosedur analisis
sediaan farmasi.

Buku panduan praktikum analisis sediaan farmasi ini disusun untuk menunjang
mata kuliah analisis sediaan farmasi dalam program studi S1 Farmasi. Buku
panduan ini telah disusun sesuai dengan standar capaian dalam pembelajaran dan
kebutuhan mahasiswa.

Harapannya, melalui buku panduan praktikum analisis sediaan farmasi ini,


mahasiswa dapat memahami prosedur praktikum sehingga mahasiswa memiliki
kemampuan menganalisis dan mengevaluasi hasil praktikum sesuai dengan teori
dasar yang telah didapatkan.

Pringsewu, 20 Agustus 2021

Tim Penyusun

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


DAFTAR ISI

PRAKATA……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3
PERATURAN DALAM PRAKTIKUM………………………………...……..4
PENILAIAN PRAKTIKUM…………………………………..………………..7
Praktikum I Analisis Kualitatif Golongan Sulfa……………………….8
Praktikum II Analisis Kualitatif Golongan Fenol……………………...13
Praktikum III Analisis Kualitatif Golongan Asam……………………...18
Praktikum IV Analisis Kualitatif Golongan Barbiturat………………....24
Praktikum V Analisis Kualitatif Merkuri Dalam Kosmetik……….…...28
Praktikum VI Analisis Kualitatif Boraks Dalam Bakso……………..….32
Praktikum VII Analisis Kuantitatif Parasetamol……………………...…36
Praktikum VIII Analisis Kuantitatif Natrium Benzoat………………..….42
LAMPIRAN

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PERATURAN DALAM PRAKTIKUM

ABSENSI
1. Praktikan Analisis Sediaan Farmasi adalah mahasiswa aktif yang telah
mengambil atau sedang menempuh mata kuliah Analisis Sediaan Farmasi serta
telah mengisi Kartu Rencana Studi untuk mata kuliah Analisis Sediaan
Farmasi.
2. Praktikan diwajibkan hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Bagi yang
terlambat dengan alasan yang tidak jelas, tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
3. Apabila praktikan berhalangan hadir, harus membuat surat izin atau surat
keterangan sakit dan harus menghubungi Asisten/Dosen Penanggungjawab
guna penyusunan jadwal praktikum susulan. Praktikan yang tidak mengikuti
praktikum tiga kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas atau sah, akan
dikenakan sanksi akademik.
4. Praktikan diwajibkan mengisi absensi sebelum dan sesudah praktikum.
5. Praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium tanpa seizin
Asisten/Dosen Penanggungjawab.

PRAKTIKUM
1. Praktikan diharuskan memakai sepatu tertutup (Tidak diperkenankan memakai
sandal atau sepatu sandal).
2. Praktikan diwajibkan menggunakan jas praktikum berwarna putih bersih dan
dikancingkan dengan rapi selama pelaksanaan kegiatan praktikum, serta
membawa buku panduan praktikum.
3. Praktikan hanya diperbolehkan membawa buku catatan praktikum, buku
panduan praktikum, peralatan praktikum, dan alat tulis ke dalam laboratorium.
4. Setiap kelompok diwajibkan membawa :
a) Handscoon
b) Masker
c) Tisu
d) Label

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


e) Perlengkapan cuci alat laboratorium (Sabun cuci, sikat tabung, dan
sejenisnya)
5. Tas dan barang-barang pribadi milik praktikan yang tidak diperlukan selama
praktikum diletakkan di tempat yang telah ditentukan.
6. Selama proses praktikum, praktikan harus mematuhi aturan sebagai berikut :
a. Tidak memainkan telepon genggam.
b. Tidak merokok.
c. Tidak boleh berdiskusi di luar topik praktikum.
d. Tidak boleh makan dan minum selama praktikum berlangsung.
e. Menjaga kerapihan dengan menggunakan seragam, rambut praktikan laki-
laki harus rapi (tidak diperkenankan berambut panjang dan berwarna).
7. Praktikan diwajibkan menjaga kebersihan laboratorium sebelum, selama dan
setelah praktikum dilakukan.

ALAT DAN BAHAN


1. Sebelum dan setelah praktikum, praktikan harus mengembalikan alat-alat yang
digunakan ke tempat semula dalam keadaan bersih dan kering serta dalam
keadaan dan jumlah yang sama seperti sebelum praktikum. Botol bahan kimia
yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan ke tempat
semula.
2. Kerusakan atau pemecahan alat laboratorium baik dilakukan oleh individu atau
kelompok, harus melapor kepada Laboran pada saat itu juga dan diharuskan
mengganti paling lambat 5 hari setelah pemecahan alat.
3. Setiap praktikan harus berhati-hati pada waktu mengambil atau melakukan
pemanasan zat-zat yang berbahaya dan beracun (zat-zat glasial, korosif,
karsinogen, dan mudah terbakar) untuk menghindari terjadinya kebakaran atau
kecelakaan.

TEST
1. Tes yang dilakukan meliputi tes awal (lisan dan tulis) dan ujian akhir
praktikum setelah semua percobaan dilakukan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


2. Ujian Akhir Praktikum atau Ujian Praktek (UTEK) dilakukan setelah semua
laporan telah dibuat dan disatukan menjadi laporan lengkap serta disetujui oleh
Asisten/Dosen Penanggungjawab.

LAPORAN DAN KARTU KONTROL


1. Setiap praktikan diwajibkan membuat laporan praktikum sesuai format yang
sudah ditentukan dan ditandatangani Dosen/Asisten setelah selesai kegiatan
praktikum. Laporan langsung dikumpulkan pada hari tersebut atau sesuai
kesepakatan dengan Dosen/Asisten. Laporan sudah harus ACC H-1 sebelum
praktikum selanjutnya dimulai. Format laporan terlampir pada Lampiran.
2. Laporan pribadi ditulis tangan sedangkan laporan lengkap kelas berisi semua
percobaan diketik komputer dan dijilid warna ungu dengan pembatas di setiap
laporannya adalah kertas berwarna ungu tebal.
3. Praktikan diwajibkan mengisi kartu kontrol praktikum dan selalu dibawa saat
praktikum maupun saat ujian praktikum.
4. Teori yang disadur dari buku panduan praktikum ini harus ditulis dengan
format daftar pustaka :
Abdul Karim, D. Damayanti, Rahmawati, E.T. 2021. Panduan Praktikum
Analisis Sediaan Farmasi. UAP Press : Lampung.
5. Catatan kaki yang diambil dari buku ataupun sumber lainnya harus
dilampirkan dengan laporan (boleh dalam bentuk printout maupun fotokopi)
dan diberi stabilo pada kalimat yang digunakan.

LAIN-LAIN
Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan praktikum ini akan diatur dan
diumumkan kemudian oleh koordinator praktikum.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PENILAIAN PRAKTIKUM

Penilaian yang dilakukan meliputi kehadiran, psikomotor, afektif , kognitif,


Laporan, dan Ujian Akhir Praktikum atau Ujian Praktek (UTEK) yang semuanya
wajib untuk diikuti.

Penilaian dari sistem tersebut adalah sebagai berikut :

Kehadiran : 10 %
Kognitif : 15 %
Afektif : 10 %
Psikomotor : 15 %
Laporan : 20 %
Ujian Praktek : 30 %
Total : 100 %

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM I
ANALISIS KUALITATIF : GOLONGAN SULFA

A. Maksud Praktikum
Mengetahui analisis kualitatif terhadap golongan sulfonamida.

B. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi golongan obat sulfonamida dengan analisis kualitatif dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik.

C. Prinsip Praktikum
Berdasarkan penentuan senyawa-senyawa kimia yang termasuk golongan
sulfonamida dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dilihat dari perubahan
warna yang terjadi.

D. Dasar Teori
Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai
bahan obat atau bahan bantu belum begitu banyak dilakukan. Identifikasi anion
ataupun kation yang merupakan bagian bahan obat, bahan baku, bahan bantu dan
sediaan untuk senyawa anorganik maupun senyawa organik adalah yang paling
banyak dilakukan. Senyawa-senyawa anorganik pada umumnya merupakan
senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu, sedangkan
senyawa organik umumnya terikat dalam ikatan kovalen, dan hingga sekarang
belum ada suatu skema atau bagan yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasinya. (Tim Dosen UIT, 2010).

Sulfonamida merupakan suatu golongan senyawa antibakteri, yang mengandung


gugus sulfonamida –SO2NH. Walaupun di masa lalu senyawa ini banyak
digunakan, pada beberapa tahun terakhir ini, penggunaannya telah menurun
dengan adanya antibiotik-antibiotik baru, seperti penisilin dan sefalosporin
(Cairns, 2008).

Sulfonamida adalah antimikroba yang digunakan secara sistemik maupun topikal


untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik.
Pertengahan tahun 1970, penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai
kemoterapi, derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik
oral (ADO). Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif
dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA
(Para Amino Benzoic Acid) (Setiabudi, 2007).

Semua sulfonamida merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8) akibat efek
penarikan elektron yang kuat oleh substituen –SO2- dan stabilisasi anion yang
dihasilkan melalui resonansi. Sulfonamida biasanya diberikan dalam bentuk
garam natrium untuk meningkatkan kelarutannya dalam air (Cairns, 2008).

Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam dengan asam


maupun dengan basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil, garam alkalinya lebih
baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai (Tjay, 2007).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Sudip
5. Beaker gelas
6. Gelas ukur

b) Bahan yang digunakan


1. Etanol 96%
2. DAB HCl
3. Aquadest
4. Natrium Hidroksida
5. Asam Klorida

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


6. Pereaksi CuSO4 (CuSO4 dan Asam Sulfat)
7. Pereaksi Parry (Kobalt Nitrat dan Metanol)
8. Amonium Hidroksida
9. Pereaksi Vanilin (Vanilin dan Asam Sulfat)
10. Asam Sulfat
11. Sampel Sulfadiazin
12. Sampel Sulfanilamida

F. Prosedur Kerja
1. Uji Pendahuluan
a) Uji Organoleptik
1) Disiapkan sampel.
2) Dilakukan pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna, rasa dan
bau.
3) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
b) Uji Kelarutan
1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi untuk setiap sampel, diberi label
nama pada setiap tabung reaksi (NaOH, HCl, Aquadest, Etanol)
dan dimasukkan ke dalam rak tabung.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam setiap tabung reaksi.
3) Dilarutkan dengan masing-masing pelarut.
4) Dicatat kelarutan sampel dan didokumentasikan.
2. Uji Golongan
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c) Ditambahkan Pereaksi Vanilin sebanyak 2-3 tetes pada setiap sampel.
d) Diamati perubahan warna. Sampel positif dari golongan sulfa jika
berwarna cokelat atau cokelat merah.
e) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
3. Uji Penegasan
a) Disiapkan 3 buah tabung reaksi untuk Sampel A1 dan 3 buah tabung
reaksi untuk Sampel A2.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


b) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi.
c) Dimasukkan pereaksi spesifik pada masing-masing tabung reaksi
sebagai berikut :
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi CuSO4 (Sulfanilamida :
Endapan Putih, Sulfadiazin : Ungu)
Tabung II : 2 mg sampel + 3 tetes Amonium Hidroksida (NH4OH)
(Sulfanilamida : Merah Tua, Sulfadiazin : Ungu)
Tabung III : 2 mg sampel + 3 tetes pereaksi Parry (Sulfanilamida :
Merah, Sulfadiazin : Hijau Kotor)
d) Dicatat dan didokumentasikan.

G. Tabel Pengamatan
1) Uji Organoleptik
NO SAMPEL RASA WARNA BAU BENTUK
1 A1
2 A2

2) Uji Kelarutan
KELARUTAN
NO SAMPEL
Aquadest Etanol HCl NaOH
1 A1
2 A2

3) Uji Golongan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA
1 A1 Vanilin
2 A2 Vanilin

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


4) Uji Penegasan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA
CuSO4
1 A1 Parry
NH4OH
CuSO4
2 A2 Parry
NH4OH

H. Evaluasi
Bagaimana hasil kesimpulan praktikum anda dan faktor kesalahan apa yang
terjadi dalam proses perlakuan ?

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM II
ANALISIS KUALITATIF : GOLONGAN FENOL

A. Maksud Praktikum
Mengetahui analisis kualitatif golongan fenol.

B. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi senyawa dari golongan fenol.

C. Prinsip Praktikum
Berdasarkan penentuan senyawa-senyawa kimia yang termasuk golongan
fenol dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dilihat dari perubahan
warna yang terjadi.

D. Teori Dasar
Fenol atau hydroxybenzene dengan rumus molekul C6H5OH dan memiliki
berat molekul sebesar 94, 11 g/mol merupakan komponen campuran yang
memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik.
Pada suhu ruang fenol memiliki ciri fisik berupa kristal putih dan
perlahan berubah menjadi berwarna merah muda apabila terkena paparan
panas atau cahaya. Fenol juga memiliki bau khas yaitu berbau manis. Dalam
kelarutannya, zat ini sedikit sukar larut dalam air pada suhu 0-65oC dan
melarut sempurna pada suhu diatas 65,3oC. Fenol sangat larut dalam alkohol,
benzena, kloroform, eter, dan hampir semua jenis pelarut organik. Fenol juga
biasa disebut asam karbolat, asam fenat, asam fenitilat, fenil hidroksida, fenil
hidroksida, atau oksibenzena. (Othmer, 1962).

Pemeriksaan golongan senyawa fenol dilakukan dengan menguji larutan zat


dalam air atau etanol dengan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%. Larutan zat
uji akan membentuk warna merah sampai ungu. Senyawa yang termasuk
dalam golongan fenol antara lain parasetamol, asam p-aminosalisilat, asam
salisilat, salisilamida, dan lain-lain. Asam salisilat juga memberi hasil
positif fenol,

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


karena asam salisilat disamping memiliki gugus karboksilat sebagai asam, juga
memiliki gugus fungsi fenol (-OH) yang terikat pada inti benzen pada posisi
orto terhadap gugus karboksilat. Tetapi karena rasanya yang asam dan
mengubah lakmus biru jadi merah, maka asam salisilat dimasukkan dalam
golongan asam (Cartika, 2016).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Sudip
5. Beaker gelas
6. Gelas ukur

b) Bahan yang digunakan


1. Aquadest
2. DAB HCl
3. Ferri Klorida (FeCl3)
4. Amonium Hidroklorida
5. Asam Klorida
6. Asam Sulfat
7. Natrium Hidroksida
8. Sampel Rivanol
9. Sampel Resorsinol

F. Prosedur Kerja
1. Uji Pendahuluan
a) Uji Organoleptik
1) Disiapkan sampel.
2) Dilakukan pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna, rasa
dan bau.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


3) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
b) Uji Kelarutan
1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi untuk setiap sampel, diberi
label nama pada setiap tabung reaksi (NaOH, HCl, Aquadest,
Etanol) dan dimasukkan ke dalam rak tabung.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam setiap tabung reaksi.
3) Dilarutkan dengan masing-masing pelarut.
4) Dicatat kelarutan sampel dan didokumentasikan.
2. Uji Golongan
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3) Ditambahkan Pereaksi DAB HCl sebanyak 2-3 tetes pada setiap
sampel.
4) Diamati perubahan warna. Sampel positif dari golongan fenol jika
berwarna merah jingga. (NaOH : (+) Cokelat Kemerahan).
5) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
3. Uji Penegasan
1) Disiapkan 3 buah tabung reaksi untuk Sampel B1 dan 3 buah
tabung reaksi untuk Sampel B2.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi
setiap sampel.
3) Dimasukkan pereaksi spesifik pada masing-masing tabung reaksi
sebagai berikut :
Rivanol
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi FeCl3 (ungu) +
NH4OH 3 tetes (kuning)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes FeCl3 + 3 tetes HCl
(kuning)
Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes H2SO4 (Merah)
Resorsinol
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes H2SO4 (Kristal Kuning)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes NaOH (Endapan M erah)
Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes H2SO4 + 3 tetes NaOH

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


(Merah Ungu)
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

G. Tabel Pengamatan
1) Uji Organoleptik
NO SAMPEL RASA WARNA BAU BENTUK
1 B1
2 B2

2) Uji Kelarutan
KELARUTAN
NO SAMPEL
Aquadest Etanol HCl NaOH
1 B1
2 B2

3) Uji Golongan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA
1 B1
2 B2

4) Uji Penegasan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA
FeCl3 + NH4OH
1 A1 FeCl3 + HCl
H2SO4
H2SO4
2 A2 NaOH
H2SO4 + NaOH

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


H. Evaluasi

Jelaskan peran DAB HCl dalam mengidentifikasi senyawa golongan fenol !

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM III
ANALISIS KUALITATIF : GOLONGAN ASAM

A. Maksud Praktikum
Mengetahui analisis kualitatif golongan asam.

B. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi senyawa dari golongan asam.

C. Prinsip Praktikum
Berdasarkan penentuan senyawa-senyawa kimia yang termasuk golongan
asam dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dilihat dari perubahan
warna yang terjadi.

D. Teori Dasar
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal
yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur
(bahasa Belanda), atau Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah
berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti
yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam
kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.

Asam menurut Arrhenius adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali
dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-
zat yang dapat larut dalam air. Menurut Bronsted Lowry adalah pemberi
proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat. Bronsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan
definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti
pada definisi Arrhenius).

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


Sedangkan menurut Lewis, asam adalah penerima pasangan elektron dari
basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis, ini dapat mencakup
asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan,
seperti besi (III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori
orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron
pada orbital kosongnya yang paling rendah (Lumo) dari orbital terisi yang
tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari
asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan. (Soekarjo, 1990).

Secara umum, asam adalah senyawa yang menunjukkan keasaman dan


mengandung gugus karboksil. Adapun sifat umum dari asam adalah sebagai
berikut :
1) Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3, asam
karboksilat adalah asam lemah Sembilan kali lebih asam dari alkohol dan
fenol.
2) Bereaksi dengan NaHCO3 dan NaOH
3) Asam Karboksilat dengan BM rendah berupa cairan tidak berwarna
dengan bau menyengat, misa asam asetat, asam formiat, asma butirat, dll.
4) Bau asam karboksilat yang lebih tinggi (>100) berkurang sukar menguap
(low volatily)
5) Asam karboksilat membentuk 2 ikatan hidrogen antara sepasang
molekulnya (Autherhoff, 1981).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Sudip
5. Beaker gelas
6. Gelas ukur

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


b) Bahan yang digunakan
1. Aquadesr
2. Asam Salisilat
3. Asam Askorbat
4. Asetosal
5. Pereaksi Zwikker
6. Pb Asetat
7. Besi (III) Klorida (FeCl3)
8. Asam Nitrat (HNO3)
9. Asam Sulfat (H2SO4)
10. Metanol
11. Kalium Permanganat (KMnO4)
12. Iodium
13. Pereaksi Fehling
14. Etanol
15. Natrium Hidroksida (NaOH)
16. Asam Klorida (HCl)
17. Kertas Lakmus
18. Kertas pH

F. Prosedur Kerja
1. Uji Pendahuluan
a) Uji Organoleptik
1) Disiapkan sampel.
2) Dilakukan pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna,
rasa dan bau.
3) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
b) Uji Kelarutan
1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi untuk setiap sampel, diberi
label nama pada setiap tabung reaksi (NaOH, HCl,
Aquadest, Etanol) dan dimasukkan ke dalam rak tabung.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam setiap tabung reaksi.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


3) Dilarutkan dengan masing-masing pelarut.
4) Dicatat kelarutan sampel dan didokumentasikan.
2. Uji Golongan
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
3) Ditambahkan Pereaksi FeCl3 sebanyak 2-3 tetes pada setiap
sampel.
4) Diamati perubahan warna. Sampel positif dari golongan asam
jika berwarna ungu atau ungu hilang.
5) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
3. Uji Penegasan
1) Disiapkan 3 buah tabung reaksi untuk Sampel B1 dan 3 buah
tabung reaksi untuk Sampel B2.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing 3 tabung
reaksi setiap sampel.
3) Dimasukkan pereaksi spesifik pada masing-masing tabung
reaksi sebagai berikut :
Asam Salisilat
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi HNO3 (Merah Bata)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes aqua bromin (Putih)
Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi zwikker (Hijau/Biru)
Asetosal
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes H2SO4 + Metanol (Endapan
putih kehitaman)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi zwikker (Biru Muda)
Asam Askorbat
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi KMnO4 (Endapan
putih)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi Iodium (Kuning)
Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi Fehling (Hijau)
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


G. Tabel Pengamatan
1) Uji Organoleptik
NO SAMPEL RASA WARNA BAU BENTU
1 C1
2 C2
3 C3

2) Uji Kelarutan
KELARUTAN
NO SAMPEL
Aquadest Etanol HCl NaO
1 C1
2 C2
3 C3

3) Uji Golongan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULA
WARNA
1 C1
2 C2
3 C3

4) Uji Penegasan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPUL
WARNA
HNO3
1 C1 Aqua Bromin
Zwikker
H2SO4 + Metanol
2 C2
Zwikker
KMnO4
3 C3 Iodium
Fehling

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


H. Evaluasi

Jelaskan tentang pembagian golongan asam dan sifat-sifat umumnya!

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM IV
ANALISIS KUALITATIF : GOLONGAN BARBITURAT

A. Maksud Praktikum
Mengetahui analisis kualitatif golongan barbiturat.

B. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi senyawa dari golongan barbiturat.

C. Prinsip Praktikum
Berdasarkan penentuan senyawa-senyawa kimia yang termasuk golongan
barbiturat dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dilihat dari perubahan
warna yang terjadi.

D. Teori Dasar

Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak


bersifat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada atom C
5 dari inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril. Barbital-
barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah dalam
pelarut- pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan sebagainya. Sifat
lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu menekan SSP. Dengan
meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom oksigen pada
atom C2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat,
dan seringkali daya hipnotiknya diperkuat pula. Barbiturat mempunyai inti
hasil kondesasi etilester dan asam dietilmalonal dengan ureum. Rumus umum :
R1, R2, R3, dan R4, adalah subtitusi-subtitusi yang menentukan struktur
Barbiturat. Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam
barbiturat merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat
(Edward, dkk. 2006).

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


E. Alat dan Bahan
a) Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi 12 buah
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Sudip
5. Beaker gelas
6. Gelas ukur

b) Bahan yang digunakan


1. Aquadest
2. Na. Barbital
3. Fenobarbital / Luminal
4. Pereaksi Parry
5. Pereaksi Zwikker
6. Aqua Bromin
7. Pereaksi Vanilin
8. Natrium Hidroksida (NaOH)
9. Etanol
10. Asam Klorida (HCl)

F. Prosedur Kerja
1. Uji Pendahuluan
a) Uji Organoleptik
1) Disiapkan sampel.
2) Dilakukan pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna, rasa
dan bau.
3) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
b) Uji Kelarutan
1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi untuk setiap sampel, diberi
label nama pada setiap tabung reaksi (NaOH, HCl, Aquadest,
Etanol) dan dimasukkan ke dalam rak tabung.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam setiap tabung reaksi.
3) Dilarutkan dengan masing-masing pelarut.
4) Dicatat kelarutan sampel dan didokumentasikan.
2. Uji Golongan
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing tabung
reaksi.
3) Ditambahkan Pereaksi Vanilin sebanyak 2-3 tetes pada setiap
sampel.
4) Diamati perubahan warna. Sampel positif dari golongan
barbiturat jika berwarna ungu.
5) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
3. Uji Penegasan
1) Disiapkan 3 buah tabung reaksi untuk Sampel B1 dan 3 buah
tabung reaksi untuk Sampel B2.
2) Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi
setiap sampel.
3) Dimasukkan pereaksi spesifik pada masing-masing tabung reaksi
sebagai berikut :
Fenobarbital / Luminal
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi parry (Ungu)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes aqua bromin (Endapan
Putih) Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi zwikker
(Ungu/Biru) Natrium Barbital / Natrium Fenobarbital
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi parry (Merah Jambu)
Tabung II :2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi aqua bromin
(Endapan Putih)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi zwikker (Ungu/Biru)
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


G. Tabel Pengamatan
1) Uji Organoleptik
NO SAMPEL RASA WARNA BAU BENTUK
1 D1
2 D2

2) Uji Kelarutan
KELARUTAN
NO SAMPEL
Aquadest Etanol HCl NaOH
1 D1
2 D2

3) Uji Golongan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA
1 D1
2 D2

4) Uji Penegasan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULA
WARNA
Parry
1 D1 Aqua Bromin
Zwikker
Parry
2 D2 Aqua Bromin
Zwikker

H. Evaluasi

Jelaskan bagaimana pembentukan warna ungu oleh senyawa golongan


barbiturat oleh karena penambahan pereaksi vanillin !

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM V
ANALISIS KUALITATIF : MERKURI PADA KOSMETIK

A. Maksud Praktikum
Untuk mengetahui keberadaan merkuri pada sampel kosmetik yang beredar di
pasaran.

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengidentifikasi keberadaan merkuri pada sampel kosmetik.

C. Prinsip Praktikum
Berdasarkan penentuan keberadaan senyawa merkuri pada sampel kosmetik
dengan menggunakan beberapa pereaksi yang dilihat dari perubahan warna
yang terjadi.

D. Teori Dasar
Merkuri merupakan logam berat dengan efek toksisitas sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Di antara semua unsur logam berat merkuri (Hg) menduduki
urutan pertama dalam hal sifat racunnya dibandingkan dengan logam berat
lainnya kemudian diikuti oleh logam berat Cd, Ag, Ni, Pb,As, Cr, Sn,dan Zn
(Bernhoft, R.A 2012). Semua spesies merkuri beracun, dengan senyawa
organik merkuri umumnya menjadi lebih beracun dari spesies anorganik
(Azimi, S, dkk.,
2013). Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
beragam kosmetik muncul di pasaran. Namun tidak semua kosmetika itu
memenuhi aturan farmasetika yaitu aman, berkhasiat, dan berkualitas
(Wasitaatmadja, 1997 di dalam Fithriani A, dkk., 2013). Merkuri pada
kosmetika yang sudah umum digunakan ialah merkuri klorida dan merkuri
amido klorida (Ralph, 1982).

Berdasarkan PERMENKES RI No.445/MENKES/PER/V/1998 Indonesia


melarang penggunaan merkuri dalam sediaan kosmetik, namun penggunaan
krim pemutih yang mengandung merkuri ini masih terus digunakan (Fina,
2005).
PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |
Di Indonesia, penggunaan merkuri pada produk kecantikan, seperti sabun
pembersih wajah, krim pelembap, dan krim siang atau malam, sudah dilarang.
Akan tetapi, untuk riasan mata dan pembersihnya, masih diperbolehkan
dengan kadar tidak lebih dari 0,007 persen. Kemudian, banyak metode analisis
kimia yang telah dikembangkan dalam penentuan logam merkuri secara
kuantitatif. Beberapa metode analisis tersebut adalah metode spektrofotometri
UV-Vis, metode spektrofotometri serapan atom, metode spektrofluorimetri
dan berdasarkan studi literatur diketahui bahwa metode umum yang masih
mendominasi dalam penentuan merkuri secara kuantitatif adalah metode
spektrofotometri serapan atom khusus atau CV-AAS (Cold Vapor-Atomic 2
Absorption Spectrometry). Namun pada penentuan merkuri di lapangan,
beberapa metode analisis di atas sulit dilakukan karena tingginya biaya
analisis yang dibutuhkan, dan instrumen yang tidak praktis serta selalu
dibutuhkan metode pendahuluan yang sesuai sebelum pengujian. Penentuan
merkuri menggunakan sperktrofotometri sinar tampak ataupun UV-VIS
kurang selektif disebabkan oleh kehadiran senyawa yang menggangu
pengukuran optik (interferen) sehingga hasil analisis juga kurang akurat.
Disamping itu metode spektrofotometri sinar tampak membutuhkan suatu zat
kimia pengabsorbsi yang harganya mahal, dan kebanyakan senyawa kimia
pengabsorbsi ini bersifat karsinogenik juga sehingga tidak aman bagi
pengguna (tenaga analis) sedangkan metode CV-AAS selain mahal, metode ini
membutuhkan keahlian khusus dalam hal analisis dan pengoperasian
instrumentasinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode alternatif yang
lebih praktis, murah, lebih cepat dengan peralatan yang sederhana namun tetap
memiliki selektivitas analisis yang tinggi (Yana, 2016).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Tabung reaksi 3 buah
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Sudip
5. Beaker gelas

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


6. Gelas ukur

b) Bahan yang digunakan


1. Aquadest
2. Sampel kosmetik sebanyak 3 produk
3. Kalium Iodida (KI) 0,5 N
4. Asam Klorida (HCl)
5. Natrium Hidroksida (NaOH) 2 N

F. Prosedur Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditimbang masing-masing 2 gram sampel yang akan digunakan
menggunakan cawan porselen.
3) Ditambahkan asam nitrat (HNO3) sebanyak 5 ml.
4) Dipanaskan dan disaring.
5) Filtrat dimasukkan sebanyak 2 ml dalam masing-masing tabung reaksi
dan diberi label.
6) Pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan 2-3 tetes larutan .
Kalium Iodida, 2-3 tetes Asam Klorida, dan 2-3 tetes Natrium
Hidroksida.
7) Diamati perubahan warna. Sampel yang mengandung merkuri akan
menunjukkan hasil berwarna endapan merah jingga, endapan putih,
atau endapan kuning.
8) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


G. Tabel Pengamatan

PERUBAHAN WARNA
NO SAMPEL PUSTAKA KESIMPULAN
KI HCl NaOH

1 E1

2 E2

3 E3

H. Evaluasi

Apa fungsi penambahan Asam Nitrat pada penyiapan sampel kosmetik untuk
identifikasi merkuri ?

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM VI
ANALISIS KUALITATIF : BORAKS PADA MAKANAN

A. Maksud Praktikum
Untuk mengetahui keberadaan boraks pada sampel makanan yang beredar di
pasaran.

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa boraks pada sampel makanan.

C. Prinsip Praktikum
Penentuan keberadaan senyawa boraks pada makanan dengan menggunakan
beberepa pereaksi dan mengamati perubahan warna yang terjadi.

D. Teori Dasar

Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat Boron (B), Boraks
merupakan antiseptik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan
sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 033 tahun 2012 tentang bahan
tambahan pangan, boraks merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan
pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Dampak buruk dari
mengkonsumsi boraks yaitu menyebabkan iritasi saluran cerna, yang ditandai
dengan sakit kepala, pusing, muntah, mual, dan diare. Gejala lebih lanjut
ditandai dengan badan menjadi lemas, kerusakan ginjal, bahkan shock dan
kematian bila tertelan 5 – 10 g/kg berat badan. Bakso banyak dikonsumsi
karena penyajiannya yang praktis dan banyak tersedia diberbagai tempat
seperti pasar tradisional, pasar swalayan, dan masih banyak lagi, serta dijual
dengan jenis dan harga yang terjangkau bagi semua kalangan masyarakat
namun beberapa publikasi menyebutkan bahwa boraks sering digunakan
sebagai pengenyal dan pemberi rasa gurih. Badan Pengawas Obat dan
Makanan menyatakan bahwa bila boraks diberikan pada bakso akan membuat
bakso tersebut sangat kenyal, warna cenderung agak putih dan memiliki rasa
gurih, sedangkan pada kerupuk

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


yang mengandung boraks akan memiliki tekstur sangat renyah dan rasanya
getir. Kurangnya edukasi dan harganya yang murah menyebabkan para
produsen nakal lebih memilih menggunakan boraks sebagai bahan tambahan
makanan tanpa melihat efek buruk yang akan terjadi kepada konsumen (Dedy,
2019).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Beaker gelas 50 ml 3 buah
2. Batang pengaduk
3. Gelas arloji
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi 3 buah
6. Rak tabung
7. Pisau
8. Blender

b) Bahan yang digunakan


1. Aquadest
2. Sampel bakso 3 produk
3. Kunyit
4. Perat Nitrat (AgNO3)
5. Kertas saring
6. Kertas

F. Prosedur Kerja
a) Penyiapan Sampel
1) Sampel bakso dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi
bubur atau dapat menggunakan tambahan air panas kemudian
dihaluskan dengan mortar.
2) Sampel yang telah halus disaring menggunakan kertas saring.
3) Masing-masing sampel diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke
masing-masing tabung reaksi.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


4) Dilakukan pengujian kualitatif dengan menyiapkan kontrol positif
dan negatif (jika ada).
b) Analisis Kualitatif Menggunakan AgNO3
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan 3-4 tetes larutan
perak nitrat.
3) Diamati perubahan warna. Keberadaan boraks ditandai dengan
munculnya endapan putih pada sampel.
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
c) Analisis Kualitatif Menggunakan Kertas Turmerik
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dibuat terlebih dahulu kertas tumerik dengan cara kunyit
dihaluskan dan diambil airnya kemudian dicelupkan kertas saring
ke dalam larutan air kunyit. Biarkan hingga kering.
3) Kertas tumerik yang sudah kering dapat dicelupkan pada masing-
masing tabung reaksi dan lihat perubahan warna. Sampel positif
mengandung boraks jika terjadi perubahan warna merah bata.
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
d) Analisis Kualitatif Menggunakan Kertas Boraks
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Ditetesi kertas boraks dengan masing-masing sampel sebanyak 2
tetes.
3) Diamati perubahan warna yang terjadi. Positif boraks ditandai
dengan adanya perubahan warna menjadi bercak merah, merah tua,
dan merah bata.
4) Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


G. Tabel Pengamatan
PERUBAHAN KESIMPULAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA
WARNA

1 F1 AgNO3

Kertas
2 F2
Tumerik
Kertas
3 F3
Boraks

H. Evaluasi

Mengapa kurkumin dapat digunakan untuk identifikasi senyawa boraks ?

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM VII
ANALISIS KUANTITATIF : KADAR PARASETAMOL SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

A. Maksud Praktikum
Untuk mengetahui kadar parasetamol pada sampel obat secara
Spektrofotometri
UV-Vis.

B. Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis secara kuantitatif kadar parasetamol pada sampel secara
Spektrofotometri UV-Vis.

C. Prinsip Praktikum
Penentuan kadar parasetamol pada sampel didasarkan pada prinsip kerja
Spektrofotometer melalui penyerapan cahaya yang dilihat dengan perhitungan
panjang gelombang.

D. Teori Dasar

Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia. Dalam proses pembuatan obat dibutuhkan bahan atau campuran
bahan zat aktif lain yang apabila digunakan dapat menciptakan khasiat
farmakologi atau efek langsung dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan,
pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk memengaruhi struktur dan
fungsi tubuh (Dirjen POM, 2011).

Pada industri farmasi, pengawasan mutu merupakan salah satu bagian dari
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa
produk mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil
produksi yang dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB. Pada persyaratan ini

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam tablet, yang menurut
persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang
dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Besarnya kadar zat aktif parasetamol
dalam sediaan obat tablet yaitu 500 mg. Kadar yang tidak sesuai dengan kadar
yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat akan mempengaruhi efek terapi
yang diharapkan dan dapat menimbulkan hal-hal buruk, baik ditunjukan
dengan timbulnya efek samping yang tidak diinginkan ataupun timbulnya efek
toksisitas yang dapat membahayakan bagi konsumen obat tersebut. Oleh
karena itu, penetapan kadar parasetamol sangat penting dilakukan untuk
mengetahui ketepatan kadar parasetamol dalam sediaan tablet tersebut
(Sayuthi dan Puji,
2017).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Kuvet
3. Labu Takar
4. Pipet Volume
5. Beaker Gelas
6. Filler
7. Corong
8. Corong Pisah
9. Erlenmeyer

b) Bahan yang digunakan


1. Parasetamol baku (p.a)
2. Sampel Tablet Parasetamol
3. Aquadest
4. Metanol
5. Label
6. Kertas Saring

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


F. Prosedur Kerja
a) Pembuatan Larutan Baku Induk
1. Ditimbang baku paracetamol sebanyak 100mg (±10%).
2. Masukkan kedalam labu takar 100ml.
3. Ditambahkan metanol 5 ml, larutkan.
4. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
b) Pembuatan Larutan Baku Intermediet
Pemipetan larutan baku intermediet (pengenceran 10 kali)
1. Dipipet larutan baku induk sebanyak 10,0ml, dimasukkan labu
takar
100,0 ml
2. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas kemudian homogenkan
c) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan seri tengah
deret baku kemudian diukur adsorbansinya menggunakan panjang
gelombang 200 – 400 nm, dicatat hasilnya.
d) Membuat Deret Kurva Baku
1. Dibuat seri larutan baku paracetamol dari larutan baku intermediet
dengan konsentrasi 3 – 12 ppm ( minimal 5 titik deret baku).
2. Dipipet larutan baku intermediet sesuai deret baku yang sudah
dibuat, lalu dimasukkan ke labu takar yang sesuai.
3. Masing masing konsentrasi ditambahkan aquadest sampai tanda
batas pada labu takar, kemudian homogenkan.
4. Dibaca absorbansi masing – masing konsentrasi menggunakan
panjang gelombang maksimal 245 nm (jika sudah menemukan
panjang gelombang maksimum pada tahap no.4 maka
menggunakan panjang gelombang maksimum tersebut), dicatat
hasilnya.
5. Dibuat kurva dan persamaan garis linear.
e) Penetapan Kadar Sampel Paracetamol
a. Ditimbang satu per satu tablet sebanyak 10 tablet.
b. Digerus menggunakan mortar dan stamper.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


c. Dilakukan orientasi dengan menimbang 100 mg sampel, larutkan
dengan metanol 9 ml, dan 3 ml aquadest kemudian saring dengan
kertas saring (kertas wattman).
d. Filtrat dimasukkan kedalam labu takar 25 ml ditambahkan aquadest
sampai tanda batas dan di homogenkan.
e. Dibaca adsorbansinya menggunakan panjang gelombang yang
sudah didapatkan pada tahap No.4.
f. Dilakukan 3 kali pengujian (triplo) terhadap sampel.
g. Dihitung nilai rata-rata sampel dengan menggunakan dua metode
yaitu regresi linear dan pendekatan absorbansi.

G. Tabel Pengamatan
1) Data Panjang Gelombang Maksimum
Konsentrasi ʎ Maksimal Adsorbansi

2) Data Adsorbansi Deret Baku


Baku Konsentrasi (ppm) Adsorbansi
1
2
3
4
5

3) Data Penetapan Kadar


Penimbangan
Sampel Pengenceran Adsorbansi Paraf
Sampel

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


H. Analisis Data / Perhitungan
a) Pembuatan Larutan Baku Induk Paracetamol
100 �𝑔
Larutan baku induk 1000 ppm (dibuat 100ml) = 0,1 𝐿
= 1000 ���

Penimbangan baku paracetamol :


Berat kertas + baku paracetamol = g
Berat kertas + sisa = g–
Berat baku paracetamol = g= mg
�𝑔
Konsentrasi larutan baku induk paracetamol sebenarnya = 𝐿 =ppm
b) Pemipetan Larutan Baku Intermediet (pengenceran 10 kali)
V1 . C2 = V2 . C2
V1. (konsentrasi larutan baku sebenarnya) = 100 ml . (konsentrasi
larutan baku sebenarnya)
V1 = cm
(dimasukkan labutakar 100ml ditambahkan aquadest sampai tanda batas)
c) Perhitungan Deret Baku
Paracetamol ( A1 = 668a dengan panjang gelombang maksimal
1
245nm (Moffat dkk., 2011)
A = 0,2 – 0,8

A =Ɛ×b×c A =Ɛ×b×c
0,2 = 668 × 1 × c 0,8 = 668 × 1 × c
c = 2,9940 X 10-4 g/100 mL c = 1,19760 X 10-3 g/100 mL
c = 2,9940 X 10-4. 1000 mg/100 mL c = 1,19760 X 10-3. 1000 mg/100 mL
c = 2,9940 X 10-4. 10000 mg/1000 mL c = 1,19760 X 10-3. 10000 mg/1000 mL
c = 2,9940 ppm c = 11,9760 ppm

Range larutan baku paracetamol = 2,9940 – 11,9760 ppm (bulatkan) = 3


ppm – 12 ppm

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


Konsentrasi Pemipetan Larutan Baku Koreksi Kadar
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 100ppm = 50 mL × 4
4 ppm ppm 2,0 mL × 100ppm = 50 mL × C2
V1 = 2,0 mL C2 = 4 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 100ppm = 50 mL × 5
6 ppm ppm 3,0 mL × 100ppm = 50 mL × C2
V1 = 2,5 mL (3,0 mL) C2 = 6 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × C1 = V2 × C2
V1 ×100ppm = 50 mL × 7
8 ppm ppm 4,0 mL × 100ppm = 50 mL × C2
V1 = 3,5 mL (4 mL) C2 = 8 ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 100ppm = 50 mL ×
10 ppm 10 ppm 5,0 mL × 100ppm = 50 mL × C2
V1 = 5,0 mL C2 = 10ppm
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 100ppm = 50 mL ×
12 ppm 12 ppm 6,0 mL × 100ppm = 50 mL × C2
V1 = 5,5mL (6,0mL) C2 = 12ppm

d) Perhitungan Regresi Linear


y = bx + a
x = ppm
Konsentrasi sampel paracetamol = x ppm X pengenceran
������ ��� � �����
= x ppm X ������ ���𝑖�����

e) Metode Pendekatan Adsorbansi


Konsentrasi sampel
� � ��� � �� �𝑖 ���� ��
= ���������𝑖 ���� ������������� 𝑥 𝑘���������𝑖 ��𝑘� �������������
= ppm

I. Evaluasi
Jelaskan apakah hasil penelitian saudara sesuai dengan literatur dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi hasil penelitian menggunakan instrumen !

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


PRAKTIKUM VIII
ANALISIS KUANTITATIF : KADAR NATRIUM BENZOAT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

A. Maksud Praktikum
Untuk mengetahui kadar natrium benzoat pada produk yang beredar di pasaran
secara spektrofotometri UV-Vis.

B. Tujuan Praktikum
Untuk melakukan analisis kuantitatif natrium benzoat pada produk saus tomat
yang beredar di pasar secara spektrofotometri UV-Vis.

C. Prinsip Praktikum
Penentuan keberadaan senyawa boraks pada makanan dengan menggunakan
beberepa pereaksi dan mengamati perubahan warna yang terjadi.

D. Teori Dasar

Pemakaian natrium benzoat relatif menguntungkan karena dapat


mempertahankan mutu bahan pangan dengan memberikan daya tahan kualitas
saos lebih lama akan tetapi, penggunaan bahan pengawet natrium benzoat pada
saos tomat tidak selalu aman terutama jika digunakan dalam jumlah
berlebihan. Sebagai contoh, di Malaysia terjadi kasus tertinggi kandungan
natrium benzoat didalam produk olahan makanan saus tomat secara berlebihan
dapat menyebabkan kram perut, mengalami lelah dan penyakit kulit, penyakit
kanker dan dapat merusak sistem saraf (Awang, 2003).

Beberapa produk olahan memerlukan bahan tambahan makanan berupa


pengawet untuk memperpanjang masa penyimpanan salah satunya adalah
tomat yang di olah dalam bentuk saos. Saos tomat merupakan salah satu
produk olahan yang bahan dasarnya adalah tomat dan memiliki sumber
vitamin A dan C yang cukup tinggi. Jenis makanan ini sudah dikenal dan
cukup digemari oleh masyarakat serta dikonsumsi dengan berbagai cara
misalnya makanan

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


hamburger, gorengan, mie ayam dan bakso. Saos tomat yang dikonsumsi dan
dijual di pasaran terdiri berbagai macam merk misalnya, saos tomat ABC, saos
tomat Indofood, saos tomat Queen, saos tomat Heinz ketchup dan lain
sebagainya. Banyaknya produk saos tomat dengan merk yang berbeda di
pasaran, membuat produsen bersaing meningkatkan daya tahan saos dengan
menambahkan zat aditif (bahan tambahan). Bahan pengawet yang boleh
dicampurkan pada makanan adalah bahan tambahan yang telah mendapat izin
beredar dari departemen kesehatan. Diantara yang digunakan dalam zat aditif
adalah bahan pengawet jenis natrium benzoat. Produk-produk saos tomat
menggunakan natrium benzoat sebagai bahan pengawet organik untuk
mencegah terjadinya kerusakan oleh aktivitas mikroba. Batas maksimum
penggunaan natrium benzoat di dalam saos tomat berdasarkan peraturan 3
menteri kesehatan RI Nomor 1168/Menkes/Per/ X/1999 adalah sebesar 1 gr /
kg bahan ( Depkes RI, 1999).

E. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Timbangan Analitik
3. Corong Pisah
4. Erlenmeyer
5. Magnetic Stirrer
6. Hotplate
7. Kuvet
8. Corong
9. Beaker Gelas

b) Bahan yang digunakan


1. Saus sambal merek Sasa, ABC, Indofood, Jawara, Delmonte
2. Baku natrium benzoate (p.a)
3. Kloroform (p.a)
4. NaOH 10%

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


5. FeCl3 5%
6. HCl
7. NaCl
8. Ammonium Hidroksida
9. Natrium sulfat
10. Aquadest
11. Kertas lakmus
12. Kertas saring

F. Prosedur Kerja
a) Analisis Kualitatif
1. Sebanyak 20 g sampel dimasukkan ke dalam beaker gelas sampai
volume 100 mL dengan larutan NaCl jenuh.
2. Selanjutnya sampel ditambahkan dengan larutan NaOH 10%
sampai larutan bersifat alkalis, distirer selama 5 menit, dibiarkan
semalam dan disaring.
3. Filtrat ditambahkan dengan 2 mL larutan HCl pekat sampai larutan
bersifat asam.
4. Larutan asam diekstraksi sebanyak 3 kali dengan kloroform
masing- masing 10 mL
5. Ekstrak kloroform dipanaskan pada suhu 80oC di atas penangas air.
6. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam akuades dan dipanaskan
dalam penangas air selama 10 menit pada suhu antara 80 - 85.
7. Larutan yang diperoleh didinginkan sejenak dan ditambahkan
beberapa tetes larutan FeCl3 5%. Apabila terbentuk endapan
berwarna salmon atau cincin merah kecoklatan hal itu
menunjukkan keberadaan benzoat dalam sampel.
8. Penentuan Kurva Standar dan Pembuatan Larutan Standar
1) Pembuatan larutan induk 100 mg/L yang dibuat dengan
melarutkan 25 mg natrium benzoat ke dalam kloroform pada
labu takar 250 mL.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


2) Larutan deret standar dibuat dengan mengambil : 3; 4; 6; 7; dan
8 mL dari larutan induk natrium benzoat 100 mg/L ke dalam
labu takar 10 mL
3) Masing-masing diencerkan dengan kloroform sampai tanda
batas. Konsentrasi larutan standar yang diperoleh berturut -
turut ialah : 10; 20; 30; 40 ; dan 50 mg/L. Deteksi absorbansi
larutan standar pada panjang gelombang 273 nm dengan
menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya
dibuat kurva standar yang menghubungkan absorbansi dengan
konsentrasi dari masing-masing larutan standar.
b) Analisis Kuantitatif
1. Sebanyak 10 gram sampel ditambahkan ke dalam Erlenmeyer
2. Sampel dilarutkan dalam 100 ml larutan NaCl jenuh
3. Tambahkan beberapa tetes HCl sampai larutan bersifat asam
(dengan bantuan indikator kertas lakmus yang berubah warna dari
biru ke merah), campurkan hingga homogen.
4. Larutan diekstraksi dengan kloroform sebanyak 3 kali ekstraksi
dengan masing – masing jumlah kloroform yang dibutuhkan adalah
30, 20 dan 1 ml.
5. Hasil ekstraksi dicuci menggunakan larutan HCl 0,1% sebanyak 3
kali dengan jumlah HCl yang dibutuhkan 25, 20 dan 1 ml
6. Hasil ekstraksi asam di ektraksi dengan NH4OH 0,1% sebanyak 4
kali dengan jumlah 25, 20, 15, 10 mL.
7. Hasil ekstraksi diekstraksi dengan kloroform sebanyak 3 kali
masing-masing : 30, 20, dan 10 mL.
8. Hasil ekstraksi dicuci dengan Na2SO4 dan diencerkan dengan
kloroform sampai tanda batas dalam labu takar 100 mL.
9. Larutan hasil ekstraksi dibaca absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 273 nm.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


G. Tabel Pengamatan
1. Data Panjang Gelombang Maksimum
Konsentrasi ʎ Maksimal Adsorbansi

2. Data Adsorbansi Deret Baku


Baku Konsentrasi (ppm) Adsorbansi
1
2
3
4
5

3. Data Penetapan Kadar


Sampel Penimbangan Pengenceran Adsorbansi Paraf
Sampel

4. Analisis Data / Perhitungan


a) Pembuatan Larutan Baku Induk Natrium Benzoat
100 �𝑔
Larutan baku induk 1000 ppm (dibuat 100ml) = 0,1 𝐿
=
1000 ���
Penimbangan baku asam benzoat :
Berat kertas + baku asam benzoat = g
Berat kertas + sisa = g–
Berat baku asam benzoat = g= mg
�𝑔
Konsentrasi larutan baku induk asam benzoat sebenarnya = 𝐿
=
ppm

b) Pemipetan Larutan Baku Intermediet (Pengenceran 10 Kali)


V1 . C2 = V2 . C2
V1. (konsentrasi larutan baku sebenarnya) = 100 ml . (konsentrasi
larutan baku sebenarnya)

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


V1 = cm
(dimasukkan labutakar 100ml ditambahkan NaOH sampai tanda
batas)
c) Perhitungan Deret Baku
Asam benzoat ( A1 = 85a dengan panjang gelombang maksimal
1
273nm (Moffat dkk., 2011)
A = 0,2 – 0,8
A =Ɛ×b×c
A =Ɛ×b×c
0,2 = 85 × 1 × c
0,8 = 85 × 1 × c
c = 23,5294 X 10-4 g/100 mL
c = 94,1176 X 10-4 g/100 mL
c = 23,5294 X 10-4. 1000 mg/100 mL
c = 94,1176 X 10-4. 1000 mg/100 mL
-4
c = 23,5294 X 10 . 10000 mg/1000
c = 94,1176 X 10-4. 10000 mg/1000 mL
mL
c = 94,1176 ppm
c = 23,5294 ppm
Range larutan baku asam benzoat = 23,5294 – 94,1176 ppm (bulatkan) = 24ppm –
94 ppm
Konsentrasi Pemipetan Larutan Baku Koreksi Kadar
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × C1 = V2 × C2
24 ppm V1 × 100ppm = 10 mL × 24 ppm 3,0 mL × 100ppm = 10 mL × C2
V1 = 2,4 mL (3 mL) C2 = 30 ppm
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × C1 = V2 × C2
38 ppm V1 × 100ppm = 10 mL × 38 ppm 4,0 mL × 100ppm = 10 mL × C2
V1 = 3,8 mL (4,0 mL) C2 = 40 ppm
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × C1 = V2 × C2
52 ppm V1 ×100ppm = 10 mL × 52 ppm 5,0 mL × 100ppm = 10 mL × C2
V1 = 5,2 mL (5 mL) C2 = 50 ppm
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × C1 = V2 × C2
66 ppm V1 × 100ppm = 10 mL × 66 ppm 7,0 mL × 100ppm = 10 mL × C2
V1 = 6,6 mL (7ml) C2 = 70ppm
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × C1 = V2 × C2
80 ppm V1 × 100ppm = 10 mL × 80 ppm 8,0 mL × 100ppm = 10 mL × C2
V1 = 8,0mL C2 = 80 ppm

d) Perhitungan Regresi Linear


Y = bX + a
X = ppm
Konsentrasi sampel asam benzoat = x ppm x pengenceran
������ ��� � �����
= x ppm X ������ ���𝑖�����

e) Metode Pendekatan Adsorbansi


Konsentrasi sampel
�� ��� � ���𝑖 ���� � �
= 𝑥 𝑘���������𝑖 ��𝑘�
𝑖�����������
���������𝑖 ����
𝑖�������𝑖��
= ppm

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


H. Evaluasi
Jelaskan bagaimana hasil praktikum anda !

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


DAFTAR PUSTAKA

Auterhoff, Khofar. 1981. Identifikasi Obat : Terbitan Kelima. ITB Press : Bandung
Awang, R. 2003. Kesan Pengawet Dalam Makanan, National Poison Center :
Malaysia
Azimi, S., dan Moghaddam, M.S. 2013. Effect of Mercury Pollution on the Urban
Environment and Human Health, Journal of Chemical Education 1(1): 12-
20.
Bernhoft, R.A. 2012. Mercury Toxicity and Treatment: A Review of the Literature,
Article 460508.
Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. EGC : Jakarta
Dirjen POM. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Bahan Tambahan Pangan. Depkes RI : Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Edward R. Garrett. Jacek T. Bojarski, Gerald J. Yakatan. 2006. Kinetics of
Hydrolysis of Barbituric Acid Derivatives. Journal of Pharmaceutical
Sciences. 60 (8): 1145–54
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta
Marina, J. Tiwow, A. Gideon, D. Sonny. 2019. Identifikasi Boraks Pada Mie
Basah yang Beredar di Supermarket dan Pasar Tradisional di Kota
Bitung. Jurnal Biofarmaseutika Tropis : Tomohon
Neal, 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta
Othmer, Kirk. 1962. Encyclopedia of Chemical Technology 3th Edition.
John Wiley & Son Inc : New York
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Suseno, D. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Boraks Pada
Bakso Menggunakan Kertas Turmerik. Indonesian Journal of Halal : Jakarta
Tim Dosen. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. UIT-Press: Makassar
Tjay, Tan hoan, 2007. Obat - Obat Penting. Gramedia : Jakarta
Yana, 2016. Penelitian Merkuri pada kosmetik. Unimed. : Medan
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Universitas Indonesia
: Jakarta

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


LAMPIRAN FORMAT LAPORAN

LABORATORIUM KIMIA PROGRAM


STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS
AISYAH PRINGSEWU

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SEDIAAN FARMASI
ANALISIS KUALITATIF GOLONGAN OBAT

OLEH:

NAMA MAHASISWA: ………………..


NPM : ……………….
KELAS :A
KELOMPOK : 1 (satu)
DOSEN :

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


BAB I PENDAHULUAN

Masukkan latar belakang praktikum disini. Jika ada pustaka maka cantumkan di
akhir kalimat dengan format (Nama Pengarang, Tahun Terbit).

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk

Adapun prinsip percobaan ini adalah

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Masukkan teori-teori terkait topik praktikum disini. Minimal 2 lembar.


Cantumkan pustaka di akhir kalimat dengan format (Nama Pengarang, Tahun
Terbit). Selalu mulai bab di lembar baru.

B. URAIAN BAHAN

1. Air suling (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 96)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Berat Molekul : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai pelarut

2. Asam klorida (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Berat Molekul : 36,46
Rumus Molekul : HCl
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Zat tambahan

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


BAB III METODE KERJA

A. Alat yang digunakan


(Dibuat poin dan diurut berdasarkan abjad)
1. Beker gelas 250 ml
2. Botol reagen
3. Buret 50 ml
4. Corong kaca
5. Erlenmeyer 250 ml

B. Bahan yang digunakan


(Dibuat poin dan diurut berdasarkan abjad)
1. Asam suling
2. Asam Klorida (HCl 0,1N)
3. Indikator kanji
4. Kalium iodida (KI 0,1N)
5. Kertas perkamen
6. Label besar
7. Label kecil
8. Larutan bromin 0,1N
9. Natrium tiosulfat 0,1N
10. Tisu

C. Prosedur Kerja
(buat dalam bentuk poin. Mulailah dengan menggunakan kalimat pasif)
a) Pendahuluan
1) Uji Organoleptik
1. Disiapkan sampel.
2. Dilakukan pengujian organoleptik meliputi bentuk, warna, rasa
dan bau.
3. Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


2) Uji Kelarutan
1. Disiapkan 4 buah tabung reaksi untuk setiap sampel, diberi label
nama pada setiap tabung reaksi (NaOH, HCl, Aquadest, Etanol) dan
dimasukkan ke dalam rak tabung.
2. Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam setiap tabung reaksi.
3. Dilarutkan dengan masing-masing pelarut.
4. Dicatat kelarutan sampel dan didokumentasikan.
b) Uji Golongan
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3. Ditambahkan Pereaksi FeCl3 sebanyak 2-3 tetes pada setiap sampel.
4. Diamati perubahan warna. Sampel positif dari golongan asam jika
berwarna ungu atau ungu hilang.
5. Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.
c) Uji Penegasan
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi untuk Sampel B1 dan 3 buah tabung
reaksi untuk Sampel B2.
2. Dimasukkan 2 mg sampel ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi
setiap sampel.
3. Dimasukkan pereaksi spesifik pada masing-masing tabung reaksi
sebagai berikut :
Asam Salisilat
Tabung I : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi HNO3 (Merah Bata)
Tabung II : 2 mg Sampel + 3 tetes aqua bromin (Putih)
Tabung III : 2 mg Sampel + 3 tetes pereaksi zwikker (Hijau/Biru)
4. Dicatat hasil pengamatan dan didokumentasikan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel pengamatan
1. Uji Organoleptik
NO SAMPEL RASA WARNA BAU BENTUK
1 B1
2 B2

2. Uji Kelarutan
KELARUTAN
NO SAMPEL
Aquadest Etanol HCl NaOH
1 B1
2 B2

3. Uji Golongan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA

1 B1
2 B2

4. Uji Penegasan
PERUBAHAN
NO SAMPEL PEREAKSI PUSTAKA KESIMPULAN
WARNA

FeCl3 + NH4OH
1 A1 FeCl3 + HCl
H2SO4
H2SO4
2 A2 NaOH
H2SO4 + NaOH

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


B. Pembahasan
Mulailah pembahasan dengan menjelaskan sedikit mengenai topik praktikum.
Pembahasan membahas semua data praktikum, jelaskan apakah ada perbedaan
antara teori dan hasil praktikum serta jelaskan reaksi yang terjadi. Bahas pula
faktor-faktor kesalahan pada praktikum. Pembahasan setidaknya minimal 3
paragraf. Tidak mengandung pustaka, karena merupakan bahasa sendiri.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tuliskan kesimpulan disini. Dibuat kalimat pasif dengan singkat dan jelas.
2. Tambahkan poin jika perlu

B. Saran
Diharapkan bimbingan dan arahan dari dosen pada saat praktikum dan
penyusunan laporan.(Contoh)

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka dibuat dengan format sebagai berikut :

Nama Penulis (Nama Keluarga didepan), Tahun. Judul Buku. Penerbit : Kota.

Contoh :

DIRJEN POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI: Jakarta

Jika pustaka dari internet, maka ditulis dengan format sebagai berikut :

Nama Penulis, Tahun. Judul Jurnal/Tulisan. Alamat Website. Tanggal Akses

Contoh :

Adinata, 2019. Analisis Kuantitatif Merkuri. Tulisan diakses dari alamat


http://www.chemicalbank.com. Pada hari Sabtu, 25 September 2021.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


LAMPIRAN

1. Skema kerja

Dicatat volume titrasi

Pembahasan

Kesimpulan

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


2. Perhitungan (jika ada)
Ikuti format perhitungan pada setiap babnya. Pada praktikum ASF hanya
praktikum 7 dan 8 yang memiliki perhitungan.

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |


KARTU KONTROL (KATROL) PRAKTIKUM
ANALISIS SEDIAAN FARMASI

Nama Mahasiswa : Foto Formal 3x4


Kelas : menggunakan jas
lab (berwarna)
NPM :
Kelompok :

KETERANGAN
NO PRAKTIKUM
RESPONSI LAPORAN UTEK
1
2
3
4
5
6
7
8

Pringsewu, …………………………… 2021


Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Dewi Damayanti Abdul Karim, M.S.Farm


NIDN. 0204109401

PANDUAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI |

You might also like