Professional Documents
Culture Documents
Elsha Maragretha (Gabungan LP, Askep, Dan Log Book) Stase KMB
Elsha Maragretha (Gabungan LP, Askep, Dan Log Book) Stase KMB
DI BUAT OLEH :
ELSHA MARGARETHA
(2020.01.14901.016)
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Praktik
i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Praktik
Mengetahui
KUP Prodi Sarjana Keperawatan Ners
iii
ii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
”Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Congestive Heart
Failure (CHF) Di Ruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu persyaratan pada
Pendidikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Selama menyusun laporan kasus asuhan keperawatan ini, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan dan Ners.
3) Takesi Arisandy, Ners, M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
4) Ibu Katarina, S.Kep., Ners. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran membimbing
penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
5) Bapak dan Ibu dosen STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan materi terkait asuhan keperawatan medikal bedah.
6) Seluruh Staff STIKes Eka Harap yang banyak memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
7) Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan
ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada penyusun.
iv
iii
v
Penulis,
v
iv
vi
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP
3.1 Pengkajian Keperawatan ....................................................................... 36
3.1.1 Identitas Pasien ............................................................................. 36
3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang ....................................................... 36
3.1.3 Genogram ..................................................................................... 36
3.1.4 Pengkajian Fisik ........................................................................... 41
3.1.5 Pola Fungsi Kesehatan .................................................................. 44
3.1.6 Sosial Spiritual .............................................................................. 46
3.1.7 Data Penunjang ............................................................................ 47
3.1.8 Penatalaksanaan Medis ............................................................... 48
3.2 Analisa Data .......................................................................................... 50
3.3 Prioritas Masalah …….…....................................................................... 53
3.4 Rencana Keperawatan ........................................................................... 54
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ............................................ 57
viv
vii
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................................. 61
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 62
4.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 64
4.4 Implementasi .......................................................................................... 65
4.5 Evaluasi .................................................................................................. 66
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 68
5.2 Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
vi
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Kalimantan Tengah sekitar 31,7 %, pravelansi ini tertinggi pada golongan dewasa
akhir dan lansia.
Penyebab gagal jantung dapat dibagi menjadi dua, meliputi penyakit pada
miokard (antara lain: penyakit jantung koroner, kardiomiopati, miokarditis), dan
gangguan mekanis pada miokard (antara lain: hipertensi, stenosis aorta, koartasio
aorta) (Kabo, 2012). Penyebab pemicu kardiovaskular ini dapat digunakan untuk
menilai kemungkinan morbiditas kardiovaskuar (Aaronson & Ward, 2010).
Akibat bendungan di berbagai organ dan low output, pada kasus gagal jantung
akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi: dyspnea, orthopnea,
tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis,
ditambah gejala low output seperti: takikardia, hipotensi dan oliguri, beserta
gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina
pektoris pada infark miokard akut. Pada keadaan sangat berat akan terjadi syok
kardiogenik (Kabo, 2012). Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia (Depkes RI, 2013), maka perlu dilakukan pengendalian penyakit
jantung dan pembuluh darah secara berkesinambungan. gagal jantung merupakan
kondisi akhir dari penyakit jantung dan pembuluh darah kronis seperti hipertensi,
diabetes mellitus, aritmia, infark miokard dan lain-lain. Pentingnya kombinasi
obat dalam penatalaksanaan terapi gagal jantung dimana sindrom gagal jantung
sudah terlihat jelas seperti cepat capek, sesak nafas (dyspnea in effort, orthopnea),
kardiomegali, peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali dan edema sudah
jelas, maka diagnosis gagal jantung mudah dibuat. Tetapi bila sindrom tersebut
belum terlihat jelas seperti pada tahap disfungsi ventrikel kiri/ LV disfunction
(tahap asimtomatik), maka keluhan fatik dan keluhan diatas yang hilang timbul
tidak khas, sehingga harus ditopang oleh pemeriksaan foto rontgen,
ekokardiografi dan pemeriksaan Brain Natriuretic Peptide. Diuretikoral maupun
parenteral tetap merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai
edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-Inhibitor atau Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis
optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diueretik
dan ACE-Inhibitor tersebut diberikan (Setiani, 2014).
3
Penyakit gagal jantung bisa dicegah dengan cara mengatur diet dengan
konsumsi rendah garam, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol
tinggi, berhenti merokok, mengontrol berat badan, hindari minuman beralkohol
dan kurangi stress.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
(Mansjoer, 2016).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegagalan jantung
kongestif merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus yaitu otot jantung yang
bergaris seperti pada otot sadar. Perbedaannya adalah serabutnya bercabang dan
mengadakan anastomose (bersambungan satu sama lain, tersusun memanjang
seperti pada otot bergaris, berciri merah khas dan tak dapat dikendalikan oleh
kemauan).
Otot jantung memiliki kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi
otomatis dan ritmis tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara
kerja semacam ini disebut miogenik. Dalam keadaan normal gerakan jantung
dikendalikan oleh saraf yang mensarafinya. Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan,
yaitu :
7
antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Katup trikuspidalis, terdiri atas 3
daun katup yang memisahkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan.
2. Semilunaris
Yaitu katup yang memisahkan arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke
arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel dan mencegah aliran
balik atau regurgitasi waktu diastol ventrikel. Katup semilunaris dibagi
menjadi 2 yaitu : Katup Semilunaris Pulmonalis, katup yang memisahkan
antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis. Katup Semilunaris Aorta,
katup yang memisahkan antara ventrikel kiri dengan aorta.
1.1.2.6 Pembuluh darah yang masuk ke jantung
1. Vena Cava
1) Masuk ke atrium kanan dari seluruh tubuh
2) Vena cava superior dan inferior
3) Kaya CO2
2. Vena Pulmonalis
1) Ke atrium kiri dari paru-paru
2) Kaya O2
1.1.2.7 Pembuluh darah yang keluar dari jantung
1. Aorta
1) Keluar dari ventrikel kiri menuju seluruh tubuh
2) Kaya O2
2. Arteri Pulmonalis
1) Keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru
2) Kaya CO2
Arteri coronaria pembuluh darah pada dinding jantung yang berfungsi
memberi nutrisi pada otot jantung. Arteri koronaria ada 2, yaitu :
1. Arteri Koronaria Kanan
Arteri koronaria kanan adalah arteri memperdarahi atrium kanan, ventrikel
kanan, SA Node dan AV Node.
10
terjadi dari sel ke sel dan langsung ke 4 penghubung luar dari SA Node
yaitu satu ke atrium kiri dan tiga buah ke AV Node.
2. Atrioventrikular (AV) Node : terletak di septum atrium. Impuls listrik
diperlambat kecepatannya ketika mencapai AV Node ini sebelum
dihantarkan secara keseluruhan ke AV Bundle dan Serabut Purkinje.
Depolarisasi 40-60 kali/menit (apabila SA Node tidak berfungsi).
3. AV Bundle (of His) : Hubungan antara AV Node dan AV Bundle adalah
hanya menghubungkan impuls listrik dari atrium ke ventrikel. Sekali
impuls menstimulir AV Bundle, impuls ini langsung dihantarkan ke
interventrikel septum dan masuk ke Bundle Branches kiri dan kanan dan
akhirnya menstimulir serabut Purkinje untuk secara spontan terjadi
kontraksi ventrikel.
4. Serabut Purkinje : serabut otot khusus yang dapat menghantarkan impuls
listrik lima kali lebih cepat dari serabut otot biasa. Jantung dipengaruhi
saraf autonom yang berasal dari medula oblongata yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis.
1) Simpatis
Mempersyarafi SA Node dan AV Node serta miokardium atrium
dan ventrikel.
Stimulasi saraf simpatik meningkatkan denyut jantung.
2) Parasimpatis
Mempersyarafi otot atrium, SA Node dan AV Node.
Stimulasi saraf parasimpatik mengurangi denyut jantung.
Siklus jantung adalah kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedua
atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari 2 yaitu kontraksi (sistole) dan
pengendoran (diastole). Kontraksi kedua atrium serentak dan pendek
disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Kontraksi dan
pengendoran ventrikel disebut sistole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi
ventrikel 0,3 detik dan dilatasi ventrikel 0,5 detik. Kontraksi ventrikel lebih lama
dan lebih kuat. Ventrikel kiri adalah terkuat karena harus mendorong darah ke
12
2.1.3 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2016) penyebab dari gagal ginjal
kongestive adalah sebagai berikut :
13
2.1.4 Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas yaitu :
2.1.4.1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
2.1.4.2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
2.1.4.3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
2.1.4.4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring.
14
Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung Menurut New York Heart Association
(NYHA)
Kelas Definisi Istilah
I Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa Disfungsi artikel kiri yang
pembatasan aktifitas fisik asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikit pembatasan aktifitas
fisik
III Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabkan banyak pembatasan aktifitas
fisik
IV Klien dengan kelainan jantung yang segala Gagal jantung berat
bentuk aktifitas fisiknya akan menyebabkan
keluhan
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO:
Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
15
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteri).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel
berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat,
maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir
diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat
istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner
dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem
saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan
meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi
jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan
menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron
juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer
selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium
dan cairan.
16
WOC CHF
CHF
iskemi
Perubahan membrane
jaringan
Penurunan curah
jantung
Pola nafas tidak efektif Nyeri
Wajan Juni Udjianti (2016)
18
5. Insomnia
Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
2.1.6.2 Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia,
mual dan nokturia.
1. Edema
Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke
tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian
bawah.
2. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka
tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan
terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites.
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan
tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
3. Anoreksia
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
4. Nokturia
Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita
pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena
curah jantung membaik saat istirahat.
5. Kelemahan
Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
20
2.1.8 Komplikasi
Menurut William F (2017) mengemukakan ada 3 komplikasi pada gagal
jantung yaitu :
2.1.8.1 Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di
bagian tubuh mana saja, termasuk faktor apapun yang menyebabkan cairan
interstitial paru-paru meningkat dari batas negatif ke batas positif. Penyebab
kelainan paru yang paling umum adalah sebagai berikut :
21
2.1.9.3 Diuretik
Selain tirah baring (bed rest) pembatasan garam dan air serta diuretik baik
oral maupun teral akan menurunkan preload dan kerja jantung.
2.1.9.4 Digitalisasi
Dosis Digitalis
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24
jam dan di lanjutkan 2 x 0,5 selama 2-4 hari.
1. Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
2. Cedilanid (IV 1,2-1,6 mg/24 jam).
2.1.9.5 Dosis penunjang untuk gagal jantung
Digoksin 0,25 mg/hari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis
disesuaikan.
1. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
2. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
berat :
1) Digoksin: 1-1,5 mg IV perlahan-lahan.
2) Cedilanid: 0,4-0,8 mg IV perlahan-lahan.
23
4) Pemeriksaan Neurosensori
Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur,
bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak.
Pengkajian meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.
2.2.2.4 B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk
menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine
(yang terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien
untuk buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa
oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandung kemih
yang penuh (distensi kandung kemih).
2.2.2.5 B5 (Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk
rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji
penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan berat
badan. Refluks hepatojuguler, Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan
aliran balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi
besar, keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini dapat diperiksa dengan menekan
hepar secara kuat selama 30-60 detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis
sebesar 1 cm.
2.2.2.6 B6 (Bone)
Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan
berdebar
2. Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal, nokturia dan keringat pada malam hari)
3. Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
klien tisur dalam 24 jam dan apakah klien mengalami sulit tidur dan
bagaimana perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada
29
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi telah teratasi
seluruhnya, teratasi sebagian, atau belum teratasi semuanya. Mengevaluasi juga
merupakan menilai atau menghargai, dalam konteks inievaluasi dadalah aktivitas
yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan professional
kesehatan menemukan kemajuan klien menuju pencapaian/tujuan hasil, dan
keefektifan dari rencana asuhan keperawatan. Evaluasi juga menjadi aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah rencana /intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan
atau diubah.
36
2. Pola nafas tidak efektif 1. Mengbservasi tanda-tanda vital pasien 1. Tanda-tanda vital pasien dalam rentang
berhubungan dengan penurunan 2. Mengatur posisi tempat tidur pasien dengan normal TD : 120/80 mmHg, RR :
volume paru posisi semi fowler 18x/menit, N : 80x/menit S : 360C
3. Memberikan O2 sesuai kebutuhan 2. Posisi berbaring semi fowler
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam 3. Terpasang O2 nasal kanul
pemberian terapi oksigen dan obat-obatan. 4. Tampak sudah diberikan terapi oksigen
dan terapi obat
3. Gangguan pertukaran gas 1. Memantau bunyi nafas 1. Saat diauskultasi tampak sudah tidak
berhubungan dengan kongesti 2. Mengajarkan klien batuk efektif, nafas dalam. terdengar suara nafas tambahan
paru, hipertensi pulmonal. 3. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan 2. Klien tamak sudah memahami tentang
4. Berkolaborasi dalam pemeriksaan GDA, nadi batuk efektif
oksimetri. 3. Tampak sudah terpasang O2 nasal kanul
4. Tampak sudah dilakukan pemeriksaan
GDA dan nadi oksimetri
37
4. Nyeri (akut) berhubungan 1. Mengukur tanda-tanda vital pasien 1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
dengan penurunan suplai 2. Mengkaji skala nyeri TD : 120/80 mmHg, RR : 18x/menit, N :
oksigen dalam jaringan sehingga 3. Mengatur posisi senyaman mungkin yaitu 80x/menit S : 360C
menyebabkan iskemia posisi berbaring semi fowler 2. Skala nyeri 0-1 ringan
4. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam 3. Posisi berbaring klien semi fowler
5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi obat 4. Klien tampak mampu melakukan latihan
analgesic nafas dalam
5. Klien sudah diberikan terapi obat
5. Kelebihan volume cairan 1. Mengkaji adanya edema ekstremitas 1. Tampak tidak terlihat edema
berhubungan dengan penurunan 2. Memberikan cairan sesuai kebutuhan 2. Pemasukan cairan sebanyak 500cc/24 jam
curah jantung 3. Menganjurkan klien untuk tirah baring pada 3. Tampak terbaring dengan posisi semi
saat edema masih terjadi fowler
4. Berkolaborasi dalam pemberian terapi obat 4. Tampak telah diberikan terapi obat
melalui IV
6. Intoleransi Aktivitas 1. Mengkaji keluhan yang dirasakan klien 1. Tampak sudah tidak merasa lemas lagi
berhubungan dengan 2. Mengukur skala aktivitas klien 2. ADL sudah mandiri
ketidakseimbangan antara suplai 3. Memantau intake nutrisi yang adekuat 3. Nutrisi tampak tercukupi
okigen, kelemahan umum, tirah 4. Mempertahankan penambahan O2 sesuai 4. Tampak terpasang O2 nasal kanul
baring lama/immobilisasi kebutuhan 5. klien tampak termotivasi untuk melakukan
5. Memberikan motivasi pada klien untuk dapat aktivitas secara mandiri
meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
7. Gangguan integritas kulit 1. Mengkaji luka, ukuran, warna pada kulit 1. Luka sudah terlihat membaik
berhubungan dengan tirah baring 2. Memberikan perawatan luka dengan teknik 2. Tampak sudah dilakukan perawatan luka
lama, edema, penurunan perfusi aseptic 3. Klian tampak terlihat miring kana miring
jaringan. kiri per 2 jam
3. Menganjurkan klien miring kanan dan miring
4. Tampak diberikan terapi obat untuk agar
38
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
36
40
dirujuk oleh keluarga ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, lalu masuk
IGD pada pukul 03.13 WIB dan langsung dilakukan pemeriksaan dan
penanganan. Saat di IGD klien mengeluhkan badan terasa mudah lelah saat
istirahat, disertai dengan sesak nafas. Saat di periksa keadaan umum klien tampak
lemah, kesadaran compos menthis, dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
TD: 170/100 mmHg, N: 98 x/m, S: 36,5oC, RR: 21x/m, SPO2 90 % RR : 29 %,
GCS: E4-V5-M6, di IGD klien diberikan terapi pemasangan oksigen nasal kanul
2-4 liter/menit, pemberian cairan infus NaCl 0,9 % sebanyak 16 Tpm, pemberian
terapi obat injekasi ranitidine 50 mg/IV, Arixtra 1x2,5 (SC), dan terapi obat oral
clopidogrel 75 mg 1x1, aspilets 1x1 dan simvastatin 1x10 mg. Klien di diagnosa
CHF oleh dokter di IGD. Kemudian pada pukul 05.00 WIB klien dianjurkan
untuk rawat inap dan langsung dipindahkan keruang ICVCU untuk mendapatkan
pengobatan dan penanganan lebih lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan bahwa dirinya mengidap penyakit hipertensi dari + 10
tahun lalu.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit menular atau keturunan lainnya seperti jantung, DM, stroke, hipertensi,
dan lain-lain.
3.1.3 Genogram
: Garis Keturunan
: Tinggal 1 rumah
: Klien (Ny.M)
: meninggal dunia
kesulitan bernafas (dyspnea) pada saat istirahat, tipe pernapasan dada, irama napas
tidak teratur, suara napas tambahan wheezing. Hasil pengkajian lain didapatkan
bahwa RR: 29x/m, SPO2 90 %, dan tampak terpasang oksigen nasal kanul 3 Lpm.
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
3.1.4.5 Kardiovaskular (Blood)
Hasil dari pemeriksaan kardiovaskular didapatkan adanya nyeri dada (-),
kram kaki (-), pusing (-), clubing finger (-), sianosis (+), sakit kepala (-), CRT >2
detik, akral teraba dingin, ictus cordis tidak terlihat, vena jugularis tidak
meningkat, suara jantung ada kelainan (S3 gallop) irama jantung iregular, nadi
teraba cepat. Pada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan EKG di didapatkan
Supraventricular rhythm, Abnormal Q wave (lateral inferior), Nonspesific T wave
abnormslity (Diffuse), abnormal right axis deviation, dan didapatkan nilai CTR
Ny.M adalah 66%.
Masalah Keperawatan : Penurunan curah jantung
3.1.4.6 Persyarafan (brain)
Pada pemeriksaan persyarafan didapatkan hasil GCS E4 : klien dapat
membuka mata secara spontan, V5 = klien dapat berbicara secara normal , M6 :
klien dapat mengikuti perintah dengan baik, total 15 (compos menthis), Pupil
isokor, refleks cahaya +/+, klien tampak gelisah, tidak adanya nyeri (-), tremor (-),
vertigo (-) dan kejang (-). Pada pemeriksaan uji saraf kranial didapat kan hasil :
Nervus kranial I (Olfaktorius) klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
dan bau balsem, Nervus kranial II (Optikus) klien dapat melihat dengan baik,
Nervus kranial III (Okulomotorius) klien dapat menggerakan bola mata ke arah
kiri dan kanan, Nervus kranial IV (Trokhlearis) pupil isokor, Nervus kranial V
(Trigeminus) klien dapat merasakan sentuhan panas dan dingin pada kulitnya dan
klien dapat mengunyah dengan baik, Nervus kranial VI (Abdusens) klien dapat
menggerakan bola mata ke arah kanan, kiri, atas dan bawah, Nervus Kranial VII
(Fasialis) klien dapat membedakan rasa manis dan asin, Nervus kranial VIII
(Akustikus) klien dapat mendengar dengan baik, Nervus kranial IX
(Glasofaringeal) klien dapat menelan makanan, Nervus kranial X (Vagus) klien
dapat menjulurkan lidahnya, Nervus kranial XI (Asesori) klien dapat mengakat
bahunya, dan Nervus kranial XII (Hipoglosol) klien dapat mengatur posisi
43
lidahnya keatas dan kebawah. Uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari (+), dan
jari ke hidung (+), ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki (+), uji kestabilan
tubuh (+). Tidak ada keluhan dan masalah keperawatan.
3.1.4.7 Eliminasi urine (bladder)
Pada pemeriksaan eliminasi didapatkan klien tampak terpasang cateter
dengan produksi urine + 1500 ml/24 jam, warna urine kuning jernih, bau khas
amoniak.
3.1.4.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Pada pemeriksaan bibir tampak cukup lembab dan tidak ada perlukaan,
gigi lengkap, tidak terpasang gigi palsu atau kawat gigi, tidak terdapat karang gigi,
dan tidak ada perlukaan serta perdarahan. Gusi tidak ada ada peradangan,
perdarahan atau perlukaan. Mukosa mulut lembab, tidak ada tonsil dan
haemoroid. BAB 1-2 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, tidak
ada masalah seperti diare (-), konstipasi (-), kembung (-), feces berdarah (-),
melena (-), bising usus (+) 12 x/menit, tidak ada nyeri tekan dan benjolan. Tidak
ada keluhan lainnya dan tidak ditemukan masalah keperawatan.
3.1.4.9 Tulang, Otot dan integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, tidak ditemukan parese (-),
paralise (-), hemiparese (-), krepitasi (-), nyeri (-), bengkak (-), kekukan otot (-),
flasiditas (-), spastisitas (-). Uji kekuatan otot ekstremitas atas 5|5, ekstremitas
bawah 5|5, tidak ada deformitas tulang (-), peradangan (-), perlukaan (-), dan
patah tulang (-) dan Tulang belakang normal.
3.1.4.10 Kulit-kulit Rambut
Klien tidak memiliki alergi obat, makan, kosmetik dan lain-lain. Suhu
kulit hangat, warna kulit normal, turgor kulit cukup, tekstur halus, tidak ada
jaringan parut, tekstur rambut kasar dan tumbuh merata, bentuk kuku simetris.
Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.11 Sistem Pengindraan
Pada pemeriksaan mata/penglihatan didapatkan hasil fungsi penglihatan
baik, gerakan bola mata bergerak normal, sklera normal/putih, konjungtiva merah
muda, kornea bening, tidak menggunakan alat bantu (kacamata/lensa kontak),
tidak ada nyeri dan tidak ada keluhan lainnya. Pada pemeriksaan
44
(Elsha Margaretha)
50
- Kekuatan otot
Ekstermitas atas 5/5
Ekstermitas bawah
5/5
- Tanda-tanda vital
TD : 170/100 mmHg
Suhu : 36,50C
RR : 29 x/menit
Nadi : 98 x/menit
SPO2 : 90 %
53
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan keperawatan selama 2x7 jam vital pasien umum klien
penurunan volume paru diharapkan pola nafas efektif dengan 2. Atur posisi tempat tidur 2. Untuk memenuhi
kriteria hasil : pasien dengan posisi semi kebutuhan oksigen ke
1. Dapat mendemonstarasikan batuk fowler jaringan
efektif, dan suara nafas bersih 3. Berikan O2 sesuai 3. Untuk memaksimalkan
tidak ada suara nafas tambahan, kebutuhan response paru dan
sianosis dan dyspnu 4. Kolaborasi dengan dokter menurunkan upaya
2. Irama nafas, dan frekuensi nafas dalam pemberian terapi pernapasan.
dalam rentang normal, tidak ada oksigen nasal kanul 3 lpm 4. Meningkatkan sediaan O2
suara nafas tambahan dan terapi obat untuk kebutuhan miokard.
3. Tanda-tanda vital dalam batas Moxifloxacin 400 mg 1x1
normal (Respirasi 20x/menit,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36,50C)
57
3. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan 1. Pantau keadaan umum 1. Sebagai data dasar untuk
berhubungan dengan Suplai keperawatan selama 2 x 7 jam klien mengetahui masalah klien
O2 kejaringan menurun diharapkan klien dapat memenuhi 2. Ukur skala aktivitas klien 2. Untuk mengetahui skala
aktivitas secara mandiri dengan 3. Pantau intake nutrisi yang aktivitas klien
kriteria hasil : adekuat 3. Sebagai sumber energi bagi
1. Klien akan berpartisipasi 4. Anjurkan melakukan klien
pada aktivitas yang diinginkan aktivitas secara bertahap 4. Untuk mencegah klien
2. Memenuhi perawatan diri 5. Kolaborasi dengan tim tidak terlalu lelah
sendiri secara mandiri medis dalam memuhi ADL 5. Untuk memantau aktivitas
3. Mencapai peningkatan toleransi klien klien yang dapat ditoleransi
aktivitas yang dapat diukur
dibuktikan oleh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
58
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1) Lanjutkan mengobservasi tanda-tanda vital
setiap 1 jam
2) Lanjutkan memberikan terapi O2 sesuai
indikasi
3) Lanjutkan menganjurkan klien untuk
membantasi pemasukan cairan
4) Lanjutkan berkolaborasi dalam pemberian
terapi obat:
Injeksi arixtra 4 gr 1x1
Clopidogrel 1-0-0 (Oral)
Aspilet 0-1-0 (Oral)
Atorvastatin 20 mg 0-0-1 (Oral)
Spironolactone 0-1-0 (Oral)
Ramipril 0-0-1 (Oral)
Concor 0-1-0 (Oral)
Jumat, 20 November Diagnosa 2 S : “ Klien mengatakan nafas terasa sesak”
2020 O:
Pukul : 1. Mengobservasi tanda-tanda vital - Klien tampak lemah
07.00-08.00 WIB pasien - Posisi tidur klien semi fowler
08.00-08.30 WIB 2. Mengatur posisi tempat tidur - Tampak sudah terpasang O2 nasal kanul 3
08.30-09.00 WIB pasien dengan posisi semi fowler lpm Elsha Margaretha
09.00-14.00 WIB 3. Memberikan O2 sesuai kebutuhan - Terapi obat diberikan pukul 18.00 WIB
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam - Tanda tanda vital :
pemberian terapi oksigen nasal TD : 170/100 mmHg
kanul 3 lpm dan terapi obat Suhu : 36,50C
Moxifloxacin 400 mg 1x1 RR : 26 x/menit
60
Nadi 98 x/menit
SPO2 : 98%
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Lanjutkan mengobservasi tanda-tanda
vital pasien
2. Lanjutkan mengatur posisi tempat tidur
pasien dengan posisi semi fowler
3. Lanjutkan memberikan O2 sesuai
kebutuhan
4. Lanjutkan berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi oksigen nasal
kanul 3 lpm dan terapi obat Moxifloxacin
400 mg 1x1
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh pada tanggal 20 November
2020, pukul 07.00 WIB bertempat diruang ICVCU RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, dengan teknik anamnesa (Wawancara), observasi, pemeriksaan
fisik, dan data dari buku keperawatan klien, terdapat keluhan utama yaitu “Klien
mengatakan “badan terasa mudah lelah saat istirahat yang disertai dengan sesak
nafas”
Dalam pemeriksaan breathing didapatkan hasil bentuk dada simetris,
pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak ada batuk, tidak terdapat batuk
darah (-), sianosis (+), cuping hidung (+) tidak nyeri dada. Pasien mengalami
kesulitan bernafas (dyspnea) pada saat istirahat, tipe pernapasan dada, irama napas
tidak teratur, suara napas tambahan wheezing. Hasil pengkajian lain didapatkan
bahwa RR: 29x/m, SPO2 90 %, dan tampak terpasang oksigen nasal kanul 3 Lpm.
Hasil dari pemeriksaan kardiovaskular didapatkan adanya nyeri dada (-),
kram kaki (-), pusing (-), clubing finger (-), sianosis (+), sakit kepala (-), CRT >2
detik, akral teraba hangat, ictus cordis tidak terlihat, vena jugularis tidak
meningkat, suara jantung ada kelainan (S3 gallop) irama jantung iregular, nadi
teraba cepat. Pada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan EKG di didapatkan
Supraventricular rhythm, Abnormal Q wave (lateral inferior), Nonspesific T wave
abnormslity (Diffuse), abnormal right axis deviation, dan didapatkan nilai CTR
Ny.M adalah 66%.
62
63
hidung (+), sianosis (+), tipe pernafasan dada, irama nafas tidak teratur,
suara nafas tambahan wheezing, capillary refill >2 detik, akral teraba dingin,
tanda-tanda vital TD : 170/100 mmHg Suhu : 36,50C RR : 29 x/menit Nadi
98 x/menit SPO2 : 90 %
4.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Suplai O2 kejaringan menurun
yang ditandai dengan klien mengeluhkan seluruh badan terasa mudah lelah
saat istirahat yang disebabkan oleh gangguan metebolisme proses dalam
memecah karbohidrat, protein dan lemak untuk energi sehingga terjadi
kelemahan yang menimbulkan gejala klien, klien tampak lemah, ADL
tampak dibantu oleh keluarga dan perawat, tampak terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm, skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan pengawasan) waktu
istirahat 7-8 jam, tampak terpasang cateter kekuatan otot ekstermitas atas
5/5 ekstermitas bawah 5/5, tanda-tanda vital TD : 170/100 mmHg Suhu :
36,50C RR : 29 x/menit Nadi : 98 x/menit SPO2 : 90 %.
Diagnosa berdasarkan teori :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan pada ventrikel
kiri/kanan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal.
4. Nyeri (akut) berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan
sehingga menyebabkan iskemia
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan curah jantung
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
okigen, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan.
Menurut penulis tidak jauh berbeda antara fakta yang didapat saat
pengkajian dengan teori-teori menurut para ahli, karena tergantung faktor
pendukung dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah terkumpulnya data-
data masalah keperawatan dari Ny. M tersedianya catatan keperawatan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan klien. Sedangkan faktor
65
kebutuhan dasar manusia dibagi dalam 5 tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Dalam membuat intervensi penulis juga menyesuaikan dengan sumber-
sumber referensi yang berhubungaan dengan diabetes militus, tidak semua
intervensi yang ada diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa intervensi pada
kasus Ny. M dengan teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada
kasus terdapat kriteria waktu yang ditentukan pada masing-masing diagnosa.
Dalam proses perencanaan tindakan pada kasus Ny.M, penulis
menemukan faktor penghambat yaitu keterbatasan pengetahuan penulis tentang
intervensi pada klien tentang CHF. Sedangkan faktor penunjang dalam
perencanaan tindakan yaitu penulis telah mendapatkan teori tentang CHF yang
menjadi dasar bagi penulis untuk membuat intervensi.
0-1-0 (Oral) sesuai dengan jam yang telah ditetapakan,tanda tanda vital : TD :
170/100 mmHg Suhu : 36,50C RR : 29 x/menit Nadi 98 x/menit SPO2 : 96 %
Hasil evaluasi pada diagnosa kedua dengan pola nafas tidak efektif
didapatkan hasil evaluasi yaitu masalah teratasi sebagian karena klien mengatakan
nafas terasa sesak dan data objektifnya klien tampak lemah, posisi tidur klien semi
fowler, tampak sudah terpasang O2 nasal kanul 3 lpm, terapi obat diberikan pukul
18.00 WIB, tanda tanda vital : TD : 170/100 mmHg Suhu : 36,50C RR : 26
x/menit Nadi 98 x/menit SPO2 : 98 %.
Hasil evaluasi pada diagnosa ketiga dengan intoleransi aktivitas didapatkan
hasil evaluasi masalah teratasi sebagian karena klien mengatakan seluruh badan
terasa mudah lelah saat istirahat dan data objektifnya klien tampak lemah, ADL
tampak dibantu oleh keluarga, skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan dan
pengawasan), klien makan 3 kali sehari 1 porsi penuh (habis) lauk pauk, nasi,
sayuran, klien tampak melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi seperti miring
kanan dan miring kiri dan mencoba menggerakan tangan dan kaki secara perlahan
untuk mencegah kekakuan, tanda tanda vital : TD : 170/100 mmHg Suhu : 36,50C
RR : 26 x/menit Nadi 98 x/menit SPO2 : 98 %.
Evaluasi merupakan bagian terakhir dari proses keperawatan. Pada setiap
akhir pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh
mana tujuan yang telah dibuat dapat tercapai.
Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat kesamaan
dalam evaluasi keperawatan antara teori dan kasus pada Ny. M. Hal ini
dikarenakan masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus hampir sama dengan masalah keperawatan dengan teori. Maka hasil
yang dicapai pada evaluasi juga hampir sama.
Faktor pendukung dalam proses evaluasi adalah sikap pasien dan keluarga
yang kooperatif dan adanya kerjasama yang baik antar tim kesehatan serta
bimbingan dari pembimbing akademik dan pembimbing lahan. Selama melakukan
evaluasi hasil tidak ditemukan adanya faktor penghambat
69
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. M difokuskan pada asuhan
keperawatan medikal bedah klien dengan congestive heart failure (CHF), tetapi
tetap mencakup aspek holistik yaitu meliputi seluruh aspek biopsikososial
spiritual klien. Data yang dikumpulkan saat pengkajian merupakan dasar
penetapan diagnosa keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan teknik
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada pasien, juga melalui
catatan keperawatan mengenai status klien. Proses pengkajian dilakukan sesuai
teori dan data yang didapat mempunyai kesesuaian dengan tinjauan pustaka
tentang congestive heart failure (CHF).
Diagnosa keperawatan yang diangkat pada Ny. M dibuat berdasarkan
analisa data fokus yang didapat pada klien dan disusun berdasarkan kebutuhan
dasar manusia menuntut hirarki Maslow dan prioritas masalah yang mengancam
kehidupan klien. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. M yaitu sebagai
berikut:
1) Penurunan curah jantung berhubungan adanya kerusakan pada ventrikel
kiri
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Suplai O2 kejaringan menurun
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah dengan memperhatikan
teori yang ada dan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan yang dibuat disusun
sesuai dengan diagnosa yang muncul pada Ny. M dengan diagnosa prioritas
yaitu penurunan curah jantung sebagai diagnosa pertama karena bersifat
membahayakan pasien, pola nafas tidak efektif, nyeri akut dan intoleransi
aktivitas sebagai diagnosa keempat tindakan keperawatan pada pasien Ny. M
pada dasarnya mengikuti perencanaan yang telah dibuat dalam intervensi
keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Pelaksanaan tindakan
keperawatan melibatkan semua pihak yaitu pasien, keluarga dan semua pemberi
68
70
DAFTAR PUSTAKA
Burnner & Suddarth. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
volume 2. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Gallo & Hudak. 2016. Keperawatan Kritis, Edisi VI. Jakarta: EGC
Ghanie, Ali. 2018. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
FKUI
OLEH :
ELSHA MARGARETHA
(2020.01.14901.016)
1.3 Metode
Metode yang digunakan pada penyuluhan kesehatan ini adalah :
1.3.1 Ceramah
1.3.2 Tanya jawab
1.4 Media
1.4.1 Satuan acara penuluhan (SAP) tentang congestive heart failure (CHF)
1.4.2 Leaflet tentang congestive heart failure (CHF)
75
4 3 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih
atas peran serta pasien dan Ceramah
pengunjung di ruang ICVCU
2. Mengucapkan salam penutup
1.7 Evaluasi
1.7.1 Evaluasi Struktural
1.7.1.1 Tempat dan alat sesuai rencana
1.7.1.2 Peran dan tugas sesuai rencana
1.7.1.3 Setting tempat sesuai dengan rencana
1.7.1.4 Evaluasi Proses
1.7.1.5 Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan
76
MATERI PENYULUHAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
4. Batuk
5. Mudah lelah
3. Pembesaran hati
5. Kelemahan
82
DAFTAR PUSTAKA
Elsha Katarina.,
Margaretha S.Kep, Ners
Elsha Katarina.,
Margaretha S.Kep, Ners
70
Elsha
Margaretha Katarina.,
S.Kep, Ners
5. Rabu, 25 ACC
November 2020
15.00 WIB
Elsha Katarina.,
Margaretha S.Kep, Ners
71
Elsha Takesi
Margaretha Arisandy,
Ners, M.Kep
Elsha Takesi
Margaretha Arisandy,
Ners, M.Kep
72
Takesi
Elsha Arisandy,
Margaretha Ners, M.Kep
73
LOG BOOK
Data Personal
NIM : 2020-01-14901-016
No handphone : 081294186692
(Elsha Maragaretha)
70
Capaia
No Keterampilan Target
n
1 Pemeriksaan Antenatal Care 2
2 Pemeriksaan protein urine ibu hamil 2
3 Pemeriksaan Hb ibu hamil 2
4 Memberi Imunisasi TT 2
5 Memberikan KB oral 2
6 Memberikan KB suntik 2
7 Membantu persiapan Ibu melahirkan normal 2
8 Membantu persiapan Ibu melahirkan operasi sesar 2
9 Melakukan perawatan ibu post partum 2
10 Melakukan Vulva Hygiene 2
11 Pendkes ibu nifas 2
12 Pendkes Ibu menyusui 2
13 Pemasangan Infus 2
14 Pemberian Tranfusi Darah 2
15 Pengambilan darah vena 2
16 Memandikan bayi 2
17 Perawatan tali pusat 2
18 Melakukan bedong bayi 2
19 Pemberian makanan melalui NGT/OFT 2
20 Memberikan minum untuk bayi 2
21 Observasi bayi lahir normal 2
22 Observasi bayi lahir patologis 2
23 Perawatan bayi dalam inkubator 2
Memberikan Pendidikan Kesehatan (individu) menggunakan buku
24 KIA
1) Pada Ibu Hamil 1
2) Pada Ibu Nifas 1
3) Pada akseptor KB 1
25 Memberikan Pendidikan Kesehatan (Kelompok) 1
77