Professional Documents
Culture Documents
Makalah 1 Kel.4 Perpajakan Ii
Makalah 1 Kel.4 Perpajakan Ii
BEA MATERAI
MATA KULIAH PERPAJAKAN II
KELAS B
DOSEN PENGAMPU : SULVARIANY TAMBURAKA, S.E., M.Si.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
TIARA ANASTASYA B1C121195
ULMY APRIYANI ZAHRA B1C121197
YUDITH YULIANA B1C121206
ZAUHARIATUZ NUR AZIZAH B1C121208
ABDUL RAHMAN B1C121210
ADINDA MAHARANI L B1C121211
ALIADIN B1C121215
ALIM RAMADHANI I B1C121216
ANDI ASTRID ANANDA PUTRI B1C121217
ANDIKA PUTRI CAHYANI B1C121218
ANGGI PUTRI RAMA SARI B1C121219
ANGGUN REGINA ASTARI B1C121220
ANNA HANDALANGIT B1C121221
ANNISA NABILA ZAFIRAH B1C121224
ANNISA PUTRI INDAH PRATIWI B1C121225
1
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena rahmat dan karunianya kami dapat
mengemban ilmu di tempat yang sebaik-baiknya. Dunia ini sangat luas, sehingga sangat banyak
hal yang dapat dipelajari dan dijadikan ilmu untuk menambah pengetahuan kita, sehingga kita
mampu menjadi manusia yang cerdas juga berakhlak mulia.
Ilmu itu luas, begitu juga pada Akuntansi khususnya pada Perencanaan dan Penganggaran.
Dimana dalam makalah ini, kami membahas salah satu materi Perencanaan dan Penganggaran
yaitu pada materi Metode Ramalan Penjualan.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.
Untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ditemukan banyak kesalahan
didalamnya. Untuk itu juga kami menerima kritik dan saran dengan terbuka, sehingga
kedepannya kami dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Sekian, terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II..............................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
A. Definisi Bea Materai.........................................................................................................
B. Objek dan Tarif Bea Materai.............................................................................................
1. Objek bea materai.............................................................................................................
2. Bukan objek bea materai...................................................................................................
3. Tarif Bbea materai.............................................................................................................
C. Penanggung Tarif..............................................................................................................
1. Subjek bea materai............................................................................................................
2. Objek bea materai...........................................................................................................10
D. Cara Pelunasan................................................................................................................10
1. Implementasi pelunasan bea materai..............................................................................10
2. Cara Pelunasan bea materai............................................................................................11
E. Pemateraian Kemudian dan Ketentuan Lain...................................................................12
1. Pemateraian kemudian....................................................................................................12
2. Ketentuan lain.................................................................................................................14
BAB II............................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yang berisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,keadaan, atau kenyataan
bagi seseorang dan atau pihak yang berkepentingan) yang menurut Undang-Undang Bea
Materai (UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai), menjadi obyek Bea Materai. Bea
Materai yang dimaksud diatas adalah Materai tempel dan kertas Materai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu tanda tangan
sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan
atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan,
Sebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan atas dua
jenis dokumen, yaitu dokumen yang dijadikan alat untuk menerangkan kejadian (bersifat
perdata) dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di muka pengadilan. Dalam hal ini
dokumen yang bersifat perdata, antara lain surat perjanjian, surat keterangan, surat
pernyataan, akta notaris beserta grosse dan salinan, dokumen transaksi surat berharga dengan
nama atau bentuk apapun, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah berserta salinan dan kutipan,
dokumen lelang berupa kutipan risilah lelang, surat berharga dengan nama dalam bentuk
apapun, dokumen yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang menyebutkan
penerima uang serta berisi pengakuan hutang telah dilunasi atau diperhitungkan, dan
dokumen lain yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah.
Dan juga Sebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai
dikenakan atas dua jenis dokumen, yaitu dokumen yang dijadikan alat untuk menerangkan
kejadian (bersifat perdata) dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di muka
pengadilan. Dalam hal ini dokumen yang bersifat perdata, antara lain surat perjanjian, surat
keterangan, surat pernyataan, akta notaris beserta grosse dan salinan, dokumen transaksi surat
berharga dengan nama atau bentuk apapun, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah berserta salinan
dan kutipan, dokumen lelang berupa kutipan risilah lelang, surat berharga dengan nama
dalam bentuk apapun, dokumen yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang
menyebutkan penerima uang serta berisi pengakuan hutang telah dilunasi atau
diperhitungkan, dan dokumen lain yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah,
4
Jadi intinya adalah semua pihak yang dengan sengaja menggunakan atau memanfaatkan
semua jenis dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan bea cukai harus
membayar atau menempelkan meterai baik benda meterai atau bentuk lainnya pada dokumen
tersebut.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai; Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 134/PMK.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bea Materai?
2. Apa saja objek dan tarif dalam Bea Materai?
3. Siapakah penanggung tarif Bea Materai?
4. Bagaimana cara pelunasan Bea Materai?
5. Apa saja pemateraian kemudian dan ketentuan lain dalam Bea Materai?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Bea Materai
2. Mengetahui objek dan tarif dalam Bea Materai
3. Mengetahui siapa penanggung tarif Bea Materai
4. Mengetahuri cara pelunasan Bea Materai
5. Mengetahui pemateraian kemudian dan ketentuan lain dalam Bea Materai
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bea Materai
Bea materai digunakan untuk memaksimalkan pendapatan negara, yang nantinya akan
digunakan untuk membiayai pembangunan. Selain itu, bea materai juga diberlakukan untuk
memberikan kepastian hukum yang adil.
Dokumen adalah sesuatu yang ditulis atau tulisan, dalam bentuk tulisan tangan, cetakan,
atau elektronik, yang dapat dipakai sebagai alat bukti atau keterangan.
Meterai adalah label atau carik dalam bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya
yang memiliki ciri dan mengandung unsur pengaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia, yang digunakan untuk membayar pajak atas Dokumen.
Tanda tangan adalah tanda sebagai lambang nama sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan atau cap nama, atau
tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan, atau tanda tangan elektronik sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang di bidang informasi dan transaksi elektronik.
6
Bea meterai umumnya dikenakan pada dokumen yang mentransfer kepemilikan.
Biasanya pelunasan bea meterai dibuktikan dengan stempel yang ditempelkan pada dokumen
yang bersangkutan. Pada beberapa negara bea meterai dapat dianggap sebagai pajak sukarela
Hal ini lantaran otoritas pajak pada negara tersebut tidak dapat secara langsung menegakkan
pembayarannya atau tidak ada sanksi langsung atas ketidakpatuhan. Namun dalam praktik,
kewajiban pembayaran bea meterai umumnya dipastikan melalui tindakan tidak langsung.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU UU No. 13/1985 tentang Bea Materai, bea meterai
merupakan yang dikenakan atas dokumen yang disebut dalam undang-undang tersebut.
Adapun dalam UU No. 13/1985 dokumen didefinisikan sebagai kertas yang berisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi
seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan. Dokumen tersebut di antaranya surat
perjanjian atau dokumen yang bersifat perdata, akta notaris termasuk salinannya, akta yang
dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkapnya, surat yang memuat jumlah
uang, dan dokumen yang dapat digunakan di muka pengadilan. Apabila diperhatikan definisi
dokumen dalam UU Bea Meterai yang saat ini berlaku masih sangat sempit. Pasalnya,
definisi tersebut hanya memuat dokumen dalam bentuk kertas dan belum mengakomodasi
dokumen yang berbentuk elektronik. Untuk itu, Menkeu mengatakan salah satu klaster
perubahan UU Bea Materai yang disepakati adalah perluasan definisi dokumen objek bea
meterai hingga mencakup dokumen elektronik. Dengan demikian, negara bisa memberikan
persamaan perlakuan untuk dokumen kertas dan nonkertas.
7
c. Akta pejabat pembuat akta tanah beserta salinan dan kutipannya.
d. Surat beharga dengan nama dan bentuk apapun.
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan bentuk apapun.
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah llang, minuta risalah lelang,
Salinan risalah lelang, grosse risalah lelang.
Dokumen yang menyatakan jumlah dengan nominal lebih Rp. 5.000.000 (lima
juta rupiah) yang :
8
Indonesia mempunyai materai bernilai Rp3.000 dan Rp6.000. Untuk nominal
sebelumnya, tetap bisa dipergunakan dengan jumlah total Rp9.000. Tujuan tarif
tunggal bea meterai ini adalah guna memberikan kesetaraan antara dokumen kertas
dan elektronik. Di samping itu, bertujuan juga untuk memberikan keberpihakan
kepada masyarakat dan UMKM dengan tarif yang relatif terjangkau.
Harus dicatat, bea meterai hanya dikenakan untuk dokumen dengan nominal uang
di atas Rp5 juta. Pada dokumen dengan nominal di bawah Rp5 juta tidak dikenakan
bea materai. Kondisi ini dibuat dengan tujuan penyederhanaan dan efektivitas melalui
tarif tunggal dan meterai elektronik. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 UU No.
10 Tahun 2020, Bea Meterai dikenakan tarif tetap sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu
rupiah) per lembar berlaku sejak 1 Januari 2021. Namun, Bea Meterai dengan
nominal Rp 6.000 (enam ribu rupiah) dan Rp 3.000 (tiga ribu rupiah) ini masih
berlaku hingga 31 Desember 2021 sesuai ketentuan penggunaan, yaitu membubuhkan
tiga meterai masing-masing senilai Rp 3.000, dua meterai masing-masing senilai Rp
6.000, atau meterai senilai Rp 3.000 dan Rp 6.000 pada dokumen. Dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif tetap sebesar
Rp10.000 berlaku mulai 1 Januari 2021.
C. Penanggung Tarif
Untuk dokumen yang dibuat secara sepihak, maka Bea Meterai terutang oleh
pihak yang menerima dokumen tersebut. Sementara itu, untuk dokumen yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih, maka Bea Meterai terutang oleh masing-masing pihak atas
dokumen yang diterimanya.
1. Subjek bea materai
Subjek Bea meterai atau disebut dengan pihak-pihak yang terutang Bea Meterai
adalah pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak
atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Jadi intinya adalah semua
pihak yang dengan sengaja menggunakan atau memanfaatkan semua jenis dokumen
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bea cukai harus membayar atau
menempelkan meterai baik benda meterai atau bentuk lainnya pada dokumen
tersebut.
9
2. Stakeholder bea meterai
a. Authorized dealer merupakan pihak yang mendistributor e-meterai kepada pihak
pengecer dan pihak yang terutang serta memungut biaya terdahap yang diberikan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b. Pihak pengecer merupakan pihak yang mendistributor e-meterai kepada pihak
yang terutang serta memungut biaya terhadap layanan yang diberikan.
c. Pihak pemungut merupakan pihak yang melakukan pemungutan bea meterai
secara langsung atas pihak yang terutang.
d. Pihak yang terutang merupakan pihak yang dikenai bea meterai dan wajib
membayar bea meterai yang terutang.
D. Cara Pelunasan
1. Impelentasi pelunasan bea materai
Masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa Bea Meterai merupakan
keharusan atau tanda untuk mengesahkan dokumen-dokumen yang dibuatnya.
Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya pelunasan Bea Meterai
merupakan penunaian kewajiban perpajakan atas dokumen-dokumen yang terutang
Bea Meterai, seperti:
a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk
digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan
yang bersifat perdata;
b. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya;
c. Surat yang memuat jumlah uang.
d. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, atau efek dengan nama dan dalam
bentuk apapun sesuai dengan harga nominalnya.
e. Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam
surat kolektif sesuai dengan jumlah harga nominalnya.
f. Dokumen yang digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan.
10
Berdasarkan Undang-undang Bea Materai, peluanasan bea materai atas
pembuatan dokumen-dokumen tersebut tidak dapat dilakukan dengan hanya
menggunakan materai tempel kopur Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 saja, tetapi juga
dapat dilakukan dengan cara lain berupa pemateraian menggunakan mesin teraan,
teknologi pencetakan, dan system komputerisasi.
11
Kertas meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi ( ayat (7) )
Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai terlalu panjang untuk dimuat
seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang
masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai ( ayat (8)
Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea meterai tidak dipenuhi,
dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai ( ayat (9) )
b. Cara pelunasan bea meterai dengan cara lain yang ditetetapkan mentri keuangan,
yaitu :
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan menggunakan mesin
teraan metera
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan sistem komputerisasi
Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan alat lain dan teknologi
tertentu (Lihat KMK No. 133b/KMK.04/2000).
Objek pemateraian:
Objek pemateraian dapat berupa berbagai jenis dokumen atau surat resmi, seperti
surat kontrak, perjanjian jual beli, surat kuasa, dan sebagainya. Objek pemateraian
dapat beragam tergantung pada peraturan yang berlaku di negara atau wilayah
tersebut.
Mekanisme pemateraian:
12
Mekanisme pemateraian dapat bervariasi tergantung pada teknologi dan aturan yang
berlaku. Beberapa mekanisme pemateraian yang umum digunakan meliputi:
a. Materai Temple: Materai temple adalah materai yang telah dicetak sebelumnya
dan ditempelkan pada dokumen dengan menggunakan lem atau perekat khusus.
Pemateraian dilakukan dengan cara menempelkan materai pada area yang telah
ditentukan pada dokumen.
b. Self-Stick Stamp (SST): SST adalah jenis materai yang sudah dilengkapi dengan
perekat di bagian belakangnya. Pemateraian dilakukan dengan cara menempelkan
SST pada dokumen dengan mengupayakan agar materai menempel dengan baik.
c. Mesin Pemateraian Digital: Pemateraian juga dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pemateraian digital. Mesin ini secara otomatis mencetak dan
menempelkan materai pada dokumen dengan bantuan teknologi cetak digital.
d. Sistem Teknologi Percetakan dan Komputerisasi: Beberapa negara atau wilayah
telah mengadopsi sistem teknologi percetakan dan komputerisasi untuk
pemateraian. Dokumen dicetak langsung dengan materai yang terintegrasi pada
desain cetakan, sehingga pemateraian dilakukan dalam satu proses cetak.
Besarannya:
Besarannya pajak materai yang harus dibayarkan untuk pemateraian berbeda-beda
tergantung pada peraturan yang berlaku di negara atau wilayah tersebut. Pajak
materai biasanya ditetapkan berdasarkan jenis dan nilai transaksi dokumen atau surat
resmi yang akan dimateraikan.
Besaran sanksi:
Besaran sanksi atau denda atas pelanggaran pemateraian yang tidak sesuai dengan
peraturan juga berbeda-beda tergantung pada aturan yang berlaku di negara atau
wilayah tersebut. Sanksi dapat berupa denda administratif atau hukuman pidana,
tergantung pada tingkat pelanggaran dan peraturan yang diabaikan.
13
Tata cara pemateraian biasanya diatur dalam peraturan pemerintah atau lembaga yang
berwenang. Prosedur umumnya melibatkan langkah-langkah seperti menyiapkan
materai yang sesuai dengan jenis dokumen, menempelkan materai pada area yang
telah ditentukan, mencatat informasi yang diperlukan pada materai, dan menyimpan
dokumen dengan benar sebagai bukti pemateraian yang sah.
2. Ketentuan lain
Daluarsa, ketentuan pidana, dan ketentuan khusus.
Daluarsa: Ketentuan daluarsa mengacu pada batas waktu yang ditetapkan oleh
hukum di mana suatu tindakan hukum atau klaim hukum tidak dapat lagi diajukan
atau ditegakkan di pengadilan. Daluarsa bertujuan untuk memastikan kepastian
hukum dan mencegah penuntutan atau klaim yang tidak berkeadilan setelah
jangka waktu tertentu. Batas waktu daluarsa dapat berbeda-beda tergantung pada
jenis tindakan hukum dan yurisdiksi hukum yang berlaku.
Ketentuan Pidana: Ketentuan pidana merujuk pada aturan hukum yang
menetapkan tindakan yang dianggap sebagai tindak pidana dan sanksi yang
diberlakukan jika pelanggaran terjadi. Ketentuan pidana biasanya melibatkan
pelanggaran hukum yang diatur dalam undang-undang pidana dan dapat
mencakup berbagai kejahatan seperti pencurian, perampokan, penggelapan, atau
kejahatan narkotika. Sanksi pidana dapat berupa denda, hukuman penjara, atau
hukuman lain yang dijatuhkan oleh pengadilan.
Ketentuan Khusus: Ketentuan khusus merujuk pada aturan atau persyaratan yang
memiliki kekhususan atau pengecualian tertentu dalam suatu peraturan atau
hukum. Ketentuan ini ditetapkan untuk mengatur situasi atau kasus tertentu yang
memerlukan perlakuan khusus yang tidak diatur dalam ketentuan umum.
Misalnya, dalam peraturan perburuhan, mungkin ada ketentuan khusus yang
mengatur jam kerja lembur atau libur khusus. Ketentuan khusus juga dapat
ditemukan dalam peraturan perpajakan, peraturan lingkungan, atau bidang hukum
lainnya yang memerlukan pendekatan yang spesifik untuk situasi atau kondisi
tertentu.
Penting untuk dicatat bahwa ketiga konsep ini dapat memiliki interpretasi dan
penerapan yang berbeda dalam berbagai yurisdiksi hukum. Oleh karena itu, penting
14
untuk merujuk pada hukum yang berlaku dan mendapatkan bimbingan dari ahli
hukum terkait ketentuan dan implikasi hukum yang terkait.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek,
yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Dasar
hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985. Objek
pemungutan bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek pemungutan
adalah dokumen yang ditulis di atas kertas. Pada dasarnya, bea meteraiterutang pada
saat dokumen tersebut selesai dibuat atau pada saat dokumen tersebutselesai
digunakan. Pihak yang terutang bea meterai adalah pihak yang mendapatmanfaat dari
dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukanlain.
Pelunasan bea meterai terhadap dokumen yang terutang bea meterai dapatdilakukan
dengan berbagai cara, antara lain menggunakan benda meterai/meteraitempel,
menggunakan kertas meterai/kertas segel, dan menggunakan mesin tera bea meterai.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai
https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai-0
https://news.ddtc.co.id/memahami-pengertian-bea-meterai-serta-tujuan-pengaturannya-25477
https://news.ddtc.co.id/apa-itu-bea-meterai-23684?page_y=1671
https://pajakku.com/read/Semua-Tentang-Bea-Meterai:-Tarif-Objek-Pemungut-hingga-
Mekanisme
https://www.pajak.com/pajak/tarif-subjek-dan-objek-dari-bea-meterai/amp/
https://www.pajak.com/pajak/tarif-subjek-dan-objek-dari-bea-meterai/
16