Professional Documents
Culture Documents
Penentuan Faktor Gesekan
Penentuan Faktor Gesekan
INTENSIP
Oleh
ANDI ASMAWATI
312 11 022
SYAHRULLAH
312 11 026
MAKASSAR
2014
PENENTUAN FAKTOR GESEKAN (FRICTION FACTOR) BERDASARKAN
KARAKTERISTIK ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN BILANGAN REYNOLDS
Abstrak : Aliran fluida dalam pipa tentunya akan mengalami gesekan. Gesekan yang di maksud adalah
gesekan antar permukaan dinding pipa dan fluida. Gesekan tersebut akan mengakibatkan penurunan
tekanan fluida (∆p) sepanjang pipa. Klasifikasi aliran ditentukan dengan oleh bilangan Reynolds dimana
viskositas merupakan karakteristik yang penting, dengan suatu alat uji dapat diklasifikasikan suatu
aliran yang terjadi pada saluran pipa tertutup maupun terbuka untuk flluida.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien gesek (f) pada pipa pengamatan
Osborne Reynold Apparaturs tipe F5 dan parameter-parameter lain seperti jenis aliran secara visual,
jenis aliran berdasarkan perhitungan, kecepatan, debit aliran, serta membandingkan hasil yang
diperoleh berdasarkan percobaan dengan rumus-rumus empirik.
Setelah melakukan percobaan disimpulkan bahwa pengamatan secara visual bukaan katub sudut
15° - 30° jenis aliran yang didapatkan adalah laminer, bukaan katub 35° - 45° jenis aliran yang
didapatkan adalah transisi dan bukaan katub 50° - 70° turbulen sedangkan pada perhitungan bukaan
katub sudut 15° - 25° jenis aliran yang didapatkan adalah laminer, bukaan katub 30° - 45° jenis aliran
yang didapatkan adalah transisi dan bukaan katub 50° - 70° turbulen.
Besarnya bilangan Reynolds yang terjadi maka koefisien gesek (f) yang diperoleh semakin kecil.
Adapun hasil regresi linear sederhana koefisien korelasi koefisien gesek berdasarkan percobaan (f Per)
dan empirik (fEmp) adalah kuat. Koefisien korelasi berdasarkan percobaan lebih kuat di banding dengan
rumus empirik.
Kata Kunci : Debit aliran(Q), bilangan Reynolds(Re), koefisien gesek(f), Karakteristik Aliran
1. PENDAHULUAN
Fluida adalah elemen yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Udara dan air
adalah beberapa contohnya, manusia tidak akan hidup tanpa kedua elemen penting tersebut. Saat
ini fluida sudah sangat luas digunakan dalam kehidupan. Oleh karena itu efisiensi sangat
diperlukan. Pengetahuan tentang bagaimana suatu aliran dapat kita kendalikan baik dari segi
kecepatan aliran, volume aliran, temperatur atau yang lainya sudah sangat luas tapi belum
sepenuhnya tercapai dan akan terus berkembang.
Aliran fluida dalam pipa tentunya akan mengalami gesekan. Gesekan yang di maksud adalah
gesekan antar permukaan dinding pipa dan fluida. Gesekan tersebut akan mengakibatkan
penurunan tekanan fluida (∆p) sepanjang pipa. Klasifikasi aliran ditentukan dengan oleh bilangan
Reynolds dimana viskositas merupakan karakteristik yang penting, dengan suatu alat uji dapat
diklasifikasikan suatu aliran yang terjadi pada saluran pipa tertutup maupun terbuka untuk flluida
Newtonian apakah jenis aliran yang terjadi tersebut merupakan aliran laminar, aliran transisi
(laminar ke turbulen), atau aliran turbulen. Karena aliran turbulen lebih sering terjadi dari pada
aliran laminer, maka perlu diperhatikan bahwa fenomena olakan (turbulensi) dapat menyebabkan
penurunan tekanan yang tajam. Koefisien gesek (f) dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti kekasaran permukaan dalam pipa, diameter pipa, dan juga besarnya bilangan Reynold.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Viskositas yang
terjadi pada temperatur tertentu. Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat meyebabkan
terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak.
3. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2014 sampai dengan bulan september 2014
bertempat dilaboratorium Hidrolika, Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.
B. Alat dan Bahan
1. Peralatan utama
a. Osborne Reynolds Apparaturs
Osborne Reynold Apartus adalah jenis alat yang digunakan sebagai alat praktikum terhadap
suatu fluida cair yang berfungsi mendemonstrasikan visualisasi aliran dalam saluran pipa
tertutup, serta parameter-parameter lain seperti kecepatan, debit, bilangan Reynolds, koefisien
gesek dll.
2. Peralatan pendukung
a. Hidraulich Bench d. Gelas ukur
b. Stopwatch e. Kamera digita
c. Termometer suhu
3. Bahan yang digunakan :
a. Tinta Nalgene
b. Air
C. Prosedur Penelitian dan Perhitungan
1. Langkah kerja pengambilan data
a. Mengatur alat sehingga kedudukan mendatar, menghubungkan semua pipa pemasukan dan
pembuangan.
b. Mengisi air ke dalam bak hidroulic bench ±1/2 dari ukuran bak.
c. Mengisi tinta warna pada alat penampungan zat warna
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 6
d. Membuka katup pemasukan dan membiarkan air memasuki tangki penenang. Mengusahakan
tecapainya masuk air yang costant dengan membuang kelebihan air melalui pipa
pembuangan bagian atas
e. Mendiamkan air selama 5 menit dan mengukur tempratur air dengan memasukkan
termometer kedalamnya.
f. Membuka katup pengontrol sedikit demi sedikit dan mengatur katup jarum pengontrol zat
warna sampai tercapai aliran lambat dengan zat warna terlihat jelas
g. Mengukur besarnya volume air yang melewati pipa uji dengan penampang dalam gelas ukur
untuk selang waktu tertentu
h. Mengamati profil kecepatan, dengan cara :
1) Menurunkan injektor zat warna kedalam mulut inlet, dan dalam keadaan tidak ada aliran
2) Membuka katup jarum dari reservoir zat warna dan meneteskan zat warna kedalam air
3) Membuka katup pengontrol aliran berdasarkan putaran derajat lalu mengamati jenis aliran
yang terjadi
i. Ulangi langkah-langkah diatas dengan variasi sudut putar flow control valve yang lebih
besar.
j. Mengukur kembali temperatur pada akhir percobaan.
D. Metode Pengambilan Data
1. Unit pengujian
a. Unit pengujian langsung
Unit peengujian langsung adalah semua variabel yang diukur langsung pada saat
pengujian, nilainya bisa langsung dapat diketahui tampa diperlukan perhitungan lebih lanjut. Unit
penelitian langsung terdiri dari pengukuran suhu (°C), volume (m 3) dan waktu penampung
(detik). Seluruh unit pengujian langsung digunakan sebagai input data untuk mendapatkan niai
pengujian tak langsung.
b. Unit pengujian tak langsung
Unit pengujian tak langsung adalah semua variabel yang nilainya diperoleh dari
perhitungan dan digunakan untuk bahan pengamatan atau analisa. Pada pengujian ini unit
pengujian tak langsung terdiri dari debit (Q), kecepatan (v), bilangan Reynolds (Re) dan koefisien
gesek (f ).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data hasil percobaan
Data yang di ambil adalah data debit berdasarkan fluida cair yang mengalir melalui pipa
pengamatan bukaan katup pada 10°-70° alat Osborne Reynolds Apartus.
Data hasil pengamatan percobaan di laboritorium Hidraulika terdapat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan
Sudut Volume Suhu Waktu (t) Visualisasi
e. Kekentalan Kinematik
Suhu 30º C = 0,802.10-6 m2/det
f. Menghitung Reynolds
V . d 0,0464.0,013
Re = = = 755,44
υ 0,00000802
Re < 2000, maka jenis aliran adalah Laminer
g. Menghitung nilai koefisien gesek fluida pipa halus (friction factor)
Dengan menggunakan grafik Moody untuk nilai Re dan k/D akan dapat nilai koefisien gesek
fluida berikut :
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 8
Karena jenis pipa pada percobaan Osborne Reynold adalah pipa kaca maka nilai k adalah
0,0015 mm dengan diameter 13 mm.
k/D = 0,0015/13 = 0,0001 mm
Sehingga Re = 755,442 dengan grafik Moody didapat nilai f = 0,0851.
2. Perhitungan dengan rumus empiris
a. Menghitung nilai koefisien gesek (f)
1) Berdasarkan rumus koefisien gesek Hagen-Poiseuille pada aliran laminer.
64 64
f= ℜ = =¿ 0,0847
755 , 44
2) Berdasarkan rumus koefisien gesek Blasius pada aliran turbulen
0,316 0,316
f= 1/4 = 0 ,25 = 0,0387
ℜ 4431,337
Hasil dari pengolahan data di rangkum dalam tabel 4.3 agar mudah untuk dianalisis.
Tabel 4.3 Hasil pengolahan data
Sudut Volume tertampung Volume Waktu (t) T
Suhu
Putar 1 2 Rata-Rata 1 2 Rata - Rata
Kran m3 m3 m3 0
C dtk dtk dtk
10o 0,00016 0,00017 0,00016 30 22,09 30,96 26,525
15o 0,00021 0,00022 0,00021 30 24,48 24,96 24,720
20o 0,00028 0,00029 0,00028 30 26,98 30,15 28,565
25o 0,00029 0,00027 0,00028 30 25,32 19,13 22,225
30o 0,00033 0,00031 0,00032 30 15,46 15,61 15,535
35o 0,00032 0,00034 0,00033 30 15,62 16,46 15,620
40o 0,00036 0,00037 0,00036 31 16,91 17,37 17,140
45o 0,00037 0,00039 0,00038 31 11,45 12,82 12,135
50o 0,00037 0,00040 0,00039 31 10,96 10,73 10,845
55o 0,00042 0,00043 0,00043 31 9,30 9,00 9,150
60o 0,000355 0,00044 0,00040 31 6,96 8,02 7,490
65o 0,00041 0,00043 0,00042 31 6,52 7,60 7,060
70o 0,00043 0,00042 0,00043 31 7,20 6,22 6,710
Koefisien
Bilangan Kemiringan Kecpatan Debit
Sudut Gesek Jenis Aliran
Reynolds Tenaga Empirik Empirik
Putar Empirik
Kran Bilangan
(Re) (fEmp) (I) (VEmp) (QEmp)
Reynolds
10o 755,442 0,085 0,000721 0,047 0,0000062 Laminer
15o 1057,738 0,061 0,001010 0,065 0,0000087 Laminer
20o 1208,361 0,053 0,001154 0,075 0,0000099 Laminer
25o 1539,320 0,042 0,001470 0,095 0,0000126 Laminer
30o 2516,815 0,025 0,002404 0,124 0,0000164 Transisi
35o 2581,342 0,025 0,002465 0,125 0,0000166 Transisi
40o 2640,064 0,024 0,002415 0,124 0,0000165 Transisi
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000
Bilangan Reynolds (Re)
Gambar 4.1 Grafik hubungan bilangan Reynold (Re) dengan Kecepatan (V)
Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik hubungan antara bilangan Reynolds (Re)
dengan kecepatan (V), dimana semakin besar kecepatan aliran yang terjadi maka semakin besar
pula nilai Reynold pada aliran atau dapat dikatakan aliran semakin mengalami turbulensi. Dengan
demikian kecepatan berbanding lurus dengan nilai Reynold.
Grafik Bilangan Reynolds dengan Debit
0.00007
0.00004
0.00003
0.00002
0.00001
0.00000
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000
Bilangan Reynolds (Re)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Debit (Q) dengan bilangan Reynold (Re)
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 11
Gambar 4.2 diatas menunjukkan grafik hubungan antara debit dengan bilangan Reynolds.
Sama halnya dengan hubungan antara kecepatan dan bilangan Reynold, hubungan antara debit
dengan Reynold berbanding lurus, dimana semakin besar debit yang terjadi maka semakin besar
pula nilai Reynold pada aliran atau dengan kata lain aliran semakin mengalami turbulensi.
Turbulen
Jenis aliran
Transisi
Laminer
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10Q11Q12Q13
Pengamatan visual
Bilangan Reynolds
Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Jenis Aliran Secara Visual dengan Re
Diagram diatas menunjukkan perbedaan aliaran secara visualisasi dengan bilangan
Reynolds dimana pengamatan secara visual menunjukkan bahwa aliran Laminer terjadi pada Q1-
Q5 , Transisi pada Q6-Q9 dan Turbulen pada Q10-Q13. Setiap Q menjadi simbol pada putaran
flow control valve dimulai dari Q1 yaitu 10o sampai Q13 yaitu 70o. Dimana dari Q1 sampai Q13
mengalami kelipatan sebesar 5o. Sedangkan berdasarkan bilangan Reynolds aliran Laminer
terjadi pada Q1-Q4, Transisi pada Q5-Q8 dan Turbulen pada Q9-Q13. Sehingga hal ini
menunjukkan bahwa penentuan jenis aliran secara visualisasi sangat mengandalkan kejelian mata
untuk melihat reaksi yang terjadi sedangkan penentuan berdasarkan perhitungan menunjukkan
keakuratan yang lebih baik karena menggunakan persamaan Reynolds yang sudah ada. Adapun
grafik hubungan bilangan Reynolds dan koefisien gesek di gambarkan pada grafik berikut.
f(x) = NaN x + NaN
R² = 0 Grafik Bilangan Reynolds dengan Koefisien Gesek
0.09
0.08
0.07
Koefisien gesek (f)
0.06
0.05
0.04
f(x) = − 1.49786848257999E-06 x + 0.0451466602048924
0.03 (I) R² = 0.98880341703826
0.02 f(x) = − 6.37326588832156E-06 x + 0.0412668314205687
R² = 0.998497679094353 (III)
0.01
0.00
2,000 4,000 6,000 8,000
(II)
Bilangan Reynolds (Re)
0.60
0.50
Kecepatan (V) m/dtk
0.00006
f(x) = 5.00748503995068E-06 x − 5.10127477366133E-06
0.00005 R²f(x) = 4.8001524553988E-06 x − 6.2345252807659E-06
= 0.95247728920875
R² = 0.896922113275405
Debit (Q) m3/dtk
0.00004
0.00003
QEmp
0.00002
Linear
(QEmp)
0.00001
Qper
0.00000
10° 15° 20° 25° 30° 35° 40° 45° 50° 55° 60° 65° 70°
Sudut Putar (°)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan QPerc dengan QEmp
Berdasarkan grafik tersebut di atas hubungan debit percobaan (Q Perc) dengan debit empirik
(QEmp) menunjukkan perbedaan hasil yang berada pada batas ditoleransi dimana pada debit
percobaan di dapat R2 = 0,952 (R=0,975) sedangkan debit berdarkan rumus empirik R 2 = 0,897
(R=0,94). Berdasarkan batas-batas nilai koefisien korelasi pada bab 2, koefisien korelasi
perhitungan debit percobaan sangat kuat sekali dibanding perhitungan debit berdasarkan rumus
empirik dengan selisih (R =0,035).
c. Perbandingan koefisien gesek percobaan dan empirik.
Setelah melakukan perhitungan data hasil percobaan dengan persamaan umum dalam hal
ini adalah grafik moody dan rumus-rumus empirik menurut ilmuan untuk mendapat nilai
koefisien gesek. Sehingga diperoleh hubungan perbandingan antara f per dengan fEmp pada gambar
4.7 berikut.