You are on page 1of 16

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI TERHADAP PERMUKAAN TANAH

BERVEGETASI DAN TANPA VEGETASI

INTENSIP

Oleh

ANDI ASMAWATI
312 11 022

SYAHRULLAH
312 11 026

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2014
PENENTUAN FAKTOR GESEKAN (FRICTION FACTOR) BERDASARKAN
KARAKTERISTIK ALIRAN DENGAN MENGGUNAKAN BILANGAN REYNOLDS

Sulfikran1), Abdul Rivai Suleman 2) dan Zulvyah Faisal.3)

Abstrak : Aliran fluida dalam pipa tentunya akan mengalami gesekan. Gesekan yang di maksud adalah
gesekan antar permukaan dinding pipa dan fluida. Gesekan tersebut akan mengakibatkan penurunan
tekanan fluida (∆p) sepanjang pipa. Klasifikasi aliran ditentukan dengan oleh bilangan Reynolds dimana
viskositas merupakan karakteristik yang penting, dengan suatu alat uji dapat diklasifikasikan suatu
aliran yang terjadi pada saluran pipa tertutup maupun terbuka untuk flluida.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien gesek (f) pada pipa pengamatan
Osborne Reynold Apparaturs tipe F5 dan parameter-parameter lain seperti jenis aliran secara visual,
jenis aliran berdasarkan perhitungan, kecepatan, debit aliran, serta membandingkan hasil yang
diperoleh berdasarkan percobaan dengan rumus-rumus empirik.
Setelah melakukan percobaan disimpulkan bahwa pengamatan secara visual bukaan katub sudut
15° - 30° jenis aliran yang didapatkan adalah laminer, bukaan katub 35° - 45° jenis aliran yang
didapatkan adalah transisi dan bukaan katub 50° - 70° turbulen sedangkan pada perhitungan bukaan
katub sudut 15° - 25° jenis aliran yang didapatkan adalah laminer, bukaan katub 30° - 45° jenis aliran
yang didapatkan adalah transisi dan bukaan katub 50° - 70° turbulen.
Besarnya bilangan Reynolds yang terjadi maka koefisien gesek (f) yang diperoleh semakin kecil.
Adapun hasil regresi linear sederhana koefisien korelasi koefisien gesek berdasarkan percobaan (f Per)
dan empirik (fEmp) adalah kuat. Koefisien korelasi berdasarkan percobaan lebih kuat di banding dengan
rumus empirik.

Kata Kunci : Debit aliran(Q), bilangan Reynolds(Re), koefisien gesek(f), Karakteristik Aliran

1. PENDAHULUAN
Fluida adalah elemen yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Udara dan air
adalah beberapa contohnya, manusia tidak akan hidup tanpa kedua elemen penting tersebut. Saat
ini fluida sudah sangat luas digunakan dalam kehidupan. Oleh karena itu efisiensi sangat
diperlukan. Pengetahuan tentang bagaimana suatu aliran dapat kita kendalikan baik dari segi
kecepatan aliran, volume aliran, temperatur atau yang lainya sudah sangat luas tapi belum
sepenuhnya tercapai dan akan terus berkembang.
Aliran fluida dalam pipa tentunya akan mengalami gesekan. Gesekan yang di maksud adalah
gesekan antar permukaan dinding pipa dan fluida. Gesekan tersebut akan mengakibatkan
penurunan tekanan fluida (∆p) sepanjang pipa. Klasifikasi aliran ditentukan dengan oleh bilangan
Reynolds dimana viskositas merupakan karakteristik yang penting, dengan suatu alat uji dapat
diklasifikasikan suatu aliran yang terjadi pada saluran pipa tertutup maupun terbuka untuk flluida
Newtonian apakah jenis aliran yang terjadi tersebut merupakan aliran laminar, aliran transisi
(laminar ke turbulen), atau aliran turbulen. Karena aliran turbulen lebih sering terjadi dari pada
aliran laminer, maka perlu diperhatikan bahwa fenomena olakan (turbulensi) dapat menyebabkan
penurunan tekanan yang tajam. Koefisien gesek (f) dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti kekasaran permukaan dalam pipa, diameter pipa, dan juga besarnya bilangan Reynold.
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas). Viskositas yang
terjadi pada temperatur tertentu. Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat meyebabkan
terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak.

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 2
2. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh HGL.Hagen (1839) penurunan tekanan berubah
secara linier dengan kecepatan sampai kira-kira 0,3 m/s. Namun, sekitar 0,66 m/s penurunan
tekanan hampir sebanding dengan kuadrat kecepatan. Pada tahun 1883 Osborne Reynolds
menunjukkan bahwa penurunan tekanan tergantung parameter : kerapatan ( ρ ), kecepatan aliran
(v), diameter (D), viskositas absolute ( μ) yang selanjutnya dikenal dengan bilangan Reynolds.
Mekanika fluida adalah ilmu mekanika dari zat cair dan gas yang didasarkan pada prinsip yang
sama dengan prinsip yang dipakai zat padat. Aliran zat cair didalam pipa dapat di klasifikasikan
menjadi tiga jenis aliran yaitu :
a. Aliran laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang
membentuk garis –garis air dan tidak berpotongan satu sama lain. Alirannya relatif mempunyai
kecepatan rendah dan fluidanya bergerak sejajar dan sampai dan batasan-batasan yang berisi
aliran fluida. Aliran laminar adalah ciri dari arus yang berkecapatan rendah, aliran laminar
tergambar sebagai filament panjang yang mengalir sepanjang aliran. Aliran laminar mempunyai
bilangan Reynold lebih kecil dari 2000 (Prijono, Arko., 1985).
b. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran aliran turbulen. Aliran
transisi terjadi ketika aliran memilki bilangan Reynold berada diantara 2000 hingga 4000
(Triatmojo, Bambang., 1996).
c. Aliran turbulen
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak
stabil dengan kecepatan berfluktasi yang saling berinteraksi. Akibat dari hal tersebut garis alir
antara partikel fluidanya saling berpotongan. Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua
cara, yaitu dengan penambahan gaya fluida dan penurunan tekanan lokal ketika pusaran turbulen
bekerja padanya. Di alam hampir semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Aliran
turbulen mempunyai bilangan reynold yang lebih besar dari 4000 (Triatmojo, Bambang., 1996).
A. Viskositas
Zat cair riil didefinisikan sebagai zat yang mempunyai kekentalan, berbeda dengan zat ideal
yang tidak mempunyai kekentalan (Triatmojo, Bambang., 1996). Kekentalan disebabkan karena
adanya sifat kohesi antara partikel zat cair. Karena adanya kekentalan zat cair maka terjadi
perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat cair yang berdampingan dengan
dinding batas akan diam (kecepatan nol) sedang yang terletak pada suatu jarak tertentu dari
dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas.
Aliran zat cair disebut juga aliran viskos.
Viskositas merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpjndahan momentum
molukulernya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan
temperatur hal ini didebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila di panaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan
berturunnya viskositas dari zat cair tersebut.
a. Viskositas dinamik (µ)

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 3
Viskositas dinamik merupakan perbadingan tegangan geser dengan laju perubahannya,
besarnya nilai viskositas dinamik tergantung dari faktor-faktor tersebut diatas, untuk viskositas
dinamik air pada temperature standar lingkungan (27º C) adalah 8,6 x 10-4 kg/m
b. Viskositas kinematik (ϑ )
Viskositas kinematik merupakan perbandingan viskositas dinamik dan terhadap kerapatan
jenis (density) massa jenis dari fluida tersebut. Viskositas kinematik ini terdapat dalam beberapa
penerapan antara lain dalam bilangan Reynolds yang merupakan bikangan tak berdimensi. Nilai
viskositas kinematik air pada temperatur standar (270 C ) adalah 8.7 x 10-7 m2/s
B. Debit dan kecepatan aliran percobaan
Jumlah zat cair yang menagalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu
disebut debit aliran dan diberi notasi Q. Debit aliran biasanya di ukur dalam volume zat cair tiap
satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik perdetik (m 3/dtk). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada persamaan (2.4) (Triatmojo, Bambang., 1996) berikut :
v
QPer = …………(2.4)
t
Dengan : QPer = debit aliran percobaan (m3/dtk)
v = volume fluida (m3)
t = waktu (dtk)
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan
aliran dianggap seragam di setiap titik tampang lintang yang besarnya dengan kecepatan rerata
V, sehingga kecepatan aliran dapat dilihat pada persamaan (2.5) (Triatmojo, Bambang., 1996)
berikut :
Q
V= …………(2.5)
A
Dengan : V = Kecepatan aliran (m/dtk)
Q = Debit Aliran
A = Luas Penampang
C. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynold mempunyai bilangan tak berdimensi yang menunjukkan sifat suatu
aliran, dimana bilangan tersebut merupakan kelompok tak berdimensi dari parameter-parameter
fluida yaitu kecepatan karakterisrik, panjang karakteristik, dan viskositas kinematik. Hubungan
dari parameter tersebut diatas dapat dilihat pada persamaan (2.6) (Prijono, Arko., 1985), berikut:
v .D
Re = ………….(2.6)
v
Dengan : Re = Bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran (mm/dtk)
D = diameter pipa (mm)
υ = viskositas kinematik (mm2/dtk)
D. Koefisien gesek (friction factor)
Koefisien gesek di pengaruhi oleh kecepatan karena distribusi kecepatan pada aliran
laminer dan aliran terbulen berbeda, maka koefisien gesek berbeda pula untuk masing-masing
jenis aliran. Akibat adanya gesekan antara fluida dan dinding fluida akibat aliran, maka akan

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 4
terjadi kehilangan tinggi energi tekanan yang besarnya dinyatakan oleh Darcy-Weisbanch pada
persamaan (2.8) (Prijono, Arko., 1985) berikut:
2
L .V
hf = f ………(2.7)
D.2 g
Dengan :hf = kehilangan tinggi tekan (m)
f = faktor gesekan
L = panjang pipa (m) D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan grafitasi (m//s2)
Seiring dengan kemajuan dalam pemahaman hubungan-hubungan dasar telah berkembang
seputar pipa-pipa dikasarkan secara buatan. Moody telah membuat salah satu diagram yang
paling mudah digunakan untuk menentukan faktor gesekan dalam pipa. Diagram ini (Gambar.
2.1) menjadi dasar perhitungan aliran pipa. Bagan ini adalah salah suatu diagram Stanton yang
menyatakan (f) sebagai fungsi kekasaran relatif dan bilangan Reynolds.
E. Rumus-rumus empiris
a. Faktor gesekan menurut Hagen-Poiseuille pada aliran laminar dapat dilihat pada persamaan
(2.8) (Prijono, Arko., 1985) berikut:
64
f= ℜ ……………….(2.8)

Dengan : f = faktor gesekan


Re = Bilangan Reynolds
Persamaan (2.9) di atas berlaku untuk semua kekasaran, karena kerugian tingi-
tekan dalam aliran laminer tidak bergantung pada kekasaran dinding. Bilangan Reynolds
kritis kurang-lebih 2000, dan daerah kritis, dimana aliran dapat laminar atau turbulen,
adalah kurang-lebih dari 2.000 sampai 4.000.
b. Koefisien gesek pipa tergantung pada parameter aliran, apabila pipa adalah hidrolis halus
parameter tersebut adalah kecepatan aliran diameter pipa dan kekentalan zat cair dalam
bentuk angka Reynolds. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Blasius, beliau
mengemukakan rumus gesekan (f) untuk pipa halus pada persamaan (2.10) (Triatmojo,
Bambang., 1996) berikut:
0,316
f= 1/4 ………….(2.9)

Dengan : f = faktor gesekan
Re = bilangan reynold
c. Untuk pipa yang mengalirkan air, rumus kecepatan mempunyai bentuk umum berikut
(Triatmojo, Bambang., 1996) :
V = a D x Iy ………………..
(2.10)
dengan I adalah kemiringan garis tenaga hf/L, dan koefisien a dan pangkat x dan y adalah
empiris. Kemiringan garis tenagan dapat dihitung dari persamaan Darcy-Weisbach.
F. Uji korelasi atau hubungan

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 5
Korelasi untuk sampel dinotasikan dengan r sedangkan untuk populasi dinotasikan
dengan ρ (rho). Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak
menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan) (Soewarno, 1995).
Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut (Qorib, Abdul., 2010) :
a. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah
b. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah
c. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat
d. 0,71 sampai berarti korelasinya sangat kuat sekali
e. 1,00 berarti korelasinya sempurna

3. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2014 sampai dengan bulan september 2014
bertempat dilaboratorium Hidrolika, Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.
B. Alat dan Bahan
1. Peralatan utama
a. Osborne Reynolds Apparaturs
Osborne Reynold Apartus adalah jenis alat yang digunakan sebagai alat praktikum terhadap
suatu fluida cair yang berfungsi mendemonstrasikan visualisasi aliran dalam saluran pipa
tertutup, serta parameter-parameter lain seperti kecepatan, debit, bilangan Reynolds, koefisien
gesek dll.
2. Peralatan pendukung
a. Hidraulich Bench d. Gelas ukur
b. Stopwatch e. Kamera digita
c. Termometer suhu
3. Bahan yang digunakan :
a. Tinta Nalgene
b. Air
C. Prosedur Penelitian dan Perhitungan
1. Langkah kerja pengambilan data
a. Mengatur alat sehingga kedudukan mendatar, menghubungkan semua pipa pemasukan dan
pembuangan.
b. Mengisi air ke dalam bak hidroulic bench ±1/2 dari ukuran bak.
c. Mengisi tinta warna pada alat penampungan zat warna
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 6
d. Membuka katup pemasukan dan membiarkan air memasuki tangki penenang. Mengusahakan
tecapainya masuk air yang costant dengan membuang kelebihan air melalui pipa
pembuangan bagian atas
e. Mendiamkan air selama 5 menit dan mengukur tempratur air dengan memasukkan
termometer kedalamnya.
f. Membuka katup pengontrol sedikit demi sedikit dan mengatur katup jarum pengontrol zat
warna sampai tercapai aliran lambat dengan zat warna terlihat jelas
g. Mengukur besarnya volume air yang melewati pipa uji dengan penampang dalam gelas ukur
untuk selang waktu tertentu
h. Mengamati profil kecepatan, dengan cara :
1) Menurunkan injektor zat warna kedalam mulut inlet, dan dalam keadaan tidak ada aliran
2) Membuka katup jarum dari reservoir zat warna dan meneteskan zat warna kedalam air
3) Membuka katup pengontrol aliran berdasarkan putaran derajat lalu mengamati jenis aliran
yang terjadi
i. Ulangi langkah-langkah diatas dengan variasi sudut putar flow control valve yang lebih
besar.
j. Mengukur kembali temperatur pada akhir percobaan.
D. Metode Pengambilan Data
1. Unit pengujian
a. Unit pengujian langsung
Unit peengujian langsung adalah semua variabel yang diukur langsung pada saat
pengujian, nilainya bisa langsung dapat diketahui tampa diperlukan perhitungan lebih lanjut. Unit
penelitian langsung terdiri dari pengukuran suhu (°C), volume (m 3) dan waktu penampung
(detik). Seluruh unit pengujian langsung digunakan sebagai input data untuk mendapatkan niai
pengujian tak langsung.
b. Unit pengujian tak langsung
Unit pengujian tak langsung adalah semua variabel yang nilainya diperoleh dari
perhitungan dan digunakan untuk bahan pengamatan atau analisa. Pada pengujian ini unit
pengujian tak langsung terdiri dari debit (Q), kecepatan (v), bilangan Reynolds (Re) dan koefisien
gesek (f ).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data hasil percobaan
Data yang di ambil adalah data debit berdasarkan fluida cair yang mengalir melalui pipa
pengamatan bukaan katup pada 10°-70° alat Osborne Reynolds Apartus.
Data hasil pengamatan percobaan di laboritorium Hidraulika terdapat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan
Sudut Volume Suhu Waktu (t) Visualisasi

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 7
Putar 1 2 1 2
Sifat Aliran
Kran ml ml 0
C dt dt
10o 159 169 30 22,09 30,96 Laminer
15o 208 220 30 24,48 24,96 Laminer
20o 275 290 30 26,98 30,15 Laminer
25o 290 270 30 25,32 19,13 Laminer
30o 330 310 30 15,46 15,61 Laminer
35o 320 340 30 15,62 16,46 Transisi
40o 360 365 31 16,91 17,37 Transisi
45o 370 390 31 11,45 12,82 Transisi
50o 370 400 31 10,96 10,73 Turbulen
55o 420 430 31 9,30 9,00 Turbulen
60o 355 440 31 6,96 8,02 Turbulen
65o 410 430 31 6,52 7,60 Turbulen
Turbul
70o 430 420 31 7,20 6,22
en
Sumber : Hasil pengamatan
Perhitungan data percobaan
1. Perhitungan data percobaan
Contoh perhitungan : Q1 Sudut Putar Kran 10 o
Dik : V1 = 0,00016 m3 t1 = 22,09 detik
V2 = 0,00017 m3 t2 = 30,96 detik
a. Menghitung Volume Rata – Rata
V 1+V 2 0,00016+0,00017
Vrt = = = 0,00016 m3
2 2
b. Menghitung Waktu Rata –Rata
t 1+t 2 22 ,09+30 ,96
trt = = = 26,53 detik
2 2
c. Menghitung Debit Percobaan
V 0,00016
Q= = = 0,00000603 m3/det
t 26 , 53
d. Menghitung Kecepatan Aliran
0,00000603
Q
V=
¼.π .D ( )
2 = 1
. . ( 3 , 14 ) . 0 , 013
4
2 = 0,0464 m/det

e. Kekentalan Kinematik
Suhu 30º C = 0,802.10-6 m2/det
f. Menghitung Reynolds
V . d 0,0464.0,013
Re = = = 755,44
υ 0,00000802
Re < 2000, maka jenis aliran adalah Laminer
g. Menghitung nilai koefisien gesek fluida pipa halus (friction factor)
Dengan menggunakan grafik Moody untuk nilai Re dan k/D akan dapat nilai koefisien gesek
fluida berikut :
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 8
Karena jenis pipa pada percobaan Osborne Reynold adalah pipa kaca maka nilai k adalah
0,0015 mm dengan diameter 13 mm.
k/D = 0,0015/13 = 0,0001 mm
Sehingga Re = 755,442 dengan grafik Moody didapat nilai f = 0,0851.
2. Perhitungan dengan rumus empiris
a. Menghitung nilai koefisien gesek (f)
1) Berdasarkan rumus koefisien gesek Hagen-Poiseuille pada aliran laminer.
64 64
f= ℜ = =¿ 0,0847
755 , 44
2) Berdasarkan rumus koefisien gesek Blasius pada aliran turbulen
0,316 0,316
f= 1/4 = 0 ,25 = 0,0387
ℜ 4431,337
Hasil dari pengolahan data di rangkum dalam tabel 4.3 agar mudah untuk dianalisis.
Tabel 4.3 Hasil pengolahan data
Sudut Volume tertampung Volume Waktu (t) T
Suhu
Putar 1 2 Rata-Rata 1 2 Rata - Rata
Kran m3 m3 m3 0
C dtk dtk dtk
10o 0,00016 0,00017 0,00016 30 22,09 30,96 26,525
15o 0,00021 0,00022 0,00021 30 24,48 24,96 24,720
20o 0,00028 0,00029 0,00028 30 26,98 30,15 28,565
25o 0,00029 0,00027 0,00028 30 25,32 19,13 22,225
30o 0,00033 0,00031 0,00032 30 15,46 15,61 15,535
35o 0,00032 0,00034 0,00033 30 15,62 16,46 15,620
40o 0,00036 0,00037 0,00036 31 16,91 17,37 17,140
45o 0,00037 0,00039 0,00038 31 11,45 12,82 12,135
50o 0,00037 0,00040 0,00039 31 10,96 10,73 10,845
55o 0,00042 0,00043 0,00043 31 9,30 9,00 9,150
60o 0,000355 0,00044 0,00040 31 6,96 8,02 7,490
65o 0,00041 0,00043 0,00042 31 6,52 7,60 7,060
70o 0,00043 0,00042 0,00043 31 7,20 6,22 6,710

Sumber : Hasil perhitungan


Tabel 4.4 Lanjutan hasil pengolahan data
Kekentalan Jenis aliran
Sudut Debit percobaan Kecepatan Bilangan
kinematik (ϑ
putar (Q) (Vperc) Reynolds Bilangan
) Visual
kran Reynolds
m3/dt m/dt m2/dt (Re)
10o
0,000006 0,047 0,802.106 755,442 Laminer Laminer
15o 0,000009 0,065 0,802.106 1057,738 Laminer Laminer
20o 0,000010 0,075 0,802.106 1208,361 Laminer Laminer
25o 0,000013 0,095 0,802.106 1539,320 Laminer Laminer
30o 0,000021 0,155 0,892.106 2516,815 Laminer Transisi
35o 0,000021 0,159 0,802.106 2581,342 Transisi Transisi
40o 0,000021 0,159 0,785.106 2640,064 Transisi Transisi
45o 0,000031 0,236 0,785.106 3908,959 Transisi Transisi
50o 0,000036 0,268 0,785.106 4431,477 Turbulen Turbulent

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 9
55o 0,000046 0,350 0,785.106 5798,093 Turbulen Turbulent
60o 0,000053 0,400 0,785.106 6624,798 Turbulen Turbulent
65o 0,000059 0,448 0,785.106 7426,119 Turbulen Turbulent
70o 0,000063 0,477 0,785.106 7906,490 Turbulen Turbulent

Sumber : Hasil perhitungan


Tabel 4.5 Lanjutan hasil pengolahan data
Diameter Koefisien
Koefisien Gesek
Bilangan Pipa Kekasaran Jenis Aliran
Sudut Reynolds (f)
(D) Pipa
Putar Kran
Bilangan
(Re) m (k) Grafik Moody Reynolds

10o 755,442 0,013 0,0015 0,0851 Laminer

15o 1057,738 0,013 0,0015 0,0610 Laminer

20o 1208,361 0,013 0,0015 0,0540 Laminer

25o 1539,320 0,013 0,0015 0,0420 Laminer

30o 2516,815 0,013 0,0015 0,0261 Transisi

35o 2581,342 0,013 0,0015 0,0253 Transisi

40o 2640,064 0,013 0,0015 0,0245 Transisi

45o 3908,959 0,013 0,0015 0,0156 Transisi

50o 4431,477 0,013 0,0015 0,0385 Turbulent


Sumber : Hasil perhitungan.
55o 5798,093 0,013 0,0015 0,0360 Turbulent

60o 6624,798 0,013 0,0015 0,0350 Turbulent

65o 7426,119 0,013 0,0015 0,0340 Turbulent

70o 7906,490 0,013 0,0015 0,0330 Turbulent

Tabel 4.6 Lanjutan hasil pengolahan data

Koefisien
Bilangan Kemiringan Kecpatan Debit
Sudut Gesek Jenis Aliran
Reynolds Tenaga Empirik Empirik
Putar Empirik
Kran Bilangan
(Re) (fEmp) (I) (VEmp) (QEmp)
Reynolds
10o 755,442 0,085 0,000721 0,047 0,0000062 Laminer
15o 1057,738 0,061 0,001010 0,065 0,0000087 Laminer
20o 1208,361 0,053 0,001154 0,075 0,0000099 Laminer
25o 1539,320 0,042 0,001470 0,095 0,0000126 Laminer
30o 2516,815 0,025 0,002404 0,124 0,0000164 Transisi
35o 2581,342 0,025 0,002465 0,125 0,0000166 Transisi
40o 2640,064 0,024 0,002415 0,124 0,0000165 Transisi

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 10
45o 3908,959 0,016 0,003576 0,153 0,0000203 Transisi
50o 4431,477 0,039 0,010873 0,258 0,0000342 Turbulent
55o 5798,093 0,036 0,017404 0,338 0,0000448 Turbulent
60o 6624,798 0,035 0,021976 0,386 0,0000512 Turbulent
65o 7426,119 0,034 0,026837 0,432 0,0000573 Turbulent
70o 7906,490 0,034 0,029948 0,460 0,0000611 Turbulent
Sumber : Hasil perhitungan
B. Pembahasan
1. Hubungan grafik hasil percobaan
Hasil – hasil pengolahan data dari semua percobaan dapat dilihat pada hubungan grafik –
grafik berikut ini :
Grafik Bilangan Reynolds dengan Kecepatan
0.50
0.45 f(x) = 6.00821760434263E-05 x + 0.00209750625806954
0.40 R² = 0.999954103615182
Kecepatan m/dtk

0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000
Bilangan Reynolds (Re)

Gambar 4.1 Grafik hubungan bilangan Reynold (Re) dengan Kecepatan (V)
Berdasarkan gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik hubungan antara bilangan Reynolds (Re)
dengan kecepatan (V), dimana semakin besar kecepatan aliran yang terjadi maka semakin besar
pula nilai Reynold pada aliran atau dapat dikatakan aliran semakin mengalami turbulensi. Dengan
demikian kecepatan berbanding lurus dengan nilai Reynold.
Grafik Bilangan Reynolds dengan Debit
0.00007

0.00006 f(x) = 7.97080188480115E-09 x + 2.78265667726811E-07


R² = 0.999954103615182
0.00005
Debit (Q) m3/dtk

0.00004

0.00003

0.00002

0.00001

0.00000
0,000 2,000 4,000 6,000 8,000
Bilangan Reynolds (Re)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Debit (Q) dengan bilangan Reynold (Re)
| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TEKNIK SIPIL 11
Gambar 4.2 diatas menunjukkan grafik hubungan antara debit dengan bilangan Reynolds.
Sama halnya dengan hubungan antara kecepatan dan bilangan Reynold, hubungan antara debit
dengan Reynold berbanding lurus, dimana semakin besar debit yang terjadi maka semakin besar
pula nilai Reynold pada aliran atau dengan kata lain aliran semakin mengalami turbulensi.

Turbulen
Jenis aliran

Transisi

Laminer

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10Q11Q12Q13
Pengamatan visual
Bilangan Reynolds
Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Jenis Aliran Secara Visual dengan Re
Diagram diatas menunjukkan perbedaan aliaran secara visualisasi dengan bilangan
Reynolds dimana pengamatan secara visual menunjukkan bahwa aliran Laminer terjadi pada Q1-
Q5 , Transisi pada Q6-Q9 dan Turbulen pada Q10-Q13. Setiap Q menjadi simbol pada putaran
flow control valve dimulai dari Q1 yaitu 10o sampai Q13 yaitu 70o. Dimana dari Q1 sampai Q13
mengalami kelipatan sebesar 5o. Sedangkan berdasarkan bilangan Reynolds aliran Laminer
terjadi pada Q1-Q4, Transisi pada Q5-Q8 dan Turbulen pada Q9-Q13. Sehingga hal ini
menunjukkan bahwa penentuan jenis aliran secara visualisasi sangat mengandalkan kejelian mata
untuk melihat reaksi yang terjadi sedangkan penentuan berdasarkan perhitungan menunjukkan
keakuratan yang lebih baik karena menggunakan persamaan Reynolds yang sudah ada. Adapun
grafik hubungan bilangan Reynolds dan koefisien gesek di gambarkan pada grafik berikut.
f(x) = NaN x + NaN
R² = 0 Grafik Bilangan Reynolds dengan Koefisien Gesek
0.09
0.08
0.07
Koefisien gesek (f)

0.06
0.05
0.04
f(x) = − 1.49786848257999E-06 x + 0.0451466602048924
0.03 (I) R² = 0.98880341703826
0.02 f(x) = − 6.37326588832156E-06 x + 0.0412668314205687
R² = 0.998497679094353 (III)
0.01
0.00
2,000 4,000 6,000 8,000
(II)
Bilangan Reynolds (Re)

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 12
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Re dengan Koefisien gesek percobaan
Pada gambar 4.4 di atas grafik perbandingan bilangan Reynolds (Re) dengan koefisien
gesek (f) yang diperoleh dari hasil percobaan dan bantuan grafik Moody . Jelas terlihat bahwa
pada bilangan Reynold (Re) 755,42 dengan nilai koefisien geseknya (f) 0,085. Semakin
bertambahnya bilangan Reynold (Re), maka koefisien geseknya (f) akan semakin berkurang
sampai pada bilangan Reynoldnya (Re) 3908,959 dengan nilai koefisien gesek (f) 0,016.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bilangan Reynolds berbanding terbalik terhadap koefisien gesek
(f). Untuk mempermudah menganalisis hubungan grafik tersebut diatas maka di uraikan ke dalam
tiga pembagian daerah jenis aliran yaitu :
a. Daerah I
Daerah I merupakan aliran laminer dimana Re < 2000. Hubungan antara f dan Re
merupakan garis lurus (kemiringan 45°) dan tidak dipengaruhi oleh kekasaran pipa
b. Daerah II
Daerah ini terletak antara Re = 2000 dan Re = 4000, yang merupakan daerah tidak stabil di
mana aliran berubah dari laminer ke turbulen atau sebaliknya. Aliran tidak banyak dipengaruhi
oleh kekasaran pipa.
c. Daerah III
Daerah ini merupakan daerah aliran turbulen di mana kekasaran relatif pipa mulai
berpengaruh pada koefisien gesek.

2. Perbandingan hasil percobaan dengan teori


a. Perbandingan kecepatan percobaan dan kecepatan empirik
Setelah melakukan perhitungan dengan mengunakan rumus praktis dan rumus empirik
maka di dapat perbandingan (VPerc vs VEmp) berikut pada gambar 4.5.

0.60

0.50
Kecepatan (V) m/dtk

f(x) = 0.037745336297823 x − 0.0384523029711028


0.40 R²f(x) = 0.0361825082380341 x − 0.0469944995346618
= 0.95247728920875
R² = 0.896922113275404
0.30
VEmp
Linear
0.20 (VEmp)
VPerc
0.10 Linear
(VPerc)
0.00
10° 15° 20° 25° 30° 35° 40° 45° 50° 55° 60° 65° 70°
Sudut Putar (°)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan VPerc dengan VEmp
Gambar diatas adalah grafik hubungan kecepatan percobaan (VPerc) dengan
kecepatan empirik (VEmp) yang menunjukkan adanya perbedaan hasil, dimana kecepatan
pada percobaan di dapatkan regresi R2 = 0,9525 (R=0,976) sedangkan kecepatan
berdasarkan rumus empirik adalah R2 = 0,8969 (R=0,947). Jadi, kecepatan percobaan

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 13
memiliki koefisien korelasi sangat kuat disbanding dengan menggunakan rumus empirik
dengan selisih (R = 0,029).
b. Perbandingan debit percobaan dan debit empirik
Perbandingan debit percobaan dengan debit empirik dapat di lihat pada gambar 4.6 berikut.
0.00007

0.00006
f(x) = 5.00748503995068E-06 x − 5.10127477366133E-06
0.00005 R²f(x) = 4.8001524553988E-06 x − 6.2345252807659E-06
= 0.95247728920875
R² = 0.896922113275405
Debit (Q) m3/dtk

0.00004

0.00003
QEmp
0.00002
Linear
(QEmp)
0.00001
Qper
0.00000
10° 15° 20° 25° 30° 35° 40° 45° 50° 55° 60° 65° 70°
Sudut Putar (°)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan QPerc dengan QEmp
Berdasarkan grafik tersebut di atas hubungan debit percobaan (Q Perc) dengan debit empirik
(QEmp) menunjukkan perbedaan hasil yang berada pada batas ditoleransi dimana pada debit
percobaan di dapat R2 = 0,952 (R=0,975) sedangkan debit berdarkan rumus empirik R 2 = 0,897
(R=0,94). Berdasarkan batas-batas nilai koefisien korelasi pada bab 2, koefisien korelasi
perhitungan debit percobaan sangat kuat sekali dibanding perhitungan debit berdasarkan rumus
empirik dengan selisih (R =0,035).
c. Perbandingan koefisien gesek percobaan dan empirik.
Setelah melakukan perhitungan data hasil percobaan dengan persamaan umum dalam hal
ini adalah grafik moody dan rumus-rumus empirik menurut ilmuan untuk mendapat nilai
koefisien gesek. Sehingga diperoleh hubungan perbandingan antara f per dengan fEmp pada gambar
4.7 berikut.

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 14
0.09
0.08
0.07
Koefisien gesek (f)
0.06
0.05 f(x)
f(x) == −− 0.00295549450549451
0.00279799474474625 xx ++ 0.0602653846153846
0.0586724556565385

R² == 0.385441047329881
0.360862357143842
0.04
0.03
fEmp
0.02 Linear
(fEmp)
0.01 fperc
0.00 Linear
(fperc)
10° 15° 20° 25° 30° 35° 40° 45° 50° 55° 60° 65° 70°
Sudut putar (°)
Gambar 4.7 Grafik Hubungan fPerc dengan fEmp
Pada gambar 4.7 diatas menggambarkan grafik hubungan koefisien gesek percobaan
dan koefisien gesek berdasarkan rumus empirik didapat hasil yang hampir sama. Adapun
koefisien korelasi pada koefisien gesek percobaan adalah R 2 = 0,385 (R= 0,616)
sedangkan koefisien korelasi untuk koefisien gesek empirik adalah R = 0,3609 (R=
0,600). Berdasarkan batas-batas korelasi pada bab 2 koefisien korelasi koefisien gesek (f)
adalah kuat, dimana koefisien korelasi koefisien gesek percobaan (f Per) lebih kuat
disbanding koefisien gesek berdasarkan rumus empirik (fEmp).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada alat Osborne Reynolds, maka diperoleh data hasil
percobaan kemudian dianalisa melalui grafik pada bukaan beberapa katup bukaan dari 10°-70°.
Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut.
1. Semakin besar kecepatan aliran pipa semakin besar pula nilai bilangan Reynolds yang
didapatkan sehingga akan mempengaruhi jenis aliran yang terjadi.
2. Berdasarkan pengamatan secara visual bukaan katub sudut 15° - 30° jenis aliran yang
didapatkan adalah laminer, bukaan katub 35° - 45° jenis aliran yang didapatkan adalah
transisi dan bukaan katub 50° - 70° turbulen.
3. Berdasarkan perhitungan pada bukaan katub sudut 15° - 25° jenis aliran yang didapatkan
adalah laminer, bukaan katub 30° - 45° jenis aliran yang didapatkan adalah transisi dan
bukaan katub 50° - 70° turbulen.
4. Hubungan bilangan Reynolds (Re) dan koefisien gesek (f) adalah berbanding terbalik,
diamana semakin besar bilangan Reynolds yang didapatkan maka faktor gesek fluida
semakin kecil.
5. Hubungan korelasi percobaan dan empirik pada beberapa parameter ialah :

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 15
a. Koefisien korelasi kecepatan berdasarkan percobaan (V Perc) dan empirik (VEmp) adalah
sangat kuat sekali
b. Koefisien korelasi debit berdasarkan percobaan (Q Perc) dan empirik (QEmp) adalah sangat
kuat sekali
c. Koefisien korelasi koefisien gesek berdasarkan percobaan (f Per) dan empirik (fEmp) adalah
kuat
B. Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis ingin memberikan beberapa saran kepada
pembaca pada umumnya dan mahasiswa khususnya yang mungkin ingin melakukan atau
melanjutkan penelitian yang telah dilakukan dalam melakukan proses penelitian,
1. Untuk mempermudah dalam penelitian ini sebaiknya peneliti lebih menguasai alat yang
akan digunakan
2. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat sebaiknya melakukan percobaan dua sampai 3
kali pengambilan data.
3. Dalam pemotretan hasil visualisasi hendaknya menggunakan kamera yang auto fokus
sehinggga profil aliran dalam pipa itu lebih jelas terlihat
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Dines. 1991. Hidraulika Ringkas dan Jelas. Jakarta: Erlangga
Hamdani, adi., 2012. Prosedur Percobaan Osborn Reyold, (Online).
(http://www.attahiyat.blogspot.com diakses Desember 2013).
Kernia, zuliati., 2012. Faktor Gesek, (online) (http://www.Engineering.blogspot.com. diakses 21
Desember 2013).
M. Selpan., 2010. Aliran Fluida dalam Saluran Tertutup, (Online) ,
(http:/Muhfari.wordpress.com, diakses 20 Agustus 2014)
Pamungkas, Hendarwati., 2011. Analisis Pengaliran Air dalam Pipa, (Online),
(http:/www.digilib.uns.ac.id, diakses 25 Agustus 2014)
Qarib, Abdul., 2010. Hubungan uji korelasi (Online) .(http://Qorib.wordpress.com. diakses 09
September 2014).
Prijono, Arko. 1985. Mekanika Fluida. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Sofyan, Fachrisa., 2011. Efek larutan Tinta Terhadap Koefisien Gesek, (Online),
(http:/Sofyan.wordpress.com, diakses 22 Agustus 2014)
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik. Bandung : Nova
Triatmojo, Bambang., 1996. Hidrolika jilid 2. Yogyakarta : Beta Offset
Yusuf dan Patari Newar, 2010. Tugas Akhir (TA) Osborne Reynolds. Makassar :Politeknik
Negeri Ujung Pandang

| POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


TEKNIK SIPIL 16

You might also like