You are on page 1of 5

4.

1 PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

a. Konsep umum kecukupan pangan (KUKP)


Ketahanan pangan masih merupakan isu strategis bagi Indonesia mengingat
kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan mempunyai dimensi sangat luas
dan terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Dengan demikian diperlukan
penyelarasan peningkatan produksi di satu pihak (kepentingan makro) dan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani di lain pihak (kepentingan mikro) dengan prinsip
pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat petani sebagai upaya pemberdayaan.
Oleh karena itu, jika secara konsisten ingin mensimultankan pencapaian tujuan
peningkatan produksi dan tujuan kesejahteraan khususnya untuk petani yang sebagian
besar berusahatani pangan.
Ketahanan pangan dapat terwujud oleh dua aspek pertama adalah tersedianya
pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk. Kedua, setiap penduduk
mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi
guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi
ketahanan pangan bagi masyarakat dan merupakan ketahanan pangan bagi daerah dan
Nasional. Adanya proses pemberdayaan, masyarakatnya ditingkatkan kapasistas untuk
meningkatkan produktivitas dan pendapatan melalui berbagai usaha untuk bisa
meningkatkan kebutuhannya. Dengan meningkatnya pendapatan yang diperoleh akan
lebih menambah daya beli yang berarti menambah peluang masyarakat untuk memilih
pangan yang beraneka ragam untuk memenuhi kecukupan gizinya, jika meningkatkanya
suatu ketersedian pangan dmasyarakat maka akan memberikan kontribusi terhadap
daerahnyan dan juga kontribusi bagi ketersedian pangan Nasional.

b. Arah Kebijakan
Pada tataran nasional, inti persoalan dalam mewujudkan ketahanan pangan
nasional selama lima tahun terakhir terkait dengan pertumbuhan permintaan yang lebih
cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan pangan meninngkat sejalan
dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat,
serta perkembangan selera.Dinamika ini menyebabkan kebutuhan nasional meningkat
dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan keragamannya. Sementara itu kapasitas
produksi pangan nasional terkendala oleh kompetisi pemanfaatan lahan dan penurunan
kualitas sumber daya alam.
Pada tataran rumah tangga, persoalan yang menonjol dalam pemantapan
ketahanan pangan adalah masih besarnya proporsi kelompok masyarakat yang
mempunyai daya beli rendah, ataupun yang tidak mempunyai akses atas pangan
karena berbagai sebab sehingga mengalami kerawanan pangan kronis maupun
sementara saja (transien).
Pada sisi lain, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif sebagai negara
agraris dan maritim. Keunggulan komparatif tersebut merupakan fundamental
perekonomian yang senantiasa di dayagunakan melalui proses pembangunan menjadi
keunggulan bersaing. Dengan pendekatan demikian, perekonomian yang ada di
Indonesia memiliki landasan yang kuat yaitu pada sumberdaya domestic, serta memiliki
kemampuan bersaing yang tinggi. Dalam kaitan ini, pembangunan ekonomi dibidang
panganakan memperkuat ketahanan pangan nasional. Oleh sebeb itu, pembangunan
ekonomi dibidang pangan ini merupakan prioritas strategis dalam pembangunan
nasional.Dengan arahan tersebut maka kebijakan ketahan pangan terdapat pada Sisi
ketersediaan, pada aspek distibusi dan pada aspek konsumsi.

c. Tujuan pembangunan ketahanan pangan


Pembangunan ketahanan pangan ditujukan untuk memperkuat ketahanan
pangan ditingkat mikro (rumah tangga,individu) serta tingakat makro (nasional), antara
lain :
1. Mempertahankan ketersediaan energy perkapita minimal 2.200 kilokalori/hari
dan penyedian protein perkapita minimal 57 gram/hari, meningkatkan konsumsi
pangan perkapita.
2. Meningkatkan konsumsi pangan perkapita untuk memeuhi kecukupan energy
minimal 2.000 kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gram/hari.
3. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor pola pangan
harapan (PPH) minimal 80 (padi-padian 275 gram, umbi-umbian 100 gram,
pangan hewani 150 gram, kacang-kacangan 35 gram, sayur dan buah 250 gram)
4. Meningkatkan keamanan, mutu dan hygiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat.
5. Mengurangi presentasi penduduk rawan pangan kronis ( yang mengkonsumsi
kurang dari 80 % AKG) dan penduduk miskin minimal 1 persen per tahun.
6. Meningkatkan kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada beras
berkelanjutan.

d. Strategi Umum
Strategi untuk mewujudkan ketahanan pangan mengacu pada strategi jalur
ganda (twin-track strategy).Untuk mencapai berbagai target dan untuk mempertahankan
ketahanan pangan, pengembangan bioenergi nasional, diperlukan strategi dan
kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan, Strategi tersebut adalah
Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya lahan eksisting agar lebih produktif dan
lestari baik secara kuantitas dan kualitas, yaitu dengan intensifikasi dan peningkatan
intensitas tanam, pengembangan inovasi tekhnologi, dan pengendalian konversi lahan.
Perluasan areal pertanian, seperti ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan
potensial.Dan Percepatan penyiapan dan pelaksanaan beberapa kebijakan dan regulasi
kelembagaan untuk melindungi lahan pertanian tanaman pangan.

Indonesia mempunyai keunggulan kompratif sebagai Negara agraris dan


maritim. Keunggulan trsebut merupakan fundamental perekonomian yang dperuntukan
untuk proses pembangunan menjadi keunggulan bersaing. Dengan adanya pendekatan
perekonomian maka akan menunjang pada sumberdaya domestic dan mampu bersaing,
oleh sebab itu pembangunan ekonomi merupakan prioritas strategis dalam
pembangunan Nasional.
e. Kebijakan Umum
Pemerintah berperan dalam menjabarkan secara rinci kebijakan-kebijakan lain
yang mampu memberikan insentif kepada petani dan konsumen, serta secara
komprehensif dari hulu sampai hilir.Adapun buti-butir penting dalam kebijakan umum
ketahanan pangan adalah sebagai berikut :
1. Menjamin ketersediaan pangan
2. Menata pertahanan dan tata ruang/wilayah
3. Pengembangan cadangan pangan
4. Mengembangkan system distribusi pangan yang efisien
5. Menjaga stabilitas ketahanan pangan
6. Meningkatkan aksessibilitas rumah tangga terhadap tangga
7. Meningkatkan diversifikasi pangan
8. Meningkatkan mutu dan kemanan pangan
9. Mencegah dan menangani keadaan rawan dan gizi
10. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
11. Meningkatkan peran serta masyarakat
12. Melaksakan kerjasama internasional
13. Mengembangkan sumber daya manusia

4.2 DIVERSIFIKASI PANGAN DAN POTENSI TANAMAN SUMBER KARBOHIDRAT


Diversifikasi atau penganekaragaman adalah suatu cara untuk mengadakan lebih
dari satu jenis barang/komoditi yang dikonsumsi. Di bidang pangan, diversifikasi
memiliki dua makna, yaitu diversifikasi tanaman pangan dan diversifikasi konsumsi
pangan.Kedua bentuk diversifikasi tersebut masih berkaitan dengan upaya untuk
mencapai ketahanan pangan. Apabila diversifikasi tanaman pangan berkaitan dengan
teknis pengaturan pola bercocok tanam, maka diversifikasi konsumsi pangan akan
mengatur atau mengelola pola konsumsi masyarakat dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan.
Potensi tanaman sumber karbohidrat
Tingginya kebutuhan beras bagi masyarakat Indonesia membuat negara ini menempati
urutan pertama sebagai negara konsumen beras terbesar dunia, yang mencapai 102 kg
per kapita per tahun.Tingkat konsumsi ini melebihi konsumsi beras negara Asia lainnya,
Sayangnya, kebutuhan beras yang tinggi tidak diimbangi dengan kesejahteraan petani
yang selalu termarjinalkan.Bahkan, lahan pertanian semakin terdegradasi oleh
industri.Alasannya, konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi dan terus
mengalami kenaikan setiap tahunnya.Desakan impor tersebut bertujuan agar kuota
beras di Indonesia tercukupi dan tidak mengalami krisis pangan. Di sisi lain, ternyata
impor beras ini juga menghancurkan harga beras di tingkat petani karena harga mereka
berpotensi dipermainkan oleh para tengkulak. Berikut potensi pangan lokal yang
dikonsumsi masyarakat sebagai sumber karbohidrat selain nasi yang mulai
dikembangkan kembali oleh komunitas dan petani lokal.

1. Jagung
Di Madura dan wilayah tertentu di Pulau Jawa seperti Boyolali, masyarakatnya
terbiasa makan nasi jagung sebagai sumber karbohodrat.Nilai gizi dan kandungan
karbohidratnya sebagian besar terdiri atas pati sehingga tidak kalah dari
nasi.Mengonsumsi nasi jagung juga mengenyangkan.

2. Singkong atau ketela


Hingga kini singkong atau ketela masih banyak ditemukan di berbagai daerah di
Tanah Air. Namun, singkong digunakan menjadi sumber karbohidrat sudah nyaris
dilupakan. Mungkin Kampung Cireundeu yang mampu bertahan dari program
‘berasnisasi’ di era Orde baru. Sejak 1924, sesepuh masyarakat Kampung
Cireundeu menjadikan singkong sebagai makanan pokok.
Sampai sekarang, kampung yang dihuni 330 jiwa dan 70 kepala keluarga (KK)
ini tak pernah makan nasi sehingga kampung mereka di kenal sebagai Kampung
Singkong. Kampung ini terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi
Selatan, Jawa Barat.Apalagi kampung itu juga dikelilingi oleh kebun singkong seluas
20 hektare.

3. Sagu
Pohon sagu tumbuh subur di kawasan Indonesia timur dan dijadikan pangan
potensial sumber karbohidrat karena kandungannya cukup tinggi, yaitu 84,7 gram
per 100 gram bahan. Namun, sagu termasuk bahan pangan yang minim protein.
Kandungan protein tepung sagu hanya 0,7 g/100 g, jauh lebih rendah daripada
tepung beras, jagung, dan terigu.
Kadar vitamin dan mineral pada sagu lebih rendah jika dibandingkan dengan
bahan makanan pokok lainnya, sehingga sagu dikonsumsi bersama-sama dengan
bahan makanan lainnya.Misalnya, papeda.Konsep diversifikasi konsumsi pangan
itulah yang dilakukan masyarakat tradisional Maluku dan Papua dengan
mengombinasikan sagu dengan ikan (sebagai sumber protein) dan berbagai sayuran
(sebagai sumber vitamin, mineral, antioksidan, dan serat pangan).

4. Umbi-umbian
Indonesia kaya dengan jenis umbi-umbian, di antaranya ubi jalar yang bergizi
tinggi, kaya vitamin dan mineral.Konsumsi ubi jalar sepanjang tahun hanya ada di
Papua dan Maluku.Selebihnya, di daerah lainnya di Indonesia, ubi jalar hanya
dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional saja seperti ubi goreng, ubi rebus,
kolak, getuk, dan keripik.
Jenis umbi-umbian lain adalah ganyong (Canna Edulis Kerr). Ada dua varietas
ganyong yang paling dikenal, yaitu ganyong merah dan ganyong putih.Ganyong
merupakan tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat.
Umbinya yang sudah dewasa dapat dimakan setelah diolah untuk diambil
patinya. Sedangkan umbi yang muda dapat dimakan dengan cara dibakar atau
direbus. Ganyong juga dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan
nasi jagung. Ada umbi Garut yang memiliki kadar pati cukup tinggi sehingga tidak
kalah dengan jenis umbi-umbian lain. Pati umbi Garut mempunyai tekstur yang
sangat halus dan mudah dicerna.Umbi ini dapat dijadikan campuran produk yang
menggunakan tepung ubi kayu, seperti cendol dan kerupuk.

4.3 INDUSTRI DAN PROSEPEK PANGAN ALTERNATIF

Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada proses produksi, penanganan


hasil panen dan pengolahan, menjadi kendala yang menyebabkan menurunnya
kemampuan penyedian pangan dengan proporsi yang cukup tinggi. Sebagai contoh
padi dan prosuk holtikultura lainnya.

Secara umum potensi dan psopek dalam mewujudkan ketahanan pangan yang
berkelanjutan adalah besarnya jumlah penduduk sebagi pasar produk pangan
sekaligus penggerak ekonomi nasional. Di samping itu perkembangan teknologi
informasi merupakan penunjang bagi efektivitas manajemen pembangunan
ketersediann, distribusi dan konsumsi pangan. Disis ketersediann pangan, selama
masih tersedia sumber daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal untuk
produksi pangan, juga tersedia teknologi untuk meningkatkan produksi bahan pangan
primer maupun olahan. Adapun peluang pengembangan sistem distribusi pangan di
tunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan alat transportasi yang apabila
didayagunakan dapat membuka keterisolasian daerah terpencil. Di bidang konsumsi
potensi peningkatan juga di tunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi.

Dengan potensi sumberdaya alam yang beragam, Indonesia mempunyai


peluang besar untuk meningkatkan produksi pangan. Ketersediaan teknologi untuk
mendukung sistem agribisnis dari hulu sampai hilir memberikan peluang untuk
meningkatkan kapasitas produksi pangan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usaha, serta meningkatkan keuntungan usaha agribisnis pangan. Adapun beberapa
contoh pangan alternatif yaitu :

1. Gandum
Suatu jenis tanaman yang tak kalah penting dengan tanaman lainnya. Sekitar
20 % dari bahan makanan (kalori) yang dikonsumsi di dunia berasal dari
gandum, sedangkan beras juga 20% dan 60% lainnya berasal dari jagung,
kentang dan lain-lain. Hampir 43 negara di dunia, makanan pokoknya adalah
gandum yaitu sekitar 35% dari seluruh penduduk dunia.
2. Sorgum
Sorgum adalah tanaman lokal di Flores. Sorgum sangat cocok jadi
alternatif pangan di Indonesia karena tumbuh subur walau musim kemarau
panjang.Sorgum bisa tumbuh di daerah yang kering, bertanah marjinal,
berpasir, bahkan berbatu sekalipun.Sorgum juga tidak membutuhkan pupuk
sehingga tidak membahayakan unsur hara dalam tanah. Kandungan gizi
sorgum jauh lebih unggul dibanding beras.

You might also like