Professional Documents
Culture Documents
Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik
PENGERTIAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penurunan progresif fungi ginjal yang bersifat
ireversibel. Menurut guideline The National Kidney Foundation's Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative (NKF KDOQI), PGK didefinisikan sebagai kerusakan ginjal persisten dengan
karakteristik adanya kerusakan struktural atau fungsional (seperti
mikroalbuminuria/proteinuria, hematuria, kelainan histologis ataupun radiologis), dan/atau
menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) menjadi <60 ml/menit/ 1,73 m2 selama sedikitnya 3
bulan.1
Berikut adalah stadium PGK dan rencana tindakan berdasarkan klinis (tabel 1) dan
klasifikasi tekanan darah (tabel 2).
Proteinuria merupakan suatu marker dini dan sensitif pada berbagai tipe kerusakan
ginjal. Albumin merupakan protein yang paling banyak terdapat pada urin penderita PGK. Nilai
normal ekskresi albumin urin pada dewasa adalah 10 mg/hari, dan dipengaruhi oleh berbagai
kondisi seperti postur tubuh, olahraga, kehamilan, dan demam. Oleh karena itu, sering terjadi
hasil proteinuria dan albuminuria palsu dalam praktek sehari-hari karena berbagai kondisi
seperti tercantum pada tabel 2. Penilaian hasil proteinuria pada dewasa dilakukan dengan
pengambilan specimen urin pagi hari dan hasil 2 +1 pada dipstick memerlukan konfirmasi lebih
lanjut dengan penilaian kuantitatif dalam 3 bulan. Pada pasien dengan proteinuria ≥ +2 pada tes
kuantitatif dalam interval 1-2 minggu, didiagnosis sebagai proteinuria persisten dan dilakukan
evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut seperti pada pasien PGK. Monitoring proteinuria pad PGK
selalu menggunakan tes kuantitatif.2
Tabel 3. Kondisi yang Menyebabkan Hasil Positif Palsu pada Proteuniria dan Albuminuria
Positif Palsu Negatif Palsu
Keseimbangan Cairan Dehidrasi → konsentrasi Hidrasi berlebihan →
protein urin ↑ konsentrasi protein urin ↓
Hematuria Jumlah protein urin ↑
Penilaian awal / skrining pada dewasa dengan risiko tinggi PGK, pemeriksaan sampel
albumin urin sebaiknya menggunakan albumin-specific dipstick atau ratio albumin-kreatinin.
Sedangkan untuk monitoring proteinuria pada dewasa dengan PGK, ratio protein-kreatinin
pada sampel urn sebaiknya diperiksa menggunakan ratio albumin-kreatinin dan ratio protein
total-kreatinin, apabila ratio albumin-kreatinin tinggi (> 500 mg - 1.000 mg/g) .2
Anamnesis.3 , 4
Riwayat hipertensi, DM, ISK, batu saluran kemih, hipertensi, hiperurisemia, lupus
Riwayat hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi, abortus spontan)
Riwayat konsumsi obat NSAID, penisilamin, antimikroba, kemoterapi, antiretroviral, proton
pump inhibitors, paparan zat kontras
Evaluasi sindrom uremia : lemah, nafsu makan+, berat badan+, mual, muntah, nokturia,
sendawa, edema perifer, neuropati perifer, pruritus, kram otot, kejang sampai koma
Riwayat penyakit ginjal pada keluarga, juga evaluasi manifestasi sistem organ seperti
auditorik, visual, kulit dan lainnya untuk menilai apa ada PGK yang diturunkan (Sindrom
Alport atau Fabry, sistinuria) atau paparan nefrotoksin dari lingkungan (logam berat)
Pemeriksaan Fisik.3
Difokuskan kepada peningkatan tekanan darah dan funduskopi, pemeriksaan pre-kordial
(heaving ventrikel kiri, bunyi jantung IV)
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : edema, polineuropati
Gangguan endokrin-metabolik : amenorrhea, malnutrisi, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, infertilitas dan disfungsi seksual dan perkembangan, infertilitas dan disfungsi
seksual
Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, nafas bau urin (uremic fetor), disgeusia
(metallic taste), konstipasi
Gangguan neuromuskular : letargi, sendawa, asteriksis, mioklonus, fasikulasi otot, restless
leg syndrome, miopati, kejang sampai koma
Gangguan dermatologis : palor, hiperpigmentasi, pruritus, ekimosis, uremic frost,
nephrogenic fibrosing dermopathy
Pemeriksaan Penunjang.3 , 4
Laboratorium : darah perifer lengkap, penurunan LFG dengan rumus Kockroft-Gault, ↓serum
ureum dan kreatinin, tes klirens kreatinin (TTK) ukur, asam urat, elektrolit, gula darah, profil
lipid, analisa gas darah, serologis hepatitis, SI, TIBC, feritin serum, hormon PTH, albumin,
globulin, pemeriksaan imunologi, hemostasis lengkap, urinalisis
Radiologis : foto polos abdomen, BNO IVP, USG, CT scan, ekokardiografi
Biopsi ginjal
Rums Kockroft-Gault:3
Creatinine Clearance atau LFG = [(140-umur) x berat badan]/(72 x SCr) ml/menit/1,73 m2
Keterangan : pada wanita hasil LFG x 0.85
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit ginjal akut, Acute on Chronic Kidney Disease
TATALAKSANA
Nonfarmakologi s1 ,3 , 4
Nutrisi : pada pasien non-dialisis dengan LFG <20 mL/menit, evaluasi status nutrisi dari 1)
serum albumin dan/atau 2) berat badan aktual tapa edema.
Protein :
pasien non dialisis 0,6-0,75 gram/kgBB ideal/hari sesuai dengan CCT dan toleransi pasien
pasien hemodialisis 1-1,2 gram/kgBB ideal/hari
pasien peritoneal dialisis 1,3 gram/kgBB/hari
Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama
antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
Natrium: <2 gram/hari (dalam bentuk garam <6 gram/hari)
Kalium: 40-70 mEq/hari
Fosfor: 5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD: 17 mg/hari
Kalsium: 1400-1600 mg/hari (tidak melebih 2000 mg/hari)
Besi: 10-18 mg/hari
Magnesium: 200-300 mg/hari
Asam folat pasien HD: 5 mg
Air: jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water loss).
Farmakologi s1 ,3 , 4
Kontrol tekanan darah:
- Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin Il: evaluasi kreatinin dan kalium
serum, bila terdapat peningkatan kreatinin >35% atau timbul hiperkalemi harus
dihentikan
- Penghambat kalsium
- Diuretik
Pada pasien DM, kontrol gula darah: hindari pemakaian metformin dan obat-obat
sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 di atas nilai
normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%
Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dI
Kontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat tau kalsium asetat
Kontrol osteodistrofi renal : Kalsitriol
Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mBq/1
Koreksi hiperkalemi
Kontrol dislipidemia dengan target LDL<100 mg/dl, dianjurkan golongan statin
Terapi ginjal pengganti
KOMPLIKASI
Kardiovaskular, gangguan keseimbangan cairan, atrium, kalium, kalsium, fosfat, asidosis
metabolik, osteodistrofi renal, anemia.1 ,3
PROGNOSIS
Penting sekali untuk merujuk pasien PGK stadium 4 dan 5. Terlambat merujuk (kurang
dari 3 bulan sebelum onset terapi penggantian ginjal) berkaitan erat dengan meningkatnya
angka mortalitas setelah dialisis dimulai. Pada titik ini, pasien lebih baik ditangani bersama oleh
pelayanan kesehatan tingkat primer bersama nefrologis. Selama fase ini, perhatian harus
diberikan terutama dalam memberikan edukasi pada pasien mengenai terapi penggantian ginjal
(hemodialisis, dialisis peritoneal, transplantasi) dan pemilihan akses vaskular untuk
hemodialisis. Bagi kandidat transplantasi, evaluasi donor harus segera dimulai. '
REFERENSI
1. Lascano M. Schreiber M. Nurko S. Chronic Kidney Disease. In : Corey W. Abelson A. Dweik R.
et al. Current Cinical Medicine. 2nd Edition. The Cleveland Clinic Foundation. Philadelphia :
Esevier. 2010. Hail 853-6
2. The National Kidney Foundation : NKF KDOQI Cinical Practice guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, classification, and stratification. Am J Kidney Dis 2002:39:51-266
3. Borgman J, Scorecii K. Chronic Kidney Disease. In : Longo DL. Fauci AS, Kasper DL. Hauser SL
Jameson JL Loscalzo J. Harrison's Principles of Interal Medicine. 18" Edition. New York,
McGraw-HL 2012
4. Suwitra K. Penycidit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo A. Setiyohadi B. Alwi L. et al. Buku Ajar
limu Penyoit Dalam. Edisi V. Jiid IL. 2009. Hal 1035-