Professional Documents
Culture Documents
Tatalaksana TBC-Presentasi Modul 2 Modul 3 Modul 5 Dan Modul 6 - Rev
Tatalaksana TBC-Presentasi Modul 2 Modul 3 Modul 5 Dan Modul 6 - Rev
IV. PENUTUP
APA YANG TERJADI JIKA SESEORANG KONTAK
ERAT DENGAN PASIEN TBC?
A.Perjalanan Alamiah infeksi TBC
4-6 minggu Beberapa tahun sampai puluhan tahun
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ringa - berat
TIDAK ADA GEJALA TBC PEMERIKSAAN DAHAK RONTGEN DADA TIDAK UJI TUBERKULIN ATAU
NEGATIF SUGESTIF TBC IGRA POSITIF
Kontak erat dengan
pasien TBC
TIDAK
TERINFEKSI TBC
TERINFEKSI TBC
60 – 70%
30 – 40 %
IV. PENUTUP
KELOMPOK BERISIKO TINGGI SAKIT TBC SETELAH TERINFEKSI
1. Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV)
2. Kontak serumah dg pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis
a. Anak usia di bawah 5 tahun
b. Dewasa, remaja dan anak usia di atas 5 tahun
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya (keganasan, hemodialisis, mendapat
kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan petugas kesehatan, sekolah
berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
IV. PENUTUP
Bagaimana menemukan kasus infeksi laten TBC ?
Adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada orang-orang yang kontak erat dengan
pasien TBC untuk:
• Mengidentifikasi orang-orang yang berkontak dengan pasien TBC
• Melakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah orang yang
berkontak tersebut terinfeksi atau sakit TBC
• Memberikan pengobatan yang sesuai dengan hasil pemeriksaan, jika terbukti
sakit TBC diberikan obat anti TC, jika infeksi laten TBC diberi obat pencegahan.
Monitoring dan evaluasi.
Rujuk ke Fasyankes
* Faktor risiko :
Batuk
• Remaja usia 10-18 tahun Kontak Serumah
Tidak Batuk tetapi ada
faktor risiko* dan gejala
• Dewasa muda 19-25 tanpa Gejala TBC lain** Skrining gejala TBC
tahun oleh Petugas Kesehatan
• Lansia
• Daya tahan tubuh rendah
Rujuk ke Fasyankes
(HIV, DM, ibu hamil, Rujuk ke
Ada Gejala Tidak ada Gejala
malnutrisi, th/ kanker, Fasyankes
Pembuatan Jadwal
Minimal 20 Kontak
Rujuk ke Fasyankes
Rujuk ke Fasyankes
Rujuk ke
Fasyankes Ada Gejala Tidak ada Gejala
TIDAK ADA GEJALA TBC PEMERIKSAAN DAHAK RONTGEN DADA TIDAK UJI TUBERKULIN ATAU
Xpert MTB/Rif® SUGESTIF TBC / IGRA POSITIF
NEGATIF NORMAL
Perbedaan TB Laten dan TBC aktif
TB laten TBC aktif
Tidak ada gejala Memiliki salah satu gejala berikut: demam, batuk, nyeri
dada, berat badan turun, keringat malam, hemoptisis,
lemah, dan penurunan nafsu makan
Uji tuberculin atau IGRA positif Uji tuberculin atau IGRA positif
Foto toraks normal Foto toraks abnormal tetapi bisa normal pada orang
imunokompromis atau TB ekstraparu
Hasil pemeriksaan mikrobiologi negative (BTA, kultur, Hasil pemeriksaan mikrobiologi dapat positif ataupun
dan TCM) negatif, termasuk pada kasus TB ekstraparu
Tidak dapat menularkan Tb ke orang lain Dapat menularkan kuman TB ke orang lain
Perlu terapi pencegahan pada kondisi tertentu Perlu pengobatan sesuai standar terapi TB
Sasaran TPT pada ILTB
1. Orang dengan HIV (ODHIV)
2. Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis:
a. Anak usia <5 tahun
b. Anak usia 5-14 tahun
c. Remaja dan dewasa (usia ≥15 tahun)
3. Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
a. Pasien immunokompromais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang
mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang,
pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll).
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer,
pengguna narkoba suntik.
Apa syarat pemberian TPT ?
1. Kelompok risiko tinggi
2. Tidak sakit TBC
3. Infeksi laten TBC*
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian TPT
Transplantasi organ)
2. WBP, Nakes, sekolah
berasrama, barak militer,
penasun
• Periksa tanggal
kadaluarsa pada
vial dan pastikan
vial mengandung
tuberculin
• Siapkan jarum
suntik yang telah
mengandung
tuberculin 0,1 ml.
31
https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf
Injeksi Tuberkulin
Pencatatan tindakan
Catat waktu (tanggal dan jam) serta lokasi
penyuntikkan pada rekam medis
Bevel jarum dapat terlihat di bawah Setelah injeksi, akan timbul wheal pada
permukaan kulir tempat suntikan
https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 32
Pembacaan Hasil TST
Inspeksi lokasi injeksi
Tandai indurasi
Inspeksi dibawah pencahayaan yang baik
Eritema ((bagian kemerahan di kulit)- tidak diukur Gunakan ujung jari/pulpen sebagai penanda
indurasi
Indurasi – di ukur
https://www.cdc.gov/tb/publications/posters/images/Mantoux_wallchart.pdf 33
Interpretasi Uji Tuberkulin
Uji Tuberkulin
Uji IGRA
Tata Tertib Pengerjaan Studi Kasus
1. Peserta duduk sesuai dengan provinsi masing-masing
2. Latihan soal dapat dikerjakan bersama dengan peserta berasal dari wilayah yang sama pada
kelompok tersebut.
3. Peserta akan mendapatkan 7 soal studi kasus dan dikerjakan di power point. Jika sudah selesai
dapat dikumpulkan bahannya pada link yang sudah disediakan panitia (Rename nama file
dengan Nama Provinsi_Modul Diagnosis ILTB)
4. Peserta diberikan waktu:
a. Diskusi: 30 menit
b. Paparan diskusi: 30 menit (akan ada kelompok yang memberikan paparan hasil diskusi
dan kelompok lain yang memberikan tanggapan)
c. Bedah Studi Kasus oleh Narasumber: 20 menit
d. Simpulan Fasilitator: 10 menit
5. Setiap kelompok akan didampingi oleh fasilitator, tiap fasilitator akan membantu
mengarahkan jalannya diskusi hingga selesai.
MODUL 5
PADUAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT) PADA
KONTAK TBC SENSITIF OBAT DAN KONTAK TBC RESISTEN
OBAT
BAB I . PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
BAB I . PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
A. Deskripsi Singkat
❑ Identifikasi kontak
❑ Melakukan pemeriksaan
❑ Pemberian pengobatan
❑ Monitoring
BAB I . PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
Mengapa terapi pencegahan
TBC perlu diberikan ?
Bayi B, usia 3 bulan
• Dibawa ke IGD karena sesak napas
• Sejak 2 minggu sebelumnya malas minum maka diberi susu
formula
HASIL
TCM: MTB detected Rifampisin resistant NOT detected
Kisah bayi B
Bayi lahir Umur 3 hari Umur 7 hari Umur 3 bulan
• lahir dari ibu G1P0A0 • Bayi sesak napas • Ibu dirawat dan • Bayi sesak napas
• 38 minggu • Membaik dengan meninggal dunia
• lahir langsung oksigen dan • Ro dada: TB milier • RSUD:
menangis antibiotika • Dahak belum • Ro dada: TB milier
• BBL 2800 gram dipulangkan diperiksa TCM: MTB
detected low,
resistant
Rifampicin NOT
BAYI TIDAK DETECTED
MENDAPAT TPT
BAYI B
5. Pengobatan memerlukan kombinasi obat HRZE dengan risiko ESO yang lebih tinggi
P, 12 tahun, DIY
Teman satu sekolah: TB BTA (+)
B. Manfaat dari sudut pandang kesehatan masyarakat
BAB V. PENUTUP
KELOMPOK BERISIKO TINGGI SAKIT TBC SETELAH TERINFEKSI
BAB V. PENUTUP
Paduan obat TPT
6H 3HR 3HP
INH selama 6 bulan, Paduan INH dan Paduan INH
diminum tiap hari dan Rifapentin
Rifampicin (HR)
selama 3 bulan, (HP), selama 3
bulan,
diminum tiap hari diminum 1x
per minggu
6H (INH) 3HP (INH & Rifapentin) 3HR (INH & Rifampicin)
Interval pemberian Harian Mingguan Harian
Durasi 6 bulan 3 bulan 3 bulan
Dosis 180 dosis 12 dosis 84 dosis
<10 thn: 10 mg/kg BB 2-14 thn dengan BB: <10 thn: INH 10 mg/kg
Maksimal 300 mg per hari 10-15 kg: INH 300 mg, RPT BB, RIF 15 mg/kg BB
300 mg 16-23 kg: INH 500 mg, RPT
450 mg 24-30 kg: INH 600 mg, RPT
600 mg
≥ 31 kg: INH 700 mg, RPT 750 mg
≥ 10 thn: 5 mg/kg BB >14 thn untuk semua BB ≥10 thn: INH 5 mg/kg
Maksimal 300 mg per hari ≥ 30 kg: INH 900 mg, RPT 900 mg BB, RIF 10 mg/kg BB
TPT
Sediaan 300mg Anak: lepasan RPT 150 mg, INH 300mg RH 150mg/300 mg
Dewasa: KDT HP 300mg/300 mg Anak: RH 50/75
Kriteria umur Semua umur; sesuai utk anak HIV+ ≥ 2 tahun Semua umur
yg menerima LPV-RTV, NVP, DTG
Interaksi dengan ARV Tidak ada Semua PIs, NVP/NNRTIs, TAF Semua PIs, NVP/hampir
semua NNRTIs
1. Paduan 6H
• Dosis dan lama pemberian
▪ Dosis obat di sesuaikan dengan kenaikan berat badan setiap bulan (untuk
anak).
▪ Obat di konsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi,
siang, sore atau malam) saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2
jam setelah makan).
▪ Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 30 hari pengobatan) 🡪 180 dosis
▪ Obat tetap diberikan selama 6 bulan walaupun kasus indeks meninggal,
pindah atau terkonfirmasi bakterilogisnya atau BTA nya sudah menjadi
negatif.
1.Paduan 6H
• Pemberian vitamin B6
▪ Anak dengan gizi buruk atau HIV
▪ Jika dosis INH ≤ 200 mg/hari: vit B6 10 mg per hari (1x sehari)
▪ Jika dosis INH > 200 mg: vit B6 10 mg per 12 jam mg (2x
sehari)
▪ Dewasa yang memiliki risiko efek samping (seperti pada HIV,
malnutrisi, alkoholik, gagal ginjal kronik, DM, wanita hamil atau
menyusui): vitamin B6 25 mg/hari.
• Pengawas minum obat: orang tua atau keluarga pasien.
• Bisa diberikan di semua tingkat layanan termasuk di praktik swasta
(dengan catatan sudah bekerja sama dengan puskesmas dan/atau
dinas kesehatan setempat).
2. Paduan 3HP (INH dan Rifapentin)
▪ Pemberian
▪ Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau malam) saat perut
kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
▪ Pengambilan obat dilakukan pada saat kontrol setiap 1 bulan, dan dapat disesuaikan dengan jadwal kontrol
kasus indeks.
3. Paduan 3HR
• Pemberian vitamin B6
▪ Anak dengan gizi buruk atau HIV
▪ Jika dosis INH ≤ 200 mg/hari: vit B6 10 mg per hari (1x sehari)
▪ Jika dosis INH > 200 mg: vit B6 10 mg per 12 jam mg (2x sehari)
▪ Dewasa yang memiliki risiko efek samping (seperti pada HIV,
malnutrisi, alkoholik, gagal ginjal kronik, DM, wanita hamil atau
menyusui): vitamin B6 25 mg/hari.
Tersedia Tidak
RH 3 bulan INH 6 bulan HP 3 bulan
RH* tersedia RH
(*) Pasien ODHIV tidak direkomendasikan pemberian obat Rifampisin karena risiko
interaksi dengan anti retroviral, pilihan adalah INH 6 bulan
B. Tuberkulosis Resisten Obat
• Fluoroquinolon (moksifloksasin, levofloksasin) dengan atau tanpa obat lain (etambutol, etionamid), lama 6 bulan
• Rejimen disesuaikan dengan profile resistensi obat sumber penularan, pada pasien Pre-XDR/XDR TBC
• Dosis obat:
BAB V. PENUTUP
STUDI KASUS
MODUL 6
PEMANTAUAN KLINIS TPT
BAHASAN
Pemantauan klinis TPT
Laporkan
*) Persentasi kejadian ESO diambil dari buku operasional WHO untuk TBC yang dikeluarkan Maret 2020, Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka:
• Obat sementara dihentikan dan lakukan tatalaksana efek samping.
• Jika reaksi efek samping obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
• Jika reaksi efek samping obat sedang/ringan, pastikan oleh tenaga kesehatan bahwa reaksi yang timbul akibat TPT, berikan perawatan suportif dan observasi
hingga reaksi obat menghilang. Jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ditambahkan disesuaikan gejala efek sampingnya.
Tabel 2.1 Efek samping obat dan tatalaksana (Lanjutan)
Obat Efek Samping Tatalaksana
Rifampisin (R) Reaksi seperti flu (flu-like syndrome) berupa ∙ Hentikan obat
dan demam disertai lemas, lelah, sakit kepala, ∙ Pertimbangkan pemberian obat anti-histamin
Rifapentine (P) nyeri otot, takikardi atau palpitasi, berkeringat (diphenhydramine, loratadine dll)
∙ Antiemetik, antidiare
atau gejala lainnya
∙ Tunggu sampai gejala klinis membaik
Hepatotoksisitas (Sekitar 1% orang yang ∙ Hentikan minum obat, tes fungsi hati; tunggu
menjalani 3HP mengalaminya)* sampai fungsi hati normal
∙ Obat diberikan sekuensial satu demi satu setiap 2
hari sebelum menambah obat lain
Ruam kulit Identifikasi ringan, sedang atau berat.
Bila ringan/sedang atasi secara supportif sampai
gejala menghilang
Bila berat lakukan rujukan ke RS terdekat
Gejala gangguan pencernaan seperti mual, Identifikasi ringan, sedang atau berat.
muntah, atau sakit perut Bila ringan/sedang atasi secara supportif sampai
gejala menghilang
Bila berat lakukan rujukan ke RS terdekat
Tabel 2.1 Efek samping obat dan tatalaksana (Lanjutan)
Obat Efek Samping Tatalaksana
Rifampisin (R) Perubahan warna cairan tubuh seperti Beri konseling agar pasien tahu bahwa
dan urin, keringat atau air mata perubahan warna cairan tubuh adalah hal yang
Rifapentine (P) normal karena hasil ekskresi dari pengobatan
dan tidak berbahaya
Pada saat awal pemberian TPT, lakukan KIE
mengenai hal ini
Hipersensitivitas seperti hipotensi, ∙ Hentikan minum obat
pingsan, takikardi, anafilaksis atau ∙ Berikan perawatan dukungan pada kondisi
bronkospasme. Reaksi ini sangat jarang mendesak
terjadi (Angka kejadian sekitar 4%)* ∙ Melakukan rujukan untuk pemeriksaan dan
tatalaksana lanjut yang dibutuhkan
∙ Bronkodilator
∙ Steroid
*) Persentasi kejadian ESO diambil dari buku operasional WHO untuk TBC yang dikeluarkan Maret 2020, Bila terdapat gejala efek samping seperti di atas, maka:
• Obat sementara dihentikan dan lakukan tatalaksana efek samping.
• Jika reaksi efek samping obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
• Jika reaksi efek samping obat sedang/ringan, pastikan oleh tenaga kesehatan bahwa reaksi yang timbul akibat TPT, berikan perawatan suportif dan observasi
hingga reaksi obat menghilang. Jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ditambahkan disesuaikan gejala efek sampingnya.
Tabel 2.1 Efek samping obat dan tatalaksana (Lanjutan)
Obat Efek Samping Tatalaksana
Levofloxacin Lfx – Gangguan neuropsikiatri berupa kejang, ∙ Pastikan dosis benar; hentikan jika diduga
(Lfx) dengan sakit kepala, perubahan perilaku, depresi, sebagai penyebab
atau tanpa gangguan tidur
Etambutol (E)/ Lfx – Gangguan sendi ∙ Pastikan dosis benar; pertimbangkan penurunan
Etionamid dosis atau hentikan obat
(Eto) ∙ Beri obat anti inflamasi non-steroid (NSAID)
seperti ibuprofen
∙ Jika timbul bengkak akut, kemerahan dan teraba
hangat pada sendi, pertimbangkan aspirasi untuk
diagnosis gout, infeksi, penyakit autoimun,
artritis TB, dll
Lfx – Pemanjangan QTc dengan gejala pingsan, Pemeriksaan EKG setiap bulan
denyut jantung meningkat, nyeri dada hebat Periksa elektrolit dan koreksi bila perlu, lakukan
QTc interval memanjang >500 ms atau pemeriksaan ulang setelah koreksi
meningkat >50 ms dan pasien bergejala Periksa tiroid: bila hipotiroid, berikan terapi
Hentikan obat jika masih terdapat pemanjangan
QTc
Tabel 2.1 Efek samping obat dan tatalaksana (Lanjutan)
Obat Efek Samping Tatalaksana
Levofloxacin E - Gangguan penglihatan Hentikan obat
(Lfx) dengan Pemeriksaan Snellen and Ishihara (bisa di awal Konsultasikan dengan dokter spesialis mata
atau tanpa dan setiap bulan). Untuk usia <2 thn Berikan prednison (1 mg/kg/hari)
Etambutol (E)/ pemeriksaan respon fixate and follow. Untuk
Etionamid usia 3-5 thn pemeriksaan symbol chart
(Eto)
Eto - Hepatotoksisitas ∙ Hentikan minum obat jika kadar SGOT/SGPT >5x
nilai normal dan atau bilirubin >2 mg/dL
∙ Bila fungsi hati sudah normal, reintroduksi obat
sambil tetap memonitor fungsi hati setiap bulan
Eto - Gangguan fungsi tiroid berupa gejala Pertimbangkan suplementasi tiroksin bila hipotiroid
hipotiroid atau goiter; klinis atau TSH dan FT4 turun
Periksa TSH berkala Dosis suplementasi tiroksin pada anak lebih tinggi:
• Usia 4-15 thn: 4 mcg/kg/hari (maks: 200 mcg)
• Usia 1-3 thn: 10-15 mcg/kg/hari (maks: 200 mcg)
Monitor TSH tiap bulan dan dosis tiroksin dinaikkan
25 mcg sampai TSH normal (TSH <5 mIU/L)
Hentikan OAT yang menyebabkan jika gangguan
fungsi tiroid berat
BAHASAN
Pemantauan klinis TPT
Mulai TPT
Total dosis: 180
80% dosis
80% dari total dosis: 144
Selesai TPT Tambahan 33% waktu
33% dari total dosis: 60
Tabel 2.2 Tatalaksana TPT dosis terlewat (Lanjutan)
Keterangan:
*) Belum disediakan oleh Program TB Nasional
BAHASAN
Pemantauan klinis TPT