You are on page 1of 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesadaran Diri (Self Awareness)


Dalam bahasa inggris “self” berarti diri. Self disini berisi pola pengamatan dan
penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah Self
di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap
dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan
penyesuaian diri.

Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-


gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi,
didalam menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama
bagi sekelompok proses.

Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau


mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-peristiwa lingkungan
atau kejadian-kejadian internal. Secara istilah kesadaran mencakup pengertian persepsi,
pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam
pengertian ini Awareness (kesadaran) sama artinya dengan mawas diri. Namun seperti
apa yang kita lihat, kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-
samar disadari oleh individu hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada
tingkatan mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.

Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas diri adalah sebagai cara latihan
Milah Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri dengan rasa orang lain untuk meningkatkan
kemampuan menghayati rasa orang lain sebagai manifestasi tercapainya pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian yang sehat dan sejahtera. Hasil penelitian Yosshimich
mendapati bahwa pemahaman diri melalui tahapan mawas diri mampu menunjukkan
bahwa pada diri seseorang ada elemen kunci yang sangat menentukan bahagia tidaknya
seseorang. elemen ini adalah elemen yang selalu stabil, tenang, serta damai, dan elemen-
elemen yang berubah- ubah, senantiasa berubah serta selalu berusaha menuruti
keinginannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat, drajat, dan kramat.

Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan kedalam atau
wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, pemahaman diri sendiri. Self
Awareness pada umumnya dimaknai sebagai kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri
dalam pengertian yang mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima
penilaian dari kebenaran sifat individu.

Dalam memahami Self Awareness, individu memiliki kemampuan dalam diri


sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualsasi diri.

Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :

1) Kesadaran diri publik

Orang yang memiliki kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar


dirinya. Artinya, tindakan-tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui
orang lain. Orang dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk
melakukan penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika
berbeda dengan orang lain.

2) Kesadaran diri pribadi

Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan kesadaran


diri publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka tidak peduli
norma sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan orang lain. Bahkan tidak
jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka yang mengikuti berbagai kegiatan
yang tidak lazim dan anch termasuk orang-orang yang memiliki kesadaran diri
pribadi yang tinggi.

Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian kunci
keberhasilan hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan, ada 3 hal
yang harus di kenali dan di sadari sepenuhnya.

 Pertama nilai dan tujuan yang di


 Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri
 Ketiga, hubungan antara perasaan, pemikiran dan tingkah laku

Self-awareness mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk


meningkatkan prestasi kita. Baik prestasi individu, kelompok bahkan bangsa. Tentu
kita tidak harus selalu melihat ke dalam diri. Tapi mesti pula melihat faktor ekternal.
Untuk itu self-awareness ini harus di lengkapi dengan environmental-awareness,
kesadaran untuk melihat kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu kawan maupun
lawan. Dengan demikian kita mampu membedakan dan menyadari nya.
B. Eksplorasi Perasaan

Komunikasi therapeutic adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien


yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah
mempengaruhi orang lain. Kalthner dkk (1995) bahwa komunikasi therapeutic terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional
dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.didalam
komunikasi therapeutic ini harus ada unsur kepercayaan.

Komunikasi therapeutic merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi


antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung baik verbal dan non verbal (Mulyana, 2000 )hubungan
perawat-klien yang therapeutic adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
perbaikan emosi bagi klien.dalam hal ini, perawat memakai dirinya secara therapeutic
dan memakai tehnik komunikasi agar prilaku klien berubah kea rah yang positif
seoptimal mungkin.

Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspek-aspek yang
dimiliki dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara therapeutic kepada
klien. Salah satu aspek analisa kesadaran diri perawat dalam komunikasi therapeutic
adalah eksplorasi perasaan.

Eksplorasi adalah tehnik untuk menggali perasaan pikiran dan pengalaman klien.
Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan tehnik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.

Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suriyani, 2005) tehnik ini bermanfaat
pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami
klien terdapat 3 jenis tehnik eksplorasi yaitu :

1) Eksplorasi perasaan, yaitu tehnik untuk menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh: “Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan...”
2) Eksplorasi pikiran, yaitu tehnik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh: “saya yakin anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide anda tentang sekolah
sambil bekerja”
3) Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau tehnik untuk menggali pengalaman-
pengalaman klien. Contoh: " saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui,
namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan
pengaruhnya terhadap pendidikan anda”
Agar perawat dapat berperan efektif dan therapeutic, ia harus menganalisa dirinya
melalui eksplorasi perasaan. Seluruh prilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal
dan non verbal) hendaknya bertujuan therapeutic untuk klien.dengan mengenal dan
menerima diri sendiri, perawat akan mampu mengenal dan menerima keunikan
klien.analisa hubungan antara perawat dan klien perlu dilakukan untuk evaluasi
perkembangan huibungan dan menentukan tehnik dan keterampilan yang tepat dalam
setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini dan saat ini (here and
now).

Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang


muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain, dimana eksplorasi perasaan
membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap yang
sangat berpengaruh ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit
dan sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif,
kesalahan. mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu dimana mutu hubungan
therapeutic perawat sangat terbuka, sadar dan kontrol diri, akal, perasaan dimana dapat
membantu pasien.

Sebagai perawat, kita perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan kita dan
mengontrolnya agar kita dapat menggunakan diri kita secara therapeutic. Jika perawat
terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi penting, yaitu
bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien sehingga
pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol
penampilannya.bagaimana perasaan perawat terhadap proses interaksi berpengaruh
terhadap respon dan penampilannya yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
perasaan klien (Stuart, GW, 1998).

Seorang perawat yang merasa cemas pada saat interaksi akan tampak pada
ekspresi wajah dan prilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat klien merasa tidak
nyaman dan karena adanya untuk pemindahan perasaan (transfer feeling ) mungkin klien
juga akan menjadi cemas dan hal ini akan mempengaruhi interaksi secara keseluruhan.
Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu pasien perasaan
merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain,membantu
orang lain.perawat akan menggunakan perasaan-perasaanya, kurang memperhatikan
kebutuhan pasien, tidak menepati janji sehingga pasien mengalami kemunduran, distress
sehingga pasien tidak mau menemui, marah karena pasien banyak permintaan atau
manipulasi dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat. Perawat harus
terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat mengerti akan pasien serta
bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah petunjuk tentang
kemungkinan nilai dari masalah pasien.
C. Kemampuan Menjadi Model

Kebiasaan yang kurang baik tentang kesehatan akan mempengaruhi keberhasilan


dalam hubungan antara perawat dan klien. Perawat tidak bisa memisahkan atau memberi
batasan yang jelas antara peran sebagai perawat dengan kehidupan pribadinya
(professional) karena perawat sebagai instrumen dalam menjalankan hubungan yang
terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaan fokus terhadap pasien dan
mengesampingkan kehidupan pribadinya, maka ia akan mendapat dua informasi penting
yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien
sehingga perawat mampu bekerja profesional.

Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat


terhadap apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung jawab profesi. Perawat
yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distress atau pengingkaran
(Stuart,G.W., 1998) perawat senantiasa memperlihatkan perkembangan serta adaptasi
yang schat. Perawat harus bertanggung jawab terhadap perilakunya, sadar akan
kelemahan, dan kekurangannya. Perawat harus mampu memisahkan hubungan
professional dan kehidupan pribadi.

Kemampuan menjadi model :

 Masalah pribadi dapat di selesaikan secara konstruktif


 Ide dan fikiran yang baik jika perawat terlepas dari masalah
 Perawat harus sadar akan kelemahan dan kekurangan

D. Panggilan Jiwa (Altruisme)

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, ingin menolong


ikhlas tanpa pamrih. Akan tetapi perlu di perhatikan bahwa perawat merupakan profesi,
karena itu perawat perlu mendapat penghargaan atau imbalan yang sesuai. Keseimbanga
antara altruisme dengan reward akan memengaruhi bagaimana perawat menolong
pasiennya. Ciri-ciri Altruisme :

Menurut Fuad Nashori mengutip Cohen yaitu ada tiga ciri altruisme, yaitu :

1) Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain.
2) Keinginan memberi
Keinginan untuk memberi adalah maksud hati untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
3) Sukarela
Sukarrela adalah apa yang diberikan itu semata-mata untuk orang lain, tidak ada
kemungkinan untuk memperoleh imbalan.
E. Etika Dan Tanggung Jawab

Istilah etik mempunyai beberapa arti yang dapat mengacu kepada: pembelajaran
moral, praktik atau kepercayaan grup tertentu (etik perawat, etik kedokteran), atau
standar

You might also like