You are on page 1of 5

Nama Afifah Safira

NPM 110110170283
Mata Kuliah Hukum Perdata Internasional ( E )

Status Personal Hukum Perdata Internasional

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Perdata Internasional

a. Definisi Status Personal


Status personal adalah kedudukan hukum seseorang atau badan hukum yang
umumnya ditentukan oleh hukum dari negara di mana ia dianggap terikat secara
permanen.1 Status personal ini meliputi hak dan kewajiban, kemampuan dan
ketidakmampuan dalam bertindak dalam bidang hukum, yang unsur-unsurnya
tersebut tidak dapat berubah berdasarkan keinginan pemilik dari status personal
tersebut.

Mengenai persoalan hukum manakah yang harus digunakan untuk menentukan


status personal seseorang maupun badan hukum merupakan salah satu persoalan
fundamental dalam materi Hukum Perdata Internasional.

b. Asas-Asas Status Personal Bagi Individu


Secara garis besar, terdapat 2 (dua) asas dalam menentukan status personal suatu
individu, yaitu:
1) Asas Nasionalitas atau Kewarganegaraan
Asas ini mengatur status personal seseorang ditetapkan berdasarkan hukum
kewarganegaraan (lex patriae) individu tersebut.

Asas Kewarganegaraan dibagi kembali menjadi dua untuk menentukan


kewarganegaraan suatu individu, yaitu :
1. Ius Soli (Berdasarkan Tempat Kelahiran)
Kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya. Negara yang menganut asas ius soli ini salah satunya
adalah Amerika Serikat.

1
Ridwan Khairandy, Hukum Perdata Internasional, Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 2007, hlm. 29
2. Ius Sanguinis (Asas Keturunan)
Kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan atau
warga negara orang tuanya tersebut. Negara yang menganut asas ius
sanguinis ini salah satunya adalah Indonesia. Dalam hal ini diatur
dalam Pasal 16 Aglemeine Van Betalingen (AB)

Contohnya, Rana lahir di San Fransisco, Amerika Serikat dari kedua


orang tuanya yang mempunyai kewarganegaraan Indonesia, maka
Rana bisa menjadi Warga Negara Amerika Serikat dan Warga
Negara Indonesia. Dalam hal ini, ketika Rana menginjak umur 18
tahun, maka Rana harus memilih kewarganegaraannya tersebut. Jika
tidak, maka akan menimbulkan lebh dari satu kewarganegaraan atau
biasa disebut dengan bipatride.

2) Asas Teriotorialitas atau Domisili


Asas teritorialitas ini pada umumnya digunakan dalam sistem hukum
common law, yang memiliki arti sebagai tempat hidup seseorang secara
permanen.

Berdasarkan asas ini, status personal suatu individu ditentukan berdasarkan


hukum domisili atau tempat kediaman permanen individu tersebut. Asas
domisili ini dibagi kembali menjadi tiga untuk menentukan status personal
seseorang, yaitu :
1. Domicilie of Origin, yaitu tempat kediaman permanen seseorang
karena tempat kelahirannya tersebut. Bagi anak yang sah, domicilie
of origin-nya adalah negara dimana ayahnya bersomisili pada saat
anak tersebut dilahirkan. Sedangkan bagi anak yang tidak sah,
domicilie of originnya berdasarkan tempat dimana ibunya
berdomisili pada saat anak tersebut dilahirkan.
2. Domicilie of Dependece, yaitu tempat kediaman permanen seseorang
karena kebergantungannya pada orang lain. Contohnya, anak-anak
dibawah umur akan mengikuti domisili orang tuanya dan istri akan
mengikuti domisili dari suaminya.
3. Domiilie of Choice, yaitu tempat kediaman permanen seseorang
yang dipilih orang tersebut berdasarkan kemauannya. Untuk
memperoleh domicilie of choice, berdasarkan sistem hukum Inggris
(common law) harus memenuhi persyaratan berikut :
- Memiliki kemampuan (capacity)
- Memiliki tempat kediaman (residence)
- Memiliki keinginan (intention)

c. Asas-Asas Status Personal Bagi Badan Hukum


Dalam hal ini badan hukum yang mejadi cakupan dari status personal ini berbentuk
Perseroan, CV, Firma, dan Yayasan. Secara garis besar, terdapat 4 (empat) asas
dalam menentukan status personal bagi badan hukum, yaitu
1) Asas Kewarganegaraan
Status personal badan hukum ditentukan berdasarkan domisili dari mayoritas
pemegang saham dari badan hukum tersebut. Contohnya, pemegang saham
dari PT Bumi Resources 60% berdomisili di Indonesia, 20% berdomisili di
Singapura, 10% berdomisili di Inggris dan 10% lainnya berdomisili di
Jepang. Dalam hal ini, status personal PT Bumi Resources tersebut
berdasarkan hukum Indonesia.

Namun, asas kewarganegaraan ini sudah sangat jarang dipakai karena


dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.

2) Asas Center of Administration or Business


Status personal dari suatu badan hukum berdasarkan dari tempat atau pusat
kegiatan dari badan hukum tersebut
Maka dapat disimpulkan dari PT. Bank KEB Hana Indonesia, yang memiliki
banyak cabang dibeberapa negara, namun pusat kegiatannya berada di
Seoul, Korea Selatan. Maka status personal dari PT Bank KEB Hana
Indonesia adalah berdasarkan hukum Korea Selatan.

3) Asas Place of Incorporation


Status personal dari suatu badan hukum berdasarkan tempat berdirinya
badan hukum tersebut. Asas place of incorporation ini dianut oleh negara
Indonesia. PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa yaitu sebagai pelaku bisnis dari
Gojek didirikan di Indonesia pada tahun 2010. Hingga saat ini, Gojek telah
beroperasi dan mendirikan beberapa cabang perusahaan di berbagai negara,
seperti di Singapore, Thailand, Filipina dan Vietnam. Maka dapat
disimpulkan cabang perusahaan Gojek tersebut tetap memiliki status
personal berdasarkan hukum Indonesia.

4) Asas Center of Exploitation


Status personal dari suatu badan hukum berdasarkan tempat kegiatan atau
operasional dari badan hukum tersebut.
d. Teori Penentuan Status Personal Badan Hukum
1) Teori Inkorporasi
Teori ini berprinsip bahwa badan hukum tunduk pada hukum dimana badan
hukum tersebut didirikan

2) Teori Manajemen Efektif


Teori ini dalam penentuan status personal badan hukumnya berdasarkan
tempat manajemen yang paling efektif dari badan hukum tersebut

3) Teori Statutair
Teori ini dalam penentuan status personal badan hukumnya berdasarkan
hukum dimana menurut statuta badan hukum tersebut

4) Teori Kontrol
Teori ini dalam penentuan status personal badan hukumnya berdasarkan
hukum negara mana yang melakukan control terhadap badan hukum
tersebut.

e. Kasus Status Personal


Permohonan Pendaftaran Kewarganegaraan Anak Karena Perkawinan Beda
Kewarganegraaan Orang Tua (Status Personal Individu)

Pada 2 Januari lalu 2007 Yunita Eravianti, mengajukan permohonan pendaftaran


kewarganegaraan anak berdasarkan Pasal 41 Undang- Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Permohonan tersebut diajukan
karena perkawinan Yunita dengan suaminya yang merupakan Warga Negara
Thailand, sedangkan Yunita merupakan Warga Negara Indonesia. Bahwa
berdasarkan permohonan tersebut kepada Kantor Wilayah Kemnterian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Kepulauan Bangka Belitung meneruskan permohonan kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Jakarta. Bahwa setelah dilakukan
pemeriksaan dan penelitian berkas permohonan pendaftaran untuk memperoleh
kewarganegaraan Indonesia (berdasarkan akta kelahiran anak tersebut lahir di
Indonesia dan memiliki keturunan Warga Negara Indonesia) maka Risal Farisi
Toreyeh telah memenuhi seluruh persyaratan berdasarkan UU Kewarganegaraan,
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006
tentang tata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia
berdasarkan Pasal 41 UU Kewarganegaraan, sehingga dikabulkan dan disahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM RI.2

Kasus Status Personal Tembakau Bremen Indonesia

Pada tahun 1958, Pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan-perusahaan


Belanda dan salah satunya adalah Perusahaan Bremen. Berkitan dengan
nasionalisasi ini, timbul gugatan perusahaan tembakau Belanda di Bremen
(Jerman), ketika tembakau dari perkebunan di Deli, Sumatera Utara akan dilelang
pada pasar tembakau di Bremen. Pemilik perusahaan yang dinasionalisasi tersebut
mengklaim tembakau tersebut sebagai miliknya. Bremen Court dalam putusannya
menyatakan nasionalisasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah hak negara
Indonesia yang berdaulat. Maka dalam kasus ini, asas yang digunakan dalam
penentuan status personal Perusahaan Tembakau Bremen Indonesia adalah Asas
Center of Exploitation.

2
Derita Prapti Rahayu, Hukum Perdata Internasional Indonesia Bidang Hukum Keluarga (Family Law) dalam
Menjawab Kebutuhan Global, Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 1999

You might also like