You are on page 1of 15

PENERAPAN PASAL 385 AYAT 4 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

ACARA PIDANA PADA PUTUSAN NOMOR 346 Pid.B/2011/Pn.Pbr


DILIHAT DARI KONSEP KEPEMILIKAN TANAH
MENURUT HUKUM ADAT

Oleh : Margain
Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH, M.Hum
Pembimbing II : Rahmad Hendra, SH, M.Kn
Alamat : JL. Hangtuah Ujung Nomor 130
Email : margain_lr@yahoo.com - Telepon : 081275019108

ABSTRACT

Prior to the enactment of the law the land sector in Indonesia, the
applicable rules of customary law, as is also recognized in Article 5 of Law No. 5
of 1960 on the Basic Regulation of Agrarian. On that basis, the status of land
ownership in Indonesia is not necessarily seen by the formal proof in the form of a
letter or deed their land as intended by the Act Agrarian land ownership on the
basis of customary law is still recognized. This dualism resulting in disputes about
the status of land ownership in practice.
As for the purpose of writing this paper is to investigate the application of
criminal law article 385 paragraph 4 of the rules of evidence as stipulated in the
law on criminal procedure and to determine the legal considerations of the judges
in the decision on the criminal case No. 346 / Pid.B / 2011 / PN.PBR seen from the
concept of land ownership under customary law.
This type of research is a normative legal research in the form of studies
document / case, because the research conducted by Docket No. 346 / Pid.B / 2011
/ PN.PBR, in conclusion, the author uses the inductive method is by way of
drawing conclusions from things Special character (from the data obtained from
the study) the provisions of general law.
In application of Article 385 paragraph 4 of scams there are elements
which would conflict with land ownership customary law because the legal
concept of land in Indonesia that adheres stelsel negative berunsurkan positive
segingga the right base of the country does not ensure the full ownership of the
land, meaning there's still other evidence such as physical evidence and other
evidence and can be used as guidelines for judges in sentencing for this article
related to land ownership. The judges' verdict likely to be taken in terms of
formality so that it will ignore the sense of justice in the society where judges
regarded as most people know the law

Keywords: Application - Fraud - Land Owners - Indigenous

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 1


A. Latar Belakang lahir dalam sejarah, dan
berkembang, serta lenyap
Hukum mencampuri dalam sejarah Theo Huijbers,
urusan manusia sebelum manusia L. J. van Apelldoorn juga
lahir dan masih mencampurinya menyatakan, bahwa hukum
sesudah manusia meninggal. adalah hudup manusia itu
Hukum melindungi benih di sendiri.4
kandungan ibu dan masih 4. Menurut Ramli Zein hukum
menjaga jenazah orang yang itu memiliki unsur-unsur
telah meninggal dunia. Hukum sebagai berikut :
terdapat di seluruh dunia, di a. Hukum itu merupakan
mana terdapat pergaulan hidup peraturan tingkah laku
manusia. Hukum teridri dari manusia di dalam
peraturan-peraturan atau kaidah- pergaulan hidup ;
kaidah, yang memaksa dan b. Hukum itu di ciptakan,
mendapat sanksi apabila atau diterima dan
dilanggar sebagai penjamin hak ditetapkan oleh badan /
manusia antara satu dengan lembaga resmi dalam
lainnya Hukum dan adat, sebagai masyarakat ;
peraturan tingkah laku, dapat c. Hukum itu bersifat
dibedakan dari kesusilaan, juga mengatur, dan/atau
dalam cara “bagaimana orang memaksa ;
menjamin agar dapat diikuti”.1 d. Hukum itu memuat
Hukum yang dirumuskan sanksi yang jelas bagi
oleh para ahli yang mempunyai pelanggarnya ;
nama besar antara lain: e. Sanksi itu dipikulkan
1. Immanuel Kant sendiri oleh kekuasaan resmi
merumuskan defenisi hukum dalam masyarakat.5
adalah keseluruhan kondisi,
dengan nama kehendak bebas Sebelum berlakunya
( yang sewenang wenang ) undang- undang bidang
dari individu dapat pertanahan di Indonesia, aturan
digabungkan dengan yang berlaku adalah hukum adat
kehendak bebas individu sebagaimana juga diakui
lainnya dalam lingkup suatu keberadaannya di dalam Pasal 5
hukum kebebasan.2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2. Frederich Carl von Savigny, 1960 tentang Peraturan Dasar
menyatakan bahwa hukum Pokok-pokok Agraria yang
merupakan kehidupan berbunyi :
3
manusia itu sendiri. Hukum agraria yang
3. Hukum adalah sesuatu yang berlaku atas bumi, air dan
bersifat supra individual, ruang angkasa ialah hukum
suatu gejala masyarakat yang adat, sepanjang tidak
1
bertentangan dengan
L.J.van Apeldoorn, Pengamtar Ilmu kepentingan nasional dan
Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta: 2000,
hlm. 27.
Negara, yang berdasarkan
2
Ramli Zein, Pengantar Ilmu Hukum,
4
UIR Press. Pekanbaru: 2002, hlm. 8. Ibid
3 5
Ibid, hlm. 27. Ibid, hlm. 12.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 2


atas persatuan bangsa, Dalam hal salah satu pihak
dengan sosialisme memiliki alas hak yang lebih
Indonesia serta dengan kuat seperti sertifikat, maka
peraturan-peraturan yang pihak lain yang memiliki alas
tercantum dalam undang- hak yang bukan sertifikat
undang ini dan dengan cenderung akan dikalahkan di
peraturan perundangan pengadilan. Salah satu kasus
lainnya, segala sesuatu semacam ini adalah kasus
dengan mengindahkan sebagaimana dalam perkara
unsusr-unsur yang pidana Nomor :
bersandar pada hukum 10/Akta.Pid/2012/PN.PBR
agama.6 dimana pengadilan
memenangkan pihak yang
Atas dasar hal tersebut, bersetifikat dan menjatuhkan
maka status kepemilikan tanah di vonis bersalah kepada Terdakwa
Indonesia tidak serta merta EFFOST T GULO berupa 4
dilihat berdasarkan bukti formal bulan penjara dengan dakwaan
berupa adanya surat atau akta Pasal 385 ayat 4 yaitu
tanah sebagaimana dimaksudkan “berangsiapa dengan maksud
oleh Undang-Undang Pokok- sama, menggadaikan atau
pokok Agraria. Meskipun menyewakan sebidang tanah
Undang-Undang Pokok-pokok dengan hak milik, sedang ia tahu,
Agraria memerintahkan adanya bahwa orang lain yang berhak
pendaftaran tanah dan atau turut berhak atas tanah
dikeluarkan akta tanah berupa itu;”7.
sertifikat hak milik, hak pakai, Menurut keterangan dan
hak guna bangunan, kepemilikan keyakinan Terdakwa EFFOST T
tanah atas dasar hukum adat GULO, ianya tidak mengetahui
masih tetap diakui. bahwa di atas tanah yang telah ia
Adanya dualisme ini kuasai selama lebih kurang 30
menimbulkan sengketa tentang tahun ada orang lain yang
status kepemilikan tanah di memiliki hak atas tanah tersebut.
dalam praktik. Suatu objek tanah Kepemilikan tanah berdasarkan
yang diakui negara dalam bentuk hukum adat diatur dalam
akta tanah tidak jarang tumpang peraturan pemerintah menurut
tindih dengan status kepemilikan pasal 22 ayat 1 Undang-Undang
berdasarkan hukum adat dan Pokok Agraria, cara memperoleh
kebiasaan masyarakat. Banyak hak milik menurut hukum adat
sengketa yang berujung pada adalah dengan membuka lahan
perkara di pengadilan khususnya dan menguasainya dianggap
perkara pidana. Warga sebagai pemilik tanah tersebut.
masyarakat yang mengklaim Pembukaan tanah oleh orang-
suatu objek tanah berhadapan seorang. seorang warga yang
dengan pihak lain yang juga hendak membuka sebidang
memiliki alas hak atas tanah tanah, mulanya mencari tanah
tersebut. yang baik di hutan. Sering ini di
lakukan dengan penujuman,
6 7
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 R.Sugandhi, Kitab Undang-undang
Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Hukum Pidana Dan Penjelasannya, Usaha
Agraria Nasional, Surabaya: 1981, hlm. 406.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 3


dilakukan oleh warga bersama- sebagaimana diatur dalam
sama dan ini dilakukan di bawah Undang-Undang Pokok Agraria
pimpinan kepala desa dan pada beserta peraturan pelaksanaanya
peristiwa demikian tampaklah sampai pada tingkat tertinggi
dengan jelas unsur-unsur dan menyangkut pengaturan menurut
perbuatan-perbuatan agama. 8 hukum adat sebagai hukum dasar
Majelis hakim dalam bangsa Indonesia. Kepemilikan
perkara ini telah tanah menurut hukum adat dan
mengesampingkan ketentuan juga sebagaimana diadobsi di
hukum adat tersebut. Majelis dalam hukum positif, tanah
hakim berpandangan legalistik dimiliki dengan dua cara,
dimana pemilik sertifikat adalah pertama dengan cara membuka
pemilik yang sah atas tanah hutan dan mengerjakan secara
tersebut dan menganggap terus menerus, dan kedua dengan
tindakan EFFOST T GULO yang cara transaksi-transaksi tanah
menyewakan tanah tersebut seperti jual beli dan lain-lain.
kepada pihak lain yaitu Hj
Rosmanizar adalah perbuatan B. Rumusan Masalah
yang salah dan memenuhi unsur
tindak pidana Pasal 385 ayat 4. 1. Bagaimana penerapan hukum
Berdasarkan keadaannya di pidana pasal 385 ayat 4
lapangan, tanah tersebut dimiliki terhadap hukum pembuktian
dan dikerjakan oleh Terdakwa sebagaimana diatur dalam
sejak tahun 1979. Namun di atas hukum acara pidana ?
objek tanah yang sama pada 2. Bagaimana pertimbangan
tahun 2002 telah diterbitkan hukum dari majelis hakim
sertifikat atas nama Agianto dan dalam putusan perkara pidana
baru diketahui pelapor Agianto Nomor
pada tanggal 12 April 2009 yang 346/Pid.B/2011/PN.PBR
mana tanah tersebut telah dilihat dari konsep
disewakan kepada pihak lain kepemilikan tanah menurut
yaitu Hj Rosmanizar. Merasa hukum adat ?
dirugikan oleh tindakan EFFOST
T GULO, Agianto kemudian C. Pembahasan
melaporkan kepada pihak
kepolisian dengan tuduhan Pasal 1. Penerapan Hukum Pidana
385 Ayat 4 KUHP. Pasal 385 Ayat 4 Terhadap
Tindak pidana yang diatur Hukum Pembuktian
Pasal 385 ayat 4 KUHP tersebut Sebagaimana Diatur dalam
adalah tindak pidana stellionat Hukum Acara Pidana
atau tindak pidana yang
Pasal 385 KUHP
berhubungan dengan barang-
merupakan pasal yang berkaitan
barang tidak bergerak seperti
dengan tanah, yang terdapat pada
tanah, maka seharusnya
buku ke II, bab XXV tentang
pembuktian berhubungan dengan
kejahatan penipuan. Tanah
bagaimana kepemilikan tanah
dilihat dari segi hukum tidak
8
akan lepas dari hukum privat
Van Dijk, Pengantar Hukum Adat atau hukum perdata yang
Indonesia, (Terjemahan MR. A.
SOEHARDI), Penerbit CV Mandar Maju, dijelaskan termasuk dalam
Bandung: 2006, hlm. 78. penggolongan benda yakni pada

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 4


pasal 504 sebagai berikut: “tiap- isinya di satu pihak sebagai hak
tiap benda adalah bergerak atau sedangkan di pihak lain
tak bergerak, satu sama lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa
menurut ketentuan-ketentuan kewajiban, sebaliknya tiada
dalam bagian berikut.” 9 Tanah kewajiban tanpa hak. Hak dan
termasuk dalam penggolongan kewajiban menjadi lebih tegas
benda tidak bergerak yang dapat berlaku pada saat hukum
diberikan hak di atasnya. dilibatkan dalam kasus konkret.
Berdasarkan teori kemauan Hak dan kewajiban, bukanlah
(will theory), hak mengutamakan kumpulan peraturan atau kaidah,
kemauan pemilik hak dari melainkan perimbangan
berbagai keinginnan yang kekuasaan dalam bentuk hak
berbeda dengan pihak lain. individual di satu pihak
Adapun teori kepentingan tercermin pada kewajiban pihak
(interest theory) lebih lain. Dengan kata lain, hak dan
menekankan bahwa hak berperan kewajiban merupakan
untuk melindungi atau kewenagan yang diberikan
mengembangkan kepentingan kepada seseorang oleh hukum.12
pemilik hak. Kedua teori besar Kepemilikan hak atas
ini lahir sebagai produk tanah dapat diperolesh dengan
pemikiran sejarah peradaban cara jual beli, hibah, tukar
manusia. Tentunya, keduanya menukar, pemisahan dan
mencerminkan perlakuan yang pembagian biasa, pemisahan dan
berbeda sebagai wujud pembagian harta warisan,
menifestasi interaksi antara penyerahan hibah wasiat,
manusia yang satu dan manusia hipotik, credit verband. Namun
lainnya.10 dalam kehidupan bermasyarakat
Menurut Satjipto Rahardjo, selain hukum yang bersifat
suatu kepentingan merupakan nasional juga ada hukum yang
sasaran dari hak, bukan hanya tumbuh dan berkembang dalam
karena dia dilindungi oleh suatu masyarakat, yang mana
hukum, tetapi karena adanya hukum itu lahir dari kebiasaan-
pengakuan. Pengakuan ini kebiasaan atau sikap dan tingkah
penting dilihat sebagai ratio laku dari masyarakat itu sendiri
logis munculnya sikap bersama yang sering disebut juga dengan
bahwa suatu hak yang melekat adat. Adat atau kebisaan inilah
pada pemiliknya dipahami dan yang nantinya akan berkembang
disadari dapat menghasilkan menjadi suatu ketentuan yang
keteraturan-keteraturan.11 disebut dengan hukum adat.
Dalam hubungan dengan Dalam Pasal 18B ayat 2 Undang-
hak dan kewajiban, Sudikno Undang Dasar 1945, mengatakan
Mertokusumo menyatakan bahwa “Negara mengakui dan
bahwa setiap hubungan hukum menghormati kesatuan-kesatuan
yang diciptakan oleh hukum masyarakat beserta hak-hak
selalu mempunyai dua segi yang tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan masih sesuai dengan
9
R. Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab perkembangaan masyarakat dan
Undang-Undang Hukum Perdata, PT Pradnya
Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 491.
10 12
Ruslan Renggong, Op.cit, hlm. 20. Ibid, hlm. 22.
11
Ibid

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 5


prinsip Negara Kesatuan cukup panjang dan kemungkinan
Republik Indonesia, yang diatur memenangkannya sebesar 50%,
dalam Undang-Undang”. 13 Pada karena akan banyak fakta hukum
dasarnya untuk memperoleh yang akan ditemukan dan
kepemilikan tanah, masyarakat masing-masing pihak memiliki
harus menemukan dan kesempatan untuk memenagkan
mengerjakan sendiri tanah yang perkara. Tidak jarang ada kasus
diinginkan dengan cara tentang sepetak tanah yang
menebang hutan, seperti yang mempunyai dua atau lebih alas
dilakukan oleh masyarakat adat hak di dalamnya, yang
lainnya dalam memperoleh disebabkan pertanahan negara
hunian. kita menganut stelsel negatif
Secara etimologis istilah berunsurkan positif, yang mana
hukum adat terdiri dari dua kata, negara tidak menjamin
yaitu hukum dan adat. Hukum sepenuhnya kepemilikan hak atas
adalah himpunan peraturan- tanah yang mengakibatkan
peraturan yang hidup yang terjadinya dualisme kepemilikan
bersifat memaksa, berisikan tanah.
suatu perintah, larangan atau izin Stelsel negatif ini memang
untuk berbuat atau tidak berduat memiliki kekurangan dan
sesuatu serta dengan maksud kelebihan, di antara kekurangan
untuk mengatur tata tertib dalam tersebut adalah dualisme
14
kehidupan masyarakat. kepemilikan tanah yang mana
Sedangkan adat merupakan dalam hal ini lembaga
cerminan dari kepribadian suatu pertanahan (di Indonesia ialah
bangsa, merupakan salah satu BPN) tidak dapat digugat atas
penjelmaan dari pada jiwa hal tersebut. Kelebihan stelsel
bangsa yang bersangkutan dari negatif ini adalah adanya
abad ke abad. 15 Hukum adat pengakuan negara terhadap tanah
adalah hukum yang tidak tertulis adat, melihat Negara Kesatuan
di dalam peraturan legislatif Republik Indonesia memiliki
meliputi peraturan yang hidup berbagai macam adat yang
meskipun tidak ditetapkan oleh tersebar di seluruh tanah airnya.
peraturan-peraturan tersebut, Berbeda dengan stelsel positif
mempunyai kekuatan hukum.16 yang kepemilikan tanahnya
Berbicara sengketa tanah dijamin secara keseluruhan oleh
maka hukum kita telah negara, dan jikalau ada sengketa
merumuskannya ke dalam yang terjadi maka instansi
hukum keperdatan. Penyelesaian pemerintahan yang mengurus
sengketa tanah melalui jalur pertanahan dapat digugat dan
keperdatan ini memakan waktu dimintai membayar kerugian.
Akan tetapi stelsel positif tidak
13
Pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar mengakui kepemilikan tanah
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. berdasarkan hukum adat, hal ini
14
Said Sampara, et. al., Buku Ajar Pengantar yang menyebabkan stelsel positif
Ilmu Hukum, Total Media, Yogyakarta: 2009,
tidak dapat diterapkan di
hlm.38.
15
Soerojo Wignjodipoero, Op.cit, hlm. Indonesia yang terdiri dari
235. beranekaragam adat istiadat.
16
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Dalam Undang-undang
Adat, PT. Paradya Paramita, Jakarta: 1967, Nomor 5 Tahun 1960 tentang
hlm. 8-9.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 6


Peraturan Dasar Pokok-pokok semakin cepat, sebaliknya
Agraria, pada pasal 19 apabila diikuti sesuai prosedur
mengharuskan bagi warga negara akan memakan waktu yang
mendaftarkan tanahnya. Tidak sangat lama. Fenomena ini juga
demikian dengan tanah yang acapkali mengakibatkan
diperoleh menurut hukum adat, terjadinya praktek penyuapan
karena hukum adat tidak dan menimbilkan dualisme
mengenal surat tanah. UUPA kepemilikan tanah di Indonesia.
dalam asas-asasnya juga Pekanbaru dewasa ini
mengakui kepemilikan tanah mengalami perkembangan yang
menurut hukum adat yang sangat pesat, julukan kota seribu
terdapat pada Pasal 5 yang ruko sudah ada di Pekanbaru.
berbunyi : Setiap tahunnya pembangunnan-
Hukum agraria yang pembangunnan gencar
berlaku atas bumi, air dan dilakukan, yang mana kebutuhan
ruang angkasa ialah hukum akan tanah akan semakin
adat, sepanjang tidak meningkat. Sebelum masyarakat
bertentangan dengan mengenal Riau telah lebih dulu
kepentingan nasional dan dikenal dengan Sumatra Tengah,
Negara, yang berdasarkan yang terdiri dari Sumatra Barat,
atas persatuan bangsa, Riau, dan Jambi. Pada masa awal
dengan sosialisme pembentukan provinsi Riau,
Indonesia serta dengan Ibukotanya bukanlah Pekanbaru
peraturan-peraturan yang melainkan Tanjung pinang untuk
tercantum dalam undang- sementara waktu. Kemudian
undang ini dan dengan Presiden melalui mentri dalam
peraturan perundangan negeri secara bersungguh-
lainnya, segala sesuatu sungguh menetapkan Pekanbaru
dengan mengindahkan sebagai Ibukota provinsi Riau.
unsusr-unsur yang Pekanbaru merupakan
bersandar pada hukum daerah yang penduduknya sudah
agama.17 heterogen, terdiri dari berbagai
macam suku dan adat di
Terdapat kesulitan dalam dalamnya karena penduduk
pendaftaran tanah di Indonesia Pekanbaru sebagian besar
terkait kelemahan UUPA merupakan pendatang dari
tersebut, dan dijadikan alasan daerah lain, dari kabupaten-
bagi oknum-oknum tidak kabupaten di provinsi Riau
bertanggung jawab untuk sampai dengan pendatang dari
mendapat keuntungan. Terdapat luar provinsi Riau. Provinsi Riau
kepentingan pribadi oknum- yang kaya akan hasil bumi dan
oknum pertanahan tersebut yang masih banyak ruang yang dapat
mengakibatkan lemahnya dijadikan hunian, menarik
kepastian pendaftaran tanah yang pendatang untuk hidup di bumi
terjadi akibat politik unag, bagi melayu ini dan mengakibatkan
yang membayar lebih mahal meningkatnya kebutuhan akan
maka pendaftaran tanah akan tanah atau tempat hunian seiring
dengan pergerakan pertumbuhan
di kota Pekanbaru.
17
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 7


Pada pasal 385 KUHP 2. Pasal 131 Indiche
mengatur kejahatan kepemilikan Staatsregeling
tanah, yang dimaksud Pasal 131 Indiche
kepemilikan tanah di sini adalah Staatsregeling berisi
yang berhak. Melihat hukum ketentuan bahwa bagi
tanah Indonesia maka tidak dapat Golongan Pribumi dan
langsung menyimpulkan siapa Golongan Timur Asing
yang paling berhak atas tanah berlaku „adatrechts‟ mereka
tersebut, karena adanya masing-masing yaitu bagi
dualisme kepemilikan tanah Golongan Pribumi berlaku
dalam hukum tanah Indonesia „hukum Adat‟ dan bagi
serta mudahnya pembuatan Golongan Timur Asing
sertifikat hak milik dengan uang lainnya adalah „Hukum
pelicin menyebabkan sulitnya Kebiasaan‟ mereka masing-
menentukan pemilik tanah yang masing.
paling berhak. Selain bukti surat, 3. Pasal 134 Indiche
juga diperlukan bukti fisik dan Staatsregeling
fakta-fakta di persidangan untuk Pasal 134 Indiche
mengetahui kepemilikan tanah. Staatsregeling ayat 2 “Dalam
Apabila hanya berpegangan pada hal, timbul perkara hukum
bukti surat saja maka akan perdata antara orang-orang
mengabaikan bukti fisik dari Muslim, dan Hukum Adat
tanah tersebut yang berarti mereka meminta penyelesaian
menyamping kepemilikan tanah perkara tersebut
menurut hukum adat dan akan diselenggarakan oleh Hakaim
bertentangan dengan hirarki Agama, kecuali jika
perundang-undangan, Undang- Ordonansi telah menetapkan
undang yang lebih tinggi lain”.
mengenyampingkan undang- 4. Undang-Undang Darurat
undang yang lebih rendah Nomor. 1 Tahun 1951
tingkatannya (Lex superior Mengatur tentang “Tindakan-
derogat legi inferiori). tindakan Sementara Untuk
Dasar hukum berlakunya Menyelenggarakan Kesatuan
hukum adat yaitu:18 Susunan Kekuasaan dan
1. Undang-Undang Dasar Acara Pengadilan-pengadilan
(UUD) 1945 Sipil”. Yang diundangkan
Undang-Undang Dasar dalam L.N NO. 9 tanggal 14
Negara Republik Indonesia Januari 1951. Pasal 1 ayat (2)
1945, Pasal II Aturan Undang-Undang Darurat NO.
Peralihan, dikatakan bahwa 1 Tahun 1951 L.N No.9
“Segala badan negara dan mengatakan bahwa pada saat
peraturan yang ada masih yang berangsur-angsur akan
berlaku, selama belum ditentukan oleh Mentri
diadakan yang baru menurut Kehakiman, dihapuskan:
Undang-Undang Dasar ini”. a. Segala Peradilan
Swapraja (Zelfbestuurs-
Rechtspraak) dalam
18
Dominikus Rato, Hukum Adat (Suatu Negara Sumatra Timur
Pengantar Singkat Memahami Hukum Adat di dahulu, Keresidenan
Indonesia), Laksbang Pressindo, Yogyakarta: Kalimantan Barat
2011, hlm. 111-112.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 8


dahulu, dan Negara pelaksanaan peradilan adat di
Indonesia Timur dahulu, muka Pengadilan Negara adalah
kecuali Pengadilan ketentuan pasal 75 RR lama yang
Agama, jika peradilan mengatakan:
itu menurut „Hukum Bahwa apabila Gubernur
Yang Hidup‟ Jenderal tidak
merupakan suatu bagian memperlakukan
tersendiri dari Peradilan perundang-undangan
Swapraja. Golongan Eropa bagi
b. Segala Pengadilan Adat Golongan Bumi Putera dan
(Inheeme Rechtspraak Golongan Bumi Putera
in Rechtsstreeks tidak menyatakan dengan
Bestuurd Gebied) sukarela untuk tunduk pada
kecuali Pengadilan hukum perdata Eropa maka
Agama jika peradilan untuk Golongan Bumi
itu menurut „Hukum Putera Hakim harus
Yang Hidup‟ memberlakukan hukum
merupakan suatu bagian (perdata) adat apabila
tersendiri dari Peradilan hukum adat itu tidak
Adat. bertentangan dengan dasar-
5. Dasar Hukum Adat setelah dasar keadilan yang umum
Undang-Undang Darurat No. dipakai. Tetapi jika aturan
1 Tahun 1951 hukum adat itu
a. Undang-Undang No 5 bertentangan dengan dasar-
Tahun 1960 Tentang dasar keadilan atau jika
Ketentuan-ketentuan terhadap perkara yang
Pokok Agraria atau bersangkutan tidak ada
UUPA yang aturan hukum adatnya
diundangkan dalam L.N maka Hakim harus
No. 108 tanggal 24 memakai dasar-dasar
September 1960; umum hukum perdata dan
b. Dasar Hukum Adat hukum dagang Eropa
setelah Undang-undang sebagai pedoman.
No. 5 Tahun 1967
Tentang Ketentuan Pasal 385 ayat 4 memiliki
Pokok Kehutanan; unsur-unsur yang dapat dipenuhi,
c. Undang-undang Pokok dalam merumuskan tindak
Kekuasaan Kehakiman pidana terdapat larangan
No 14 Tahun 1970; penggunaan analogi namun
d. Undang-undang No. 1 larangan tersebut bertujuan agar
Tahun 1974 Tentang tidak setiap peristiwa dijadikan
Perkawinan; peristiwa pidana, maka harus
e. Undang-undang No. 5 diperhatikan secara seksama
Tahun 1979 Tentang apakah unsur-unsur itu telah
Pemerintahan Desa. terpenuhi agar kepastian hukum
dapat dijalankan akan tetapi
kepastian hukum ini akan
mengenyampingkan keadilan
Dasar hukum perundang- apabila pasal 385 tersebut
undangan yang lama tentang diterapkan tanpa melihat

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 9


kepemilikan tanah berdasarkan Putusan Perkara Pidana
hukum adat dan akan melenceng Nomor
dari konsep penegakan hukum. 346/Pid.B/2011/PN.PBR
Pasal 385 KUHP mengatur Dilihat dari Konsep
tindak pidana tentang Kepemilikan Tanah
kepemilikan tanah, bukan berarti Menurut Hukum Adat
kepemilikan tanah menurut
hukum adat tidak diakui karena Pertimbangan hukum dari
Undang-Undang Dasar Negara majelis hakim lebih menitik
Kesatuan Republik Indonesia beratkan pada data yuridis yaitu
Tahun 1945 pun mengakuai Sertifikat Hak Milik Nomor
hukum adat serta Undang- 7413 atas nama Agianto /
Undang Nomor 48 Tahun 2009 pelapor dan Sertifikat Hak Milik
tentang Kekuasaan Kehakiman Nomor 7414 atas nama Tjumini,
dan Undang-Undang No 5 Tahun dan telah mengesampingkan data
1960 Tentang Ketentuan- fisik yaitu pengesahan bidang
ketentuan Pokok Agraria atau tanah yang dilakukan oleh
UUPA sebagai lex spacialis juga terdakwa atau terpidana secara
menjadi dasar berlakunya hukum terus-menerus sejak tahun 1979
adat yang berarti pasal 385 sebagai mana ditetapkan oleh
KUHP sebagai legi generalis saksi Bakrie alias Ajo pada
harus memperhatikan dan pengakuannya sebagai berikut ;
menyesuaikan dengan kaedah - Bahwa mulai tahun 1979,
hukum lainnya sebagaimana saksi telah disuruh oleh
ditentukan dalam asas hukum Terdakwa Effost T Gulo untuk
Lex superior derogat legi melakukan tebas tebang di atas
inferiori (Undang-undang yang tanah di Jalan Arifin Ahmad
lebih tinggi mengenyampingkan Pekanbaru ;
undang-undang yang lebih - Bahwa secara fisik tanah
rendah tingkatannya).19 itu dikuasai oleh Hj Rosmanizar
Hukum Acara Pidana selaku penyewa dari Effost T
negara Indonesia yang Gulo untuk usaha penjualan
mengandung unsur negatif yakni bunga ; (Saksi dari Penuntut
selain seluruh alat bukti di Umum)
persidangan hakim juga dapat Keterangan saksi tersebut
menggunakan keyakinannya dikuatkan lagi dengan
dalam memeriksa dan memberi keterangan saksi yang diajukan
corak dalam putusannya terdakwa yaitu saksi Khairil
sehingga akan melahirkan Keni, yang menerangkan pada
hukum baru sebagai penemuan pokoknya sebagai berikut :
hukum oleh hakim yang akan - Bahwa saksi pernah
diteruskan sebagai yurisprodensi menjaga tanah itu sejak tahun
(putusan hakim terdahulu). 1980 sampai direbut oleh
Agianto ;
2. Pertimbangan Hukum dari Saksi Id Anwar,
Majelis Hakim Dalam menerangkan pada pokoknya
sebagai berikut ;
19 - Bahwa yang menebas
http://www.kompasiana.com/m.farhanismail/as tanah itu adalah Jarwanis dan
as-asas-hukum-secara-umum, diakses, tanggal, Akrie alias Ajo;
21 April 2016.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 10


- Bahwa menurut Ajo dan kenyataan. 20 Penegakan hukum
Jarwanis, pemilik tanah itu bukanlah semata-mata berarti
adalah Effost T Gulo ; pelaksanaan perundang-
- Bahwa sekitar 10 tahun undangan, walaupun dalam
yang lalu saksi pernah kenyataan di Indonesia
mengerjakan tanah itu ; cenderung demikian. Selain itu,
Bahwa dari ketiga saksi ada kecenderungan yang kuat
tersebut di atas yang terdiri dari 1 untuk mengartikan penegakan
orang saksi yang dihadirkan oleh hukum sebagai pelaksanaan
Penuntut Umum untuk keputusan-keputusan hakim.
membuktikan Dakwaannya dan 2 Pendapat-pendapat yang agak
orang saksi yang diajukan sempit tersebut mempunyai
Terdakwa, maka terdapat fakta kelemahan-kelemahan, apabila
hukum bahwa bidang tanah yang pelaksanaan perundang-
disewakan dan menjadi objek undangan atau keputusan-
perkara Nomor : keputusan hakim tersebut
10/Akta.Pid/2012/PN.PBR telah mengganggu kedamaian di
21
dimiliki dan dikerjakan oleh dalam pergaulan hudup.
Terdakwa sejak tahun 1979 dan Penegakan hukum pidana
baru diketahui pelapor Agianto dapat diartikan sangat luas
pada tanggal 12 April 2009 sekali, bukan hanya tindakan
kemudian dilaporkan pada pihak represif sesudah terjadinya
kepolisian dengan tuduhan Pasal kejahatan dan ketika ada
385 Ayat 4 KUHP, dari prasangka terjadinya kejahatan,
keterang-keterangan yang akan tetapi meliputi tindakan
diterangkan oleh saksi-saksi di preventif sebagai usaha untuk
atas dapat disimpulkan bahwa menjaga kemungkinan akan
Effost T Gulo memperoleh tanah terjadinya kejahatan dan
tersebut dengan cara adat yakni menangkal kejahatan pada garis
dengan membuka hutan dan terendah.22
mengerjakannya secara terus- Hakim sebagai orang yang
menerus. Putusan dalam perkara dianggap paling tau hukum
pidana Nomor bertujuan untuk menegakkan
346/Pid.B/2011/PN.PBR terlihat hukum seadil-adilnya dan di
bahwa majelis hakim telah setiap keadilan itu terdapat hak-
mengabaikan bukti dari saksi- hak masyarakat yang mana pada
saksi dan bukti fisik dari tanah dasarnya juga menjadi tujuan
yang diperkarakan tersebut. utama dari hukum pidana yakni
Penegakan hukum untuk menjamin hak dan
diartikan sebagai seatu proses kepentingan, selain itu hakim
untuk mewujudkan keinginan- juga dituntut memahami hukum
keinginan hukum, yaitu pikiran- yang hidup di dalam masyarakat
pikiran dari badan-badan
20
pembuat undang-undang yang Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan
dirumuskan dan ditetapkan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis. Sinar Baru,
Bandung: 1993, hlm. 15.
dalam peraturan-peraturan 21
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang
hukum yang kemudian menjadi Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm. 5.
22
Bambang Purnomo, Kapasitas Selekta
Hukum Pidana, Prestasi pustaka Raya, Jakarta:
1988, hlm. 60.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 11


sebagaimana diatur dalam Pasal orang sakit atau untuk keperluan
28 Ayat (1) Undang-undang lain yang mendesak seperti
Nomor 4 Tahun 2004 tentang memenuhi keinginan seorang
Kekuasaan Kehakiman, wanita yang ngidam (gejala
mengatur bahwa “hakim wajib mulai mengandung). Jadi apabila
menggali, mengikuti, dan untuk keperluan-keprluan
memahami nilai-nilai hukum dan tersebut orang terpaksa
rasa keadilan yang hidup dalam mengambil buah-buahan atau
masyarakat”.23 tanaman orang lain (mencuri)
Hukum adat memang maka si pencuri itu tidak akan
bertentangan dengan asas mendapat reaksi adat dan tidak
legalitas, sebab kurangnya atau akan di hukum. Ini berarti dalam
tidak adanya kepastian hukum alam pikiran adat bahwa
dari hukum adat ini, karena perbuatan dimaksud tidak
hukum adat lahir dan tumbuh dianggap mengganggu
berkembang di dalam perimbangan hukum.25
masyarakat serta dalam
penyelesaian masalahpun juga Dalam rangka Sistem
menggunakan musyawarah Hukum Adat Hakim berwenang
mufakat. Namun hukum adat malahan berkewjiban jikalau
juga diakui oleh negara pada terhadap suatu soal belum ada
Pasal 18B ayat 2 Undang- peraturan hukum rakyat yang
Undang Dasar 1945, mengatakan bertumbuh baru, wajib memberi
bahwa “Negara mengakui dan konkretisasi, wajib menuangkan
menghormati kesatuan-kesatuan menjadi konkrit di dalam
masyarakat beserta hak-hak keputusannya apa yang menurut
tradisionalnya sepanjang masih keyakinannya sesuai dengan
hidup dan masih sesuai dengan aliran masyarakat.
perkembangan masyarakat dan Menurut Soerjono
prinsip Negara Kesatuan Wignjodipoero, dengan mensitir
Republik Indonesia, yang diatur pendapat Ter Haar menegaskan
dalam Undang-Undang”.24 bahwa:
Peradilan menurut Hukum Adat
Dalam KUHP Titel III adalah :
(dimulai dengan ketentuan pasal a. Meneruskan dengan rasa
44) ditetapkan alasan-alasan tanggung jawab pembinaan
untuk menutup kemungkinan segala hal yang telah
seseorang dapat dipidana, alasan- terbentuk sebagai hukum di
alasan yang memberatkan dalam masyarakat.
pidana. Di dalam hukum adat b. Jika tidak ada penetapan-
dijumpai pula alasan-alasan penetapan terhadap soal yang
semacam misalnya yang serupa atau jika penetapan-
menutup kemungkinan penetapan pada waktu yang
dipidananya seseorang adalah lampau tidak dapat
berupa perbuatan yang dilakukan dipertahankan maka hakim
untuk memperoleh obat bagi harus memberi putusan yang
menurut keyakinannya akan
23
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman.
24 25
Pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar Soerojo Wignjodipoero, Op.cit, hlm.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 239.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 12


berlaku sebagai keputusan 2) Faktor Penegak Hukum
hukum di dalam daerah Merupakan salah satu kunci
hukumnya hakim itu. “Hakim dari keberhasilan dalam
harus memberi bentuk kepada penegakan hukum adalah
apa yang dikehendaki oleh mentalitas dan kepribadian
sistem hukum, oleh kenyataan penegak hukumnya sendiri.
sosial dan oleh syarat 3) Faktor Sarana dan Fasilitas
kemanusiaan sebagai Sarana dan fasilitas juga
26
peraturan hukum”. menentukan serta mendukung
Peradilan berdasar Hukum tenaga manusia yang
Adat membutuhkan Hakim- berpendidikan dan terampil,
hakim yang besar rasa tanggung organisasi yang baik,
jawabnya, yang berbudi luhur.27 peralatan yang memadai dan
Dalam Papekam Cirebon keuangan yang cukup. Tanpa
melukiskan hakim sebagai sarana dan fasilitas maka
berikut: penegakan hukum tidak dapat
Candra = Bulan yang berjalan lancar pada
menyinari segala tempat yang semestinya.
gelap. 4) Faktor Masyarakat
1) karena tidak pada tempatnya. Masyarakat memiliki
pengaruh yang kuat dalam
Masalah pokok penegakan melaksanakan penegakan
hukum sebenarnya terletak pada hukum, sebab penegakan
faktor-faktor yang dapat hukum berasal dari
mempengaruhinya. Faktor-faktor masyarakat dan bertujuan
tersebut mempunyai arti yang untuk masyarakat.
netral sehingga dampak positif 5) Faktor Kebudayaan
dan negatifnya terletak pada Kebudayaan Indonesia
faktor-faktor tersebut. Faktor- merupakan dasar berlakunya
faktor tersebut adalah sebagai hukum adat, berlakunya
berikut: hukum tertulis harus
mencerminkan nilai-nilai
1) Faktor Subtansi Hukum hukum adat. Dalam
(Undang-Undang) penegakan hukum semakin
Praktek penyelenggaraan banyak menyesuaikan
penegakan hukum di lapangan peraturan perundang-
sering kali menjadi undangan dengan
pertentangan antara kepastian kebudayaan, maka semakin
hukum dan keadilan. Hal ini mudah dalam penegakan
dikarenakan konsep keadilan hukumnya.28
merupakan suatu rumusan
yang bersifat abstrak, D. Kesimpulan
sedangkan kepastian hukum 1. Dalam penerapan pasal 385
merupakan prosedur yang ayat 4 tentang penipuan
telah ditentukan secara terdapat unsur-unsur yang
normatif. dapat terpenuhi dan yang
tidak memiliki alas hak
26
Ibid. hlm. 376. cenderung akan dipidana atas
27
Soerojo Wignjodipoero, Op.cit, hlm.
242.
28
Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm. 8.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 13


prihal tersebut, akan tetapi hal Undang Dasar Negara
ini akan bertentangan dengan Kesatuan Republik Indonesia
kepemilikan tanah secara Tahun 1945, Undang-Undang
hukum adat karena konsep Nomor 5 Tahun 1960 tentang
hukum tanah di Indonesia Peraturan Dasar Pokok-pokok
yang menganut stelsel negatif Agraria, dan Undang-Undang
berunsurkan positif segingga Nomor 48 Tahun 2009
alas hak dari negara tidak tentang Kekuasaan
menjamin secara penuh Kehakiman
kepemilikan tanah, ini
menyebabkan alas hak E. Saran
merupakan bukti yang kuat 1. Hakim Indonesia tidak boleh
namun tidak sempurna. hanya sekedar menjadi corong
Artinya masih ada bukti lain Undang-undang. Putusan
seperti bukti fisik dan bukti- Hakim tidak boleh sekedar
bukti lainnya dan dapat memenuhi formalitas hukum
dijadikan pedoman bagi atau sekedar memelihara
hakim dalam menjatuhi ketertiban, akan tetapi harus
hukuman karena pasal ini dapat memenuhi kepastian
terkait dengan kepemilikan hukum dan rasa keadilan .
tanah. Hakim wajib menggali,
2. Putusan hakim cenderung mengikuti dan memahami
diambil dari segi formalitas nilai hukum dan rasa keadilan
saja sehingga akan yang hidup dalam
mengabaikan rasa keadilan masyarakat.
yang hidup dalam masyarakat 2. Untuk terciptakan
yang mana hakim dianggap pelaksanaan hukum yang
sebagai orang yang paling tau sesuai dengan rasa keadilan
hukum. Putusan hakim sangat dalam masyarakat, penulis
diharapkan dalam penegakan menyarankan agar dalam
hukum untuk menegakkan penyusunan KUHP nasional
keadilan dan kepastian hukum seharusnya memperhatikan
bukan sekedar memelihara nilai-nilai yang terdapat di
ketertiban atau memenuhi tengah-tengah masyarakat.
formalitas hukum, untuk itu Selain itu, bagi para penegak
hakim diwajibkan menggali, hukum diharapkan agar dapat
mengikuti, dan memahami bertindak secara adil dalam
nilai hukum dan rasa keadilan penerapan pasal 385 ayat 4
yang hidup dalam masyarakat KUHP berkaitan dengan
dan merupakan prihal yang kepemilikan tanah
mutlak dilakukan oleh hakim. berdasarkan hukum adat.
3. Hakim dapat melakkukan 3. Dalam memutus suatu perkara
penemuan hukum apabila Hakim harus selalu menggali
dalam suatu perkara terdapat dan menerapkan hukum yang
keraguan dalam hukum yang telah ada dan menemukan
mengaturnya terutama terkait hukum baru yang sesuai
dengan hukum yang hidup di dengan hukum yang hidup
masyarakat atau hukum adat, ditengah-tengah masyarakat
sebagai mana hukum adat pencari keadilan.
juga diakui dalam Undang-

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 14


F. Daftar Pustaka Kitab Undang-Undang Hukum
1. Buku Pidana Nomor 1 Tahun
1946 Republik Indonesia,
Atmasasmita, Romli. 2001. Lembaran Negara
Reformasi Hukum, Hak Asasi Republik Indonesia Tahun
Manusia & Penegakan 1946 Nomor 26 dan
Hukum. CV Mandar Maju. Tambahan Lembaran
Jakarta. Negara Republik Indonesia
Dijk, Van. 2006. Pengantar Nomor 3080.
Hukum Adat Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum
CV Mandar Maju. Acara Pidana Nomor 8
Bandung. Tahun 1981 Republik
Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Indonesia, Lembaran
Pidana Indonseia, Rafika Negara Republik Indonesia
Aditama, Bandung. Tahun 1981 Nomor 76.
Hartanto, Andy. 2014. Hukum Undang-undang Nomor 5 Tahun
Pertanahan Karakteristik 1960 tentang Peraturan
Jual Beli Tanah yang Dasar Pokok-pokok
Belum Terdaftar Hak Atas Agraria, Lembaran Negara
Tanahnya. LaksBang Republik Indonesia Tahun
Justitia. Surabaya. 1960 Nomor 10.
Sastrawidjaja, Sofjan. 1990. 4. Website
Hukum Pidana. Amrico.
Cimahi. http://dingklikkelas.blogspot.co.id/
Setiyady, Tolib, 2008, Inti Sari 2014/03/penemuan-
Hukum Adat Indonesia, hukum.html, diakses,
Alfabeta, Bandung. tanggal, 2 Maret 2016.
Soekanto, Soerjono, 1983, Hukum https://id.wikipedia.org/wiki/Kepe
Adat Indonesia, Raja milikan. Diakses terakhir
Grafindo Persada, Jakarta. 05 April 2016.
2. Jurnal/Kamus/Makalah
Erdianto, 2009, “Pertanggung
Jawaban Presiden Menurut
Undang-Undang Dasar
1945 Setelah
Diamandemen”, Jurnal
Konstitusi, BKK Fakultas
Hukum Universitas Riau,
Pekanbaru, Volume II,
Nomor 2, November.
Sudarsono. 1992. Kamus Hukum.
Renika Cipta. Jakarta.
_____.1990. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
3. Peraturan Perundang-
Undangan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 15

You might also like