You are on page 1of 4

REVIEW STRUKTURALISME LEUVI-STRAUSS UNTUK ARKEOLOGI

SEMIOTIK

Disusun Oleh:

M. Rahmat Dani. S

I1C120050

Dosen Pengampu:

Wulan Resiyani, S.S., M.A.

PROGRAM STUDI ARKEOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN SEJARAH SENI DAN ARKEOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
REVIEW STRUKTURALISME LEUVI-STRAUSS UNTUK ARKEOLOGI
SEMIOTIK

Pada artikel yang di tulis oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra yang berjudul “Strukturalisme
Leuvi-Strauss untuk Arkeologi Semiotik”. Pada artikel ini sang penulis memfokuskan
memperkenalkan suatu Strukturalisme yang dapat di aplikasikan kepada ilmu arkeologi yang
ada di Indonesia saat ini. Strukturalisme yang coba dibahas oleh sang penulis yaitu,
Strukturalisme Leuvistrauss yang dipelopori oleh Claude Leuvi-Strauss, seorang ahli
antropologi dari Prancis.

Apa itu Strukturalisme Leuvi-Sreauss? Dari tulisan nya, sang penulis mengatakan bahwa
Strukturalisme ini merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk menafsir atau
memahami Kembali berbagai artefak, situs, dan data arkeologi yang telah berhasil
dikumpulkan oleh para arkeolog yang sudah dikumpulkan tersebut namun belum dianalisis
dan dipahami secara struktural.

Strukturalisme ini memang menganggap bahwa suatu benda yang dibuat dan ditinggalkan
oleh manusia memiliki yang Namanya tanda ataupun simbol didalam-Nya yang memiliki
makna yang berbeda-beda. Dijelaskan bahwa tanda dan simbol memiliki perbedaan, di mana
untuk tanda memang memiliki makna atau diberi makna oleh sang pembuat, akan tetapi
makna yang di bentuk berupa tanda tidak memiliki makna referensial atau makna acuan
sehingga dapat terlihat bahwa tanda diberikan makna yang tidak disadari oleh pelaku pemberi
tanda tersebut.

Simbol sendiri dikatakan memiliki acuan referensial atau makna acuannya dan simbol
biasanya dibuat oleh pencipta kebudayaan tersebut sebagai suatu sarana komunikasi yang
memang telah dipahami oleh para penerima simbol dan simbol sendiri memiliki makna yang
bisa dilihat dan diartikan dengan cara melihat persamaan bentuk simbol dengan simbol
lainnya yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Dalam strukturalisme yang dikemukakan oleh Claude memfokuskan dalam penelitian


terhadap suatu makna dari tanda atau simbol, dalam mencari makna nya sang penulis
menggunakan pendekatan Linguistik. Di mana penggunaan Linguistik tersebut untuk
mengetahui bagaimana pemaknaan dari suatu kata. Dalam menentukan suatu makna dalam
suatu Bahasa haruslah menyadari dan memahami akan fonem yang merupakan bagian unit
terkecil yang ada di dalam suatu Bahasa. Di berikan contoh bahwa kata ‘kutuk’ dan ‘kuthuk’
memiliki perbedaan antara kedua kata tersebut, di mana perbedaannya terletak di fonem ‘t’
dan ‘th’. Di mana pada Bahasa Jawa, kata Kutuk memiliki arti sebagai satu jenis ikan di air
tawar dan Kuthuk memiliki arti anak ayam. Di mana fonem di dalam kedua kata ini tidak
memiliki makna apa-apa, melainkan yang membuat kedua kata tersebut berbeda yaitu,
bagaimana intonasi atau pengucapan yang ditimbulkan dari perbedaan fonem di kata tersebut,
dapat menghasilkan makna atau arti yang berbeda. Dari sini dapat dikatakan bahwa dalam
Bahasa perbedaan fonem atau unsur Bahasa terkecil ini memiliki peran penting dalam
pembeda makna suatu kata dengan kata lain yang di mana Bahasa merupakan salah satu
sistem simbol yang ada di kehidupan manusia.

Selain sistem simbol berupa suara yang dihasilkan lewat rongga mulut untuk berkomunikasi,
manusia juga memanfaatkan bentuk simbol-simbol lain dalam kehidupan mereka seperti,
Gerakan, bunyi-bunyian, ataupun materi lainya terutama pembuatan simbol pada suatu
benda.

Dari pemahaman dari Struktural Claude ini yang memang memfokuskan kepada ilmu
Bahasa, dapat dilihat oleh sang penulis, bahwa analisis struktural tersebut juga dapat
diaplikasikan terhadap kajian-kajian arkeologi. Di mana dalam ilmu Bahasa dalam
menganalisis suatu makna tulisan atau kata dapat dilihat dari hasil analisis fonem sebagai unit
terkecil dari suatu kata. Dalam arkeologi kita dapat mencari unit terkecil dari suatu data
arkeologi, di mana dalam data arkeologi yang menjadi unit terkecil adalah bentuk dan setail.
Di mana analisis unit terkecil ini dalam arkeologi biasanya dilakukan terhadap analisis benda-
benda atau artefak-artefak dan juga motif.

Selain menggunakan analisis struktural untuk mencari unit terkecil pada data arkeologi
seperti artefak. Analisis struktural dapat dilakukan untuk mencari unit yang lebih besar
seperti menganalisis suatu pola pemukiman kuno. Di mana dalam suatu pemukiman
biasanya, mencangkup suatu Kawasan yang luas di mana pada pemukiman kuno biasanya
terdapat beberapa wilayah atau Kawasan yang memiliki bangunan yang memiliki fungsi
berbeda. Beberapa bangunan tersebut seperti tempat-tempat tinggal atau rumah, kemudian
mungkin tempat penguburan, tempat beribadah, tempat-tempat untuk melakukan kegiatan
ekonomi, dan tempat-tempat untuk menjalankan sistem pemerintahan. Dari sini dapat terlihat
adanya suatu kajian Kawasan dalam arkeologi pemukiman.

Dalam ilmu arkeologi ini dengan menggunakan pendekatan Struktural Leuvi-Strauss seorang
arkeolog dapat mencari atau menganalisis suatu benda arkeologi dan situs-situs arkeologi
dengan cara melihat bagaimana simbol-simbol pembangun dari awal terciptanya benda-benda
tersebut. Di mana dalam menganalisis pola-pola berupa simbol yang terdapat dibenda
tersebut, sang peneliti dapat menggunakan pendekatan transformasi suatu benda dengan cara
mencari persamaan dan perbedaan dari suatu data arkeologi dengan data arkeologi lainnya.

You might also like