You are on page 1of 3

TINJAUAN ANTROPOLOGI HUKUM TERHADAP TINDAKAN PT.

MEDCO YANG
MENGURAS HUTAN KAMPUNG ZANEGI SUKU MARIND DI PAPUA

Latar Belakang Masalah

Suku Marind , Marind atau Marind-Anim adalah orang-orang yang tinggal di Nugini Selatan,
secara geografis Suku Marind hidup di selatan dari bagian bawah sungai Digul, timur dari Pulau
Yos Sudarso, terutama di barat Sungai Maro (area kecil melewati Maro di bagian bawahnya,
termasuk Merauke).Hari ini daerah yang dihuni oleh orang Marind-anim masuk dalam provinsi
Papua di Indonesia.1

Pada masa lalu, para orang-orang Marind terkenal karena berburu kepala. Hal ini berakar pada
sistem kepercayaan mereka dan terkait dengan pemberian nama bayi yang baru
lahir.Tengkorak itu diyakini mengandung seperti kekuatan prestis. Berburu kepala tidak
termotivasi terutama oleh kanibalisme, tetapi daging orang yang sudah tewas itu dikonsumsi.
Kata seperti leluhur, roh, makhluk adalah dema dalam bahasa Marind. Kesamaan dari kata
tersebut yang merujuk ke "setan" adalah bersifat insidental. Setiap keluarga terus menurunkan
tradisi ini, itu terutama tugas dari orang-orang besar di keluarga masing-masing. Pengaruh-
orang besar tidak berarti melampaui keluarga besar mereka. 2

PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai MedcoEnergi adalah perusahaan
publik di Indonesia yang bergerak dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula
dari sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak dan gas bumi di
daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co, yang didirikan Arifin Panigoro pada
tanggal 9 Juni 1980.3

Bidang Usaha Medco Energi termasuk dalam bidang industri hulu yaitu eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi dan pertambangan tembaga dan emas serta industri hilir yaitu
pembangkit listrik. Salah satu proyek yang dilakukan PT Medco ini adalah proyek Proyek
pembangunan pangan dan energi skala luas “MIFEE” yang diluncurkan oleh pemerintah tahun
2010 ini dibayangkan akan menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan nasional dan bahkan
untuk memberi makan masyarakat dunia yang jumlahnya miliyaran jiwa.

Semenjak tahun 2007 hingga saat ini, sudah ada 80 perusahaan skala nasional dan
internasional yang diberikan Izin Lokasi untuk investasi pengembangan MIFEE. Ada sekitar 18
perusahaan yang aktif beroperasi di Merauke, di dominasi oleh perusahaan perkebunan kelapa
sawit dan tebu. Salah satu perusahaan dalam skema MIFEE yang sangat aktif beroperasi adalah

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Marind
2
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3982145/mengenal-marind-anim-suku-terbesar-merauke-di-
festival-crossborder-sota-2019
3
https://id.wikipedia.org/wiki/MedcoEnergi
perusahaan hutan tanaman PT. Selaras Inti Semesta (SIS), anak dari perusahaan Medco
Group.4

Salah satu perusahaan aktif yang beroperasi di Merauke yaitu PT. SIS sudah melahap isi
semesta alam di lingkungan Kampung Zanegi, Distrik Malind, Merauke. Ribuan hektar hasil
hutan kayu dirobohkan dan diangkut ke pabrik PT. Medco Papua Industri Lestari di Kampung
Buepe, Distrik Kaptel. Potongan kayu-kayu dari hutan alam masuk dalam mesin pabrik
penggiling untuk menghasilkan jutaan kayu serpih. SIS mentargetkan dapat menghasilkan 2 –
10 juta ton kayu serpih per tahun dan diperlukan bahan baku kayu sebesar 3 juta kubik per
tahun. Diperlukan tanah luas ratusan ribu hektar untuk menghasil kayu serpih.

Dari kegiatan proyek tersebut membuat minat para investasi bisnis serpih kayu sangat diminati
investor, apalagi pemerintah memberikan kemudahan dalam bisnis hutan tanaman ini.
Perusahaan asal Korea Selatan LG International dan Y Han Internasional, menaruh sahamya
dalam bisnis SIS. Nilai harga patokan ekspor kayu serpih di dunia juga tinggi, pada tahun 2010
harga patokan ekspor kayu serpih sekitar USD 350 perkubik. Jutaan ton kayu serpih asal hutan
Kampung Zanegi diangkut ke luar tanah Papua untuk kebutuhan energi masyarakat dunia yang
mengalami krisis.

PT. SIS datang menguras dan merubah hutan Zanegi untuk menyelamatkan krisis energi dunia,
sekaligus mendatangkan peluang bisnis yang menghasilkan dan menjanjikan keuntungan
miliaran dan mungkin triliunan rupiah. Berbeda dengan Orang Malind di Kampung Zanegi
pemilik hutan dan dusun-susun di wilayah konsesi PT. SIS, mereka masih hidup miskin, makan
susah, terkadang hanya makan sekali sehari. Masyarakat kebanyakan pergi meninggalkan
kampung dari Senin sampai Jumat, tinggal di “bevak” Mayo pada hutan tersisa yang belum
tergusur. Mereka memangkur sagu, menangkap ikan dari kali, berburu hewan hingga berhari-
hari jauh dari “bevak”. Para pemuda kampung pergi ke camp perusahaan menjadi buruh survei
dan buruh pengangkut dengan upah Rp. 70.000 per hari, upah yang rendah jika dibanding
harga kebutuhan pokok para pekerja. Hanya guru-guru dan anak remaja sekolah yang tinggal
di kampung.

Janji perusahaan PT. SIS untuk merubah nasib Orang Malind di Kampung Zanegi dari
ketertinggalan menjadi kemajuan, dari kesulitan menjadi kemudahan hidup, dari penonton
menjadi pelaku pemilik, tidak pernah terbukti. Isi hutan sudah habis dan kehidupan masyarakat
sama saja dengan sebelum ada perusahaan, “Mereka hanya dapat uang ganti rugi untuk
mengusir para cacing yang tergusur, perusahaan menipu kami dan memberikan uang
penghargaan Rp. 300 juta kepada masyarakat untuk ambil tanah hutan”, ungkap Amandus
Gebze.5 Masyarakat Zanegi menuntut kenaikan harga kompensasi kayu Rp. 2.000 per kubik
menjadi Rp. 10.000 per kubik, tapi perusahaan tidak menggubris permintaan mereka.

Selain itu kesulitan dan penderitaan yang baru mulai muncul dan dirasakan masyarakat di
Kampung Zanegi. Semenjak Januari hingga April 2013, sudah ada empat orang anak meninggal
4
https://awasmifee.potager.org/?p=1383&lang=id
5
https://awasmifee.potager.org/?p=358&lang=id
di Kampung Zanegi, karena masalah gangguan ISPA, muntah berak dan kekurangan gizi.
Puluhan anak kecil menderita busung lapar dan penyakit kulit. Bayi dan anak-anak lah yang
menjadi korban kelaparan dan gizi buruk. Dampak dari situasi buruk ini, antara lain:
pertumbuhan fisik anak menjadi lebih kecil dan pendek, gangguan kecerdasan, penurunan IQ
dan rendahnya kemampuan belajar, menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya produktivitas
dan kesehatan sering terganggu. Orang-orang Malind yang fisiknya tinggi, besar, kuat dan jago
berperang, terancam akan tersingkir, punah dan menjadi orang yang lemah. Situasi ditemukan
juga di kampung sekitar Distrik Animha dan Distrik Malind.

Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan sengketa antara Masyarakat suku marind kampung zanegi dan PT
Medco?

2.Bagaimana tinjauan antropologi hukum terhadap kasus tersebut?

You might also like