You are on page 1of 15

BAB 5

JURNAL

PENTINGNYA JURNAL
Setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama kali
dilakukan adalah dalam jurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang lain, pecatatan di
dalam jurnal ini biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal
kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang
digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan.
Karena jurnal merupakan catatan dalam akuntansi yang pertama diselenggarakan
dalam proses akuntansi, maka dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian
rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak dicatat; catatan yang dilakukan
di dalamnya lengap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut
mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya.
Jurnal umum
Jika jenis transaksi perusahaan masih sedikit, jurnal umum dengan dua kolom, debit dan
kredit, sudah cukup memadai sebagai catatan akuntansi pertama. Pada gambar 4.1 disajikan
contoh jurnal umum yang biasanya digunakan oleh perusahaan kecil untuk menampung
semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan.

Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi penjualan, pembelian, penerimaan dan
pengeluaran kas, depresiasi aktiva tetap dan transaksi lainnya. Karena dalam perusahaan kecil
volume transaksinya masih sedikit, jurnal umum seperti tampak pada gambar 4.1 tersebu
cukup memadai untuk menampung semua jenis transaksi.
Kolom-kolom dalam jurnal umum tersebut diisi data berikut ini:
a. Kolom tanggal. Kolom ini diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang diisi secara
berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya transaksi.
b. Kolom keterangan. Kolom ini diisi dengan keterangan lengkap mengenai transaksi yang
terjadi, seperti nama rekening yang didebit dan dikredit, serta penjelasan ringkas tentang
transaksi yang bersangkutan. Misalnya transaksi yang terjadi berupa pengeluaran kas
untuk pembayaran upah karyawan, maka kolom keterangan akan diisi dengan informasi
sebagai berikut:
Biaya Tenaga Kerja xx
Kas xx
(Pembayaran upah minggu ke-2 bulan juni 20XX)
c. Kolom nomor bukti. Kolom ini digunakan untuk mencatat nomor formulir (dokumen
sumber) yang dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal tersebut. Karena
pencatatan dalam jurnal harus dapat diverifikasi ketelitian dan kebenarannya, nomor ini
diperlukan untuk pencarian kembali dokumen sumber yang bersangkutan dengan
transaksi, untuk keperluan verifikasi terhadap transaksi yang telah terjadi.
d. Kolom nomor rekening. Kolom ini diisi dengan nomor rekening yang didebit dan nomor
rekening yang dikredit dengan adanya transaksi. Pencantuman nomor rekening dalam
kolom ini digunakan untuk proses peringkasan secara periodik, biasanya setiap bulan,
transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu. Pada akhir bulan misalnya, jurnal
umum ini diringkas, dan hasil ringkasannya dibukukan (posting) ke dalam rekening yang
bersangkutan dalam buku besar. oleh karena itu, seperti telah disebutkan di atas, dalam
sistem akuntansi pokok, jurnal berfungsi untuk menggolongkan transaksi keuangan dan
sekaligus berfungsi untuk meringkas transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu periode
akuntansi. Proses peringkasan ini akan berlanjut dalam buku besar, yang untuk akhirnya
ringkasan informasi ini akan disajikan dalam laporan keuangan.
e. Kolom debit dan kredit. Kolom ini diisi dengan jumlah rupiah transaksi. Jumlah-jumlah
rupiah dalam kolom ini diringkas (dijumlahkan) menurut nomor rekening yang tercantum
dalam kolom nomor rekening. Hasil ringkasan menurut nomor rekening ini kemudian
secara periodik dibukukan ke dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Jurnal khusus
Jika usaha perusahaan bertambah besar dan jenis transaksi menjadi lebih banyak, jurnal yang
umum tersebut menjadi tidak mampu lagi menampung berbagai transaksi yang timbul, yang
frekuensi terjadinya semakin tinggi. Dalam hal ini mulai diperlukan jurnal khusus, selain
jurnal umum tersebut, dan dibutuhkan lebih banyak karyawan untuk menyelenggarakan
berbagai jurnal khusus tersebut. Jika transaksi semakin banyak dan frekuensi terjadinya
semakin tinggi, jurnal khusus perlu diperluas lagi dengan membuatnya berkolom-kolom, agar
dapat dihemat waktu yang diperlukan untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi dan untuk
mengecek ketelitian pencatatan di dalam buku pembantu. Timbul pertanyaan, mengapa jurnal
umum harus dipecah? Ada berbagai alasan mengapa jurnal umum perlu dipecah:
1. Untuk mengumpulkan dan menggolongkan transaksi yang sama yang frekuensi terjadinya
tinggi.
2. Untuk mengurangi pekerjaan pembukuan ke dalam buku besar dan untuk menggolongkan
transaksi yang dicatat
3. Untuk memungkinkan pengerjaan pencatatan ke dalam jurnal dilakukan oleh beberapa
orang.
4. Untuk menciptakan pengendalian intern.

PRINSIP DASAR YANG MELANDASI PERANCANGAN JURNAL


Prinsip-prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai berikut:
1. Harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menggunakan karyawan dalam mencatat dengan segera transaksi keuangan yang
terjadi.
2. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok
tertentu, seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan dan pembelian.
3. Untuk mengurangi pekerjaan pembukuan yang terinci, harus digunakan kolom-kolom
khusus dalam jurnal, sehingga memungkinkan pembukuan (posting) jumlah per kolom ke
dalam rekening yang bersangkutan di dalam buku besar.
4. Nama kolom dalam jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam
buku besar, yang akan menerima jumlah yang akan dibukukan dari jurnal.
5. Kolom-kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas
dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
6. Sedapat mungkin jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin
informasi dari dokumen sumbernya dibuat sangat minimum.
7. Harus ditetapkan hubungan antar dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga
pertanggungjawaban kebenaran informasi dapat ditentukan.
Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing prinsip dasar perancangan jurnal tersebut
diatas.
Jumlah jurnal yang memadai. Jika jenis transaksi yang ditangani perusahaan semakin
banyak, dengan frekuensi kejadian yang semakin tinggi, keadaan ini menuntut
penyelenggaraan berbagai jurnal untuk mengimbangi kenaikan kegiatan bisnis perusahaan
tersebut. Jurnal umum seperti yang dilukiskan dalam gambar 4.1 sebagai satu-satunya catatan
akuntansi pertama tidak lagi memadai. Oleh Karena itu diperlukan perancangan jurnal-jurnal
khusus untuk mencatat berbagai jenis transaksi yang tinggi frekuensi terjadinya. Penggunaan
berbagai jurnal khusus memungkinkan beberapa karyawan mencatat dengan segera transaksi
yang terjadi dalam perusahaan.
Jurnal digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu.
Jika kegiatan bisnis perusahaan menjadi besar, transaksi perusahaan yang bersangkutan
dengan penjualan, pembelian, penerimaan dan pengeluaran kas menjadi semakin tinggi
frekuensinya. Oleh karena itu diperlukan jurna-jurnal khusus untu menggolongkan transaksi
perusahaan ke dalam klasifikasi sasuai dengan kegiatan pokok perusahaan seperti penerimaan
kas, pengeluaran kas, penjualan dan pembelian tersebut. Dengan penggolongan ini,
manajemen akan cepat memperoleh informasi mengenai berbagai kegiatan pokonya dari
jurnal yang diselenggarakannya.
Penggunaan jurnal berkolom. Jika frekuensi transaksi yang menyangkut rekening tertentu
tinggi, untuk mengurangi pekerjaan pembukuan (posting) yang rinci, harus digunakan kolom
khusus dalam jurnal, sehingga memudahkan pembukuan jumlah kolom ke dalam rekening
yang bersangkutan dalam buku besar. sebagai contoh, jika dalam transaksi pengeluaran kas,
frekuensi pembayaran utang dagang merupakan transaksi yang frekuensinya tinggi, maka
dalam jurnal pengeluaran kas perlu dibuatkan kolom khusus untuk mencatat pendebitan
rekening utang dagang. Pada akhir bulan, pembukuan ke dalam rekening kolom “lain-lain”,
yang masih memerlukan klasifikasi rekening yang dicatat di situ lebih dahulu sebelum
pembukuan ke dalam rekening yang bersangkutan ke dalam buku besar dilakukan.
Nama kolom dalam jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan
dalam buku besar. Nama kolom dalam jurnal dapat disamakan dengan alamat, yang
menunjukkan ke rekening apa informasi keuangan yang dicatat di situ akan dipindahkan ke
dalam buku besar. Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang merupakan wadah ke
dalam buku besar. Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang merupakan wadah untuk
menampung ringkasan informasi dari berbagai jurnal. Tiap-tiap wadah tersebut diberi nama,
sehingga jurnal yang merupakan catatan akuntansi pertama harus menyalurkan informasi ke
alamat wadah yang tepat, agar tidak terjadi kekeliruan pembukuan ke dalam wadah tersebut.
Oleh karena itu, kolom-kolom yang dibentuk dalam jurnal harus diberi nama sesuai dengan
nama rekening yang akan di tuju dalam buku besar. nama kolom utang dagang debit pada
gambar 4.2 jurnal pengeluaran kas menunjukkan nama rekening utang dagang dalam buku
besar yang akan digunakan untuk menampung jumlah rupiah kolom tersebut. Kata “debit”
sebagai tambahan di belakang nama rekening tersebut menunjukkan bahwa jumlah rupiah
kolom tersebut dicatat dalam rekening utang dagang sebelah debit.
Kolom-kolom dapat jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan
diringkas rekening yang bersangkutan dalam buku besar. dalam hal rekening tersebut
merupakan rekening kontrol, terjadi pembukuan ganda, yaitu ringkasan total dibukukan dari
jurnal ke dalam rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar, dan rinciannya
dibukukan dari jurnal atau dari dokumen sumber ke dalam buku pembanyu. Dalam hal ini
harus dilakukan rekonsiliasi periodik antara buku pembantu dengan rekening kontrol yang
bersangkutan dalam buku besar, untuk menjamin ketelitian pencatatn ganda tersebut.
Sedapat mungkin jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan
menyalin informasi dai dokumen sumbernya dibuat sangat minimum. Jurnal
pengeluaran kas pada gambar 4.2 adalah sontoh jurnal yang hampir semua data yang direkam
dalam dokumen sumbernya, bukti kas keluar, disalin didalamnya. Pekerjaan menyalin
informasi merupakan pekerjaan yang mengandung reasiko kesalahan manusiawi. Oleh karena
itu dalam merancang jurnal, sedapat mungkin pekerjaan menyalin informasi dari dokumen
sumber ke dalam jurnal dibuat seminimum mungkin. Dalam metode pembukuan tertentu,
dokumen pembukuan diisi diatas formulir jurnal, sehingga jurnal dihasilkan dari pembuatan
dokumen pembukuan. Dengan demikian pekerjaan menyalin data dari dokumen ke dalam
jurnal dapat dihindari. Seringkali untuk menghindari pekerjaan penyalinan ini, arsip dokumen
dapat menggantikan jurnal. Dalam pencatatan transaksi penjualan misalnya, faktur penjualan
dapat disimpan menurut tanggalnya, sehingga dapat berfungsi sebagai jurnal penjualan.
Harus ditetapkan hubungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga
pertanggungjawaban kebenaran informasi dapat ditentukan. Catatan dalam jurnal harus
dapat diverifikasi ketelitian dan kebenarannya. Untuk itu maka data dalam jurnal harus dapat
diusut ke dalam dokumen sumbernya. Karena ada berbagai jenis data yang dicatat dalam
jurnal (misalnya tanggal, keterangan mengenai transaksi, nomor bukti, dan jumlah rupiah)
maka jika terjadi kesalahan atas data tersebut, harus dapat ditentukan siapa yang
bertanggungjawab atas kesalahan tersebut. Oleh karena itu, harus ditetapkan hubungan
dokumen sumber dengan jurnal untuk dapat menentukan siapa yang bertanggungjawab atas
penyediaan data bagi pencatatan dalam jurnal. Sebagai contoh adalah pencatatan transaksi
penjualan kredit. Transaksi ini dicatat oleh bagian jurnal dalam jurnal penjualan atas dasar
dokumen sumber berupa faktur penjualan yang dibuat oleh bagian penagihan. Bukti ini
dibuat atas dasar data dalam laporan pengiriman barang yang dibuat oleh bagian pengiriman
barang. Dengan demikian ada hubungan antara data yang dicatat dalam jurnal penjualan
dengan dokumen sumber berupa faktur penjualan dan dokumen pendukung berupa laporan
pengiriman barang. Jika misalnya data yang dicatat dalam jurnal keliru, kekeliruan ini dapat
diusut ke dokumen sumbernya (faktur penjualan) dan dokumen pendukungnya (laporan
pengiriman barang), sehingga mudah dicari siapa yang harus mempertanggungjawabkan
kesalahan tersebut (bagian penagihan atau bagian pengiriman barang). Kekeliruan tersebut
mungkin juga disebabkan kesalahan menyalin data dari dokumen sumbernya yang dilakukan
oleh bagian jurnal.
JENIS JURNAL
Jenis jurnal yang biasanya terdapat dalam perusahaan yang relatif besar adalah sebagai
berikut:
1. Jurnal penjualan
2. Jurnal pembelian
3. Jurnal penerimaan
4. Jurnal pengeluaran kas
5. Jurnal umum
Berikut ini diuraikan kegunaan dan bentuk formulir setiap jenis jurnal tersebut.
Jurnal penjualan. Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik penjualan
kredit maupun jurnal tunai. Contoh jurnal penjualan disajikan pada gambar 4.3. dari jurnal
penjualan ini, manajemen akan dapat memperoleh informasi mengenai semua jenis transaksi
penjualan selama periode tertentu, urut secara kronologis.
Jurnal pembelian. Jurnal penjualan ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian
kredit. Transasksi pembelian tunai dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Contoh jurnal
pembelian dasajikan pada gambar 4.4 dalam cara pembukuan tertentu (voucher system),
jurnal pembelian digantikan fungsinya oleh register voucher (voucher register).
Jurnal penerimaan kas. Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan kas. Sumber pokok penerimaan kas perusahaan umumnya dari penjualan tunai
dan penerimaan piutang. Jika frekuensi transaksi kas masih rendah, jurnal penerimaan kas ini
digabungkan dengan jurnal pengeluaran kas dalam satu jurnal yang disebut jurnal kas.
Contoh jurnal penerimaan kas disajikan pada gambar 4.5.
Jurnal pengeluaran kas. Jurnal pengeluaran kas digunakan untu mencatat transaksi
pengeluaran kas. Contoh jurnal ini disajikan pada gambar 4.2.
Jurnal umum. Jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi selain yang dicatat dalam
jurnal khusus. Jika perusahaan hanya menyelenggarakan 2 jurnal khusus: jurnal kas dan
jurnal penjualan, maka jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi selain penerimaan
dan pengeluaran kas serta transaksi pejualan. Pada umumnya jurnal umum berbentuk jurnal
dua kolom (artinya kolom rupiahnya hanya terdiri dari 2 kolom) yaitu kolom debit dan kolom
kredit, seperti terlihat pada gambar 4.1. Hal ini dibuat demikian karena transaksi yang dibuat
dalam jurnal umum sangat bervariasi, dengan frekuensi kejadian yang rendah. Jika transaksi
tertentu yang dicatat dalam jurnal umum relatif sering terjadi, maka rekening yang terkait
dapat dibuatkan kolom tertentu, ssehingga jurnal umum tidak hanya terdiri dari 2 kolom saja.
METODE PENCATATAN DATA KEDALAM JURNAL
Jurnal umumnya berbentuk buku yang dijilid. Bentuk jurnal ini banyak dijumpai di
perusahaan yang menggunakan sistem manual di dalam pembukuannya. Jurnal dapat pula
berbentuk lambaran-lembaran formulir lepas. Bentuk ini digunakan terutama jika pembukuan
menggunakan mesin pembukuan. Dalam akuntansi dengan komputer, jurnal berbentuk arsip
transaksi dalam bentuk pita magnetic (magnetic tape) atau magnetic disk, yang setelah dicek
kebenaran dan kesahihannya, digunakan untuk memutakhirkan (update) arsip induk (buku
besar dan buku pembantu).
Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mencatat informasi dalam jurnal:
1. Dengan pena.
2. Dengan mesin pembukuan.
3. Dengan arsip dokumen sumber yang berfungsi sebagai jurnal.
4. Dengan komputer.

Dengan pena. Informasi dalam dokumen sumber disalin dalam jurnal dengan menggunakan
tulisan tangan. Lihat flowchart pencatatan ke dalam jurnal dengan tulisan tangan pada
gambar 4.6.
Dengan mesin pembukuan. Informai dalam dokumen sumber dicatat dalam jurnal dengan
mesin pembukuan, bersamaan dengan pembukuan ke dalam rekening buku pembantu.
Pencatatan ke dalam jurnal dapat pula dilakukan bersamaan dengan pembuatan dokumen
sumber, yaitu dengan menggunakan jurnal dan rekening buku pembantu sebagai tembusanya

p
ada saat pembuatan dokumen sumber. Dalam kedua cara tersebut, jurnal diperoleh sebagai
tembusan pencatatan ke dalam rekening buku pembantu atau tembusan pencatatn informasi
di dalam dokumen sumber. Lihat flowchart pencatatan ke dalam jurnal dengan menggunakan
mesin pembukuan pada gambar 4.7.
Dokumen sumber sebagai jurnal. Dalam cara ini jurnal berupa arsip dokumen sumber yang
disusun menurut waktu terjadinya transaksi. Cara ini menghindari pekerjaan penyalian
informasi dari dokumen sumber ke dalam jurnal. Pembukuan ke dalam rekening buku besar
dilakukan dengan cara membuat rekapitulasi dari dokumen sumber ini. Lihat flowchart
penggunaan dokumen sumber sebagai jurnal pada gambar 4.8.

dokumen Buku
Jurnal
sumber besarr
Gambar 4.6 pencatatan ke dalam jurnal dengan tulisan tangan

Buku
besarr

Jurnal jurnal diperoleh dari


Buku pembuatan dokumen
pembantu
sumber dan posting ke
dokumen
dalam buku pembantu
sumber

gambar 4.7 pencatatan ke dalam jurnal dengan mesin pembukuan

Dengan komputer. Data dalam dokumen sumber dimasukkan ke dalam sisem komputer
melalui keyboard dan dicatat ke dalam arsip transaksi (transaction file) yang berfungsi
sebagai jurnal. Jika perusahaan menggunakan formulir elektronik, penangkapan data
sekaligus dilakukan dilakukan pada saat entry ke dalam formulir elektronik dan sekaligus
pencatatan ke dalam arsip transaksi. Arsip transaksi ini stelah divalidasi, kemudian digunakan
untuk memutakhirkan arsip induk (buku besar dan buku pembantu). Lihat flowchart
pencatatan ke dalam jurnal dengan komputer pada gambar 4.9
Membuat
Secara rekap
periodik dokumen
sumber

Rekap Rekap
Buku
Dokumen Dokumen
pembantu
sumber sumber

Arsip dokumen
sumber secara
kronologis berfungsi
T
sebagai jurnal

Gambar dokumen sumber sebagai jurnal


LANGKAH PERANCANGAN JURNAL
Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa ditempuh oleh ahli sistem dalam merancang
jurnal:
Arsip
dokumen Transaksi
Terminal
sumber

Arsip Induk Arsip Induk


Run
yang belum yang Telah
Updating
Dimutakhirkan Dimutahirkan

Gambar 4.9 pencatatan jurnal dengan komputer

1. Mengumpullkan informasi mengenai karakteristik informasi yang terjadi dalam


perusahaan.
2. Membuat jurnal standar (standard journal entries) untuk setiap jenis transaksi yang
frekuensi terjadinya tinggi.
3. Merancang jurnal berdasarkan jurnal dtancar tersebut
Studi terhadap karakteristik transaksi perusahaan. Perancangan jurnal dimulai dari studi
terhadap karakteristik transaksinya yang dilaksanakan oleh perusahaan. Transaksi yang
frekoensi terjadinya tinggi dalam jangka waktu sebulan, perlu dibuatkan jurnal khusus,
sedangkan transaksi yang frekuensi terjadinya rendah perlu ditampung dalam jurnal umum
bersama dengan transaksi berfrekuensi rendah yang lain.
Pembuatan jurnal standar. Setelah transaksi yang berfrekuensi tinggi diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah mempelajari ciri khas transaksi tersebut untuk dapat menentukan
rekening-rekening buku besar yang terkait dalam perencanaan transaksi tersebut. Atas dasar
ini dibuat jurnal standar untuk mencatat transaksi-transaksi yang berfrekuensi tinggi.
Perancangan jurnal. Jurnal standar kemudian dipakai sebagai dasar untuk menentukan
kolom-kolom yang harus dicantumkan dalam jurnal khusus. Kolom dalam jurnal ditentukan
atas dasar tingginya frekuensi terkaitnya rekening tertentu yang didebit atau dikredit dalam
pencatatan transaksi.
Contoh 1
Misalnya hasil studi terhadap transaksi yang dilaksanakan oleh perusahaan manunjukkan
bahwa transaksi pemakai bahan mempunyai frekuensi tinggi dalam jangka waktu satu bulan.
Karakteristik lain dari transaksi pemakaian bahan tersebut adalah sebagai barikut:
a. Bahan yang dipakai oleh perusahaan terdiri dari bahan baku, bahan penolong, dan minyak
pelumas.
b. Bahan baku dipakai untuk produksi pesanan, bahan penolong digunakan sebagai bahan
penolong proses produksi, sedangkan minyak pelumas digunakan untuk pemeliharaan
mesin produksi dan kendaraan serta ekuipmen yang dipakai oleh bagian pemasaran dan
bagian administrasi.
c. Transaksi yang bersangkutan dengan pemakaian bahan baku dan bahan penolong
berfrekuensi tinggi dalam jangka waktu satu bulan.
Berdasarkan informasi mengenai karakteristik transaksi pemakaian bahan tersebut dapat
disusun jurnal standar berikut ini:
Barang dalam proses xx
Biaya overhead pabrik xx
Biaya administrasi & umum xx
Biaya pemasaran xx
Persediaan bahan xx
Untuk menentukan rekening-rekening mana yang perlu dibuatkan kolom khusus dalam jurnal
yang akan dirancang, perlu dilakukan studi terhadap frekuensi transaksi yang menyangkut
rekening-rekening debit dan kredit. Di atas sudah diketahui bahwa pemakaian bahan baku
dan bahan penolong mempunyai frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu rekening-rekening
barang dalam proses dan biaya overhead pabrik perlu dibuatkan kolom-kolom khusus. Di
samping itu rekening persediaan bahan tentu saja akan tinggi frekuensi terkaitnya dengan
transaksi pemakaian bahan tersebut, oleh karena itu perlu juga dibuatkan kolom khusus
dalam jurnal yang akan dirancang. Misalnya frekuensi transaksi pemakaian minyak pelumas
untuk keperluan bagian administrasi dan bagian pemasaran relatif rendah, maka pencatatan
pemakaian bahan yang menyangkut rekening biaya administrasi dan umum biaya pemasaran
akan rendah pula. Oleh karena itu kedua rekening tersebut tidak perlu masing-masing
dibuatkan kolom khusus tersendiri, namun digabungkan dalam satu kolom yang disebut
kolom “lain-lain debit”.
Atas dasar informasi yang telah dikumpulkan tersebut dapat dibuat jurnal pemakaian
bahan seperti terlihat pada gambar 4.10.

REFERENSI
1. Romney, Marshall B dan Steinbart, Paul John. 2017. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi
13 (Edisi Indonesia). Jakarta. Salemba Empat.
2. Marshall B. Romney, Paul J. Steinbart. 2017. Accounting Information Sistem
3. Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

You might also like