You are on page 1of 31

1

2
PEDOMAN DAN DESAIN
KINERJA KKN UNIROW TUBAN DALAM PROGRAM
KETAHANANAN PANGAN DAN DESA DALAM
ANGKA TAHUN 2023

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
2023
i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


BAB I PEDOMAN KETAHANAN PANGAN ...................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Maksud Penyusunan Panduan .................................................. 2
1.3 Tujuan Ketahanan Pangan Dan Desa Dalam Angka .................... 2
1.4 Prinsip .................................................................................... 3
1.5 Kebijakan Ketahanan Pangan di Desa ....................................... 4
1.6 Indikator Ketahanan Pangan di Desa ........................................ 4
1.7 Kegiatan Ketahanan Pangan di Desa ......................................... 5
1.8 Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
untuk Ketahanan Pangan ......................................................... 8
1.9 Peran Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa ..... 8
1.10 Peran Badan Usaha Milik Desa/Badan Usaha Milik Desa
Bersama ................................................................................. 8
1.11 Peran Masyarakat Desa ............................................................ 8
1.12 Kemitraan ............................................................................... 9
1.13 Penutup .................................................................................. 9
BAB II DESAIN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN DESA DALAM ANGKA .. 10
2.1 Latar Belakang ........................................................................ 10
2.2 Dasar Hukum .......................................................................... 13
2.3 Tujuan .................................................................................... 13
2.4 Sasaran .................................................................................. 13
2.5 Hasil/Keluaran ......................................................................... 13
2.6 Lingkup Kegiatan ..................................................................... 14
2.7 Pelaksana Kegiatan .................................................................. 14
2.8 Tahap Pelaksanaan .................................................................. 14
2.9 Keberlanjutan .......................................................................... 15
2.10 Tabel Instrumen Penilaian Ketahanan Pangan di Desa ............... 15
2.11 Tabel Rekomendasi Hasil Penilaian Instrumen Ketahanan
Pangan di Desa ....................................................................... 19
2.12 Desa dalam Angka ................................................................... 21
2.13 Format Laporan Program Kerja KKN UNIROW Tentang
Ketahanan Pangan dan Desa dalam Angka di Desa xxxxxx
Kecamatan xxxx Kabupaten Tuban Tahun 2023 ........................ 21

ii
BAB I
PEDOMAN KETAHANAN PANGAN

Dalam rangka mewujudkan kecukupan pangan bagi seluruh warga Desa, pencapaian
kemandirian pangan Desa, dan memastikan Desa terlepas dari kerawanan pangan serta
penggunaan Dana Desa untuk ketahanan pangan dan hewani di Desa, Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menerbitkan keputusan Nomor 82
Tahun 2022 tentang Pedoman Ketahanan Pangan di Desa.

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan tingkat kelaparan tertinggi ke 3 (tiga) se Asia
Tenggara (Global Hunger Index,2021). Untuk itu desa harus segera bersiap melaksanakan
langkah-langkah pencegahan krisis pangan. Disamping hal tersebut, Indonesia juga
memiliki tantangan yang cukup besar dalam hal upaya pemenuhan ketahanan pangan,
disebabkan wilayah Indonesia memiliki karakter yang beragam dan laju pertumbuhan
penduduk yang terus bertambah 1,1% per tahun (setara dengan 2,5 Juta orang).
Tingginya tingkat kelaparan tersebut juga berdampak besar pada aspek kesehatan di
Indonesia, terutama terkait dengan pemenuhan gizi. Hal ini dibuktikan berdasarkan Data
Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih
berada pada angka 24,4% atau 5,33 juta balita. Untuk menghadapi kondisi krisis pangan
tersebut, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan bahwa
tujuan Pembangunan Desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal,
serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal ini
kemudian diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang
APBN yang menyatakan bahwa Dana Desa ditentukan penggunaannya untuk program
ketahanan pangan dan hewani paling sedikit 20% (dua puluh persen), dengan harapan
mampu menyiapkan sedini mungkin Desa menghadapi krisis pangan. Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mendorong penggunaan Dana Desa
dalam mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri, kolaboratif, dan berkelanjutan
sesuai dengan amanat SDGs Desa.
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia di dunia dan merupakan
hal yang tidak dapat dipandang remeh karena merupakan masalah yang serius dan
strategis. Pangan juga merupakan kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat ditunda
serta dapat memicu gejolak sosial dan ketidakstabilan politik jika tidak dapat tertangani
dengan baik. Setiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan pangan, manusia mampu
membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap berfungsi dengan semestinya
sehingga tetap sehat. Dalam suatu masyarakat yang maju, terasa timbul kesadaran untuk
mengetahui komposisi makanan yang dikonsumsi. Pada umumnya, pangan atau makanan
tidak hanya tersusun atas air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan serat makanan
(dietary fiber) tetapi juga terdiri

1
atas berbagai zat kimia lain yang sudah berada dalam makanan secara alami maupun
yang ditambahkan.
Agar individu tidak kekurangan gizi maka akses setiap individu terhadap pangan
harus dijamin. Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan
pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara terus-menerus (continue).
Pengadaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk
dan sesuai dengan persyaratan gizi, merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Untuk menjawab masalah ini diperlukan informasi mengenai situasi
pangan disuatu negara atau daerah pada periode tertentu. Hal ini dapat terlihat dari
gambaran produksi, pengadaan dan penggunaan pangan serta tingkat ketersediaan untuk
konsumsi penduduk per kapita.
Pemanfaatan potensi sumber daya di Kabupaten Tuban menjadi sangat perlu
ditingkatkan demi memenuhi kebutuhan penduduk akan pangan yang terus meningkat.
Ditambah lagi dengan kondisiKabupaten Tuban sebagai salah satu sentra produksi
tanaman pangan di Jawa Timur sehingga diharapkanproduksi yang ada di wilayah tersebut
tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di dalam kabupaten,
melainkan juga daerah lain di sekitarnya. Pemerintah Kabupaten Tuban dituntut mampu
melakukan perencanaan penyediaan pangan berbasis potensi wilayah untuk memenuhi
kebutuhan pangan penduduk. Pola ini sesuai dengan kebijakan otonomi daerah yang
memberi kewenangan daerah setempat dalam pembangunan pangan.
Hal penting yang dapat semakin disoroti adalah peningkatan laju alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pemukiman untuk tiap tahunnya. Pemanfaatan potensi produksi
pangan di Kabupaten Tuban untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi diharapkan
dapat meningkatkan potensi ekonominya, sehingga dapat diperoleh ketersedian pangan
yang dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan masyarakat dalam
kabupaten yang menyokong tercapainya ketahanan pangan negara

1.2 Maksud Penyusunan Panduan


1. Sebagai acuan bagi Desa dalam merencanakan, menganggarkan, dan melaksanakan
program/kegiatan ketahanan pangan di Desa;
2. Sebagai acuan bagi Desa dalam penggunaan dana Desa untuk program/kegiatan
ketahanan pangan di Desa;
3. Sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi,
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dalam membina
penyelenggaraan ketahanan pangan di Desa; dan
4. Sebagai acuan bagi pihak lain, termasuk namun tidak terbatas pada tenaga
pendamping profesional, pendamping masyarakat Desa yang berasal dari perangkat
daerah kabupaten/kota, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, dan swasta dalam mendampingi penyelenggaraan ketahanan
pangan di desa.

1.3 Tujuan Ketahanan Pangan Dan Desa Dalam Angka


1. Meningkatkan ketersediaan pangan baik dari hasil produksi masyarakat Desa maupun
dari lumbung pangan Desa;

2
2. Meningkatkan keterjangkauan pangan bagi warga masyarakat Desa; dan
3. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman, higienis,
bermutu, tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
serta berbasis pada potensi sumber daya lokal.
4. Menjadi sumber referensi informasi terkait pengambilan kebijakan dalam desa

1.4 Prinsip
Ketahanan pangan di desa dapat dicapai dengan akurasi data desa dalam angka
yang mengedepankan pada prinsip sebagai berikut:
1. Partisipasi
Keikutsertaan secara aktif masyarakat desa dalam pendataan, perencanan,
pelaksanaan dan pengawasan kebijakan ketahanan pangan di desa.
2. Kegotongroyongan
Ketahanan pangan di desa dikelola dengan mengutamakan budaya saling
membantu, saling menolong dalam semangat kesetaraan dan kesadaran bekerja
sama.
3. Kesetaraan
Penyelenggaraan ketahanan pangan di desa dikelola dengan mengutamakan
pemenuhan hak dan kepentingan seluruh masyarakat desa tanpa membeda-
bedakan suku, ras, kelompok, agama dan golongan. Bahkan, dilakukan tindakan
afirmatif untuk memastikan beragam kegiatan penyelenggaraan desa bermanfaat
bagi masyarakat desa yang berada dalam situasi ketidakberdayaan misalnya:
masyarakat miskin yang tidak memiliki aset dan akses terhadap pangan.
4. Keswadayaan
Ketahanan pangan di desa diselenggarakan dengan menghargai dan
mengedepankan kemampuan masyarakat desa dalam mengelola sumber daya
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air
untuk kecukupan pangan. Masyarakat desa memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi
lingkungannya, memiliki tenaga kerja, serta memiliki norma-norma
bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua ini harus digali dan dijadikan
modal dasar. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil dipandang sebagai
penunjang.
5. Kemandirian
Ketahanan pangan di desa diselenggarakan dengan mengutamakan
pendayagunaan segala sumber daya pembangunan yang ada di desa untuk
membangun pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan yang
berkelanjutan.
6. Keterpaduan
Desa harus mampu membangun ketahanan pangan agar tidak ada seorang pun
masyarakat desa yang kelaparan. Upaya ini dilakukan secara terpadu lintas
sektor pembangunan di Desa, serta menyeluruh mencakup semua Lembaga di
desa yang berkaitan langsung dengan upaya pembangunan ketahanan pangan di
wilayah desa.

3
7. Keberlanjutan
Desa harus melindungi sistem pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air untuk kepentingan masyarakat desa pada masa
sekarang dan generasi masa depan melalui upaya perlindungan dan pengelolaan
sumber daya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air di wilayah Desa.

1.5 Kebijakan Ketahanan Pangan di Desa


Kebijakan ketahanan pangan di desa, merujuk pada upaya pencapaian SDGs Desa
utamanya pada terwujudnya Desa Tanpa Kemiskinan, Desa Tanpa Kelaparan, Desa Sehat
dan Sejahtera, Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai kebutuhan, Desa Peduli Lingkungan
Laut, Desa Peduli Lingkungan Darat, Kemitraan untuk Pembangunan Desa, dan
Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.

1.6 Indikator Ketahanan Pangan di Desa


Indikator keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa terdiri dari 3
aspek, yaitu:
1. Ketersediaan pangan di desa:
a. Ketersediaan pangan dari hasil produksi masyarakat Desa;
b. Ketersediaan pangan dari lumbung pangan Desa;
c. Ketersediaan data dan informasi mengenai hasil produksi dan lumbung
pangan Desa; dan
d. Ketersediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis potensi
sumber daya lokal.
2. Keterjangkauan pangan di desa:
a. Kelancaran distribusi dan pemasaran pangan di desa; dan
b. Ketersediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan
gizi, maupun dalam keadaan darurat.

4
3. Pemanfaatan pangan di desa:
a. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal; dan
b. Konsumsi pangan yang aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.

1.7 Kegiatan Ketahanan Pangan di Desa


Upaya mewujudkan ketahanan pangan di desa disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan desa. Adapun jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan di desa antara lain:
1. Ketersediaan pangan di desa:
a. Ketersediaan pangan dari hasil produksi masyarakat Desa:
1) Pemanfaatan Tanah Kas Desa sebagai lahan pertanian, peternakan,
perikanan, perkebunan atau kegiatan pengembangan pangan lainnya;
2) Pemanfaatan lahan pekarangan dan pemanfaatan lahan non produktif
untuk pertanian, peternakan, dan perikanan;
3) Pengembangan pertanian keluarga, pekarangan pangan
lestari, hidroponik, atau bioponik;
4) Peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak,
dan ikan;
5) Pelatihan budidaya pertanian, perkebunan, perhutanan,
peternakan dan/atau perikanan;
6) Pengembangan pakan ternak alternatif;
7) Pengembangan sentra pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan
dan/atau perikanan terpadu;
8) Pembukaan lahan pertanian/perkebunan;
9) Pembangunan dan/atau normalisasi jaringan irigasi;
10) Pembangunan kandang komunal;
11) Pengadaan alat produksi pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan
dan/atau perikanan;
12) Pengadaan alat-alat teknologi tepat guna pengolahan pasca panen;
13) Pelatihan pengelolaan hasil panen;
14) Pemasangan atau perawatan karamba bersama;
15) Pembangunan dan pemeiliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan
tempat penjualan ikan lainnya yang dikelola badan usaha milik Desa
dan/atau badan usaha milik Desa Bersama;
16) Pengembangan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi,
penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;
17) Penetapan kawasan lahan pertanian/perkebunan/perikanan/ kehutanan
dalam rencana tata ruang Desa; dan
18) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersediaan pangan dari
hasil produksi masyarakat Desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan
dalam musyawarah desa.

5
b. Ketersediaan pangan dari lumbung pangan Desa:
1) Pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan Lumbung Desa;
2) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendukung lumbung
pangan desa (akses jalan, tembok penahan tanah, jaringan air, dan lain-
lain); dan
3) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Ketersediaan pangan dari
lumbung pangan Desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam
musyawarah desa
c. Ketersediaan data dan informasi mengenai hasil produksi dan lumbung
pangan Desa:
1) Pendataan potensi dan sumberdaya pangan Desa;
2) Pendataan produksi dan konsumsi pangan pada tingkat keluarga, Rukun
Tetangga, Rukun Warga, dan Desa;
3) Pemutakhiran data pangan di Desa;
4) Penyusunan peta digital kerawanan pangan di desa;
5) Pengadaan sarana/prasarana teknologi informasi dan komunikasi untuk
menunjang perbaikan dan konsolidasi data pangan di Desa; dan
6) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Ketersediaan data dan
informasi mengenai hasil produksi dan lumbung pangan Desa sesuai
kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.
d. Ketersediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis potensi
sumber daya lokal:
1) Pengembangan teknologi tepat guna untuk usaha pengolahan Pangan
Lokal;
2) Pengenalan jenis Pangan baru, termasuk Pangan Lokal yang belum
dimanfaatkan;
3) Pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan;
4) Penanaman tumpang sari tanaman pokok dilahan-lahan perkebunan; dan
5) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersedian pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan berbasis potensi sumber daya lokal
sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.
2. Keterjangkauan pangan di desa:
a. Kelancaran distribusi dan pemasaran pangan di desa:
1) Pemasaran, promosi, dan distribusi produk pangan desa melalui BUM
Desa/BUM Desa Bersama;
2) Pembangunan prasarana pemasaran produk pangan;
3) Pengembangan jaringan pemasaran produk pertanian, perkebunan,
perhutanan, peternakan dan/atau perikanan;
4) Pengembangan usaha/unit usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama yang
bergerak di bidang pangan nabati dan/atau hewani, termasuk namun
tidak terbatas pada penguatan/penyertaan modal;

6
5) Fasilitasi BUM Desa/BUM Desa Bersama dan Lembaga ekonomi lainnya
dalam peran sebagai agregator untuk membeli komoditas Desa untuk
dijual kembali di pasar yang lebih luas;
6) Pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan usaha tani;
7) Penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah di bidang Pangan;
8) Pengembangan industri Pangan yang berbasis Pangan Lokal; dan
9) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan kelancaran distribusi dan
pemasaran pangan di desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan
dalam musyawarah desa.
b. Ketersediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan
gizi, maupun dalam keadaan darurat:
1) Pemberian bantuan makanan tambahan bergizi bagi anak usia di bawah
lima tahun;
2) Pemberian bantuan makanan tambahan bergizi bagi lansia;
3) Pemberian bantuan bahan pangan bagi warga miskin rawan pangan dan
gizi, maupun dalam keadaan darurat; dan
4) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersediaan bantuan
pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan gizi, maupun dalam
keadaan darurat sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam
musyawarah desa.
3. Pemanfaatan pangan di desa:
a. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal:
1) Sosialisasi dan edukasi konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang,
dan Aman (B2SA);
2) Peningkatan keterampilan dalam pengembangan olahan Pangan Lokal;
3) Pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna untuk pengolahan
Pangan Lokal; dan
4) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal
sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.
b. Konsumsi pangan yang aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat:
1) Edukasi tentang makanan yang bebas akan cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia;
2) Pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh warga desa bebas
akan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia;
3) Sosialisasi keamanan pangan terhadap Petani, Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan
4) Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Konsumsi pangan yang
aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan dengan agama,

7
keyakinan, dan budaya masyarakat sesuai kewenangan desa
dan diputuskan dalam musyawarah desa.

1.8 Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk Ketahanan


Pangan
Penggunaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa) untuk Ketahanan
Pangan berasal dari Dana Desa dan sumber dana lainnya. Penggunaan Dana Desa
digunakan dalam mewujudkan ketersedian, pemanfaatan, dan keterjangkauan pangan di
desa.
Langkah-langkah pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan di desa dapat
dilakukan dengan cara:
1. Memastikan program/kegiatan yang direncanakan merupakan kewenangan Desa;
2. Disepakati dan diputuskan dalam Musyawarah Desa;
3. Program/kegiatan yang direncanakan masuk dalam RKP Desa dan APB Desa; dan
4. RKP Desa dan APB Desa dipublikasikan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1.9 Peran Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa


Mewujudkan ketahanan pangan di desa melalui penyediaan, keterjangkauan, dan
pemanfaatan pangan sesuai dengan kewenangan desa.

1.10 Peran Badan Usaha Milik Desa/Badan Usaha Milik Desa Bersama
Peran Badan Usaha Milik Desa/Badan Usaha Milik Desa Bersama dalam mendukung
ketahanan pangan di desa, antara lain:
1. Pengelola usaha/unit usaha lumbung pangan desa;
2. Penyediaan permodalan dan unit usaha dana bergulir masyarakat;
3. Penyewaan peralatan pertanian; dan
4. Penyedia sarana produksi, pemasaran hasil pertanian melalui pengelolaan
lumbung pangan, pengolahan, dan pemasaran serta kerja sama dengan
kelompok ekonomi desa dan swasta.

1.11 Peran Masyarakat Desa


Peran masyarakat desa dalam ketahanan pangan di desa yaitu:
1. Intensifikasi lahan milik masyarakat desa sebagai sumber produksi pangan
keluarga;
2. Intensifikasi lahan dan penganekaragaman tanaman sebagai langkah optimalisasi
lahan pekarangan untuk memproduksi pangan keluarga;
3. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa; dan
4. Pengelolaan stok pangan keluarga.

8
1.12 Kemitraan
Kemitraan dalam penguatan ketahanan pangan di desa dapat dilakukan bersama
Perguruan Tinggi, BUMN, Lembaga Swasta, dan organisasi masyarakat serta media
terkait. Peran kemitraan desa dalam ketahanan pangan di desa yaitu:
1. Melakukan pelatihan, pembimbingan dan pendampingan desa dalam mencapai
ketahanan pangan di desa; dan
2. Memberikan informasi akses permodalan, pengolahan produksi, promosi, dan
kerjasama sebagai penguatan ketahanan pangan di desa.

1.13 Penutup
Pedoman ini memberikan arah bagi pemerintah desa, supra desa dan kelembagaan
desa dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa. Ketahanan pangan di desa
diharapkan mampu berkontribusi mewujudkan tujuan dari SDGs Desa utamanya pada
terwujudnya: Desa Tanpa Kemiskinan, Desa Tanpa Kelaparan, Desa Sehat dan Sejahtera,
Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai kebutuhan, Desa Peduli Lingkungan Laut, Desa
Peduli Lingkungan Darat, Kemitraan untuk Pembangunan Desa, dan Kelembagaan Desa
Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.

9
BAB II
DESAIN PROGRAM KETAHANAN
PANGAN DAN DESA DALAM
ANGKA

2.1 Latar Belakang


Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana Desa Pasal 34 ayat (2), bahwa Pemerintah
Desa menganggarkan kegiatan ketahanan pangan dan hewani sesuai dengan karakteristik
dan potensi Desa. Adapun karakteristik dan potensi Desa di Dusun Karya Harapan Mukti
yaitu; memiliki kebiasaan hidup masih sangat tergantung pada alam. Karakteristiknya:
gameinschaft, gotong royong, homogen, dan toleransi kuat. Sedangkan potensi Desa
Karya Harapan Mukti memiliki sumber daya alam pertanian dan perkebunan yang
sebahagian masyarakatnya disamping membudidayakan tanaman kelapa sawit, juga
mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura, ternak, dan ikan.
Prioritas penggunaan Dana Desa tahun anggaran 2022 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7
Tahun 2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa, bahwa prioritas penggunaan Dana
Desa terdiri dari 2 (dua) kategori:
1. Diatur dan diurus oleh Desa berdasarkan kewenangan Desa
2. Diarahkan untuk program dan/atau kegiatan percepatan pencapaian SDGs Desa
melalui:
a. pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan Desa,
b. program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa, dan
c. mitigasi dan penanganan bencana alam dan nonalam sesuai kewenangan
Desa.
Untuk program ketahanan pangan dan hewani itu sendiri sebagaiman diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7
Tahun 2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa adalah termasuk dalam kategori
priotitas yang diarahkan bagian program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa
dalam rangka untuk mewujudkan Desa tanpa kelaparan (SDG’s ke-2), yang kegiatannya
meliputi:
1. Pengembangan usaha pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan dan/atau
perikanan,
2. Pembangunan lumbung pangan Desa,
3. Pengolahan pasca panen, dan
4. Penguatan ketahanan pangan lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa
dan diputuskan dalam Musyawarah Desa
Teknis pelaksanaan kegiatannya sendiri diutamakan melalui swakelola dengan
memanfaatkan segala sumber daya yang ada di Desa melalui skema Padat Karya Tunai
Desa (PKTD). Sebagaimana dicontohkan, di bidang pertanian dan perkebunan untuk
ketahanan pangan yang kegiatannya meliputi:
1. Pemanfaatan lahan kosong milik Desa untuk tanaman pangan dan perkebunan,

1
2. Pemanfaatan lahan kosong milik warga untuk penanaman sayuran dan lain-lain,
dan

1
3. Penanaman tumpang sari tanaman pokok dilahanlahan perkebunan.
Berdasarkan kesepakatan Internasional yang merupakan salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan atau yang disebut dengan SDGs 2030, bahwa ketahanan
pangan ditujukan untuk:
1. End poverty (Mengakhiri kemiskinan)
2. End hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote
sustainable agriculture (Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
gizi yang lebih baik, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan)
3. Ensure healthy lives (Menjamin kehidupan yang sehat)
4. Water and sanitation (Air dan sanitasi)
5. Sustainable consumption and production (Konsumsi dan produksi berkelanjutan)
6. Combat climate change (Memerangi perubahan iklim)
Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan KTT G20 Osaka 2019 (G20 keempat belas)
pada 28 – 29 Juni 2019 di International Exhibition Center, Osaka bahwa pembangunan
pertanian difokuskan untuk mencapai ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat.
Secara garis besar, ketahanan pangan harus memiliki 3 prinsip yaitu; Ketersediaan,
Keterjangkauan; dan Kemanfaatan yang selanjutnya disebut aspek ketahanan pangan.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan:
1. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
2. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman
untuk dikonsumsi.
3. Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
4. Penyelenggaraan Pangan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan konsumsi Pangan
dan Gizi, serta keamanan Pangan dengan melibatkan peran serta masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu.
Undang-Undang tentang Pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi
Penyelenggaraan Pangan yang mencakup perencanaan Pangan, Ketersediaan Pangan,
Keterjangkauan Pangan, konsumsi Pangan dan Gizi, Keamanan Pangan, label dan iklan
Pangan, pengawasan, sistem informasi Pangan, penelitian dan pengembangan Pangan,
kelembagaan Pangan, peran serta masyarakat, dan penyidikan. Kebijakan konsumsi
pangan dan gizi, Undang-Undang tentang Pangan menitikberatkan pada kebijakan:

1
1. Konsumsi Pangan
Pemerintah berkewajiban meningkatkan pemenuhan kuantitas dan kualitas
konsumsi Pangan masyarakat melalui:
a. penetapan target pencapaian angka konsumsi Pangan per kapita pertahun
sesuai dengan angka kecukupan Gizi,
b. penyediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman, dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, dan
c. pengembangan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam
pola konsumsi Pangan yang beragam, bergizi seimbang, bermutu, dan
aman.
d. Penganekaragaman Konsumsi Pangan
2. Penganekaragaman konsumsi Pangan dilakukan dengan:
a. mempromosikan penganekaragaman konsumsi Pangan,
b. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi
aneka ragam Pangan dengan prinsip Gizi seimbang,
c. meningkatkan keterampilan dalam pengembangan olahan Pangan Lokal, dan
d. mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi tepat guna
untuk pengolahan Pangan Lokal
3. Perbaikan Gizi
Kebijakan di bidang Gizi untuk perbaikan status Gizi masyarakat dilakukan melalui:
a. penetapan persyaratan perbaikan atau pengayaan Gizi Pangan tertentu yang
diedarkan apabila terjadi kekurangan atau penurunan status Gizi masyarakat,
b. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi Pangan
untuk meningkatkan kandungan Gizi Pangan olahan tertentu yang
diperdagangkan,
c. pemenuhan kebutuhan Gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan
kelompok rawan Gizi lainnya, dan
d. peningkatan konsumsi Pangan hasil produk ternak, ikan, sayuran, buah-
buahan, dan umbi-umbian lokal.
4. Desa dalam Angka
Kebijakan desa dalam angka digunakan sebagai sumber rujukan pengambilan
kebijakan dan sekaligus cerminan pada kinerja desa secra berkelanjutan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya ketahanan pangan
harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, pangan harus
memenuhi unsur:
1. Tersedia cukup (kecukupan),
2. Merata, dan
3. Berkelanjutan
Sedangkan secara kualitas harus memenuhi unsur:
1. Keamanan pangan,
2. Keberagaman pangan, dan
3. Bergizi
Ketahanan pangan tidak boleh bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
1
2.2 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
2. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana Desa
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7
Tahun 2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022
Penggunaan Dana Desa untuk program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa
diprioritaskan untuk pencapaian SDGs Desa (Pasal 6 ayat (2) huruf c): penguatan
ketahanan pangan nabati dan hewani untuk mewujudkan Desa tanpa kelaparan.

2.3 Tujuan
Tujuan dari program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani ini adalah untuk
mewujudkan aspek ketersediaan, keterjangkauan, dan kemanfaatan.
1. Ketersediaan
Ketersediaan pangan diarahkan untuk menciptakan sentra produksi dan
peningkatan produktivitas serta distribusi penyediaan pangan lokal
2. Keterjangkauan
Keterjangkauan pangan diarahkan pada kemudahan masyarakat untuk
mengakses pangan baik jarak maupun harga.
3. Kemanfaatan
Pemanfaatan pangan dicerminkan oleh konsumsi pangan perseorangan atau
rumah tangga yang dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, keterjangkauan
pangan, pola konsumsi pangan, dan pengetahuan pangan dan gizi. Kuantitas
dan kualitas pangan yang dikonsumsi secara langsung akan menentukan status
gizi.

2.4 Sasaran
Sasaran program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani ini adalah agar
terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Indikator umum untuk pencapaian
sasaran tersebut ada dua yang saling terkait satu dengan lainnya, yaitu:
1. Tersedianya pangan yang: (i) cukup, mutu yang baik, memenuhi persyaratan
keamanan pangan, beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata antar wilayah
Desa, waktu dan golongan pendapatan, terjangkau oleh daya beli masyarakat;
(ii) tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat; (iii)
didukung oleh lingkungan sanitasi dan layanan kesehatan yang memadai.
2. Terwujudnya status gizi sumber daya manusia sesuai standar kecukupan untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
3. Tersedianya data desa dalam angka yang mudah diakses oleh semua stackholder
dalam memberikan sumbangsih pembangunan desa yang berkelanjutan

2.5 Hasil/Keluaran
Output kegiatan ini adalah meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam
sehingga tidak ada penduduk rawan pangan serta meningkatnya pengetahuan tentang

1
pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman (B2SA) serta ketersediaan akses data
desa secara mudah.

2.6 Lingkup Kegiatan


Kebijakan program/kegiatan ketahanan pangan dan desa dalam angka melingkupi:
1. Menciptakan sentra pangan yang berbentuk kebun gizi milik Desa
2. Pemanfaatan kolam sebagai sentra budi daya ikan air tawar yang dikelola oleh
kelompok,
3. Pemanfaatan lahan pekarangan masyarakat sebagai lumbung hidup dan warung
hidup dengan bantuan sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan,
4. Kegiatan promosi pangan B2SA dan peningkatan kapasitas masyarakat yang
melingkupi pelatihan kelompok masyarakat, kader pangan, dan pemangku
kepentingan di Desa, dan
5. Penyaluran bantuan pangan langsung bagi kelompok sasaran penanganan
stunting.
6. Penyaluran pangan hasil dari program/kegiatan ketahanan pangan dan hewani
yang berasal dari sentra kebun gizi dan sentra budi daya ikan.
7. Tabulasi semua komponen yang terkait sumber daya yang ada dalam desa
tersebut

2.7 Pelaksana Kegiatan


Penanggung Jawab
1. Secara umum. pelaksana kegiatan anggaran adalah Kepala Seksi Pelayanan
dengan rincian kegiatan yang ada di dalamnya dapat dibantu oleh Kepala Seksi
lain sesuai dengan bidang tugas atau tupoksi masing-masing.
2. Mahasiswa KKN UNIROW
3. Mitra
Mitra program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani berasal dari unsur
masyarakat/kelompok masyarakat dan LKD:
1. Kelompok tani/ternak/ikan
2. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) pokja III, dan
3. Masyarakat pengembang tanaman pangan dan hortikultura.

2.8 Tahap Pelaksanaan


Tahap pelaksanaan program ketahanan pangan dan desa dalam angka meliputi:
1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi:
a. Pendataan/identifikasi dan pemetaan potensi bidang ketahanan pangan dan
hewani
b. Pendataan dan penetapan kelompok sasaran penerima program/kegiatan
ketahanan pangan dan hewani
c. Perencanaan

1
Tahap ini meliputi perumusan prioritas kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa Tahun Anggaran 2022).
2. Penganggaran
Penganggaran program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani dalam
APB Desa mengikuti parameter dalam sistem informasi keuangan Desa
(siskeudes) sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam dokumen penganggaran juga
dilengkaoi dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) rinci yang merupakan
lampiran dari Kerangka Acuan Kegiatan ini.
3. Pelaksanaan
Program/kegiatan ketahana pangan dan hewani ini dilaksanakan dengan dua
model yaitu; kegiatan tersentral (kebun gizi milik Desa dan kolam ikan yang
dikelola oleh kelompok pengelola) dan basis masyarakat yang belanjanya
langsung diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi budi daya
yang mereka kembangkan seperti bantuan bibit, pupuk, dan obat-obatan serta
bantuan pangan langsung.

2.9 Keberlanjutan
Program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani yang merupakan salah satu
tujuan pencapaian SDGs yaitu mewujudkan Desa tanpa kelaparan (SDGs ke-2) diharapkan
mampu memecahkan permasalahan kekurangan gizi baik pada kelompok sasaran
konvergensi pencegahan stunting maupun masyarakat secara umum. Desain
program/kegiatan bukan hanya untuk dimanfaatkan di tahun 2022 akan tetapi akan terus
dilakukan agar di tahun-tahun berikutnya masyarakat bisa menikmati program/kegiatan ini
secara berkelanjutan. Tentunga komitmen yang dituangkan dalam regulasi tingkat desa
akan menjadi salah satu prioritas yang diutamakan.

2.10 Tabel Instrumen Penilaian Ketahanan Pangan di Desa

KRITERIA PILIHAN JAWABAN


NO. INDIKATOR KETERANGAN SKOR
PENILAIAN (1) (2) (3)
KETERSEDIAAN PANGAN DI DESA
1. Ketersediaan Memiliki Produksi pangan 3
pangan dari kemampuan melebihi kebutuhan
Hasil Produksi produksi pangan lokal desa
Masyarakat untuk mencukupi Produksi pangan 2
Desa kebutuhan lokal mencukupi kebutuhan
desa lokal desa
Produksi pangan tidak 1
mencukupi kebutuhan
lokal desa

1
2. Ketersediaan Memiliki lumbung Desa memiliki 3
pangan dari pangan desa lumbung pangan, dan
Lumbung sudah optimal
pangan Desa dimanfaatkan
Desa memiliki 2
lumbung pangan,
namun belum optimal
dimanfaatkan
Desa tidak memiliki 1
lumbung pangan
3. Ketersediaan Memiliki data danMemiliki data hasil 3
data dan informasi produksi dan lumbung
Informasi mengenai hasil pangan desa dan
Mengenai produksi dan sudah dikelola dengan
Hasil produksi lumbung pangan baik
dan Lumbung desa Memiliki data hasil 2
pangan Desa produksi dan lumbung
pangan desa, namun
belum dikelola dengan
baik
Belum memiliki data 1
hasil produksi dan
lumbung pangan desa
4. Ketersediaan Memiliki pangan Memenuhi 3 3
Pangan yang dengan kriteria kriteria (beragam,
beragam, beragam, bergizi bergizi seimbang,
Bergizi seimbang, dan dan berbasis
seimbang, berbasis potensi potensi
dan berbasis sumber daya sumber daya lokal)
Potensi lokal Memenuhi 2 2
sumber daya kriteria (beragam,
Lokal bergizi seimbang,
dan berbasis
potensi
sumber daya lokal)

1
Memenuhi 1 atau 1
tidak sama sekali
kriteria (beragam,
bergizi seimbang, dan
berbasis potensi
sumber daya lokal)

1
KETERJANGKAUAN PANGAN DI DESA
5. Kelancaran Memiliki sistem Sudah memiliki system 3
Distribusi distribusi distribusi pangan
Dan pangan yang untuk menjangkau
Pemasaran lancar dan seluruh
pangan di aman untuk masyarakat desa
Desa menjangkau Sudah memiliki 2
seluruh system distribusi
masyarakat pangan, namun,
desa belum menjangkau
seluruh
masyarakat desa
Belum memiliki system 1
distribusi pangan
untuk menjangkau
seluruh
masyarakat desa
Melakukan Sudah melakukan 3
pemasaran dan pemasaran dan
promosi produk promosi produk
pangan desa pangan desa
secara
optimal
Sudah melakukan 2
pemasaran dan
promosi produk
pangan desa,
namun
belum optimal
Belum melakukan 1
pemasaran dan
promosi produk
pangan desa
Mengoptimalkan Sudah melibatkan 3
peran kelembagaan ekonomi
kelembagaan di desa secara
ekonomi di desa optimal
(BUM Desa/BUM Sudah melibatkan 2
Desa Bersama, kelembagaan ekonomi
Kelompok Tani, di desa, namun belum
Kelompok optimal
Wanita Tani, Belum melibatkan 1
dan lainnya peran kelembagaan
ekonomi di desa

1
6. Ketersediaan Memiliki Seluruh masyarakat 3
Bantuan bantuan pangan miskin, rawan
pangan bagi bagi pangan dan gizi,
Masyarakat masyarakat maupun
miskin, rawan dalam keadaan
darurat

2
miskin, Rawan pangan dan gizi, sudah mendapatkan
pangan dan maupun dalam bantuan pangan
gizi, maupun keadaan darurat
Dalam
Sebagian masyarakat 2
Keadaan
miskin, rawan pangan
Darurat
dan gizi, maupun
dalam keadaan
darurat sudah
mendapatkan
bantuan pangan
masyarakat miskin, 1
rawan pangan dan
gizi, maupun dalam
keadaan darurat
belum mendapatkan
bantuan
pangan
PEMANFAATAN PANGAN DI DESA
7. Konsumsi Memastikan Setiap keluarga sudah 3
pangan yang setiap keluarga mengonsumsi pangan
beragam, mengonsumsi yang beragam,
Bergizi pangan yang bergizi seimbang, dan
seimbang, beragam, bergizi berbasis pada potensi
dan berbasis seimbang, dan sumber daya lokal
pada potensi berbasis pada Sebagian keluarga di 2
sumber daya potensi sumber desa belum
Lokal daya lokal mengonsumsi pangan
yang beragam,
bergizi seimbang, dan
berbasis pada potensi
sumber daya lokal
Belum ada keluarga 1
yang mengonsumsi
pangan yang
beragam, bergizi
seimbang, dan
berbasis pada potensi
sumber daya lokal
8. Konsumsi Memastikan Setiap keluarga sudah 3
pangan yang setiap keluarga mengonsumsi pangan
aman, mengonsumsi yang aman, higienis,
higienis, pangan yang bermutu, dan tidak
bermutu, aman, higienis, bertentangan dengan
dan tidak bermutu, dan agama, keyakinan,
2
Bertentangan tidak dan
budaya masyarakat

2
Dengan bertentangan Sebagian keluarga di 2
agama, dengan agama, desa belum
keyakinan, keyakinan, dan mengonsumsi pangan
dan budaya budaya yang aman, higienis,
masyarakat. masyarakat. bermutu, dan tidak
bertentangan dengan
agama, keyakinan,
dan
budaya masyarakat
Belum ada keluarga 1
yang mengonsumsi
pangan yang aman,
higienis, bermutu, dan
tidak bertentangan
dengan agama,
keyakinan, dan
budaya
masyarakat

2.11 Tabel Rekomendasi Hasil Penilaian Instrumen Ketahanan Pangan di Desa

Pembagian Interval
Nilai Keterangan Rekomendasi
Skor
26 – 30 Ketahanan Desa pada tingkatan ini Desa pada tingkatan ini
Pangan di telah menjalankan semua diharapkan mampu
Desa Sangat indikator dengan tahapan mempertahankan
Baik sudah terlaksana dan pemenuhan pangan
mampu dimanfaatkan desa dan
Nilai
dengan sangat baik mulai mengembangkan
Maksimal:
dari penyediaan langkah-langkah
30
kebutuhan strategi seperti
produksi, pelaksanaan memperkuat
Nilai
kegiatan distribusi pada kelembagaan, peran
Minimal:
masyarakat desa, hingga kader, hingga Kerjasama
10
inovasi dari segala dengan desa lainnya,
tahapan maupun dengan pihak
upaya mewujudkan ketiga
ketahanan pangan di desa

2
21 – 25 Ketahanan Desa pada tingkatan ini Desa pada tingkatan ini
Pangan di telah menjalankan diharapkan mampu
Desa Baik beberapa indikator dengan mengembangkan upaya-
tahapan sudah terlaksana upaya strategis untuk
dan mampu dimanfaatkan mengatasi kendala-
dengan baik mulai dari kendala yang dialami
penyediaan kebutuhan oleh desa. Selain itu,
produksi, pelaksanaan desa diharapkan mampu
kegiatan distribusi pada meningkatkan
masyarakat desa, hingga kerjasama dengan
inovasi dari segala berbagai pihak untuk
tahapan upaya memenuhi kebutuhan
mewujudkan ketahanan pangan desa.
pangan di desa. Namun,
masih terdapat kendala
dalam pemanfaatan hasil
pangan bagi masyarakat
desa.
16 – 20 Ketahanan Desa pada tingkatan ini Desa pada tingkatan ini
Pangan di telah menjalankan diharapkan secara aktif
Desa Cukup beberapa indikator tetapi untuk berkolaborasi dan
juga terdapat beberapa bersinergi dengan
indicator lainnya yang berbagai pihak untuk
belum dijalankan. Desa mengatasi berbagai
pada tingkatan ini kendala yang dialami
Nilai
memerlukan perhatian serta memaksimalkan
Maksimal:
khusus dalam menjamin upaya-upaya dalam
30
pelaksanaan proses mewujudkan ketahanan
produksi, distribusi, pangan di desa. Lebih
Nilai
hingga pemanfaatan hasil spesifik, desa harus
Minimal:
pangan desa. meningkatkan peran
10
kelembagaan serta
kader pangan desa
untuk menjalankan
langkah-langkah strategis
desa dalam mewujudkan
ketahanan pangan di
desa

2
10 – 15 Ketahanan Desa pada tingkatan ini
Pangan di diharapkan menyusun
Desa Kurang rencana pelaksanaan
ketahanan pangan di
desa, dan berkolaborasi
secara aktif dengan
pihak terkait untuk
memulai upaya
ketahanan pangan di
desa.

2.12 Desa dalam Angka


Format terlampir bisa dilihat pada buku 3 Desa Dalam Angka.

2.13 Format Laporan Program Kerja KKN UNIROW Tentang Ketahanan Pangan
dan Desa dalam Angka di Desa xxxxxx Kecamatan xxxx Kabupaten Tuban
Tahun 2023
1. LATAR BELAKANG
2. MAKSUD, TUJUAN dan SASARAN
3. PENERAPAN PRINSIP
1. Partisipasi
2. Kegotongroyongan
3. Kesetaraan
4. Keswadayaan
5. Kemandirian
6. Keterpaduan
7. Keberlanjutan
4. KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN DALAM DESA DALAM ANGKA
1. Desa Tanpa Kemiskinan
2. Desa Tanpa Kelaparan
3. Desa Sehat dan Sejahtera
4. Infrastruktur dan Inovasi Desa Sesuai Kebutuhan
5. Desa Peduli Lingkungan Laut
6. Desa Peduli Lingkungan Darat
7. Kemitraan Untuk Pembangunan Desa
8. Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif
5. INDIKATOR KETAHANAN PANGAN DI DESA
1. Ketersediaan pangan di desa:
2. Keterjangkauan pangan di desa:
3. Pemanfaatan pangan di desa:
6. KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DI DESA
1. Ketersediaan pangan di desa
a. Ketersediaan pangan dari hasil produksi masyarakat Desa:

2
b. Ketersediaan pangan dari lumbung pangan Desa:
c. Ketersediaan data dan informasi mengenai hasil produksi dan lumbung
pangan Desa:
d. Ketersediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis
potensi sumber daya lokal:
2. Keterjangkauan pangan di desa:
a. Kelancaran distribusi dan pemasaran pangan di desa:
b. Ketersediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan
dan gizi, maupun dalam keadaan darurat:
3. Pemanfaatan pangan di desa:
a. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada
potensi sumber daya lokal:
b. Konsumsi pangan yang aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat:
c. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Konsumsi pangan yang
aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat sesuai kewenangan desa dan
diputuskan dalam musyawarah desa.
7. PERAN PEMERINTAH DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
1. PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
UNTUK KETAHANAN PANGAN
2. PERAN BADAN USAHA MILIK DESA/BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA
3. PERAN MASYARAKAT
4. PERAN KEMITRAAN
8. Ruang Lingkup Kegiatan
Kebijakan program/kegiatan ketahanan pangan melingkupi:
1. Menciptakan sentra pangan yang berbentuk kebun gizi milik Desa
2. Pemanfaatan kolam sebagai sentra budi daya ikan air tawar yang dikelola
oleh kelompok,
3. Pemanfaatan lahan pekarangan masyarakat sebagai lumbung hidup dan
warung hidup dengan bantuan sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan
obat- obatan,
4. Kegiatan promosi pangan B2SA dan peningkatan kapasitas masyarakat yang
melingkupi pelatihan kelompok masyarakat, kader pangan, dan pemangku
kepentingan di Desa, dan
5. Penyaluran bantuan pangan langsung bagi kelompok sasaran penanganan
stunting.
6. Penyaluran pangan hasil dari program/kegiatan ketahanan pangan dan
hewani yang berasal dari sentra kebun gizi dan sentra budi daya ikan.
9. PELAKSANAAN KEGIATAN
Seluruh kegiatan tersebut dilakukan secara terencana dan terdokumentasi dalam
tiga (3) tahapan sebagai berikut
1. Tahap persiapan yang terdiri dari:

2
a. Pendataan/identifikasi dan pemetaan potensi bidang ketahanan pangan
b. Pendataan dan penetapan kelompok sasaran penerima program/kegiatan
ketahanan pangan dan hewani
c. Perencanaan
d. Penganggaran
e. Hasil/Luaran yang hendak dicapai
2. Tahap Validasi dengan dibuktikan oleh tanda tangan:
a. Ketua Pelaksana Kegiatan oleh Mahasiswa KKN
b. Mitra Kegiatan
3. Keberlanjutan
Program/kegiatan bidang ketahanan pangan bukan hanya untuk
dimanfaatkan di tahun berjalan akan tetapi akan terus dilakukan agar di
tahun berikutnya masyarakat bisa menikmati program/kegiatan ini secara
berkelanjutan. Tentunya komitmen yang menjadi salah satu prioritas yang
diutamakan.
10. Hasil Penilaian Tabel Instrumen Ketahanan Pangan di Desa xxxxx
(format terlampir lihat halaman 15 huruf 2.10)
11. Pelaksanaan Tabulasi Potensi Sumber Daya Desa/Desa dalam Angka
(format terlampir lihat buku 3 Desa dalam Angka)
12. PENUTUP

Tuban, ……………………
DPL, Ketua Kelompok,

Nama DPL Nama Ketua Kelompok


NIDN. ……………. NPM. …………….

Mengetahui,
Ka. LPM Kepala Desa ………………..

Hendra Suwardana, S.E., M.S.M. Nama Kepala Desa


NIDN. 0726108007

You might also like