Professional Documents
Culture Documents
Bengkel Otomasi Industri
Bengkel Otomasi Industri
Disusun Oleh:
i
SISTEM MONITORING PENERANGAN JALAN UMUM
MENGGUNAKAN LORA
Oleh:
Laporan Project-Based Learning ini digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk lulus pada mata
kuliah Bengkel Otomasi Industri pada Semester V Tahun ajaran 2022/2023
Disetujui Oleh:
Ciptian Weried Priananda, S.T. M.T. Lucky Putri Rahayu, S.Si., M.Si.
Mengetahui:
NIP : 19730222200212100
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan laporan mata kuliah ini. Adapun
tujuan dari penulisan laporan mata kuliah ini yaitu untuk memenuhi tugas Project Based
Learning (PBL) pada Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan sehingga laporan mata kuliah ini dapat selesai. Kami berharap
laporan mata kuliah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.
Kami menyadari bahwa di dalam laporan mata kuliah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan laporan mata kuliah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Semoga laporan ini dapat dipahami, berguna, dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 7
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Luaran yang Diharapkan 2
BAB II 3
BAB III 5
BAB IV 7
BAB V 11
CAPAIAN KOMPETENSI 11
5.1 Capaian Kompetensi Mata Kuliah 11
5.2 Capaian Hard Skill 11
Pemahaman tentang identifikasi masalah 11
5.3 Capaian Soft Skill 11
1. Kerjasama tim 11
2. Pemikiran kritis 11
3. Kepemimpinan 11
BAB VI 13
BAB VII 15
PENUTUP 15
7.1 Kesimpulan 15
iii
7.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Perbaikan 5
Gambar 3. 2 Sistem pada Sensor dan Transmitter 6
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Penerangan Jalan Umum (PJU) merupakan salah satu fasilitas umum yang sering dijumpai
di jalan sebagai penerangan. Saat ini banyak dikembangkan sistem untuk meminimalisir dan
menghemat biaya listrik dengan memanfaatkan Photovoltaic (PV). Salah satu PJU yang telah
memanfaatkan PV terdapat di Departemen Teknik Elektro Otomasi, Fakultas Vokasi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Untuk menyediakan sistem PJU yang handal, PJU harus
dilakukan perawatan dan pemantauan secara rutin. Namun pada beberapa kasus yang tidak terduga,
PJU mengalami kerusakan sebelum masuk jadwal perawatan atau maintenance.
Hal tersebut menyebabkan PJU tidak dapat menerangi area jalan dengan normal. Selain itu
juga ditemukan kasus dimana PJU masih dalam kondisi normal ketika jadwal perawatan telah
dilakukan. Oleh karena itu diperlukan sistem monitoring pada PJU yang dapat dipantau secara real
time sehingga jadwal perawatan PJU sesuai dengan kondisi kesehatan pada PJU itu sendiri. Untuk
membuat sistem monitoring yang dapat dilakukan secara real time, setiap PJU harus dilengkapi
sensor serta perangkat transmitter data yang akan mengirimkan data kesehatan PJU pada Central
Control Room (CCR).
Melihat permasalahan tersebut, maka dibuatlah Mini Sistem SCADA untuk memeriksa
kondisi pada setiap PJU tersebut. Setiap PJU dilengkapi dengan sensor pada komponen PV,. terdapat
4 buah PJU dengan pengiriman menggunakan Wireless Sensor Network. Data dari ke 4 PJU tersebut
dikirimkan langsung menggunakan topologi (Star), jadi masing-masing Node Sensor (PJU) langsung
mengirimkan data ke Node Master pada Central Control Room (CCR) Sistem ini dibuat dalam 2
bagian yaitu Master dan Client, Master adalah yang bertugas untuk monitoring sensor, sedangkan
Client bertugas mengukur sensor untuk mengirimkan kepada data Master. Setelah data-data tiap
Client dikirimkan, maka data-data tersebut akan diolah oleh Server dalam tampilan HMI (Human
Machine Interface) sederhana. Server akan menampilkan self-diagnose dari masing-masing Client,
sehingga akan terlihat informasi dari kondisi Client guna mempermudah dalam perawatan dan
perbaikan Client. Namun, ada masalah pada HMI yaitu terjadi error ketika data yang diterima tidak
berurutan dan juga sistem komunikasi yang kurang memadai sehingga perlu ada perbaikan pada
CCR.
Berikut dibawah ini rumusan masalah yang akan diselesaikan melalui laporan ini antara lain
:
1
1.2 Tujuan
Berikut dibawah ini tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan project ini antara lain :
2. Memperbaiki sistem monitoring bisa bekerja dengan baik tanpa mengalami error.
Untuk mengetahui apakah tujuan – tujuan dari pembuatan alat ini tercapai atau belum, maka
perlu dilakukan sebuah pengujian dan Analisa terhadap alat yang telah dibuat. Untuk mendapatkan
evaluasi terhadap rangkaian perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Software), sehingga
akan dapat dilakukan Langkah – langkah secara positif guna membawa alat yang telah dibuat kearah
yang lebih baik. Adapun pengujian yang dilakukan meliputi :
2
BAB II
Pada Mata Kuliah ini, mahasiswa akan belajar menyelesaikan permasalahan riil di
industri. Mata kuliah ini berkaitan dengan Kerja Praktik Mahasiswa. Mahasiswa akan
diberikan proyek baru sebagai solusi dari permasalahan yang ada di industri tempat
mahasiswa menempuh Kerja Praktik atau dari industri lain.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4
BAB III
Pada mata kuliah Bengkel Otomasi Industri, project ini dapat dikatakan berkaitan. Pada
pembuatan sistem monitoring penerangan jalan umum ini sebelum mulai membuat sebuah
sistem monitoring, dilakukan terlebih dahulu identifikasi tentang permasalahan pada
penerangan jalan umum yang akan dimonitoring.
Seperti yang ditemukan pada 2 lampu yang tidak menyala. Didapati bahwa penyebab 2
lampu penerangan jalan umum tidak menyala karena terdapat beberapa mata lampu yang
mengalami kerusakan, tindakan yang seharusnya dilakukan yaitu mengganti beberapa mata
lampu yang mati dengan mata lampu yang baru.
Adanya Project Based Learning ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
Sistem Monitoring Penerangan Jalan Umum, yang sebelumnya menggunakan sistem
komunikasi nRF24l01+ diganti menggunakan sistem komunikasi LoRa SX1276. Agar Sistem
Komunikasi dan Monitoring Penerangan Jalan Umum yang ada di Departemen Teknik Elektro
Otomasi berfungsi dengan baik.
5
Gambar 3. 2 Tampilan Utama HMI
6
BAB IV
Pada awalnya, otomasi industri ini dilakukan untuk bisa meningkatkan produktivitas
dan juga untuk mengurangi biaya yang berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja manusia.
Tapi seiring dengan perkembangannya, maka fokus otomasi ini telah berubah pada peningkatan
kualitas dan juga fleksibilitas dalam proses pembuatan ataupun proses produksi perusahaan.
Di dalam industri otomotif, pemasangan piston ke mesin yang dilakukan secara manual
memiliki tingkat akurasi kesalahan sebanyak 1% sampai 1,5%. Namun pada saat ini, tugas
tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan mesin otomatis dengan tingkat kesalahan yang di
bawah 0,001%.
Itu artinya, pemanfaatan otomasi industri ini bisa dilakukan untuk meningkatkan
kualitas produk, keandalan, dan juga tingkat produksi sambil mengurangi biaya produksi dan
juga desain dengan cara mengadopsi tenaga dan juga layanan yang lebih baru, inovatif dan juga
lebih terintegrasi.
Sistem otomasi industri ini bisa kita bagi menjadi tiga jenis, yaitu otomasi tetap, otomasi
yang bisa diprogram, dan juga otomasi yang fleksibel. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
1. Otomasi Tetap
Dalam suatu sistem otomasi tetap, alat ataupun mesin industri akan ditetapkan dengan
serangkaian operasi ataupun tugas tetap dan akan jarang terjadi perubahan dalam hal
pengoperasiannya. Sistem otomasi tetap ini umumnya digunakan dalam proses aliran yang
kontinyu seperti pada mesin konveyor dan sistem produksi massal.
Dalam sistem otomasi yang bisa diprogram, maka urutan operasi serta konfigurasi
mesin akan bisa diubah dengan menggunakan alat penggunaan elektronik. Nantinya, sistem ini
akan memerlukan waktu dan juga upaya guna memprogram ulang mesin dan umumnya
digunakan dalam proses produksi yang sifatnya batch.
7
Contoh sederhana dari otomasi yang bisa diprogram ini adalah mesin pemasangan
screw otomatis yang mampu melakukan proses pemasangan baut yang diprogram berdasarkan
model produk tertentu.
3. Otomasi Fleksibel
Sistem otomasi fleksibel ini biasanya akan selalu dikendalikan oleh komputer dan akan
sering diterapkan pada produk yang lebih sering berubah-ubah. Mesin CNC adalah salah satu
contoh sistem otomasi yang fleksibel ini, kode instruksi yang diberikan oleh pihak operator pada
komputer adalah unik untuk setiap proses pekerjaan tertentu.
Lalu berdasarkan pada kode instruksi tersebut, mesin ini nantinya akan menjalankan
sesuai dengan perintah ataupun instruksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Pada
dasarnya, otomasi fleksibel ini adalah pengembangan dari otomasi yang bisa diprogram
Setiap teknologi adapun metode sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan juga kekurangan dari penerapan
otomatisasi dalam dunia industri.
Dengan memiliki mesin yang otomatis, sudah pasti akan bisa mempercepat waktu
produksi karena tidak akan ada pemikiran seperti manusia yang diperlukan oleh mesin. Mungkin
juga mempunyai tingkatan pengulangan yang lebih baik dan juga tentu lebih sedikit mengalami
kesalahan seperti manusia.
Saat suatu mesin otomasi di program untuk melakukan tugasnya, maka mesin tersebut
mampu melakukan tugas yang berulang-ulang dengan tingkat akurasi yang tinggi jika
dibandingkan dengan tenaga kerja manusia.
3. Mengurangi Kesalahan
Walaupun mesin tidak bisa melakukan kesalahan, namun tingkat kesalahan yang
dilakukan oleh mesin lebih rendah daripada tingkat kesalahan yang dilakukan oleh manusia
Dengan menambah mesin otomatis dalam operasional kerja perusahaan, itu artinya
karyawan yang diperlukan pun akan lebih sedikit dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Pengurangan karyawan juga akan bisa mengurangi masalah keamanan, sehingga akan mengarah
pada penghematan finansial perusahaan.
Dengan sedikitnya jumlah karyawan, maka berbagai biaya yang berhubungan dengan
karyawan ataupun tenaga kerja manusia seperti gaji, hak cuti, tunjangan, sakit dan lain
sebagainya akan relatif lebih rendah.
5. Peningkatan Keamanan
8
Mesin mampu melakukan berbagai tugas yang rentan terhadap pekerjaan yang sangat
berbahaya. Untuk itu, nantinya lingkungan kerja akan menjadi lebih aman dan tingkat
kecelakaan kerja pun akan menurun.
Melakukan investasi dalam alat otomatis akan menciptakan sumber daya yang lebih
berharga pada volume produksi yang besar dan juga tentunya akan meningkatkan nilai
keuntungan perusahaan.
1. Kurang Fleksibel
Berbagai jenis mesin melakukan tugas menggunakan suatu gas ataupun bahan kimia
agar bisa bergerak. Hal tersebut akan menyebabkan adanya peningkatan polusi di lingkungan
kerja.
Mesin otomatis bisa menjadi salah satu biaya operasi yang paling mahal dalam sebuah
perusahaan.
4. Peningkatan Pengangguran
Dengan meningkatkan jumlah mesin otomatisasi, maka karyawan yang diperlukan pun
akan berkurang, sehingga akan menyebabkan tingkat pengangguran yang sangat tinggi.
Mungkin ada beberapa biaya yang tidak terduga yang mampu melebihi biaya aktual
yang dihemat oleh mesin otomatisasi itu sendiri. Beberapa biaya tersebut mencakup biaya
penelitian dan pengembangan untuk mengotomatisasi suatu proses produksi. Biaya
pemeliharaan ini sifatnya preventif. Perusahaan juga perlu mengeluarkan biaya pelatihan
karyawan guna mengoperasikan mesin otomatis.
9
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
10
BAB V
CAPAIAN KOMPETENSI
Hardskill yang didapat dalam pengerjaan project ini adalah sebagai berikut.
Adapun soft skill yang kami dapatkan selama pengerjaan projek PBL dengan mengacu
pada mata kuliah Bengkel Otomasi Industri adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama tim
Pengerjaan tidak hanya melibatkan satu atau dua individu saja, akan tetapi melibatkan tiga orang
yang memiliki keterampilan dan kekurangan masing-masing. Dalam hal ini perlu adanya kerja
sama untuk menutup atau mengurangi permasalahan yang akan timbul.
2. Pemikiran kritis
Project ini melibatkan hal-hal yang berbeda pada setiap anggota kelompok. Dalam
pengerjaannya, sebuah kendala merupakan sesuatu yang lumrah baik teknis maupun non teknis.
Dalam menangani hal tersebut perlu adanya pemikiran kritis untuk mendapatkan solusi atas
permasalahan tersebut.
3. Kepemimpinan
Dalam pengerjaannya, project ini memiliki satu ketua sebagai penentu keputusan.
Project melibatkan 1 ketua dari angkatan 2020 dan 3 anggota dari Angkatan 2021.
11
Berkembangnya kemampuan kepemimpinan dapat membantu dalam mengatur dan membagi
tugas setiap anggota serta dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
12
BAB VI
Dikarenakan projek ini merupakan projek laboratorium, maka skala kerja projek yang
dikerjakan bukan benar-benar dalam skala industri sehingga masih belum merasakan dan
menyesuaikan pada tekanan dan regulasi yang ada di industri. Selain itu, juga belum merasakan
masalah-masalah yang ada dalam industri sehingga belum merasakan pengalaman
menyelesaikan dan mengidentifikasi masalah dalam skala industri. Oleh sebab itu masih perlu
pendalaman untuk mendapat pengalaman tersebut.
13
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
14
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
2. Project ini memiliki keterikatan dengan mata kuliah Bengkel Otomasi Industri yang
diberikan
4. Mahasiswa dapat mengembangkan soft skill terkait dengan manajemen waktu dan
koordinasi sesama tim
7.2 Saran
Dalam mata kuliah Bengkel Otomasi Industri ini masih perlu banyaknya pendalaman
dan bimbingan dalam hal materi dan praktik secara langsung. Selain itu, dalam pengembangan
project ini untuk kedepannya diperlukan studi literatur lebih lanjut agar target dan capaian dari
project ini dapat lebih baik dan sesuai.
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kalpakjian, Serope and Steven R. Schmid, Manufacturing Engineering and Technology
Seventh Edition, Pratice Hall, 2013
[2] Leonard L. Grigsby, Electric Power Generation, Transmission, and Distribution, CRC
Press, 2012
[3 Havard Devold, Oil and Gas Production Handbook An Introduction to Oil and Gas
Production, Transport, Refining and Petrochemical Indstry, ABB Oil and Gas, 2013
16
LAMPIRAN
17