You are on page 1of 2

NAMA : AGUS HARIYANTO

NIM : 041788256
TUGAS : 1 (SATU)
MATA KULIAH : EKMA4565/MANAJEMEN PERUBAHAN

Buatlah gambaran mengenai proses manajemen perubahan pada perusahaan, silahkan


mengambil studi kasus salah satu perusahaan baik nasional atau internasional.
JAWABAN :
Tahun 2007 Nissan Grand Livina dinobatkan sebagai Car of The Year. Keberhasilan ini seolah mengulang
kesuksesan Nissan X-Trail yang pada tahun 2005 juga dinyatakan sebagai No. 1 SUV in Indonesia. Kedua
produk ini, dan sejumlah varian Nissan lainnya lantas melambungkan kembali nama Nissan dalam pasar
otomotif di Indonesia dan dunia meski 10 tahun sebelumnya Nissan hampir saja bangkrut. Keberhasilan
ini tidak lepas dari manajemen perubahan – tepatnya strategi penyehatan perusahaan (turn around
strategy) yang dijalankan Nissan.
Pada tahun 1999 Nissan, salah satu raksasa perusahaan mobil Jepang berada pada titik nadir setelah
sebelumnya perusahaan terus mengalami kerugian yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 saat hutang
yang ditanggung Nissan mencapai Rp200 trilyun. Beruntung, saat Nissan menghadapi situasi krisis
muncul sang dewa penyelamat dari Perancis ...Renault. Perusahaan mobil Renault setuju untuk membeli
37% saham Nissan dan menggelontorkan dana segar untuk menyelamatkan Nissan dengan satu
kesepakatan kendali perusahaan berada di tangan Renault.
Berdasarkan kesepakatan tersebut Renault lalu mengutus salah satu eksekutif terbaiknya bernama
Carlos Ghosn untuk menjadi CEO Nissan (sebuah fenomena yang juga amat langka di Jepang, orang non-
Jepang bisa menjadi CEO perusahaan besar Jepang). Pesan Renault untuk pria keturunan Lebanon ini
tegas: segera angkat koper ke Jepang, selamatkan Nissan dan jangan pernah kembali ke Paris sebelum
engkau berhasil. Begitulah, pada pertengahan tahun 1999, Carlos Ghosn resmi menjadi CEO Nissan
untuk memulai sebuah mission almost impossible.
Sejak saat itu, Ghosn melakukan serangkaian langkah kunci untuk merevitalisasi kebesaran Nissan. Yang
pertama ia lakukan adalah building sense of urgency untuk berubah. Pilihan bagi Nissan saat ini memang
cuma dua: berubah atau mati. Dan fakta serta data yang ada memang mampu membuat segenap
pekerja Nissan percaya bahwa kondisi Nissan sudah berada pada titik nadir, and they have to change to
survive.
Langkah berikutnya adalah meluncurkan apa yang ia sebut sebagai Nissan Recovery Plan. Dalam rencana
inilah dipetakan secara detail dan jelas tindakan kunci apa saja yang perlu dilakukan untuk
mentransformasi Nissan. Dalam recovery plan ini terdapat dua strategi kunci. Yang pertama adalah
segera melakukan revitalisasi produk-produk baru Nissan. Proses pengembangan produk baru harus
dipercepat dan segera ditingkatkan kapabilitasnya. Di sini Nissan merekrut salah satu desainer mobil top
Jepang, Shiro Nakamura untuk menjadi Chief Design Nissan, dan keputusan ini ternyata kelak terbukti
amat vital untuk merevitalisasi lini produk Nissan. Strategi yang kedua adalah melakukan efisiensi biaya
secara besar-besaran.
Termasuk di dalamnya adalah menutup pabrik-pabrik yang tidak produktif, mensentralkan proses
purchasing secara global agar lebih efisien, sena juga mengeliminasi pekerjaan-pekerjaan yang non
value-added. Langkah terakhir yang dilakukan Carlos Ghosn adalah membentuk Tim Inti yang langsung
dikomandani dirinya. Tugas tim ini jelas dan tegas memastikan bahwa semua yang tercantum dalam
recovery plan dapat diEKSEKUSI dengan tuntas.
Eksekusi atau implementasi menjadi kata kunci di sini. Dan beruntung, Ghosn ternyata bukan tipikal
pemimpin yang hanya bicara visi tanpa tindakan apa, Ghosn adalah tipikal eksekutor sejati. Ia selalu
fokus pada hasil (result oriented) dan berorientasi pada bagaimana menuntaskan proses eksekusi. Sikap
semacam ini tak pelak merupakan elemen penting untuk memastikan agar semua recovery plan itu tak
hanya tinggal rencana — namun benar-benar diimplementasikan sesuai sasaran. Serangkaian langkah
kunci di atas ternyata benar-benar membawa keajaiban. Pada tahun 2001 Nissan telah kembali meraih
keuntungan, dan terus mengalami pertumbuhan yang mengesankan hingga hari ini.
Melalui tindakan eksekusi yang terukur dan brilian, Ghosn akhirnya bias menuntaskan misi yang
diembannya. "From Zero to Hero", begitu mungkin judul yang pas untuk menarasikan drama
penyelamatan Nissan. Nissan Grand Livina dan Nissan X-Trail sampai kini masih terus melenggang di
jalanan; dan semua itu tidak lepas dari kisah sukses revolusi manajemen di Nissan: itulah sederet kisah
tentang heroisme, tentang spirit perubahan, dan tentang semangat pantang menyerah. Bravo Nissan.
Bravo Carlos Ghosn.

Contoh kasus diatas merupakan gambaran singkat tentang proses manajemen perubahan yang
dilakukan Carlos Ghosn saat menyehatkan perusahaan otomotif Nissan. Sebagaimana kita ketahui
penyehatan perusahaan adalah sebuah strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengembalikan
perusahaan yang kinerjanya memburuk ke situasi yang menguntungkan. Strategi ini biasa dikenal
sebagai strategi penyehatan perusahaan atau turn around strategy (lihat Suwarsono, 2007). Dalam
bahasa perubahan organisasi, penyehatan perusahaan seperti yang dilakukan Carlos Ghosn tidak lain
adalah sebuah proses perubahan yang dilakukan pihak manajemen. Hanya saja dalam kasus Nissan
proses perubahannya bersifat revolusioner atau transformatif dan dilakukan setelah perusahaan
mengalami krisis.

Manajemen perubahan (Change Management) pada dasarnya merupakan sebuah proses formal dalam
perubahan organisasi yang dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam sebuah aplikasi pada
pengetahuan, peralatan, dan sumber daya lainnya. Selain itu, manajemen perubahan juga berarti
mendefinisikan dan mengadopsi strategi-strategi organisasi, struktur, prosedur dan teknologi untuk
menghadapi perubahan yang terjadi, baik yang terjadi di dalam organisasi maupun di luar organisasi.

SUMBER REF : BMP EKMA4565 MODUL 3

You might also like