You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah yang
paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat
beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai
hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama
ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat juga salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk
dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui
definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara
pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat akan dibahas dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi/ pengertian zakat?
2. Apa saja macam-macam zakat?
3. Apa saja syarat-syarat zakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (Ziyadah). Jika
diucapkan, zaka al-zar’, adalah tanaman tumbuh dan bertambah jika diberkati. Kata ini
juga sering dikemukakan untuk makna thaharah (suci) Allah SWT. berfirman:
‫َقْد َاْفَلَح َم ْن َزَّك َها‬
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy Syams [91]:
9).
Sedangkan arti zakat menurut istilah syari’at Islam ialah sebagian harta benda yang wajib
diberikan orang-orang yang tertentu dengan beberapa syarat, atau kadar harta tertentu
yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu pula.
Adapun tentang zakat telah dijelaskan dalam al-Qur’an firman Allah Surah at-Taubah
ayat 103 yang Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka . . .” (QS. at-Taubah [9]: 103).
Maksud dari ayat diatas adalah dengan zakat itu mereka menjadi bersih dari
kekikiran dan dari berlebih-lebihan dalam mencintai harta benda atau zakat itu akan
menyucikan orang yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan pahalanya.

Adapun dalan hadits diantaranya adalah:


‫ ِإَّنَك َتْأ ِتى َقْو ًم اَاْه َل ِك َت اٍب َف اْدُع ُهْم ِأَلى‬: ‫ِإَّن الَّنِبَّى َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َاَّم ا َبَعا َذ اْبَن َج َبٍل َر ِض َى هللا َع ْنُه ِإَلى الَيَمِن َقا َل‬
‫ َفِإْن ُهْم َاَطاُع ْو اِلَذ ِلَك َف اَع ِلْم ُهْم َأَن َهللا َع َز َو َج َّل ِاْفَت َر َض َع َلْيِهْم َخ ْم َس َص َلَو اٍت‬. ‫َش َهاَد ِةَأْن َالِإَلَه ِإَّالُهللا َو َأِّنى َر ُسْو ُل ِهللا‬
‫ َفِإْن ُهْم َأَطاُع ْو اِلَذ ِلَك َفاْع ِلْم ُهْم َاَّن َهللا ِاْفتضَر َض َع َلْيِهْم َص َد َقًة ِفى َأْمَو اِلِهْم َتْؤ َخ ُذ ِم ْن َأْغ ِنَيا ِىِهْم َو ُتَر ُّد‬. ‫ِفى َيْو ٍم َو َلْيَلٍة‬
‫ َو اَتِق َدْع َو َة اْلَم ْظُلْو ِم َفِإَنُه َلْيَس َبْيَنَها َو َبْيَن ِهللا ِح َج ا ٌب (رواه‬, ‫ َفِإْن ُهْم َأَطاُع ْو ا ِلَذ ِلَك َو َك َر ا ِىَم َأْمَو اِلِهْم‬, ‫ِإَلى ُفَقَر ا ِىِهْم‬
)‫الجاعه ابن عباس‬
Artinya:
“Rasulullah sewaktu mengutus Sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman (yang telah
ditaklukkan oleh umat Islam) bersabda: Engkau datang kepada kaum ahli kitab ajaklah
mereka kepada syahadat, bersaksi, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah
2
dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah taat untuk
itu, beritahulah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka melakukan sholat lima
waktu dalam sehari semalam. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada
mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan mereka. Yang zakat itu
diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada yang fakir-fakir. Jika mereka telah
taat untuk itu, maka hati-hatilah (janganlah) yang mengambil yang baik-baik saja (bila
kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi nilai-
nilai itu) hindari do’anya orang yang madhlum (teraniaya) karena diantara do’a itu
dengan Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan).”

Dalam pengertian istilah syara’, zakat mempunyai banyak pemahaman, diantaranya:


1. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
2. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan pemilikan
tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu
pula.
3. Muhammad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat sebagai
suatu kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah bagi orang-orang Islam untuk
mengeluarkan sejumlah harta yag dimiliki.
4. Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mendefinisikan
dari sudut empat mazhab, yaitu:
a. Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu dari
harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas jumlah yang
mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak menerimanya, manakala
kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun) selain barang
tambang dan pertanian.
b. Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta tertentu
pula sebagai hak milik, yang sudah ditentukan oleh pembuat syari’at senata-
mata karena Allah SWT.
c. Madzhab Syafei, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta
atau benda dengan cara-cara tertentu.
d. Madzhab Hambali, memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar tertentu)
yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk golongan yang
tertentu dalam waktu tertentu pula.
3
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa zakat adalah penyerahan atau
penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk diberikan kepada orang-
orang yang berhak seperti tertulis dalam Surat at-Taubah ayat 60 yang artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-taubah [9]: 60).

B. Macam-Macam Zakat
1. Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
2. Zakat Fitrah,
Adalah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan.
Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah
bersangkutan.
3. Zakat Maal (Zakat Harta )
Adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang
sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut,
hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

C. Persyaratan Kewajiban Mengeluarkan Zakat


Syarat-syarat wajibnya mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut:

1. Islam.
Islam menjadi syarat kewajiban mengeluarkan zakat dengan dalil hadits Ibnu Abbas di
atas. Hadits ini mengemukakan kewajiban zakat, setelah mereka menerima dua kalimat
syahadat dan kewajiban shalat. Hal ini tentunya menunjukkan, bahwa orang yang belum
menerima Islam tidak berkewajiban mengeluarkan zakat

2. Merdeka.
Tidak diwajibkan zakat pada budak sahaya (orang yang tidak merdeka) atas harta yang
dimilikinya, karena kepemilikannya tidak sempurna. Demikian juga budak yang sedang
dalam perjanjian pembebasan (al mukatib), tidak diwajibkan menunaikan zakat dari
4
hartanya, karena berhubungan dengan kebutuhan membebaskan dirinya dari perbudakan.
Kebutuhannya ini lebih mendesak dari orang merdeka yang bangkrut (gharim), sehingga
sangat pantas sekali tidak diwajibkan

3. Berakal Dan Baligh.


Dalam hal ini masih diperselisihkan, yaitu berkaitan dengan permasalahan zakat harta
anak kecil dan orang gila. Yang rajih (kuat), anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan
mengeluarkan zakat. Akan tetapi kepada wali yang mengelola hartanya, diwajibkan
untuk mengeluarkan zakatnya, karena kewajiban zakat berhubungan dengan hartanya

4. Memiliki Nishab.
Makna nishab disini, ialah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i
(agama) untuk menjadi pedoman menentukan batas kewajiban mengeluarkan zakat bagi
yang memilikinya, jika telah sampai pada ukuran tersebut. Orang yang memiliki harta
dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat dengan dasar
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو َيْسَئُلوَنَك َم اَذ ا ُينِفُقوَن ُقِل اْلَع ْفَو َك َذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهللا َلُك ُم ْاَألَياِت َلَع َّلُك ْم َتَتَفَّك ُروَن‬

“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih
dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu
berfikir“. [Al Baqarah/2:219].

Makna al afwu adalah harta yang telah melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, Islam
menetapkan nishab sebagai ukuran kekayaan seseorang.

1. SYARAT-SYARAT NISHAB
Adapun syarat-syarat nishab ialah sebagai berikut:

1. Harta tersebut diluar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, seperti: makanan,
pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian.

2. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari
kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
5
‫َال َزَكاَة ِفْي َم اٍل َح َّتى َيُحْو َل َع َلْيِه اْلَح ْو ُل‬

“Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun)”.

Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian
dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun, yang diambil
ketika menemukannya.

Misalnya, jika seorang muslim memiliki 35 ekor kambing, maka ia tidak diwajibkan
berzakat karena nishab bagi kambing itu 40 ekor. Kemudian jika kambing-kambing
tersebut berkembang biak sehingga mencapai 40 ekor, maka kita mulai menghitung satu
tahun setelah sempurna nishab tersebut.

NISHAB, UKURAN DAN CARA MENGELUARKAN ZAKATNYA.


1. Nishab Emas Dan Ukuran Zakatnya.
Adapun nishab emas sebanyak 20 dinar. Dinar yang dimaksud ialah dinar Islam. Ukuran
satu dinar setara dengan 4,25 gram emas. Jadi 20 dinar itu setara dengan 85 gram emas
murni. Demikian ini yang telah ditetapkan oleh Syaikh Muhammad Al Utsaimin dan
Yusuf Qardhawi.

Dalil nishab ini ialah hadits Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫َو َلْيَس َع َلْيَك َش ْي ٌء َيْع ِني ِفي الَّذ َهِب َح َّتى َيُك وَن َلَك ِع ْش ُروَن ِد يَناًرا َفِإَذ ا َك اَن َلَك ِع ْش ُروَن ِد يَناًرا َو َح اَل َع َلْيَها اْلَح ْو ُل َفِفيَه ا‬
‫ِنْص ُف ِد يَناٍر َفَم ا َز اَد َفِبِح َس اِب َذ ِلَك َو َلْيَس ِفي َم اٍل َزَك اٌة َح َّتى َيُحوَل‬

“Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas- sampai memiliki 20
dinar. Jika telah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, maka terdapat padanya
(zakat) 1/2 dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada di harta zakat,
kecuali setelah satu haul”.

6
Kemudian dari nishab tersebut diambil 2,5 % atau 1/40. Dan kalau lebih dari nishab dan
belum sampai pada ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nishab
yang awal. Demikian menurut pendapat yang rajih (kuat).
Misalnya : seseorang memiliki 87 gram emas yang disimpan maka jika telah sampai
haulnya maka wajib atasnya untuk mengeluarkan zakatnya 87/40 = 2,175 gram atau uang
seharga tersebut.

2. Nishab Perak Dan Ukuran Zakatnya.


Adapun nishab perak adalah 200 dirham. Setara dengan 595 gram, sebagaimana hitungan
Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104 dan diambil
darinya 2,5% dengan perhitungan sama dengan emas.

3. Nishab Binatang Ternak Dan Ukuran Zakatnya.


Adapun syarat wajib zakat pada binatang ternak sama dengan di atas dan ditambah satu
syarat, yaitu binatangnya digembalakan dipadang rumput yang mubah daripada dicarikan
makanan.

‫َوِفي َص َد َقِة اْلَغَنِم ِفي َس اِئَم ِتَها ِإَذ ا َكاَنْت َأْر َبِع يَن ِإَلى ِع ْش ِريَن َوِم اَئٍة َش اٌة‬

“Dan dalam zakat kambing yang digembalakan diluar; kalau sampai 40 ekor sampai 120
ekor …”

Sedangkan ukuran nishab dan yang dikeluarkan zakatnya ialah sebagai berikut:

1. ONTA.
Nishab onta ialah 5 ekor. Perhitungan selengkapnya sebagai berikut:

KADAR WAJIB ZAKAT ONTA


5 – 9 ekor : 1 ekor kambing
10 – 14 ekor : 2 ekor kambing
15 – 19 ekor : 3 ekor kambing
20 – 24 ekor : 4 ekor kambing
25 – 35 ekor : 1 ekor bintu makhad
36 – 45 ekor : 1 ekor bintu labun
7
46 – 60 ekor : 1 ekor hiqqah
61 – 75 ekor : 1 ekor jadzah
76 – 90 ekor : 2 ekor bintu labun
91 – 120 ekor : 2 ekor hiqqah
121 ekor : 3 ekor bintu labun
130 ekor : 1 ekor hiqqah dan dua ekor bintu labun
140 ekor : 2 ekor hiqqah dan dua ekor bintu labun
150 ekor : 3 ekor hiqqah
160 ekor : 4 ekor bintu labun
170 ekor : 1 ekor hiqqah dan 3 ekor bintu labun
180 ekor : 2 ekor hiqqah dan 2 ekor bintu labun

Keterangan :
1. Bintu makhad ialah onta yang telah berusia satu tahun.
2. Bintu labun ialah onta yang berusia dua tahun.
3. Hiqqah ialah onta yang telah berusia tiga tahun.
4. Jadzah ialah onta yang berusia empat tahun.

2. SAPI.
Nishab sapi ialah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya. Cara
penghitungan sebagai berikut.

KADAR WAJIB ZAKAT SAPI


30 – 39 ekor : 1 ekor tabi’ atau tabi’ah
40 – 59 ekor : 1 ekor musinah
60 ekor : 2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah
70 ekor : 1 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah
80 ekor : 2 ekor musinnah
90 ekor : 3 ekor tabi’
100 ekor : 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah.

Keterangan
1. Tabi’ dan tabi’ah ialah sapi jantan dan betina yang berusia setahun.
2. Musinnah ialah sapi betina yang berusia dua tahun.
8
‫‪3. Setiap 30 ekor sapi zakatnya ialah satu ekor tabi’ dan setiap 40 ekor sapi, zakatnya‬‬
‫‪ialah satu ekor musinnah.‬‬

‫‪3. KAMBING‬‬
‫‪Nishab kambing ialah 40 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:‬‬

‫‪KADAR WAJIB ZAKAT KAMBING‬‬


‫‪40 ekor : 1 ekor kambing‬‬
‫‪120 ekor : 2 ekor kambing.‬‬
‫‪201 – 300 ekor : 3 ekor kambing.‬‬
‫‪Lebih dari 300 ekor : setiap kelipatan 100, 1 ekor kambing.‬‬

‫‪Dalil Perhitungan Nishab Zakat Binatang Ternak.‬‬

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم‬


‫َهِذِه َفِريَض ُة الَّصَد َقِة اَّلِتي َفَرَض َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلى اْلُم ْس ِلِم يَن َو اَّلِتي َأَم َر ُهَّللا ِبَها َر ُسوَلُه َفَم ْن ُس ِئَلَها ِم ْن‬
‫اْلُم ْس ِلِم يَن َع َلى َو ْج ِهَها َفْلُيْع ِطَها َو َم ْن ُس ِئَل َفْو َقَها َفاَل ُيْع ِط ِفي َأْر َبٍع َوِع ْش ِريَن ِم ْن اِإْل ِبِل َفَم ا ُدوَنَه ا ِم ْن اْلَغَنِم ِم ْن ُك ِّل َخ ْم ٍس‬
‫َش اٌة ِإَذ ا َبَلَغ ْت َخ ْم ًس ا َوِع ْش ِريَن ِإَلى َخ ْم ٍس َو َثاَل ِثيَن َفِفيَه ا ِبْنُت َم َخ اٍض ُأْنَثى َف ِإَذ ا َبَلَغ ْت ِس ًّتا َو َثاَل ِثيَن ِإَلى َخ ْم ٍس َو َأْر َبِع يَن‬
‫َفِفيَها ِبْنُت َلُبوٍن ُأْنَثى َفِإَذ ا َبَلَغ ْت ِس ًّتا َو َأْر َبِع يَن ِإَلى ِس ِّتيَن َفِفيَه ا ِح َّق ٌة َطُروَق ُة اْلَج َم ِل َف ِإَذ ا َبَلَغ ْت َو اِح َد ًة َوِس ِّتيَن ِإَلى َخ ْم ٍس‬
‫َو َس ْبِع يَن َفِفيَها َج َذ َع ٌة َفِإَذ ا َبَلَغ ْت َيْع ِني ِس ًّتا َو َس ْبِع يَن ِإَلى ِتْس ِع يَن َفِفيَه ا ِبْنَت ا َلُب وٍن َف ِإَذ ا َبَلَغ ْت ِإْح َدى َوِتْس ِع يَن ِإَلى ِع ْش ِريَن‬
‫َوِم اَئٍة َفِفيَها ِح َّقَتاِن َطُروَقَتا اْلَج َمِل َفِإَذ ا َز اَد ْت َع َلى ِع ْش ِريَن َوِم اَئٍة َفِفي ُك ِّل َأْر َبِع يَن ِبْنُت َلُبوٍن َوِفي ُك ِّل َخ ْمِس يَن ِح َّق ٌة َو َم ْن‬
‫َلْم َيُك ْن َم َع ُه ِإاَّل َأْر َبٌع ِم ْن اِإْل ِبِل َفَلْيَس ِفيَها َص َد َقٌة ِإاَّل َأْن َيَش اَء َر ُّبَها َفِإَذ ا َبَلَغ ْت َخ ْم ًسا ِم ْن اِإْل ِبِل َفِفيَها َش اٌة َوِفي َص َد َقِة اْلَغَنِم‬
‫ِفي َس اِئَم ِتَها ِإَذ ا َكاَنْت َأْر َبِع يَن ِإَلى ِع ْش ِريَن َوِم اَئٍة َش اٌة َفِإَذ ا َز اَد ْت َع َلى ِع ْش ِر يَن َوِم اَئٍة ِإَلى ِم اَئَتْيِن َش اَتاِن َف ِإَذ ا َز اَد ْت َع َلى‬
‫ِم اَئَتْيِن ِإَلى َثاَل ِث ِم اَئٍة َفِفيَها َثاَل ُث ِشَياٍه َفِإَذ ا َز اَد ْت َع َلى َثاَل ِث ِم اَئٍة َفِفي ُك ِّل ِم اَئٍة َش اٌة َفِإَذ ا َكاَنْت َس اِئَم ُة الَّرُج ِل َناِقَص ًة ِم ْن‬
‫َأْر َبِع يَن َش اًة َو اِح َد ًة َفَلْيَس ِفيَها َص َد َقٌة ِإاَّل َأْن َيَش اَء َر ُّبَها َوِفي الِّر َّقِة ُرْب ُع اْلُع ْش ِر َف ِإْن َلْم َتُك ْن ِإاَّل ِتْس ِع يَن َوِم اَئ ًة َفَلْيَس ِفيَه ا‬
‫َش ْي ٌء ِإاَّل َأْن َيَش اَء َر ُّبَها‬

‫‪“Ini adalah kewajiban zakat yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam‬‬
‫‪atas kaum muslimin dan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui‬‬
‫‪RasulNya: Dalam setiap 24 ekor onta dan yang kurang dari itu (zakatnya) kambing; pada‬‬
‫‪setiap 5 ekor (onta), (zakatnya) satu kambing. Kalau telah sampai 25 ekor sampai 35‬‬
‫‪ekor, maka ada (zakat) binti makhad (onta perempuan yang berusia satu tahun); jika tidak‬‬
‫‪ada, (maka) boleh dengan ibnu labun (onta laki-laki yang berusia dua tahun). Jika sampai‬‬
‫‪36 hingga 45 ekor, terdapat padanya binti labun (onta perempuan berusia dua tahun).‬‬
‫‪9‬‬
Kalau sampai 46 hingga 60 ekor, terdapat hiqqah (onta perempuan yang telah sempurna
berusia 3 tahun) yang siap dihamili oleh onta laki-laki. Kalau sampai 61 hingga 75
terdapat, jidzah(onta yang telah berusia 4 tahun). Kalau sampai 76 hingga 90 ekor,
terdapat 2 bintu labun. Kalau sampai 91 hingga 120 ekor, terdapat 2 hiqqah. Kalau
sampai lebih dari 120, maka setiap 40 ekor ada bintu labin dan setiap 50 hiqqah. Dan
barangsiapa yang memiliki kurang dari 4 ekor onta, maka tidak ada zakatnya kecuali
kalau pemiliknya menghendaki. Dan dalam zakat kambing yang digembalakan diluar;
kalau sampai 40 ekor hingga 120 ekor ada satu ekor kambing. Dan jika lebih dari 120
sampai 200 ekor, ada 2 ekor. Jika lebih dari 200 sampai 300 ekor, (maka) ada 3 ekor dan
kalau lebih dari 300 ekor, maka setiap 100 ekor ada satu ekor kambing. Jika gembalaan
seseorang kurang dari 40, seekor saja maka tidak terdapat zakat, kecuali bila pemiliknya
menghendakinya ”.

4. Nishab Zakat Hasil Pertanian Dan Buah-Buahan Serta Ukuran Zakatnya.


Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam dengan dasar firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو ُهَو اَّلِذ ي َأنَش َأ َج َّناٍت َّم ْعُروَش اٍت َو َغْيَر َم ْعُروَش اٍت َو الَّنْخ َل َو الَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًف ا ُأُك ُل ُه َو الَّز ْيُت وَن َو الُّر َّم اَن ُم َتَش اِبًها َو َغْي َر‬
‫ُم َتَش اِبٍه ُك ُلوا ِم ْن َثَم ِر ِه ِإَذ آَأْثَم َر َو َء اُتوا َح َّقُه َيْو َم َحَص اِدِه َو َالُتْس ِر ُفوا ِإَّنُه َالُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفيَن‬

“Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermaca-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya
(dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan“. [Al An’am/6 :141]

Baca Juga Membayar Zakat Untuk Pencetakan Buku-Buku Dan Kaset-Kaset Dakwah
Adapun nishabnya ialah 5 wasaq, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :

‫َلْيَس ِفْيَم ا ُد ْو َن َخ ْمَسِة َأْو ُس ِق َص َد َقٌة‬

“Tidak ada di bawah lima wasaq zakat“.


10
Satu wasaq setara dengan 60 sha’ [18]. Sedangkan satu sha’ setara dengan 2,175 kg atau
3 kg.

Demikian menurut takaran Lajnah Daimah Li Al Fatwa Wa Al Buhuts Al Islamiyah


(Komite Tetap Fatwa dan Penelitian Islam Saudi Arabia). Berdasarkan fatwa dan amal
resmi yang berlaku di Saudi Arabia, maka nishab zakat hasil pertanian ialah 300 x 3 =
900 kg. Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan cara
pengairan (menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%).
Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10
(10%). Ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ِفْيَم ا َس َقْت اَألْنَهاُر َو الَغْيُم اْلُع ُش ْو ُر َو ِفْيَم ا ُس ِِقَي ِبالَّساِنَيِة ِنْص ُف اْلُع ُش ْو ِر‬

“Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami
dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20)“.

Misalnya : seorang petani berhasil menuai hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka
ukuran zakat yang dikeluarkan bila dengan pengairan (alat siram tanaman) ialah 1000 x
1/20 = 50 kg. Bila tadah hujan, sebanyak 1000 x 1/10 = 100 kg.

5. Nishab Zakat Barang Dagangan Dan Ukuran Zakatnya.


Pensyariatan zakat barang dagangan masih diperselisihkan para ulama. Menurut pendapat
yang mewajibkan zakat perdagangan, nishab dan ukuran zakatnya sama dengan nishab
dan ukuran zakat emas.

Adapun syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan, sama dengan syarat-syarat yang


ada pada zakat yang lain, dan ditambah dengan tiga syarat lainnya,yaitu:

a. Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti dengan membeli, menerima hadiah dan
yang sejenisnya.
b. Memilikinya dengan niat untuk perdagangan.
c. Nilainya telah sampai nishab.

11
Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan dengan harga asli
(beli), lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang.

Misalnya: Seorang pedagang menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun dengan
jumlah total sebesar Rp 200.000.000,- dan laba bersih sebesar Rp 50.000.000,-
Sementara itu, ia memiliki hutang sebanyak Rp 100.000.000,- Maka perhitungannya
sebagai berikut:

Modal – hutang : Rp 200.000.000,- – Rp 100.000.000,- = Rp 100.000.000,-


Jadi jumlah harta zakat adalah Rp 100.000.000,- + Rp 50.000.000,- = Rp 150.000.000,-
Zakat yang harus dibayarkan: Rp 150.000.000,- x 2,5% = Rp 3.750.000,-

6. Nishab Zakat Harta Karun Dan Ukuran Zakatnya.


Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa mensyaratkan nishab
dan haul, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫َو ِفْي الِّر َك اِز اْلُخ ُم ُس‬

“Dalam harta karun temuan terdapat seperlima zakatnya“.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (Ziyadah).
Sedangkan menurut istilah zakat adalah penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang
terdapat di dalam harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak.
Zakat terbagi dua yaitu zakat Fitrah dan zakat Maal (Zakat Harta)
1. Zakat Fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan.
2. Zakat Maal (Zakat Harta ) adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam
jangka satu tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil
kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhayly, Wahbah. 1997. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya: Indah,
1987

K.H.M. Syukri Ghozali, dkk. 1997. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyeksi Peningkatan
Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf

Dr. H. Amiruddin Inoed, dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat (Potret & Pemahaman Badan
Amil Zakat Sumatera Selatan). Sumatera Selatan: Pustaka Pelajar

Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly. 2006. Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter
dan Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://alimudinmakalah.blogspot.com/2009/04/zakat.html

14

You might also like