You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Allah telah mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk
masuk ke dalam Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-Nya dan
menjauhi segala sesuatu yang menyimpang darinya. Dia juga telah
mengurus nabi muhammad saw berdakwah terhadap hal tersebut ,dan juga
telah mengabarkannya bahwa barangsiapa yang mengikutinya maka
dia telah mendapatkan hidayah, namun barang siapa yang
menolak dakwahnya maka ia telah tersesat dan A l l a h t e l a h
mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk masuk ke dalam Islam dan
berpegang tegas dengan ajarannya dan menjauhi segala sesuatu yang
menyimpang darinya.ia juga telah mengutuskan muhammad saw untuk
berdakwah terhadap hal tersebut dan juga telah mengabarkan bahwa barang
siapa yang mengikutinya maka dia telah mendapatkan hidayah,namun
barang siapa yang menolak dakwahnya maka ia telah tersesat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna lailahaillallah?
2. Jelaskan hakikat dan konsekuensi?
3. apa fakto-faktor yang meguatkan, melemahkan, dan membatalkan
syahadatin islam,iman,dan ihsan ?
4. jelaskan ma’yatullah al- ‘ammah dan ma’yatullah alkhashshah?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna lailahaillallah
2. Untuk mengetahui hakikat dan konsekuensi
3. Untuk mengetahui faktor- faktor yang meguatkan, melemahkan, dan
membatalkan syahadatain syahadatain islam, iman, dan ihsan.
4. Untuk mengetahui apa ma’yatullah al-‘ammah dan ma’yatullah
alkhashshah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah ( ‫) اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬


Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah
dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal
tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari
selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata
untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi
haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini
menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah
banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut
adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.
Kalimat “Laa ilaaha illallah ( ‫ ” ) اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬telah ditafsiri dengan beberapa
penafsiran yang batil, antara lain:
a. “Laa ilaaha illallah ( ‫ “ ) اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬artinya: “Tidak ada sesembahan kecuali
Allah”, Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang
disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.
b. “Laa ilaaha illallah ( ‫ “ ) اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا‬artinya : “Tidak ada pencipta selain
Allah” . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini
yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan
itu belum cukup.
c. “Laa ilaaha illallah ( ‫ “ ) اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا‬artinya: “Tidak ada hakim (penentu
hukum) selain Allah”. Ini juga sebagian dari makna kalimat ” “. Tapi bukan
itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup
Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini
karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan
tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

3
B. Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan
konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi
larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang
disyari’atkan.

C. Hakikat Dan Konsekuensi Syahadatain


1. Hakikat Syahadatain
Hakikat iaman kepada allah subhhanahu wa la’ala. Sebagaiman
disebutkan dalam himpunan putusan tarjih muhammadiyah “wajib kita
mengimani.dialah atau tuhan yang sebenarnya yang menciptakan segala
sesuatu dan dialah yang pasti adanya, dialah yang pertama tanpa permulaan
dan akhir tampa penghabisan. Tiada sesuatupun yang menyamainya. Yang
esa dalam uluhiyahnya, sifat dan perbuatannya. Yang hidup dan pasti ada
dan mengadakan segala yang ada. Yang maha mendengan dan maha melihat
dan dialah yang berkuasa atas segala sesuatu perihal nya apabila dia
menghendaki sesuatu dia berfirman:”jadilah!” maka terjadilah sesuatu itu
dan dia maaha mengetahui segala yang mereka kerjakan yang berfirman dan
memeiliki segala sifat kesempurnaan yang suci dari sifat mustahil dan
segala kekurangan dialah yang menjadikan sesuatu menurut kemauan dan
kehendaknya. Segala sesuatu ada ditangan nya dan kepadanya akan
kembali.
2. Konsekuensi “Laa ilaha illallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-
cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha
illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun,
sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar
konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah

4
dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta
para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka
menolak para da’i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang
beribadah hanya kepada Allah semata.

D. Apa Fakto-Faktor Yang Meguatkan, Melemahkan, Dan Membatalkan


Syahadatain Iman,Islam, Dan Ihsan
1. Iman
Adalah kerpercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh
keyakinan,tidak tercampur dan ragu,serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup,tingkah laku dan perbuatan sehari- hari.
a. Menguatkan Iman
1) Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya
pengetahuan dan keyakinan tentang iman (QS,35;28)
2) Menyimak atau mentadaburkan al-qur’an (QS-17;282)
3) Dzikir
4) Dzikir adalah mengingat allah beserta sifat-sifatnya hal-hal yang
meliputi keagungannya dan membaca kalam-nya (QS 33;41,8;4)
5) Fikir adalah aktifitas yang mengacu pada renungan ciptaan allah,
ayat-ayat nya dan mukjizatnya (QS 3;190-191)
b. Melemah/ Membatalkan Iman
1) Bebuat Syirik
Syirik adalah menyekutukan allah swt dengan sesuatu atau
menyamakan allah dengan yang lain (menyembah selain allah).
Perbuatan syirik adalah perbuatan sia –sia dan bertentangan
dengan ajaran islam.
2) Berkeras Hati
Berkeras hati untuk mendatangi tempat-tempat tertentu yang
kurang membawa manfaat.

5
3) Mendatangi Tukang Ramal
Mendatangi dengan membenarkan tukang ramal dalam segala hal
dengan keyakinan bahwa tukang ramal itu mengetahui sgela
sesuatu maka hal tersebut hukumnya haram dan termasuk orang
kafir (keluar dari islam ) , segala amal ibadahnya tidak diterima.

2. Islam
Islam Berasal dari kata “aslamah”, yuslimu” ,islaaman yang berarti
tunduk, patuh, dan selamat.islam bererti kepasrahan atau ketundukan
secara total kepada allah swt orang yang beragama islam berarti ia pasrah
dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran islam.
a. Menguatkan Syahadatain Islam
Menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya,menjadi manusia
yang lebih lembut dan santun serta mampu menebarkan kebaikan dan
mencegah perbuatan yang munkar.
b. Melemah/ Membatalkan Syahadatain Islam
Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat
itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-kan
keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten
mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar
Islam. Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan
perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat
syahadat tersebut.
Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha’ dalam kitab-
kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul “Bab Riddah
(kemurtadan)”. Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu: Syirik
dalam beribadah kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ِاَّن َهّٰللا اَل َيْغ ِفُر َاْن ُّيْش َر َك ِبٖه َو َيْغ ِفُر َم ا ُد ْو َن ٰذ ِلَك ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya.” [An-Nisa/4′: 48]

6
‫ّٰظ‬ ‫ْأ‬
‫ِاَّنٗه َم ْن ُّيْش ِرْك ِباِهّٰلل َفَقْد َح َّر َم ُهّٰللا َع َلْيِه اْلَج َّنَة َو َم ٰو ىُه الَّناُرۗ َو َم ا ِلل ِلِم ْيَن ِم ْن َاْنَص اٍر‬
“… Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah
Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”
[Al-Ma’idah/5: 72] Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena
selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin
dan lain-lain.
Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara.
Ia berdo’a kepada mereka, meminta syafa’at kepada mereka dan
bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma’. Orang
yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih
ragu terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia
itu kafir.
Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang
lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang
mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan
manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.
Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekali pun ia juga
mengamalkannya, maka ia kafir. Siapa yang menghina sesuatu dari agama
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia
kafir. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
‫ُقْل َاِباِهّٰلل َو ٰا ٰي ِتٖه َو َر ُسْو ِلٖه ُكْنُتْم َتْسَتْهِز ُءْو َن – ال َتْعَتِذ ُرْو ا َقْد َكَفْر ُتْم َبْع َد ِاْيَم اِنُك ْم‬
“Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir
sesudah beriman.” [At-Taubah/9: 65-66]
Sihir, di antaranya sharf dan ‘athf (barangkali yang dimaksud
adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau
membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau

7
meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :
‫َو َم ا ُيَع ِّلٰم ِن ِم ْن َاَحٍد َح ّٰت ى َيُقْو ٓاَل ِاَّنَم ا َنْح ُن ِفْتَنٌة َفاَل َتْكُفْر‬
” … sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab
itu janganlah kamu kafir‘.”[Al-Baqarah/2: 102]
Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam
memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
: ‫َو َم ْن َّيَتَو َّلُهْم ِّم ْنُك ْم َفِاَّنٗه ِم ْنُهْم ۗ ِاَّن َهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم الّٰظ ِلِم ْيَن‬
“Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [Al-Ma’idah/5:
51]
Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh
keluar dari syari’at Nabi Muhammad Shallallah u ‘alaihi wa sallam ,
seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis
salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi
yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu
derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula
mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
‫َو َم ْن َاْظَلُم ِمَّم ْن ُذ ِّك َر ِبٰا ٰي ِت َر ِّبٖه ُثَّم َاْع َرَض َع ْنَهاۗ ِاَّنا ِم َن اْلُم ْج ِرِم ْيَن ُم ْنَتِقُم ْو َن‬
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang berdosa.” [As-Sajadah/3 : 22]
Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: “Tidak ada bedanya
dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda,
yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang
dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling

8
sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan
mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah
dan siksaNya yang pedih.

3. Ihsan
Ihsan Artinya berbuat kebaikan.berbuat ihsan memiliki arti bahwa
kita selalu merasa diawasi oleh allah sehingga kita takut untuk berbuat
keburukan atau larangan nya seseorang berbuat ihsan disebut muhsin.

E. Pengertian Ma’yatullah Al-Ammah Dan Ma’yatullah Alkhashshah


Syaikh Abdul ‘Aziz Ar Rajihi menjelaskan: Ma’iyyah ‘ammah sifatnya
umum bagi mu’min dan kafir. Ma’iyyah ‘ammah adalah kebersamaan berupa
keilmuan Allah yang teliti dan meliputi seluruh makhluk. Ma’iyyah ‘ammah ini
dalam banyak ayat disebutkan dalam konteks mujaazah (pembalasan amalan)
dan muhaasabah (perhitungan amal), sebagaimana ditunjukan dalam firman
Allah Ta’ala :
‫َأَلْم َتَر َأَّن َهَّللا َيْع َلُم َم ا ِفي الَّسَم اَو اِت َو َم ا ِفي اَأْلْر ِض َم ا َيُك وُن ِم ن َّنْج َو ى َثاَل َثٍة ِإاَّل ُهَو َر اِبُعُهْم َو اَل َخ ْمَسٍة ِإاَّل‬

‫ُهَو َس اِد ُسُهْم َو اَل َأْد َنى ِم ن َذ ِلَك َو اَل َأْكَثَر ِإاَّل ُهَو َم َع ُهْم َأْيَن َم ا َك اُنوا ُثَّم ُيَنِّبُئُهم ِبَم ا َع ِم ُل وا َي ْو َم اْلِقَياَم ِة ِإَّن َهَّللا‬
‫ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara
tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan
antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula)
pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian
Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(QS. Al Mujadilah: 7).
Dan juga firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

9
‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِفي ِس َّتِة َأَّياٍم ُثَّم اْسَتَو ى َع َلى اْلَع ْر ِش َيْع َلُم َم ا َيِلُج ِفي اَأْلْر ِض َو َم ا َيْخ ُرُج‬
]4 ‫ آية‬:‫ِم ْنَها َو َم ا َينِز ُل ِم َن الَّسَم اء َو َم ا َيْعُرُج ِفيَها َو ُهَو َم َع ُك ْم َأْيَن َم ا ُك نُتْم } [سورة الحديد‬.
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan
apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang
naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada” (QS. Al
Hadid: 4). Juga firman-Nya: ‫“ َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan” (QS. Al Hadid: 4).
Inilah ma’iyyah ‘ammah, dan konsekuensi dari ma’iyyah
‘ammah adalah sifat ihathah yaitu ilmu Allah meliputi semua makhluk-
Nya. Ma’iyyah ‘ammah disebut dalam Al Qur’an dalam
konteks mujaazah (pembalasan amalan), muhaasabah (perhitungan amal)
serta takhwiif (ancaman).
Adapun ma’iyyah khashah, itu khusus bagi kaum
mu’minin. Ma’iyyah khashah disebutkan dalam Al Qur’an dalam konteks al
mad-hu wats tsana-u (pujian dan sanjungan). Allah Ta’ala berfirman mengenai
ini: ‫“ اْص ِبُروْا ِإَّن َهّللا َم َع الَّصاِبِريَن‬bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-
orang yang bersabar” (QS. Al Anfal: 46)
‫“ َال َتْح َزْن ِإَّن َهّللا َم َع َن ا‬janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama
kita” (QS. At Taubah: 40) ‫“ ِإَّنِني َم َع ُك َم ا َأْس َم ُع َو َأَر ى‬sesungguhnya Aku bersama
kalian (Musa dan Harun), Aku mendengar dan melihat kalian” (QS. Thaha:
46) Ini semua khusus bagi kaum mu’minin dan disebutkan dalam konteks
pujian dan sanjungan bagi mereka.
Ma’iyyah ‘ammah sifatnya umum bagi mu’min dan kafir, tetapi ketika
Allah berfirman kepada Musa dan Harun (yang artinya) “sesungguhnya Aku
bersama kalian Aku mendengar dan melihat kalian” ini ma’iyyah khashah.
Adapun ketika Fir’aun termasuk dalam konteks pembicaraan, yang disebutkan
adalah ma’iyyah ‘ammah ‫“ ِإَّن ا َم َع ُك م ُّم ْس َتِم ُعوَن‬sesungguhnya Kami bersamamu
mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (QS. Asy Syu’ara)
Dalam surat Asy Syu’ara ini ketika dalam konteks pembicaraan
termasuk di dalamnya Fir’aun, Musa dan Harun, maka ini ma’iyyah

10
‘ammah “sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang
mereka katakan)“. Tapi ketika hanya Musa dan Harun, “sesungguhnya Aku
bersama kalian (Musa dan Harun), Aku mendengar dan melihat kalian“,
disebutkan ma’iyyah khashah

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut istilah,
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (per-buatan). Dengan demikian, iman kepada
Allah dapat diartikan dengan membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya.
Selanjutnya, pengakuan ini diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.
Seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna jika memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Jika seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Hal ini karena ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Seseorang yang meyakini Allah Swt. sebagai Tuhannya, ia setiap saat
menyadari bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya pasti diketahui oleh
Allah Swt. Dengan demikian, orang tersebut selalu berusaha agar yang ia
kerjakan mendapatkan keridaan di sisi-Nya. Hal ini karena keimanan kepada
Allah Swt. harus meliputi tiga unsur, yaitu keyakinan dalam hati, ikrar
dengan lisan, dan pembuktian dengan anggota badan.
Jika ada seseorang yang hanya meyakini dalam hati terhadap keberadaan
Allah Swt., tetapi tidak membuktikannya dengan amal perbuatan serta ikrar
dengan lisan, berarti keimanannya belum sempurna. Ketiga unsur keimanan
tersebut memang harus terpadu tanpa bisa dipisahkan.

12
B. SARAN
Dengan memahami sifat-sifat Allah kita akan lebih mengenali Allah
dan menambah iman kita. Selain itu, kita juga dapat merasakan adanya Allah
melalui fenomena alam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr.h.muhammad amri,amri,le.m.ag .dr,la ode ismail ahmad,M,TH.I.


Dr.Muhammad rusmi, M.PD.I. aqidah akhlak.
Sabiq, Sayyid. 2006. Aqidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung: Diponegoro.

14

You might also like