Professional Documents
Culture Documents
Referat Obgin Dudu
Referat Obgin Dudu
Oleh:
RASYIDU FABIAN MASHURI
NIM: 220702120040
Pembimbing:
dr. Benny Marcel Pandango, Sp. OG (K)
i
DAFTAR ISI
3.4 ASSESSMENT........................................................................................ 24
ii
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 26
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bola mata dan otot-otot mata, dinding lateral kavitas orbita
disingkirkan, pandangan lateral. ............................................................................. 4
Gambar 2 Histologi dan fungsi retina. .................................................................... 5
Gambar 3 Bola mata, bulbus okuli, potongan skematik secara horizontal setinggi
nervus optic. ............................................................................................................ 5
Gambar 4 Struktur bilik mata depan. ...................................................................... 6
Gambar 5 Klasifikasi Miopia ................................................................................ 11
Gambar 6 Miopia cresent. ..................................................................................... 12
Gambar 7 Fundus Trigroid .................................................................................... 13
Gambar 8. Alat Oftalmoskopi dan cara pemeriksaan Funduskopi ....................... 16
iv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
progesteron yang rendah. Namun, pada trimester ketiga, peningkatan
estrogen dan progesteron sering mengakibatkan penurunan visus dan
perubahan refraksi.
2. Tujuan Khusus
2
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan miopia dalam kehamilan
secara tepat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Insiden miopia
Gambar 1 Bola mata dan otot-otot mata, dinding lateral kavitas orbita
disingkirkan, pandangan lateral.
4
Gambar 2 Histologi dan fungsi retina.
HUMOUR KORNEA
AQUEOUS
IRIS
KONJUNGTIVA
ZONULA CILIARIS
M. CILIARIS
LENSA
M. RECTUS
MEDIALIS M.RECTUS LATERALIS
HUMOUR KOROID
VITREUS
RETINA
SKLERA
AXIS OPTICUS
AXIS BULBI FOVEA
CENTRALIS
BLIND SPOT
N. OPTICUS
Gambar 3 Bola mata, bulbus okuli, potongan skematik secara horizontal setinggi
nervus optic.
5
Gambar 4 Struktur bilik mata depan.
Sklera berfungsi membentuk jaringan penyambung yang mampu
melindungi mata dari trauma yang berasal dari internal maupun eksternal serta
mempertahankan bentuk bola mata. Kornea dan sklera dihubungkan di limbus.
Kornea merupakan bagian paling terdepan dari mata, terletak di depan iris
dan pupil. Kornea memiliki jaringan saraf yang paling tebal di antara organ dalam
tubuh, nervus yang paling banyak adalah nervus sensorik, merupakan kelanjutan
dari cabang nervus optalmika dari nervus trigeminus. Diameter horizontal kornea
manusia berkisar 11.5 mm dan diameter vertikal berkisar 10.5 mm.
Neural dari retina terdiri atas lima kelas yaitu fotoreseptor, sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, serta sel ganglion, yang akan menangkap dan memproses
signal cahaya. Sel fotoreseptor terdiri atas dua yaitu sel kerucut dan sel batang.
Pada manusia, jumlah sel batang lebih banyak dari sel kerucut. Sel fotoreseptor
6
bertanggung jawab terhadap fototransduksi, yakni mengubah cahaya menjadi
signal listrik.
7
Kornea menjadi menebal antara 1 dan 16 µm disertai edematosa sekunder
terhadap resistensi cairan dalam kehamilan. Terdapat bukti bahwa selama
kehamilan kornea menebal dan terjadi pengeluaran cairan pada stroma yang
dikaitkan dengan aktivasi dari reseptor estrogen dan juga karena peningkatan
hormonal yang menyebabkan elastisitas dan biomekanikal dari jaringan kornea
(Goss, 2010).
8
Selama kehamilan, berbagai perubahan fisiologi terjadi pada tubuh akibat
dari perubahan hormonal yang berasal dari plasenta. Adanya plasenta ini
menyebabkan perubahan baik secara sistemik maupun lokal termasuk pada mata.
Ketajaman mata rata-rata berkurang dari trimester pertama hingga trimester
terakhir. Pada keadaan setelah persalinan, ketajaman penglihatan akan kembali
seperti sebelum kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pizzarel,
melaporkan bahwa seseorang yang menderita miopia gejala yang timbul semakin
memburuk selama kehamilan dibanding dengan yang tidak menderita miopia
(Goss, 2010).
Kornea juga mengalami edema yang dikaitkan dengan retensi cairan dari
jaringan okular. Hal ini akan memicu penurunan sensitivitas kornea ibu hamil,
yang dapat menyebabkan masalah misalnya trauma pada pengguna lensa kontak
hingga terjadi iritasi pada mata. Kecenderungan retensi cairan juga
mengakibatkan pengaruh bias yang berarti yaitu dengan penggunaan kaca mata
atau lensa kontak sesering mungkin. Perubahan ini akan berakibat pada ketajaman
penglihatan (Mackensen, 2014).
9
yang datang jatuh di depan retina yang disebut dengan keadaan “Miopia” yang
mengakibatkan perubahan ketajaman penglihatan (Willoughby, 2010).
1. Miopia refraktif, yang disebabkan oleh pertambahan indeks bias atau kekuatan
pembiasan pada media penglihatan.
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa karena
pertambahan panjang bola mata.
10
3. Miopia maligna/progresif/degeneratif/patologik, miopia yang berjalan secara
progresif, dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan.
11
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak
menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar
papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa
pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters atau
luapan, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasio badan kaca yang dianggap
belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.
c) Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.
Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi
yang tidak teratur.
12
f) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid
dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak
lebih jelas dan disebut sebagai fundus trigroid.
a. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan berdasarkan riwayat sebelumnya, keluhan
utama pasien, serta perjalanan penyakitnya, riwayat keluarga, penggunaan
obat-obatan, pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal.
- Miopia simpleks, keluhan dan gejala yang paling sering hanya pandangan
kabur. Hal yang penting ditanyakan adalah apakah keluhan kabur itu
bersifat menetap atau hanya sementara. Pada miopia simpleks, pandangan
kabur bersifat sementara.
- Miopia nokturnal, gejala dan keluhan berupa pandangan kabur pada saat di
tempat yang gelap atau kurang cahaya misalnya di malam hari. Pasien
biasanya mengeluhkan sulit melihat jalanan ketika sedang mengemudi.
- Pseudomiopia, pandangan kabur hanya bersifat sementara, tidak permanen
- Miopia degeneratif, pada jenis ini pandangan kabur oleh karena derajat dari
miopia yang khas dan berarti. Pada pasien ini dilakukan pengoreksian alat
bantu berupa kacamata dengan koreksi yang tinggi.
13
- Miopia terinduksi, miopia yang timbul akibat suatu induksi atau ada
penyebabnya. Pupil akan berkonstriksi ketika terpapar oleh suatu agen
induksi misalnya obat-obat agonis kolinergik.
b. Pemeriksaan fisis dan penunjang
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara
umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari :
1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan
jarak dekat (Jaeger).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kaca mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan
kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina
2.5.2 Prosedur Pemeriksaan Pasien Miopia Kehamilan
Adapun prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien dengan
miopia dalam kehamilan tak berbeda jauh dengan seseorang yang menderita
miopia tanpa kehamilan yakni yang dilakukan adalah :
(Pemeriksaan proyeksi cahaya dari segala arah yakni atas, bawah, nasal, temporal)
Pemeriksaan proyeksi cahaya bertujuan menilai fungsi retina. Contoh: bila arah
atas tidak dapat membedakan terang gelap. Misal 1/300 atau 1/~ proyeksi atas (-)
14
• Tidak dapat membedakan terang gelap : nol.
• Ukur jarak antara kedua refleks tersebut dalam mm, maka didapat PD untuk
jarak terdekat. Tambah 2 mm untuk PD jauh.
• Pasang penutup (okluder) di depan salah satu mata yang belum diperiksa.
3. Pemeriksaan funduskopi
• Bila mata kanan yang akan diperiksa, pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien,
oftalmoskopi dipegang dengan tangan kanan, pemeriksaan dengan mata kanan.
Bila mata kiri akan diperiksa, pemeriksaan dari sebelah kiri dengan mata kiri.
15
keruh (kornea, lensa, badan kaca) terlihat adanya bercak hitam di depan latar
belakang yang merah kekuningan.
Kedua mata ditetes anestesi topikal. Tonometer ditera pada tes blok yang
bila baik, jarum menunjukkan angka nol pada skala dan “plunger” dapat bergerak
bebas dalam silindernya. Pada pemeriksaan pertama dipilih beban terkecil 5,5
gram.
16
yang akan diukur, pemeriksa berdiri disebelah kiri atau dibelakang pasien. Begitu
pula untuk mata kanan.
Angka skala yang ditunjuk jarum pada saat itu, diingat dan dicatat dan
tonometer diangkat dari kornea. Bila angka yang ditunjuk kurang dari angka 3,
tonometer diulangi dengan beban 7,5 gram. Mungkin pula perlu memakai beban
10 gram.
TOS (mata kiri) 9/25 = 13,1 mmhg (nilai TIO normal 10-21 mmhg)
1. Miopia yang tinggi (>6 disertai gambaran retina yang berlipat-lipat dan koroid
yang tidak normal pada pemeriksaan oftalmoskopi)
17
2.6 Penatalaksana dan Pencegahan Miopia Kehamilan
Tatalaksana Miopia dalam Kehamilan
3. Jika ada kelengkungan, pendataran dan penipisan retina cukup parah, persalinan
harus dilakukan secara seksio sesarea.
4. Jika terjadi ablasio retina saat hamil atau bersalin, retina harus dilekatkan
kembali secepatnya melalui operasi.
18
a. Laki-laki dewasa 40 kg
1. Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah tiap
30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela atau objek
jauh lainnya.
2. Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku (±30cm).
4. Batasi waktu bila menonton televisi dan main video game. Duduk minimal 5-6
kaki dari televisi.
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny.Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Tgl Lahir / Umur : 01/07/1993 (30 tahun)
Alamat : Batu
No. RM : 179***
Jenis Pasien : Obstetri
Tanggal Periksa : 13 September 2023/08.00 WIB hingga KRS
3.2 SUBJECTIVE
ANAMNESIS
Keluhan utama Kenceng-Kenceng sejak pagi hari
Riwayat penyakit Pasien datang dengan keluhan kenceng- kenceng sejak
sekarang pagi hari pukul 03.00. Kenceng-kenceng diikuti
dengan keluar lendir dan darah dari jalan lahir. Mual
(-) Muntah (-) Demam (-) Pusing (-)
20
Riwayat kebiasaan - Merokok (-), kopi (-) dan teh (-), alcohol (-)
- Sehari hari bekerja sebagai IRT
RIWAYAT KB - Pasien tidak memiliki riwayat KB
Riwayat Haid - Usia Menarche: 12 tahun
- Jumlah darah haid: 3-4x ganti pembalut/hari
- Lamanya haid: 7 hari
- Keluhan haid: -
- HPHT : 21/07/2023
- UK 9-10 minggu
Riwayat Persalinan - Persalinan I → 2016 di Rumah Sakit dengan umur
kehamilan 38-39 minggu, caesar dengan berat lahir
3120 gr
- Persalinan II → sekarang
3.3 OBJECTIVE
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign:
GCS 456
TD 109/82 mmHg
HR 76x/menit
RR 82 x/menit
SpO2: 99% on RA
Suhu: 36,6 C
BBA: 58 kg
BBS : 69 kg
TB: 155 cm
BMIA: 24.2 kg/m2 (normo weight)
BMIS: 28.75 kg/m2 (Obesitas kelas 1)
KEPALA/LEHER Kepala :
• Konjungtiva pucat (-/-); sklera ikterik (-/-); PBI 3 mm/3
mm, RC +/+
• Penurunan visus mata D/S
21
Leher :
• Inspeksi : deviasi trakhea (-)
• Palpasi: denyut A. Carotis teraba; pembesaran KGB (-
), nyeri tekan(-)
• Auskultasi : Bruit carotis (-)
THORAX Cor:
• Inspeksi: ictus cordis invisible
• Palpasi: ictus cordis teraba di ICS 5 MCL S
• Perkusi: Batas jantung D di ICS 4 PSL D, batas jantung
S di ICS 5 MCL S
• Auskultasi: S1 S2 single, murmur (-), gallop (-)
Pulmo:
• Inspeksi: bentuk dinding dada normal
• Palpasi: pergerakan dinding dada D/S simetris, stem
fremitus (DBN)
• Perkusi: sonor
• Auskultasi: vesikular di seluruh lapang paru D/S,
− − − −
wheezing − −, rhonki − −
22
GENITALIA Labia majora, Dbn
Labia minora, Dbn
Clitoris, Dbn
Kelenjar Vestibular, Dbn
Vestibulum Vagina, Dbn
Orificium Vagina, Dbn
Uretra Dbn
Darah (-)
Lendir (-)
Cairan merembes (-)
PEMERIKSAAN Leopold I : TFU 37 (3875 gram)
Leopold II : Pu-ki Djj 141x/menit
OBSTETRI
Leopold III : letak kepala
Leopold IV : belum masuk PAP
VT: Pembukaan seujung, eff 25%, ket (-), lendir (-),
darah (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
23
LABORATORIUM
3.4 ASSESSMENT
WDX G2P1001Ab000 Uk 38-39 Minggu THIU + impartu kala 1
fase laten + Miopi ec toxoplasmosis
3.5 PLANNING
PLANNING - Pro SCTP + MOW jam 09.00
THERAPY
- IVFD RL 30 TPM
- Cek DL, FH
24
- Pro Kateter di OK
- Ab profilaksis Cefazoline 2 grm IV
- Premedikasi : Metoclopramid 50 mg dan Ketorolac 50
mg
3.6 FOLLOW UP
H+0 MRS. Tanggal: 13/09/2023 Pukul: 09:00
Lokasi: Ruang Matahari
Subjective Objective Assesment Planning
Pasien Status Present G2P1001 -Pro SCTP + MOW jam
mengeluhkan KU: baik Ab000 Uk 09.00
Kenceng Kesadaran: CM 38-39 -IVFD RL 30 TPM
kenceng. TD: 122/84mmHg Minggu -Cek DL, FH
Kenceng-kenceng N: 87x /m THIU + -Pro Kateter di OK
diikuti dengan RR: 20 x/m impartu -Ab profilaks Cefazoline
keluaran cairan Temp: 36.6 C kala 1 fase 2 grm IV
dan darah dari SpO2: 98% on RA laten + -Premedikasi:
jalan lahir. ● VT: Seujung Miopi ec Metoclopramid 50 mg
● PPV (+) minimal toxoplasm dan Ketorolac 50 mg
● TFU : belum teraba osis
● His (-) DJJ (+) DJJ -Peningkatan kebutuhan
149x/m energi dan protein
E: 1938 kkl
P: 98 g
L: 61 g
KH : 214 g
25
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Penegakan Diagnosa
Pada tanggal 20 November 2017 pasien datang ke UGD dengan
diantar suami dengan keterangan G2P1001Ab000 Uk 38-39 Minggu THIU +
impartu kala 1 fase laten + Miopi ec toxoplasmosis. Usia kandungan pasien 40-41
minggu, kenceng-kenceng (+), nyeri punggung bawah (-), ketuban pecah (-),
Jaringan yang keluar (-), lendir (+) darah (+). Oleh dokter spesialis kandungan
disarankan SC elektif.
26
Indikasi untuk dilakukan SC salah satunya adalah masalah okular, diantaranya
miopia.
27
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah G2P1001 Ab000 Uk 38-39 Minggu
THIU + impartu kala 1 fase laten + Miopi ec toxoplasmosis. Diagnosis yang
telah ditegakan meyakinkan untuk dilakukan SCTP dan MOW pada pasien.
5.2 Saran
Perlu edukasi ke pasien untuk mempertimbangkan resiko yang
terjadi bila pasien tidak mau dilakukan prosedur SCTP serta MOW
28
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. GastroIntestinal Disorders.
Viral hepatitis. Williams ´Obstetric. 23rd Ed. Mc.Graw Hill Publishing
Division New York, 2010
Larkin GL. Retinal Detachment. [serial online] 2006 Jan-April; 1;1 [22 screens]
Avalaible from URL :http://www.emedicine .com/emerg/
OPHTHALMOLOGY .htm April 11, 2006
29