Professional Documents
Culture Documents
ZARA FAUZIAH - Zara Fauziah
ZARA FAUZIAH - Zara Fauziah
Skripsi
Disusun Oleh:
JAKARTA
2020
:.
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skrtp..^t
Oleh
Zara Fauziah
NrM. 11150110t)0txl30
Yang rnengesahkan,
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh tr3ian Munaqasah.
ZaraFarziah
NrM. 11150110000030
ABSTRAK
Zara Fauziah (11150110000030). Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi Aluna Jakarta
Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi
Aluna Jakarta mulai dari metode, media, hingga evaluasi serta mengetahui perbedaan
kemampuan anak normal dengan anak berkebutuhan khusus yang berada dalam satu
kelas; 2) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di
sekolah inklusi Aluna Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Prosedur penelitian data yang digunakan yakni observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan
perpanjang pengamatan dan triangulasi data. Proses analisis data yang digunakan yakni
dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode membaca al-Qur’an yang
digunakan di Sekolah Aluna adalah metode Iqro’. Metode Iqro’ ini digunakan sebagai
dasar sebelum nantinya lanjut kepada tahap membaca al-Qur’an. Materi yang diajarkan
bersifat fleksibel yakni menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik dan dalam
proses pembelajarannya tidak membutuhkan bermacam-macam alat hanya
menggunakan buku iqro’ saja, karena yang ditekankan pada metode iqro’ ini adalah
bacaannya. Rata-rata peserta didik tunarungu masih dalam tahapan iqro’ sedangkan
peserta didik normal beberapa anak sudah masuk ke tahapan al-Qur’an. kejelasan
dalam melafalkan pada anak tunarungu tergantung pada teraf kemampuan mendengar
peserta didik. Semakin rendah taraf kerusakan pendengarannya, maka semakin jelas
kejelasan dalam melafakan huruf-huruf hijaiyahnya, dan begitupun sebaliknya. faktor
pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna
adanya sikap saling menghargai dan menyemangati sesama peserta didik, peran serta
orang tua yang mendukung pembelajaran membaca al-Qur’an dengan memberikan
pembelajaran serupa di rumah, dan dukungan sesama pendidik. Adapun faktor
penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna
adalah keterbatasan fisik peserta didk tunarungu, focus dan mood belajar peserta didik
yang tidak stabil, dan kurangnya tenaga pendidik di bidang PAI.
Kata Kunci: Pembelajaran al-Qur’an, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah
Inklusi.
i
ABSTRACT
Zara Fauziah (11150110000030). Learning of Qur'an for Children with Special
Needs at Aluna Inclusion Schools Jakarta
The purposes of this research are: 1) to find out the implementation of
learning of reciting qur'an for children with special needs with hearing impairment in
the Aluna inclusive school starting from the methods, media, evaluation and knowing
the differences in the abilities of normal children and children with special needs who
are in one class; 2) to find out the supporting and inhibiting factors in the
implementation of the learning of reciting qur'an for children with hearing impaired
special needs in Aluna inclusive schools.
The method of this research is qualitative with a descriptive approach. The
procedures of data research are observation, interviews, and documentation. The
validity of the data is checked by extending the observations and triangulating the data.
The data analysis process used is data reduction, data presentation and conclusion
drawing.
The results of this research indicate that the method of reciting the Qur'an
used at Aluna School is the Iqro' method. The Iqro' method is used as a basis before
continuing to the stage of reciting the Qur'an. The subject of the study is adjusting to
the ability of students and in the learning process does not require a variety of tools,
but using only the iqro' book, because the emphasis on the iqro' method is the reading.
The average of deaf student is still in the iqro' stage while some normal students have
entered the Qur'anic stage. clarity in the pronunciation of children with hearing
impairment depends on teraf listening ability of students. The clarity of pronunciation
in children with hearing impairment depends on the level of ability to hear. The lower
the level of hearing damage, the clearer the hijaiyah pronunciation is, and vice versa.
The supporting factors in the implementation of learning od reciting Qur'an at the
Aluna School are mutual respect and encouraging fellow students, the participation of
parents who support the learning by providing similar learning at home, and the
support of fellow educators. The inhibiting factors in the implementation of learning of
reciting Qur'an at Aluna School are physical limitations of deaf students, focus and
mood of students learning that is not stable, and the lack of educators in the field of
PAI.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah ‘ala kulli haal, segala puji bagi Allah atas segala rahmat, karunia
serta kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tiada daya
dan upaya melainkan-Nya. Shalawat serta salam tak lupa dihanturkan kepada sang
pembawa kebenaran, cahaya di atas cahaya, suri tauladan bagi seluruh insan yakni
baginda Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya. Semoga kita kelak mendapatkan syafa’atnya di hari akhir nanti. Aamiin.
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Abdul Ghofur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, motivasi, dorongan serta ilmu
kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Pendidikan Agama Islam Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan banyak ilmu dan
pengetahuan dari awal hingga akhir perkuliahan. Semoga ilmu yang telah
diberikan mendapat berkah dari Allah dan bisa bermanfaat.
iii
6. Ibu Rina Jayani selaku Kepala Yayasan Sekolah Aluna yang telah berkenan
menerima penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.
7. Ibu Defi Intan Pusparini, S.Pd., Ibu Helma Hanani, S.Pd., Ibu Nurhayati, S.T., Ibu
Idfi Pujonggowati, SE. dan segenap guru-guru di Sekolah Aluna yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
8. Kedua adik penulis, Fadhya Hamdaniah dan Alfian Arrazi serta keluarga besar H.
Mahmud dan Keluarga besar Hamdani terimakasih atas segala doa, nasihat,
dukungan serta kasih sayang yang tercurah kepada penulis.
9. Shifa Aulia dan Intan Larasati yang tiada bosan memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
10. Para sahabat PAI kelas B, Wahyu Adiningsih, Ananda Rakhmatul Ummah, dan
Iik Hikmatul Hidayat yang sudah penulis anggap seperti keluarga. Terimakasih
telah menemani perjalanan kuliah di PAI selama ini baik suka maupun duka. Serta
memberikan dukungan dan bantuan bukan hanya sekedar ucapan tapi juga
perbuatan. Mereka menjadi tempat pengisi asupan semangat ketika penulis mulai
lemah selain itu juga menjadi time keeper dalam mengerjakan tugas, mulai dari
zaman kuliah sampai selesainya tugas akhir kuliah (skripsi) ini.
11. Mantan Formatur LTTQ Fathullah 2018, Nana Andriyana, Halimatussa’diah,
Badriyah, Febriyansyah dan terkhusus Husen Ali Zaenal Abidin yang sudah
banyak membantu dan mengajarkan penulis banyak hal. Terimakasih sudah mau
mengorbankan waktunya dan berjuang bersama serta saling menyemangati satu
sama lain.
12. Keluarga besar Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an Masjid Fathullah UIN
Syarif Hidayatullah.
13. Teman-teman mahasiswa PAI Angkatan 2015 khususnya kelas B yang telah
mewarnai perjalanan penulis semasa kuliah.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan juga kesalahan dalam
penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Dan tak lupa penulis sampaikan terimakasih
iv
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi dan tidak disebutkan secara tertulis pleh penulis dalam kata
pengantar ini. Semoga segala kebaikan dibalas oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.
Zara Fauziah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 10
A. Kajian Teori ........................................................................................ 10
1. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an................................................ 10
2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu ........................................ 22
3. Sekolah Inklusi ............................................................................... 33
B. Penelitian Relevan ................................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 44
B. Latar Penelitian .................................................................................... 44
C. Metode Penelitian................................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data................................... 49
F. Teknis Analisis Data ............................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 53
A. Profil Sekolah Aluna ............................................................................ 53
B. Hasil Temuan ....................................................................................... 57
C. Pembahasan .......................................................................................... 68
vi
6
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 72
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 75
LAMPIRAN ........................................................................................................ 79
vii7
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metode Iqra’
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara
Tabel 4.1 Data Guru PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020
Tabel 4.2 Data Siswa PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020
viii
8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat Islam yang abadi dan selalu diperkuat
dengan kemajuan ilmu pengetahun. Allah menurunkan al-Qur’an kepada
Rasulullah saw. agar manusia keluar dari kegelapan menuju ke jalan yang
terang benderang serta membimbing pada jalan yang lurus.1 Al-Qur’an adalah
perkataan Allah yang merupakan mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus
Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad saw. melalui perantara malaikat Jibril,
diawali dengan surah al-Fatihah dan di akhiri dengan surah an-Nas, ditulis
dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh
orang banyak), serta yang mempelajarinya dinilai ibadah.2 Al-Qur’an
disampaikan kepada kita secara mutawatir dari satu generasi ke generasi lain,
yang terpelihara dari berbagai perubahan dan pergantian serta pemalsuan
terhadap teks-teksnya, bahkan Allah sendiri menjamin pemeliharaannya.3
Al-Qur’an juga menjadi sumber pertama dan utama ajaran Islam. Oleh
sebab itu, mempelajari al-Qur’an adalah keharusan bagi setiap umat Islam.
Rasulullah saw. memberikan pesan kepada kita, bahwasanya sebaik-baik dari
kalian ialah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Oleh sebab itu,
hendaknya kita senantiasa mempelajari al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat
kedamaian dan ketentraman bagi siapa yang membaca apalagi mengkajinya
secara mendalam. Ditambah lagi jika ilmu al-Qur’an yang dimiliki tersebut kita
1
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004),
h. 1.
2
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),
h. 15.
3
Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 27.
1
2
amalkan dan ajarkan pada orang lain, niscaya ilmu tersebut akan lebih
bermaanfaat bahkan bisa menjadi amal jariyah untuk kita.
Mengajarkan al-Qur’an kepada anak harus sejak dini. Diantara Teknik
mengajarkan al-Qur’an yakni mengenalkan huruf-huruf yang ada di al-Qur’an
dengan cara membaca. Membaca merupakan jembatan menuntut ilmu. Hal ini
sejalan dengan awal mula turunnya wahyu al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
saw. yakni perintah untuk membaca.4 Mempelajari al-Qur’an merupakan
keharusan baik yang memiliki fisik yang normal maupun yang berkebutuhan
khusus. Ada cara tersendiri untuk mengajarkan membaca al-Qur’an kepada
anak-anak terlebih lagi jika anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus.
Kesulitan yang dialami anak berkebutuhan khusus masih jarang diperhatikan
oleh orang tua dan guru. Padahal kedua elemen tersebut memiliki andil yang
besar terhadap perkembangan anak.
Perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus masih terbilang kurang,
terlebih lagi dalam hal belajar dan mengarkan al-Qur’an kepada mereka. Media
pembelajaran yang digunakan juga masih terbatas. Selain itu, masih banyak
ditemukan guru yang memang tidak sesuai dengan bidangnya, sehingga mereka
mengajar dengan ilmu yang seadanya dan tidak kompatibel. Padahal guru yang
kompatibel itu merupakan unsur yang penting dalam mutu pendidikan. Apalagi
yang dihadapi adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang memang
membutuhkan penanganan lebih.
Mengenai anak berkebutuhan khusus, setiap orang tua pasti memiliki
harapan jika anaknya akan terlahir normal tanpa ada kekurangan apapun. Akan
tetapi, ada beberapa kejadian di mana anak yang diharapkan tersebut tidak
sesuai dengan ekspektasi. Anak tersebut terlahir berbeda dengan yang lain.
Pada kondisi demikian, tak bisa dipungkiri bila orang tua yang mempunyai anak
4
Bahril Hidayat, Pembelajaran Alquran pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi Agama dan
Neurosain, The 2nd Annual Conference on Islamic Early Childhood Education Vol.2, (e-ISSN): 2548-
4516, 2017, h. 60.
3
5
Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2017), h. 1.
4
6
Allamah kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, (Jakarta: AlHuda, 2003), jilid 19, h. 219.
7
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Taisuru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:
Gema Insani, 2000), jilid 4, h. 912.
8
Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat I sesudah Amandemen I–IV, dilengkapi Susunan
Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2009–2014 dan Butir–butir Pancasila, (Surakarta: ITA, tt), h. 23.
5
9
Jati Rinakri Atmaja, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2017), h. 3.
10
Hidayat, Yayan Heryana, dan Atang Setiawan, Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus,
(Bandung: UPI PRESS, 2006) h. 11
6
11
Muhammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi), (Yogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2013) h. 30.
12
Muhammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi), (Yogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2013) h. 92.
.
7
13
Hasil pengamatan pembelajaran al-Qur’an di kelas 3 & 4 Sekolah Aluna, Kamis, 13 Desember
2019.
8
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan media pembelajaran dalam mempelajari al-Qur’an bagi anak
berkebutuhan khusus
2. Latar belakang pendidikan guru yang tidak linear dengan bidangnya
3. Kurangnya perhatian dalam pembelajaran al-Qur’an bagi anak
berkebutuhan khsusus
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk memperjelas serta
lebih terarah maka peneliti berikan batasan masalah. Pada penelitian ini
dibatasi pada pembelajaran al-Qur’an pada anak berkebutuhan khusus
tunarungu di kelas 3 dan 4 sekolah inklusi Aluna Jakarta. Dengan fokus
penelitian untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran membaca
al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu, serta faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-
Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna
Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian,
yaitu:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak
berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta?
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi
anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus
tunarungu di sekolah inklusi Aluna Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat bagi:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan
khusus tunarungu
2. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dan mengoreksi diri agar sekolah
bisa lebih maju dan mampu mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
bermutu terkhusus dalam pengembangan pembelajaran membaca al-Qur’an
bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu di sekolah
3. Bagi guru, untuk dijadikan inspirasi dalam menentukan pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus
tunarungu serta untuk meningkatkan kompetensi dalam mengajarkannya
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti, sedangkan
kata pembelajaran bermakna proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.14 Pembelajaran adalah proses kerjasama
antara guru dan siswa guna memanfaatkan potensi yang bersumber baik
dari dalam diri siswa maupun potensi yang berasal dari luar diri siswa
untuk mencapai tujuan belajar tertentu.15 Aktivitas guru berupa kegiatan
penciptaan peristiwa atau sistem lingkungan, yang dimaksudkan agar
mental-intelektual siswa terdorong dan terangsang untuk melakukan
aktivitas belajar.16
Sedangkan dalam pengertian lain dikatakan pembelajaran
merupakan usaha membelajarkan atau usaha mengarahkan kegiatan
siswa ke arah kegiatan belajar. Di dalam proses pembelajaran terdapat
dua kegiatan yakni kegiatan yang dilakukan oleh guru (mengajar) dan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa (belajar). Proses pembelajaran
merupakan proses interaksi, yakni interaksi yang dilakukan oleh guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa.17
14
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz,
2011), h. 18.
15
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
26.
16
Jamaludin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.
30.
17
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2006), h. 8.
10
11
18
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 20.
19
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2006), h.
54.
12
َع ْن َس ْع ِد ْب ِن، َع ْن عَلْقَ َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد، َح َدثَ َنا ُش ْع َب ُة،َح َدثَ َنا َح ْف ُص ْب ُن ُ َۡع َر
:هللا عَلَ ْي ِه َو َس َ ََّل قَا َل
ُ َع ِن النَ ِ ِ ذب َص ََّل، َع ْن ُعثْ َم َان، َع ْن َأ ِِب َع ْب ِد َالر ْ َْح ِن،َُع َب ْيدَ ة
21
»«خ ْ َُْي ُ ُْك َم ْن ت َ َع َ ََّل الْ ُق ْرأ ٰٓ َن َوعَل َ َم ُه
Teks hadits di atas memberitahukan bahwasanya sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengamalkannya. Hal
itu mengisyaratkan akan pentingnya dan mulianya orang yang
mempelajari al-Qur’an. Rasulullah saw. memberikan pesan kepada kita
untuk senantiasa mempelajari al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat
kedamaian dan ketentraman bagi siapa yang membaca apalagi
mengkajinya secara mendalam.
Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, qiratan, wa qur’anan. Kata
qara’a mempunyai makna mengumpulkan dan menghimpun, dan kata
qira’ah memiliki makna menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
menjadi satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.22
20
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 689.
21
Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Bairut: Maktabah Ashriyah),
Juz 2, h. 70.
22
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004),
h. 15.
13
23
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 23.
24
Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 17.
25
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 54.
14
26
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 10.
15
27
Ibid. hlm. 56.
28
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 57.
29
Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usaman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7.
16
4) Siswa
Siswa bisa diartikan juga murid atau peserta didik. siswa
adalah orang yang menghendaki dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kerpibadian yang
baik. Yang nantinya akan menjadi bekal dalam hidupnya agar
Bahagia di dunia dan akhirat melalui jlan belajar dan
kesungguhan hati.
5) Metode
Metode berasal dari Bahasa Latin yakni methodos yang
memiliki makna jalan yang harus dilalui. Dalam KBBI dikatakan
metode berarti cara yang tersusun rapi dan ilmiah agar
mendapatkan ilmu atau juga cara mendekati, mengamati,
menganalisis serta menjelaskan fenomena dengan melakukan
sesuatu dengan landasan teori.30 Sedangkan metodologi
pembelajaran ialah ilmu yang membahas mengenai tata cara
melakukan aktivitas yang tersusun dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari guru dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan baik
dan tujuan pembelajaran tercapai. Oleh sebab itu metode
30
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 154.
17
31
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), h. 105.
32
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam Vol.4 No.1, Maret 2016, h. 57.
18
33
Srijatun, Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqro Pada Anak
Usia Dini Di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.11 Nomor 1, ISSN
1979-1739, 2017, h. 33.
34
Fitri Liza, Analisis Metode Iqra dalam Pembacaan Fawatihussuwar Mahasiswa FAI
UHAMKA, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10 Nomor 1, E-ISSN: 25497146, Mei 2019, h. 34.
35
Srijatun, Op.Cit, h.36.
19
6) Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin yakni “medium” yang
berarti perantara atau pengantar. Lebih lanjut lagi, media adalah
sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak
disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima
pesan tersebut. Pengertian lain bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam proses
pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mempermudah
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
drumuskan.36
Media pembelajaran memiliki peran yang snagta penting
dalam proses belajar mengajar. Media memiliki tiga peranan,
yakni peran sebagai penarik perhatian (international role), peran
36
Talizato Tafonao, Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.2 No.2, E-ISSN 2549-4163, Juli 2018, h. 104-105.
20
بِألأ َب ِ ذين َ َٰ ِت َوأ ُّلزُب ِۗ ِر َو َأ َنزلأنَآٰ الَ أي َك أ ذِل أك َر ِل ُت َب ِ ذ َّي لِلنَ ِاس َما ُن ذ ِز َل الَۡيأ ِ أم
ِ ِ
٤٤ ون َ َولَ َعلَه أُم ي َ َت َفكَ ُر
Artinya: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan
Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 44)
7) Evaluasi Pembelajaran
Secara bahasa, evaluasi berarti evaluation (Inggris), al-taqdiir
(Arab), penilaian (ndonesia). Sedangkan menurut istilah evaluasi
adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya.38
Berikut adalah jenis-jenis evaluasi dalam jangka panjang dan
pendek:
a) Evaluasi harian
Evaluasi harian merupakan kegiatan evaluasi ynag
dilakukan sehari-hari. Evaluasi ini dalam bentuk post test
pada akhir pembelajaran dan juga berupa pekerjaan rumah.
Evaluasi melalui test tulis maupun test lisan baik diberi
37
M. Ramli, Media Pembelajaran dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits, Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 13 No.23, April 2015, h. 133.
38
Dedi Wahyudi, Konsepsi Al-Qur’an tengtang Hakikat Evaluasi dalam Pendidikan Islam,
Hikmah, Vol. XII, No. 2, 2016, h. 284.
21
39
M. Zein, Metodologi Pengajaran Islam, (Yogyakarta: AK Group, 1995), h. 88.
22
40
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, h.16
41
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, (Jakarta: PT Lxima Metro
Media, 2013), h. 53
42
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 34.
43
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Peneltian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 48.
44
Hidayat, dkk, Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Setting Inklusisf, (Bandung: UPI
Press, 2006), h. 2.
45
Agustyawati dan Solicha, Loc.Cit.
23
46
Haenudin, Op.Cit., h. 55.
47
Agustyawati dan Solicha, Op.Cit.
24
48
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 34.
49
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,
(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 105.
25
50
Aqila Smart, Op.Cit,.
26
51
Haenudin, Op.Cit., h. 56
27
52
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Peneltian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 48-49.
53
Haenudin, Op.Cit., h. 62-63.
28
54
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,
(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 102.
29
55
Haenudin, Op.Cit., h. 66-67.
30
56
Haenudin, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, (Jakarta: Luxima Metro Media,
2013), h. 113-118.
31
4) Audiovisual
Audiovisual sangat berguna bagi anak tunarungu, karena dengan itu
anak tunarungu bisa memperhatikan sesuatu yang ditampilkan
walaupun dalam kemampuan mendengar yang terbatas. Hal ini bisa
berupa film, video-tapes, TV.
5) Tape Recorder
Alat ini berguna untuk mengontrol ucapan yang sudah direkam,
sehingga dapat mengetahui perkembangan bahasa anak tunarungu
dari hari kehari.
6) Spatel
Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara.
Dengan menggunakan spatel, kita dapat membetulkan posisi lidah
anak tunarungu, sehingga mereka dapat berbicara dengan benar.
7) Cermin
Cermin bermanfaat bagi anak tunarungu untuk belajar
mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yang baik. Selain itu, anak
bisa menyamakan ucapan melalui cermin dengan apa yang
diucapkan oleh guru artikulator. Dengan cermin, articulator bisa
mengontrol Gerakan-gerakan yang tidak tepat dari anak, sehingga
mereka sadar dalam mengucapkan konsonan, vocal, kata-kata, atau
kalimat secara benar.
1) Metode Oral
Metode oral adalah salah satu bentuk untuk melatih anak tunarungu
agar bisa berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan
orang mendengar. Pentingnya dukungan dari lingkungan anak yakni
dengan cara melibatkan anak tunarungu berbicara secara verbal
dalam setiap kesempatan. Dengan diberikannya kesempatan, secara
tidak langsung anak termotivasi untuk membiasakan berbicara
secara lisan.
2) Metode Membaca Ujaran
Membaca ujaran atau membaca gerak bibir (lips reading) yakni
suatu kegiatan yang meliputi pengamatan visual dari bentuk dan
Gerakan bibir lawan bicara sewaktu proses bicara. Dengan
membaca gerak bibir dapat memberikan makna pada apa yang
diucapkan lawan bicara, dimana ekspresi muka dan pengetahuan
bahasa ikut berpean.57
3) Metode Manual
Metode manual adalah suatu cara mengajar atau melatih
berkomunikasi anak tunarungu dengan isyarat atau ejaan jari.
Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau
bahasa tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa
yang menggunakan modalitas gesti-visual. 58
4) Metode Ejaan Jari
Salah satu komponen atau unsur yang menunjang terhadap bahasa
isyarat adalah ejaan jari atau disebut juga abjad jari. Penerapan
sistem ejaan jari antara lambing manual dengan lambing tulisannya
57
Ibid, h. 131-133.
58
Ibid, h. 139.
33
3. Sekolah Inklusi
a. Pengertian Sekolah Inklusi
Secara bahasa kata inklusi merupakan lawan kata dari eksklusi,
inklusi berarti terbuka sedangkan eksklusi berarti tertutup. Pendidikan
inklusif merupakan bermakna pendidikan yang sifatnya terbuka untuk
siapapun yang ingin masuk sekolah baik dari golongan anak normal
ataupun anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu, sarana dan
prasarana yang ada di sekolah itu dirancang untuk bisa oleh semua
kalangan termasuk anak berkebutuhan khusus seperti lingkungan
sekolah, tata ruang kelas, laboraturium dan lain sebagainya.61
Di negara Indonesia, pendidikan inklusif merupakan layanan
pendidikan yang menggabungkan anak berkebutuhan khusus untuk
belajar bersama denagan teman sebayanya di sekolah umum yang
terdekat dengan tempat tinggalnya.62 Melalui pendidikan inklusif, anak
berkelaianan dididik bersma-sama dengan anak normal untuk
mengoptimalkan potesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan jika sekolah umum dengan orientasi inklusif merupakan
59
Ibid, h. 150-151
60
Ibid, h. 157.
61
Ilun Mualifah, dkk, Perkembangan Peserta Didik (Edisi Pertama), (Jakarta: Learning
Assistance Program For Islamic Schools, 2008) h. 12.
62
Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 26.
34
63
Ibid,.h. 27.
64
Hidayat, dkk, Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Setting Inklusisf, (Bandung: UPI
Press, 2006), h. 2.
65
Undang–Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat I sesudah Amandemen I–IV, dilengkapi Susunan
Kabinet Indonesia Bersatu II Tahun 2009–2014 dan Butir–butir Pancasila, (Surakarta: ITA, tt), h. 23.
66
Jamilah Candra Pratiwi, Sekolah Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Tanggapan
Terhadap Tantangan Kedepannya, Seminar Nasional Pendidikan UNS & ISPI Jawa Tengah, ISBN: 978-
979-3456-52-2, 2015, h. 237-238.
35
67
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, h.7
68
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa, h. 1.
69
Stella Olivia, Pendidikan Inklusi untu Anak Berkebutuhan Khusus – Diintegrasikan Belajar
di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Andi, 2017), h. 6.
70
Ibid.
36
71
Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 39-40.
72
Mohammad Takdir Ilahi , Ibid, h. 41.
37
73
Haenudin, Op.Cit., h. 99-101.
38
74
Stella Olivia, op. Cit., h. 6.
40
B. Penelitan Relevan
1. Jurnal Tarbiyah Islamiyah: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Anak Berkebutuhan Khusus Autistik di Sekolah Inklusi SDN Benua Anyar
Kota Banjarmasin, yang diteliti oleh Rizali Hadi tahun 2017. Dalam
penelitiannya peneliti menyatakan keadaan para siswa sangat merespon
terhadap pelajaran yang disampaikan guru agama dan terlihat aktif dan
mempunyai minat yang bagus untuk mengikuti pelajaran agama Islam,
untuk anak yang lamban juga bisa diatasi dengan adanya guru pendamping,
walaupun banyak ABK nya di kelas VB pembelajaran masih bisa tenang
dan kondusif. Dan yang tidak kalah penting adalah suasana dan lingkungan
75
Mohammad Takdir Ilahi, Op.Cit., h. 106-107.
41
SDN Benua Anyar 8 Banjarmasin sangat baik dan nyaman serta aman,
adanya orangtua yang memahami keadaan anak dan siswa yang normal
menghargai temannya yang berkebutuhan khusus dan tidak
mendiskriminasikannya.76
2. Penelitian yang ditulis oleh Khoirudin Hidayat pada tahun 2015 dengan
judul “Pembelajaran Penddidikan Agama Islam Pada Kelas Inklusi di SD
Islam Terpadu Annida Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2014/2015”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran di
sekolah inklusi SD Islam Annida menggunakan sistem pull out, yakni
menggabungkan anak normal dengan anak ABK untuk belajar bersama,
akan tetapi pada waktu tertentu anak ABK ditarik keluar kelas untuk
mendapatkan bimbingan khusus. Mengenai tujuan pembelajaran, anak
ABK lebih ditekankan pada ranah afektif dan psikomotor, sedangkan untuk
kognitif tidak ditekankan. Untuk penanganan anak ABK selain ada guru
PAI itu sendiri, terdapat pula guru pendamping.77
3. Penelitian yang diadakan pada tahun 2016 oleh Alfin Nursalim dengan
judul “Implementasis Pembelajaran Pendididkan Agama Islam terhadap
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Multisitus di SDN
Mojorejo 01 dan SDN Junrejo 01 Kota Batu)”. Hasil penelitian
mengemukakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SDN 01 dengan
memberi ruangan khusus bagi siswa berkebutuhan khusus sedangkan di
SDN junrejo 01 terdapat dua model yakni kelas sumber (terdiri dari siswa
76
Rizali Hadi, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Autistik
di Sekolah Inklusi SDN Benua Anyar Kota Banjarmasin, 2017, https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/1798. Diakses pada tahun 2017
77
Khoirudin Hidayat, Pembelajaran Penddidikan Agama Islam Pada Kelas Inklusi di SD Islam
Terpadu Annida Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2014/2015, 2015,
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/213/1/Cover%2C%20BabI%2CV%2CDaftar%20Pustaka.pdf.
Dipublikasi 14 Juni 2016
42
78
Alfin Nursalin, Implementasis Pembelajaran Pendididkan Agama Islam terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Multisitus di SDN Mojorejo 01 dan SDN Junrejo 01
Kota Batu), 2016, http://etheses.uin-malang.ac.id/6114/1/14771015.pdf. Dipublikasi pada 29 Maret
2017
79
Rizka Nurlaili Afriani, Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna Ganda di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Negeri 1 Pemalang, 2016,
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1047/1/COVER_DAFTRA%20ISI_BAB%20I_BAB%20V_DA
FTAR%20PUSTAKA.pdf. Dipublikasikan pada 8 September 2016
43
fisik siswa, klasifikasi ketunaan, motivasi belajar yang tidak stabil, dan
perbedaan daya tangkap siswa.80
80
Nelly Umama, Pembelajaran Al-Qur’an Pada Peserta Didik Tuna Netra di SMPLB Negeri
Semarang Tahun 2014/2015, 2015, http://eprints.walisongo.ac.id/4685/1/113111075.pdf.
Dipublikasikan pada 24 Maret 2015
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Latar Penelitian
Penelitian kualitatif berpandangan bahwa gejala itu bersifat holistik
(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak
akan menetapkan penelitinya hanya berdasarkan variabel penelitian, akan tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku
(actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.81
Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek di sebuah lembaga
pendidikan inklusif yaitu Sekolah Aluna yang berada di Kebagusan, Jakarta
Selatan. Sekolah Aluna merupakan sekolah inklusi, yakni pola pendidikan
yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak tanpa
berkebutuhan khusus, guna mengikuti proses belajar-mengajar bersama. Anak
berkebutuhan khusus yang terdapat di Sekolah Aluna ada beberapa jenis, di
antaranya adalah anak tunarungu, autis, speech delay, dan ADHD. Sekolah
81
Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 207.
44
45
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pola
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
yang perilakunya dapat diamati.82 Penelitian deskriptif bertujuan untuk
memaparkan dan menggambarkan kondisi secara fakta dalam penyelenggaraan
pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan.83
Peran penulis dalam penelitian ini sebagai instrument kunci yang bertugas
mengumpulkan data demi data melalui observasi guru dan siswa yang terlibat
langsung dalam proses pembelajaran al-Qur’an di dalam kelas, menjadi
interviewer dalam proses wawancara terhadap guru, sedangkan kepala sekolah
menjustifikasi serta mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai data pelengkap
dalam penelitian kualitatif ini yang ditulis berdasarkan kejadian alamiah, atau
kejadian yang sebenarnya pada sebuah objek penelitian.
82
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h. 4.
83
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 101.
46
84
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158.
85
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 384.
47
2. Wawancara
Wawancara yakni memperoleh data sebanyak-banyaknya berkaitan
dengan subjek penelitian. Cara ini dilakukan untuk mencari data yang
dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan responden atau sumber
data. Wawancara bukan hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga
memangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh
respinden yang bersangkutan.86
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis wawancara dengan
pedoman standar terbuka, yakni penulis terlebih dahulu sudah menyiapkan
pedoman wawancara. Kemudian melakukan interview dengan guru (wali
kelas 3 sebanyak 1 orang dan wali kelas 4 sebanyak 2 orang) dan Kepala
Sekolah Aluna.
86
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gransindo, 2010), h. 119.
48
Tabel 3.2
Kisi-kisi Wawancara
No Sub Pokok Aspek yang Diungkap Sumber
Pertanyaan
1. Proses 1.1 Peranan guru dalam
pembelajaran pembelajaran
membaca al- 1.2 Cara menghadapi
Qur’an siswa dengan berbeda
latar belakang
khususnya anak
berkebutuhan khusus
tunarungu Kepala
1.3 Komponen sekolah dan
pembelajaran membaca guru
al-Qur’an, Seperti
tujuan, materi, metode,
media, dan evaluasi
1.4 Hubungan sekolah
dengan orang tua
peserta didik
2. Faktor 2.1 Faktor pendukung
pendukung dan pembelajaran
penghambat membaca al-Qur’an
pembelajaran bagi anak
membaca al- berkebutuhan khusus
Qur’an bagi anak tunarungu Guru
berkebutuhan 2.2 Faktor penghambat
khusus tunarungu pembelajaran
49
membaca al-Qur’an
bagi anak
berkebutuhan khusus
tunarungu
a. Dokumen
Hasil penelitian observasi dan wawancara akan dapat dipercaya jika
didukung oleh dokumen yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam
perencanaan pengumpulan data serta bisa menjadi kebenaran hasil
observasi dan wawancara. Dokumen yang dicari berupa dokumen-
dokumen sekolah yang dijadikan obyek penelitian, selain itu dokumen ini
dipergunakan untuk mengetahui dan mengungkap data latar belakang
obyek seperti profil sekolah, data guru, siswa, fasilitas, jadwal
pembelajaran al-Qur’an serta dokumen pendukung lainnya.
87
Sugiyono, op. cit., h. 270.
50
2. Triangulasi Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.88 Pada
penelitian ini, peneliti dapat mengecek data maupun memperoleh data melalui
teknik triangulasi, yakni dengan melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran al-Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu
beberapakali. Selanjutnya membandingkan data hasil pengamatan dalam proses
pembelajaran al-Qur’an dengan data hasil wawancara dengan beberapa guru
dan Kepala Sekolah Aluna. Peneliti juga membandingkan hasil wawncara
dengan dokumen yang berkaitan.
88
Ibid, h. 273.
89
Ibid, h. 245.
51
90
Sugiyono, op. cit., h. 247.
91
Ibid, h. 249.
92
Ibid, h. 253.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53
54
Maksud dari motto tersebut yaitu Sekolah Aluna adalah sekolah yang
ditujukan untuk semua anak dari berbagai kalangan, baik anak-anak yang
tidak memiliki kebutuhan khusus, anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus dalam hal ini khusus anak-anak dengan gangguan pendengaran serta
dari berbagai latarbelakang ekonomi keluarga. Semua anak mendapatkan
perlakuan dan pembelajaran yang sama.
93
Dokumentasi PKMB Sekolah Aluna
57
b. Keadaan Siswa
Jumlah siswa PKMB Sekolah Aluna pada tahun ajaran 2019/2020
semester 1 seluruhnya tercatat sebanyak 52 orang siswa, dengan rincian
perkelasnya antara lain:
Tabel 4.2
Data Siswa PKMB Sekolah Aluna Tahun Ajaran 2019/2020
Kelas Jumlah Siswa
Kelas Satu 13 Siswa
Kelas Dua 10 Siswa
Kelas Tiga 14 Siswa
Kelas Empat 8 Siswa
Kelasa Lima 7 Siswa
TOTAL 52 Siswa
B. Hasil Temuan
1. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus Tunarungu di Sekolah Inklusi Aluna Jakarta
Pada penelitian ini membahas tentang pembelajaran membaca al-
Qur’an bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Inklusi Aluna bertempat
di Jakarta. Pembelajaran membaca al-Qur’an bagi anak berkebutuhan
khusus di antaranya adalah anak tunarungu yang beragama Islam
merupakan pembelajaran yang penting. Pembelajaran memaca al-Qur’an
bagi peserta didik tunarungu bertujuan untuk menjadikan peserta didik
mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Sekolah Aluna
merupakan sekolah inklusi dengan model kelas regular yakni dalam satu
kelas digabung antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal.
Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an baik anak
58
94
Hasil observasi lapangan pada Kamis 12 Desember 2019
59
buku acuan iqro’ yang terdiri dari enam jilid sebagai dasarnya. Setiap
peserta didik memiliki buku iqro’ maisng-masing. Dimulai dari tahap
sederhana lalu tahap demi tahap sampai pada tingkatan sempurna. Hal ini
disampaikan oleh Ibu Elma yang mengatakan:
“Untuk basic-nya kita menggunakan iqro’, sedangkan Metode yang
digunakan masih biasa saja, karena mereka harus berbicara konkrit, jadi
benar-benar dari al-Qur’annya kita tunjuk, mana tanda baca panjang,
pendek, mana tanda berhenti dan mana tanda lanjut. Pembelajarannya pun
bertahap sesuai dengan tingkatan dalam membaca iqro’nya.”95
Materi dalam pembelajaran al-Qur’an di Sekolah Aluna
menyesuaikan dengan metode iqro’ yang bersifat fleksibel yaitu
menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, karena setiap peserta
didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Adanya sifat fleksibel ini
untuk menghargai perbedaan individual dan keberagaman kecerdasan.
Dengan demikian materi yang diajarkan kepada peserta didik disesuaikan
dengan kemampuannya pada tingkatan jilid iqro’. Dan bagi peserta didik
yang sudah menyelesaikan tahapan sampai jilid enam pada iqro’ bisa
melanjutkan bacannya ke tingkat al-Qur’an.
Pada metode iqro’ dalam pratiknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf al-
Qur’an dengan fasih dan benar). Membacanya tanpa di eja. Metode iqro’
pun memiliki karakter di antarnya adalah praktis, CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) yakni peserta didik yang aktif membaca sedangkan pendidik
hanya menyimak. Pendidik tidak menuntun, akan tetapi hanya
mencontohkan saja pada pokok pembahasan. Selain itu, karakter
selanjutnya adalah privat, yakni menyimak bacaan seseorang secara
bergantian. Hal ini di terapkan pada pembelajaran membaca al-Qur’an di
Sekolah Aluna.
95
Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019
60
“Waktu awal saya ke sini juga saya gak ngerti bagaimana komunikasi
dengan mereka (anak tunarungu), tapi memenag kita harus face to face dan
jarak kita berbicara juga jangan terlalu jauh nanti gak ngerti maksud
mereka apa, paling harus deket. Dan biasanya anak tunarungu itu suka
melihat mimik mulut kita, dan di sini gaboleh, jadi kita harus berbicara
disamping alatnya, hal itu untuk mengecek juga apakah alatnya berfungsi
atau tidak. Karena kan sayang alatnya sudah di beli mahal-mahal tapi
ternyata tidak berfungsi. Jadi makanya disuruh komunikasi disamping
alatnya itu.” 97
Setiap peserta didik maju satu persatu untuk membaca iqro’
dihadapan pendidik. Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an ini
96
Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019
97
Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku wali kelas 4 pada 13 Desember 2019
61
disesuaikan juga dengan keadaan peserta didik. Apalagi sekolah Aluna ini
merupakan sekolah inklusi di mana dalam satu kelas terdapat anak normal
dan anak berkebutuhan khusus. Rata-rata untuk peserta didik normal di
sekolah Aluna sudah menyelesaikan tahapan jilid dalam iqro’ sehingga bisa
melanjutkan ke tingkat al-Qur’an. Sedangkan untuk peserta didik
berkebutuhan khusus tunarungu masih dalam tahapan iqro’. Peserta didik
tunarungu bukan hanya mengalami gangguan dalam pendengaran namun
mengalami kesulitan juga dalam berbicara. Begitupun dalam pembelajaran
al-Qur’an, untuk melafalkan huruf-huruf hijaiyah masih cukup sulit
sehingga terdengar pada huruf-huruf tertentu seperti sama pengucapannya.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, posisi duduk antara
peserta didik normal dengan peserta didik berkebutuhan khusus tunarungu
sedikit berbeda. Jika peserta didik normal posisi duduknya berhadapan
langsung dengan pendidik, akan tetapi untuk peserta didik tunarungu posisi
pendidik berada di samping alat dengar peserta didik. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa alat bantu dengar bisa berfungsi dengan baik dan
juga untuk menghindari peserta didik tunarungu membaca gerak bibir
pendidik.98
Untuk melihat ketercapaian dari suatu pembelajaran perlu diadakan
evaluasi. Evaluasi menjadi hal penting untuk dilakukan dalam tiap
pembelajaran. Adapun model penilaian yang digunakan sekolah Aluna
dalam Pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode iqro’ ini dengan
cara evaluasi harian. Cara pendidik mengevaluasi pembelajaran membaca
al-Qur’an menggunakan metode iqro’ yakni dengan menilai peserta didik
dalam menentukan apakah bacaannya bisa dilanjutkan atau mengulang.
Pendidik melihat komponen bacaan pada tiap-tiap siswa, jika komponen
seperti kelancaran, tajwid berupa panjang pendek, dan fashah sudah
98
Hasil observasi lapangan pada Kamis 12 Desember 2019
62
dikuasai, maka peserta didik bisa melanjutkan bacaan. Akan tetapi jika
masih belum, maka mengulang-ulang pada halaman yang masih belum
lancar sampai peserta didik dirasa sudah cukup jelas terkhusus bagi peserta
didik tunarungu dalam pengucapan hurufnya, serta ketentuan panjang
pendeknya bacaan.99 Megingat bahwasanya metode iqro’ ini bersifat
individual, oleh sebab itu ketika evaluasi pun juga tergantung pada jilid dan
kemampuan peserta didik.
99
Hasil wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019
63
100
Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019
64
101
Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku wali kelas 4 pada 13 Desember 2019
65
b. Faktor Penghambat
Pada setiap kegiatan pembelajaran tentunya mengharapkan agar
pembelajaran tersebut dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Akan
tetapi, tak bisa dipungkiri bahwasanya setiap sesuatu pasti ada faktor
penghambatnya. Terlebih lagi dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan
khusus. Masalah yang terjadi dalam pembelajaran menjadi suatu yang
menghalangi serta menghambat proses pembelajaran itu sendiri. Meskipun
demikian, dengan adanya masalah ini mempu mendorong seorang pendidik
66
102
Wawancara dengan Ibu Elma selaku wali kelas 3 pada 12 Desember 2019
103
Hasil wawancara dengan Ibu Defi selaku wali kelas 4 pada 12 Desember 2019
104
Hasil observasi lapangan pada Jum’at 13 Desember 2019
68
C. Pembahasan
Pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an di Sekolah Aluna sudah
baik. Dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan perangkat
pembelajaran seperti silabus dan RPP. Di antara metode pembelajaran yang
digunakan untuk anak tunarungu adalah bahasa isyarat, yaitu bahasa yang
mengutamakan bahasa tubuh, gerak bibir, dan tidak mengutamakan suara.
Salah satu bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia adalah SIBI (Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia). Selain bahasaya isyarat, ada komunikasi total
(komtal) yakni keseluruhan spektrum cara berbahasa yang lengkap, gesti anak,
bahasa isyarat, baca ujaranm ejaan jari, membaca dan menulis, pengembangan
sisa pendengaran guna mamajukan keterampilan bicara dan bahasa ujaran.105
Di sekolah Aluna peserta didik dilatih untuk bisa berkomunikasi verbal dan
tidak diperkenankan untuk menggunakan bahasa isyarat .
Di bab 2 juga sudah dibahas terkait pembagian anak tunarungu dan
klasifikisi menurut taraf pendengarannya. Tunarungu dibedakan menjadi dua,
105
Amirullah Syaputra, Metode Isyarat dalam Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna
Rungu, (Jakarta: PTIQ Jakarta, 2017), h. 48-49.
69
106
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi,
(Bandung: Rafika Aditama, 2006). h. 102.
70
107
Atik Wahyuni dan Yulianti, Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu yang Menggunakan
Cochlear Implants, Jurnal Pendidikan Khusus, 2017
71
bahwa alat yang terpasang berfungsi maka ketika pembelajaran membaca al-
Qur’an berlangsung posisi guru berada di samping alat peserta didik. Hal ini
dilakukan selain peserta didik tidak membaca gerak bibir, agar ketika peserta
didik membaca iqro’ dan terdapat kesalahan dalam pengucapan huruf hijaiyah
atau kesalahan bacaan panjang pendeknya, maka guru melafakannya disamping
alat tersebut, guna melatih pendengaran peserta didik juga.108 Begitupun ketika
berinteraksi dengan teman-teman yang normal, tidak diperkenankan
menggunakan bahasa isyarat sehingga baik peserta didik tunarungu maupun
peserta didik normal harus komunikasi secara verbal. Akan tetapi, dalam
berinteraksi sesama anak tunarungu selain dengan menggunakan komunikasi
verbal, disertai juga dengan bahasa isyarat.109
108
Hasil Observasi pada Kamis 12 Desember 2019
109
Ibid
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukannya semua tahap penelitian mengenai pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna, maka peneliti dapat
menyimpulkan, sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di Sekolah Aluna dilakukan
setiap hari yakni hari Senin – Jum’at, pukul 07.30 – 08.00 WIB. Metode
yang digunakan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah metode
iqro’ yang terdiri dari enam jilid. Metode iqro’ ini digunakan sebagai dasar
sebelum nantinya lanjut kepada tahap membaca al-Qur’an. Materi yang
diajarkan bersifat fleksibel yakni menyesuaikan dengan kemampuan peserta
didik dan dalam proses pembelajarannya tidak membutuhkan bermacam-
macam alat hanya menggunakan buku iqro’ saja, karena yang ditekankan
pada metode iqro’ ini adalah bacaannya (membaca huruf al-Qur’an dengan
fasih dan benar). Adapun evaluasi yang digunakan sekolah Aluna dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode iqro’ ini yakni dengan
cara evaluasi harian. Pendidik menilai peserta didik dalam menentukan
apakah bacaannya bisa dilanjutkan atau mengulang.
2. Sekolah Aluna adalah sekolah inklusi yang menggabungkan antara peserta
didik normal dan peserta didik berkebutuhan khusus salah satunya yakni
berkebutuhan khusus tunarungu belajar bersama dalam satu kelas. Setiap
anak memiliki kemampuan yang berbeda beda. Begitupun dalam membaca
al-Qur’an. Rata-rata peserta didik tunarungu masih dalam tahapan iqro’
sedangkan peserta didik normal beberapa anak sudah masuk ke tahapan al-
Qur’an. Ketika peserta didik maju satu persatu untuk membaca iqro’, posisi
duduk pendidik berada di samping alat dengar peserta didik, hal ini untuk
72
73
memastikan alat bantu dengar baik ABD biasa maupun implan koklea yang
digunakan peserta didik dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, di sekolah
Aluna tidak diperbolehkan untuk menggunakan bahasa isyarat ataupun
membaca gerak bibir. Bagi peserta didik tunarungu untuk melafalkan huruf-
huruf hijaiyah masih cukup sulit sehingga terdengar pada huruf-huruf
tertentu seperti sama pengucapannya. Akan tetapi, kejelasan dalam
melafalkan tergantung pada teraf kemampuan mendengar peserta didik. Ada
yang memang kurang jelas pelafalannya sampai sulit dibedakan antara huruf
yang satu dengan yang lain terdengar sama, ada yang sudah cukup jelas
pengucapannya, dan bahkan ada yang hampir seperti orang normal kejelasan
dalam pengucapannya.
3. faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-Qur’an di
Sekolah Aluna adanya sikap saling menghargai dan menyemangati sesama
peserta didik. Selanjutnya adalah peran serta orang tua yang mendukung
pembelajaran membaca al-Qur’an dengan memberikan pembelajaran serupa
di rumah. Dan terakhir adalah dukungan sesama pendidik yang membuat
para pendidik menjadi lebih kuat dalam mengemban amanah yang tidak
ringan ini.
4. Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran membaca al-
Qur’an di Sekolah Aluna adalah keterbatasan fisik peserta didk tunarungu,
focus dan mood belajar peserta didik yang tidak stabil, dan kurangnya tenaga
pendidik di bidang PAI. Solusi yang ditawarkan pendidik yakni pendidik
merangkul peserta didik secara perlahan-lahan dan satu persatu, serta tidak
ada unsur memaksa. Solusi kedua adalah cara mendiamkan peserta didik
terlebih dahulu setelah itu membujuknya kembali agar peserta didik mau
membaca al-Qur’an. Dan solusi terakhir maka untuk sementara digantikan
terlebih dahulu oleh wali kelas masing-masing dalam pengajaran membaca
al-Qur’an.
74
B. Saran
1. Bagi Guru
➢ Memaksimalkan penggunaan metode, media dan sumber belajar serta
menciptakan susasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik
lebih semangat lagi dalam belajar al-Qur’an.
➢ Perlunya dibuatkan catatan atau kartu lancaran al-Qur’an agar orang tua
bisa lihat dan mengetahui sejauh mana perkembangan anak dalam
membaca al-Qur’an.
2. Bagi Sekolah
➢ Mendukung dan meningkatkan pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di
sekolah serta menyediakan fasilitas-fasilitas pembelajaran dengan baik.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
➢ Memberikan pembinaan kepada guru agar mempersiapkan fisik maupun
mental dalam mengajar.
➢ Mendukung dan mengembangkan program pembelajaran al-Qur’an agar
terciptanya pembelajaran yang efektif dan mampu mencetak generasi
Qur’ani.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrohmah, Cicik dan Ainna Amalia FN, Implementasi Metode Tilawati Dalam
Menghafal Bacaan Sholat Di TPQ Miftahul Hidayah Gondang Nganjuk Jawa
Timur. Jurnal Lentera. Vol.1 No.2, E-ISSN: 25407767. 2015.
Hasan, Sholeh dan Tri Wahyuni. Kontribusi Penerapan Metode Qiro’ati dalam
Pembelajaran Membaca al-Qur’an Secara Tartil. Jurnal Pendidikan Islam.
Vol.V No.1. 2018.
Hasuna , Umi dan Alik Roichatul Jannah. Implementasi Metode Ummi dalam
Pembelajaran Alquran pada Santri di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Mahfudz
75
76
Hidayat, Bahril. 2017. Pembelajaran Alquran pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi
Agama dan Neurosain, The 2nd Annual Conference on Islamic Early Childhood
Education Vol.2, (e-ISSN): 2548-4516, 2017
Hidayat, Yayan Heryana, dan Atang Setiawan. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: UPI PRESS. 2006.
Imani, Allamah Kamal Faqih. Tafsir Nurul Qur’an. Jilid 19. Jakarta: AlHuda. 2003.
Liza, Fitri. Analisis Metode Iqra dalam Pembacaan Fawatihussuwar Mahasiswa FAI
UHAMKA. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 10 Nomor 1, E-ISSN: 25497146.
2019
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada. 2017.
77
Al-Qaththan, Manna Khalil. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar. 2006.
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. Taisuru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir.
Jilid 4. Jakarta: Gema Insani. 2000.
Al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abi Daud. Bairut: Maktabah
Ashriyah
Smart, Aqila. Anak Cacat Bukan Kiamat. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012.
78
Srijatun. Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Dengan Metode Iqro Pada
Anak Usia Dini Di RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol.11 Nomor 1, ISSN 1979-1739. 2017.
Syaputra, Amirullah. Metode Isyarat dalam Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Siswa Tuna
Rungu. Jakarta: PTIQ Jakarta. 2017.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-
Ruzz. 2011.
Wahyuni, Atik dan Yulianti. Kemampuan Berbahasa Anak Tunarungu yang Menggunakan
Cochlear Implants. Jurnal Pendidikan Khusus, 2017.
LAMPIRAN
80
81
82
Jakarta, ……………………
Narasumber
84
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Sudah berapa lama ibu mengajar di
Sekolah Aluna?
2. Apakah latar belakang pendidikan guru
agama dalam pembelajaran al-Qur’an di
kelas linear dengan bidangnya?
3. Suka duka apa yang dirasakan ketika
mengajarkan al-Qur’an?
4. Bagaimana sistem komunikasi yang
digunakan guru bagi anak berkebutuhan
khusus terutama untuk siswa tunarungu
dalam pembelajaran al-Qur’an di
Sekolah Aluna?
Jakarta, ……………………
Narasumber
87
Pedoman Observasi
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
No Unsur Kriteria Penilaian Keterangan
Penelitian A B C D
1 Lokasi sekolah 1. Strategis
2. Mudah terjangkau
2 Kondisi fisik 1. Bangunan kokoh
bangunan 2. Bangunan luas
sekolah
3 Situasi dan 1. Aman
kondisi 2. Nyaman
lingkungan
sekolah
4 Sarana dan 1. Sarana dan
prasarana prasarana
sekolah memadai
2. Mendukung
pembelajaran
5 Aktivitas guru 1. Manajemen kelas
2. Penguasaan siswa
di kelas
3. Kegiatan
mengajar guru
6 Kondisi siswa 1. Antusias
saat 2. Tertib
pembelajaran 3. Menyimak
7 Proses 1. Strategi
pembelajaran pembelajaran
2. Metode
pembelajaran
3. Evaluasi
pembelajaran
8 Media 1. Buku ajar
pembelajaran 2. Media lainnya
9 Kelengkapan 1. Dokumen
dokumen pembelajaran
pembelajaran
88
2. Kesesuaian
dengan tujuan
pemebelajaran
10 Tata waktu dan 1. Jadwal
tempat pembelajaran
pembelajaran 2. Tata ruang kelas
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101