Professional Documents
Culture Documents
1 (2022)
Research Article
Imam Muhsin
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia
E-mail: imam.muhsin@uin-suka.ac.id
*Corresponding Author
Abstract: The Sultanate of Aceh Darussalam played a significant role in developing maritime trade
in the archipelago during the XVI-XVII centuries. This study aims to analyze the contributions of
the Sultanate to this progress, using historical research methods that include heuristics, source
criticism, interpretation, and historiography. The Sultanate controlled maritime and trade routes,
which made it rich in natural resources and agricultural products. Its emergence as a new ruler in
the Aceh region was due to opposition to monopoly actions and attempts to colonize Portuguese
territory in Sumatra, particularly in the island's northern part. The Sultanate's military strength in
the mid-sixteenth century also contributed to its strong maritime politics. Additionally, the
Sultanate's trade economy continued to thrive, particularly in strategic areas of maritime trade, such
as the regional part of Sumatra and the Malacca Straits. This research sheds light on the importance
of the Sultanate of Aceh Darussalam in shaping the archipelago's maritime and trade history during
the Middle Ages.
Abstrak: Perkembangan dan kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam pada Abad Pertengahan di
Nusantara adalah isu penting. Kelautan dan perdagangan yang dikuasai Kesultanan Aceh
Darussalam menjadikan kesultanan ini kaya akan hasil tambang alam dan hasil bumi dari Selat
Pendahuluan
Jalur-jalur pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah daratan Asia Tenggara telah ada sejak awal abad pertama Masehi. Kawasan Barat
Nusantara dan dekat selat Malaka menjadi titik perhatian sejak masa kuna, karena hasil
buminya memiliki daya tarik dan layak jual bagi para pedagang serta menjadi daerah
lintasan penting antara Cina dan India. Selain itu, rempah-rempah seperti pala dan
cengkeh (dari Maluku) dipasarkan di Jawa dan Sumatra, setelah itu dijualkan kepada pihak
pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera salah satunya adalah
Pelabuhan Lamuri (Aceh) pada abad ke-1 dan ke-7 Masehi.1
Sekitar abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-17, jaringan perdagangan
berkembang luas di Asia Selatan, dari Laut Merah di Barat hingga ke Canton di Timur dan
mencakup sebagian besar dunia maritim Melayu. Kekuatan dinamis ini tidak saja
membentuk landasan ekonomi bagi penyebaran Islam di dunia Melayu, tetapi juga bagi
kebangkitan kesultanan-kesultanan maritim di Nusantara2 termasuk pada perkembangan
ekonomi maritim wilayah Aceh pada masa tersebut.
Pada awalnya, Aceh merupakan wilayah terdiri dari beberapa pelabuhan yang
bukan menjadi perhatian dunia, namun setelah kedatangan Islam dan dijadikan sebagai
agama resmi kesultanan pada abad kedua belas dan wilayah kedaulatan kesultanan
tersebut telah berkembang sebagai salah satu pusat perdagangan internasional terutama
antara Asia Tenggara, Asia Tengah, Jazirah Arab, dan Eropa.3 Wilayah Aceh pernah berdiri
kesultanan yang pertama, yaitu Kesultanan Perlak, Kesultanan Samudra Pasai, dan
Kesultanan Aceh Darussalam.4
1
Arisman, Historikal Islam Asia Tenggara (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 109.
2
Anthony Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011), 92.
3
Muhammad Subhan, “Aceh Dan Pembangunan Kepelabuhan: Perbandingan Aspek Sejarah Dan Kontemporer,”
Artikel Researchgate (March 26, 2010).
4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2016), 299.
5
Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia, 95.
6
Yeyen Novita et al., “Analisis Sistem Ekonomi Kerajaan Aceh Darussalam Pada Masa Pemerintahan Sultan Iskandar
Muda,” Jurnal on Education 5, no. 3 (2023): 8334.
7
Muliadi Kurdi, Aceh Di Mata Sejarawan (Banda Aceh: LKAS, 2016), 88–89.
8
Soedjipto Abimanyu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara (Yogyakarta: Laksana, 2014), 161.
9
Supriatna, “Kemaritiman Di Kesultanan Banten Sebuah Perspektif Historis,” Jurnal Kemaritiman: Indonesia Journal
of Maritime 1, no. 1 (2020): 14.
10
Kamaruddin Kamaruzzaman, “Relasi Islam Dan Politik Dalam Sejarah Politik Aceh Abad 16-17,” Al-Tahrir: Jurnal
Pemikiran Islam 16, no. 2 (2016): 268.
11
Muhammad Nur Ichsan Azis, “Ekonomi Maritim Kesultanan Makassar Abad XVII M,” Thaqafiyyat: Jurnal Bahasa,
Peradaban dan Informasi Islam 14, no. 2 (2013): 176.
12
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Ombak, 2011), 103.
13
Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah Sebagai Ilmu (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981), 39.
14
Abd. Rahman Hamid and M. Shaleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011).
15
Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, 114.
16
Ibid.
17
Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad (Medan: Harian Waspada, 2007), 165.
18
Muhammad Haykal, “Ekspedisi Turki Utsmani Dan Gerakan Anti-Kolonialisme Kesultanan Aceh Darussalam,
(1530-1568),” Jurnal El Tarikh 3, no. 2 (November 2022): 44.
19
Edwin, Sumatra: Sejarah Dan Masyarakatnya (Yogyakarta: Ombak, 2013), 256.
20
Abimanyu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, 155.
21
Edwin, Sumatra: Sejarah Dan Masyarakatnya, 257.
22
Abimanyu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, 161.
23
Kurdi, Aceh Di Mata Sejarawan, 212–213.
24
Ibid., 214.
25
Ibid., 215.
26
Michael Laffan, Sejarah Islam Di Nusantara (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2015), 13.
27
Abimanyu, Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara, 161.
28
Misri A. Muchsin, “Barus Dalam Sejarah: Kawasan Percaturan Politik, Agama Dan Ekonomi Dunia,” Jurnal Adabiya
19, no. 1 (February 2017): 3.
29
Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera (Yogyakarta: Ombak, 2007), 56.
30
T.Hj.I. Alfian, “Kerajaan Aceh Darussalam (Sebuah Wacana Singkat),” dalam Prosiding Seminar Antarbangsa
Kesultanan Melayu Nusantara, Lembaga Muzium Negeri Pahang dan Institut Alam dan Tamadun Melayu (n.d.): 230.
31
Kurdi, Aceh Di Mata Sejarawan, 90.
32
Hayatullah Zuboidi, “Kepentingan Utsmani Menjalin Hubungan Dengan Kerajaan Aceh Darussalam,” Jurnal
Peurawi 1, no. 2 (2018): 116–117.
33
D. Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) (Jakarta: Gramedia, 2014), 143–144.
34
Gazali, “Hubungan Umara Dan Ulama Dalam Membentuk Kehidupan Sosio-Religius Di Aceh Darussalam Masa
Sultan Iskandar Muda,” Jurnal Penelitian Hukum DE JURE 16, no. 2 (June 2016): 177.
35
Kurdi, Aceh Di Mata Sejarawan, 101.
36
Ibid., 101–102.
37
Ibid., 102.
38
Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), 137.
39
Kurdi, Aceh Di Mata Sejarawan, 99.
40
Abd. Rahman Hamid, Sejarah Kemaritiman Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2013), 132–133.
41
Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), 130.
42
Ibid. 131–133.
43
Hamid, Sejarah Kemaritiman Indonesia, 129.
44
Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia, 96.
45
Fernandez, Meretas Sejuta Saudagar (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), 29.
46
Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia, 95–96.
47
N. Anshority and D. Arbaningsih, Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejarah Yang Terhapus (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), 7.
48
Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia, 102.
49
M.D Mansur, Sejarah Minangkabau (Jakarta: Bharatara, 1970), 79.
50
Ibid., 77.
51
Ibid., 78.
52
Zumrotul Muhzinat, “Perekonomian Kerajaan Aceh Darussalam Era Sultan Iskandar Muda,” Tsaqofah & Tarikh:
Jurnal Sejarah dan Kebudayaan 5, no. 2 (2020): 78–79.
53
Ibid., 79.
54
Reid, Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia, 100.
55
Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), 100.
56
Ibid., 160–161.
57
Ibid., 98–99.
Kesimpulan
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan kesultanan telah berdiri sejak kejatuhan
Kesultanan Malaka akibat dari penyerangan dari pihak Kolonial Portugis. Kesultanan Aceh
Darussalam hadir sebagai penguasa baru di wilayah Aceh karena penentangan terhadap
aksi monopoli dan upaya kolonialisasi pihak Portugis ke wilayah Sumatera terkhusus pada
bagian utara pulau Sumatra. Namun, upaya tersebut dapat dilakukan penetrasi secara
masif oleh pihak Kesultanan Aceh Darussalam dengan pembentukan kekuatan militer dan
penguasaan perniagaan terutama di regional pulau Sumatera.
Politik-maritim Kesultanan Aceh Darussalam menjadi kuat total pada abad
pertengahan abad ke enam belas. Kekuatan tersebut didapatkan dari kemajuan Kesultanan
Aceh Darussalam dalam bidang militer atau angkatan bersenjata mereka dengan bekerja
sama dengan pihak dinasti Islam lainnya yang juga memiliki kekuatan militer kuat dan
tidak ada tandingannya pada masa itu. Akibat kemajuan politik-maritim itu juga,
Kesultanan Aceh Darussalam mampu menguasai hampir seluruh kawasan di pulau
Sumatera dari bagian timur hingga bagian barat, bahkan sempat memiliki daerah taklukan
hingga ke wilayah Semenanjung Malaya.
58
Ibid., 102–103.
59
Intan Devi Orlita Sari, “Perekonomian Islam Dalam Kerajaan Aceh Darussalam,” Jurnal Humanitas: Katalisator
Perubahan dan Inovator Pendidikan 8, no. 2 (2022): 151.
Daftar Pustaka
Alfian, T.Hj.I. “Kerajaan Aceh Darussalam (Sebuah Wacana Singkat).” dalam Prosiding
Seminar Antarbangsa Kesultanan Melayu Nusantara. Lembaga Muzium Negeri Pahang
dan Institut Alam dan Tamadun Melayu (n.d.).
Anshority, N., and D. Arbaningsih. Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejarah Yang Terhapus.
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
Asnan, Gusti. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogyakarta: Ombak, 2007.
Azis, Muhammad Nur Ichsan. “Ekonomi Maritim Kesultanan Makassar Abad XVII M.”
Thaqafiyyat: Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam 14, no. 2 (2013): 176–201.
Gazalba, Sidi. Pengantar Ilmu Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981.
Kamaruzzaman, Kamaruddin. “Relasi Islam Dan Politik Dalam Sejarah Politik Aceh Abad
16-17.” Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam 16, no. 2 (2016): 267–292.
Lombard, D. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Gramedia,
2014.
Muchsin, Misri A. “Barus Dalam Sejarah: Kawasan Percaturan Politik, Agama Dan
Ekonomi Dunia.” Jurnal Adabiya 19, no. 1 (February 2017): 1–12.
Novita, Yeyen, Mochlasin, Shindita Apriliani Nirmalasari, Salman Zaki Syahrul Mubarok,
Angga Dwi Febrianto, and Ahmad Ulil Albab Al Umar. “Analisis Sistem Ekonomi
Kerajaan Aceh Darussalam Pada Masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda.”
Journal on Education 5, no. 3 (2023): 8333–8339.
Reid, Anthony. Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia Dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2011.
Sari, Intan Devi Orlita. “Perekonomian Islam Dalam Kerajaan Aceh Darussalam.” Jurnal
Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan 8, no. 2 (2022): 146–154.