You are on page 1of 5

TUGAS INDIVIDU

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : YOHANA LEGEN WATI S
NIM : G1D123076
KELAS : 1A

DOSEN PENGAMPU:
SRI ASTUTI SIREGAR, S.ST, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
1. Membuat rangkuman dari referensi WHO mengenai faktor-faktor determinan
kesehatan
Jawab:
Beberapa faktor yang mempengaruhi determinan kesehatan menurut WHO yaitu
sebagai berikut:

 Kesenjangan sosial

Orang yang berada di kelas sosial-ekonomi rendah cenderung lebih rentan


terhadap penyakit dan memiliki umur harapan hidup yang lebih rendah.

 Stres

Kegagalan dalam menangani stres baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.

 Kehidupan dini

Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini
atau awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional
yang kurang baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik,
emosi dan kemampuan intelektual di masa dewasa.

 Pengucilan sosial:

Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke


tempat lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.

 Pekerjaan:

Stress di tempat kerja meningkatkan risiko terhadap penyakit dan kematian.


Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja.

 Pengangguran:

Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera,


bukan hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang
sebaliknya terjadi pada penganggur.

 Dukungan sosial:

Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak


kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.

 Lingkungan fisik:
Kualitas lingkungan fisik seperti air bersih, udara bersih, sanitasi yang baik,
tempat tinggal yang layak sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.

 Pendidikan:

Pendidikan adalah faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat. Pendidikan dapat membantu masyarakat untuk memahami informasi
tentang kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan.

 Genetika:

Faktor genetika juga mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. warisan


berperan dalam menentukan umur, kesehatan, dan kemungkinan terserang
penyakit tertentu. Perilaku pribadi dan keterampilan mengatasi masalah – makan
seimbang, tetap aktif, merokok, minum minuman keras, dan cara kita menghadapi
tekanan dan tantangan hidup, semuanya memengaruhi kesehatan

2. Contoh dari satu budaya yang meningkatkan (5 contoh) dan yang merugikan (5
contoh dari daerah yang ada di Indonesia tidak boleh dari luar negeri
Jawab:
 Budaya yang meningkatan:
1. Tradisi Oyog: Dilakukan oleh etnis Jawa di Desa Dukuh Widara,
Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon. Tradisi ini adalah tradisi
menggoyang-goyangkan perut ibu hamil sejak usia kehamilan bulan ketiga
hingga bulan kesembilan yang dilakukan dukun beranak. Masyarakat
setempat percaya, tradisi oyog mampu mengurangi keluhan pada
kehamilan, persalinan akan lancar, dan memberi kenyamanan dan
ketenangan pada ibu hamil.
2. Topo Tawui: Dikenal oleh etnis Kaila Da’a di Desa Wulai, Kecamatan
Bambalamotu, Kabupaten Mamuju Utara. Topo tawui adalah dukun yang
melakukan semua pengobatan penyakit hingga persalinan. Salah satu cara
pengobatannya yaitu dengan meniupkan bagian tubuh yang sakit tanpa
peralatan medis. Di desa tersebut, persalinan selalu dilakukan di dalam
rumah oleh topo tawui. Para ibu hamil juga lebih nyaman menjalani
persalinan dengan topo tawui.
3. Mandi Bunga: Dilakukan oleh masyarakat Bali. Mandi bunga adalah
mandi dengan air yang dicampur dengan bunga-bunga segar seperti melati,
cempaka, dan mawar. Mandi ini dipercaya dapat memberikan efek
relaksasi dan menenangkan pikiran.
4. Makanan Fermentasi: Dilakukan oleh masyarakat Toraja di Sulawesi
Selatan. Makanan fermentasi seperti pa’piong (ikan panggang),
pammarrasan (daging babi), dan pammarrasan (daging kerbau) dipercaya
dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan pencernaan.
5. Upacara Mitoni: Upacara ini bertujuan mengupayakan keselamatan bagi
janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya. Upacara ini
dilakukan oleh masyarakat Jawa.
6. Budaya menyirih masyarakat Papua: Perilaku menyirih di daerah Papua
terutama suku asli Papua telah diwariskan secara turun temurun oleh para
leluhur. Frekuensi menyirih yang dilakukan oleh masyarakat Papua yaitu
>2 kali dalam sehari. Masyarakat suku asli Papua mendapatkan dampak
positif dari perilaku menyirih, yaitu tubuh terasa segar, bau mulut hilang,
dan gigi pun menjadi kuat.

 Budaya yang merugikan:


1. Tradisi Nasi Papah: Tradisi ini merupakan pemberian nasi kepada bayi
sebelum tidur malam hari di daerah Lombok Timur Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Tradisi ini dapat menyebabkan kerusakan gigi pada bayi.
2. Tradisi Potong Gigi: Upacara Potong gigi yang dalam bahasa bali sering
pula disebut mepandes, mesangih atau metatah merupakan ritual
keagamaan yang harus dilaksanakan oleh semua umat Hindu di Bali,
khususnya bagi yang telah menginjak masa remaja. Tradisi potong gigi
bisa mengakibatkan kerusakan gigi pada orang yang mengikuti tradisi ini
karena ketebalan email gigi seseorang hanyalah 2mm, sehingga jika
potong gigi dilakukan lebih dari 2mm, maka akan menyebabkan gigi ngilu.
3. Tradisi macani-cani: Tradisi ini berasal dari daerah di Kabupaten Barru
Kecamatan Tanete Riaja. Merupakan tradisi ritual yang dimaksudkan
sebagai ritual penyucian diri. Tradisi ini memiliki pantangan-pantangan
untuk masyarakatnya, seperti tidak boleh mandi jika mengalami penyakit
tertentu dan tidak mandi menggunakan sabun. Hal ini dapat membuat
seseorang terkena penyakit kulit yang merugikan.
4. Tradisi meruncingkan gigi: Meruncingkan gigi ini adalah tradisi yang
dilakukan oleh wanita dari Suku Mentawai, Sumatera Barat. Gigi akan
diruncingkan oleh peruncing yang terbuat dari besi atau kayu. Runcing
gigi dapat menimbulkan dampak buruk bagi gigi. Gigi akan semakin
menjadi lebih sensitif dan bisa menyebabkan infeksi pada gusi.
5. Teguran dan Tekene: Masyarakat etnis Laut di Desa Tanjung Pasir,
Kabupaten Indragiri percaya bahwa kasus kematian bayi yang tinggi
disebabkan oleh teguran dan tekene yang merupakan makhluk gaib.
Pengobatan di sana pun akhirnya dilakukan oleh dukun dengan cara
tradisional yang berisiko menambah penyakit lebih parah.

You might also like