Professional Documents
Culture Documents
Kel.10 MS
Kel.10 MS
KELOMPOK 10 :
1. MUHAMMAD FAJRI (
2. SITI ZAHRATUL (
3. WIDI HASTUTI (12110621500)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN
UNIVERSITAS SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Konflik................................................................................................................3
2.1 Definisi Konflik Menurut Beberapa Ahli......................................................................3
B. Sumber Konflik....................................................................................................................5
3.1 Latar Belakang Munculnya Konflik..............................................................................5
C. Antisipasi Konflik dalam Islam..........................................................................................12
D. Pengelolaan Konflik dalam Islam.......................................................................................12
E. Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik................................................................12
F. Penyelesaian Konflik..........................................................................................................12
G. Teknik Penyelesaian Konflik..............................................................................................12
H. Pemecahan Masalah............................................................................................................12
BAB III .....................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR KEPUSTAKAAN.........................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang selalu mengajarkan suatu kebaikan untuk umatnya,
tetapi di sisi lain agama Islam juga Ini menyatakan bahwa ada hal-hal buruk dalam hidup
yang harus Anda akui. Kejahatan yang sering terjadi dan terwujud dalam kehidupan ini
dijelaskan dalam Kitab Islam, ajaran Al-Qur'an. Kisah-kisah seperti Habel dan Kovil
yang saling bertikai, Nuh dan kaumnya, Ibrahim dan Abraha, Musa dan Fir'aun, serta
perselisihan dan hinaan antara Muslim dan Quraisy ketika Islam pertama kali muncul
mencerminkan kehidupan masyarakat. Kita tidak selalu dalam kebaikan, kita selalu
dikelilingi oleh keburukan. Al-Qur'an juga memberikan informasi bahwa kondisi konflik
sudah ada sebelum penciptaan manusia.
Ayat ini menjelaskan, Budaya destruktif, jahat dan berdarah yang dijelaskan
dalam Al-Qur'an adalah peringatan bahwa manusia adalah makhluk perang. Konflik dan
kehidupan adalah dua hal yang tidak dapat disangkal. Keberadaan dua hal ini dalam
kehidupan manusia ditekankan oleh Al-Qur'an, dan secara ilmiah, pembahasan konflik
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan kini menjadi dasar kebaikan dalam interaksi
manusia. Hal ini banyak diperdebatkan untuk memberikan arahan dan dorongan untuk
penciptaan.Konflik itu sendiri secara etimologis berasal dari kata konflik, berasal dari
bahasa Latin conligare.: “saling mengejutkan” atau konflik terjadi karena ada pihak-pihak
yang ‘saling mengejutkan.
Dengan kata lain kekerasan.2 Selain itu, kata ‘konflik’ juga memiliki beberapa
definisi, diantaranya : ‘ a fight, a collision; a struggle, a contenst; opposition of interest,
opinions or purposes; mental strife, agony’ (berkelahi, bentrok. pertempuran;
kepentingan, pendapat, atau tujuan yang saling bertentangan. perjuangan mental,
penderitaan mental).3 Oleh karena itu, penegasan ilmiah dan al-Qur'an tentang "konflik"
ini tidak lain untuk menunjukkan bahwa konflik atau konflik itu ada dan merupakan
iii
bagian integral dari kehidupannya.Ada kondisi konflik dalam kehidupan manusia dari
segala bidang. Untuk alasan ini, lebih baik kita melihat lebih dekat apa yang ditekankan
Al-Qur'an dan bagaimana resolusi dan rekonsiliasi terjadi. Ini membantu orang
menganalisis konflik dan memberikan kontribusi positif sebagai aktor dalam kehidupan
mereka. Untuk memberikan kontribusi positif dalam kajian kontroversi ini, tulisan ini
secara khusus akan fokus pada penguraian makna kontroversi Al-Qur'an dan cara
mengatasinya. Pembahasan lebih rinci diberikan di atas pada topik Agama dan Agama
dalam Situasi Konflik dan Penyelesaian Konflik.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
1
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
a. Soerjono Soekanto
c. Max Weber
1
Akhmad Rifa’i, Konflik dan Resolusinya dalam Perspektif Islam, Hal. 173.
v
"Hubungan sosial disebut sebagai konflik apabila sepanjang tindakan yang
ada di dalamnya secara sengaja ditujukan, untuk melaksanakan kehendak satu
pihak untuk melawan pihak lain." Dengan demikian konflik merupakan suatu
hubungan sosial, yang dimaknai sebagai keinginan untuk memaksakan
kehendaknya pada pihak lain.
Indonesia sebagai negeri yang beragam dari segi budaya, etnis, suku, ras,
dan kepercayaan agama, tentu memiliki potensi besar terhadap terjadinya suatu
konflik Baik internal, maupun eksternal. Islam yang notabene adalah agama yang
dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, memiliki cara pandang sendiri dalam
menanggapi berbagai konflik yang terjadi.
B. Sumber Konflik
Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi yang melatar
belakanginya. 2Kondisi tersebut yang juga menjadi sumber terjadinya konflik, di
antaranya adalah:
a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan
kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian dapat
menimbulkan konflik.
b. Struktur
Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup
kelompok, derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok.
kejelasan yurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan tujuan anggota dan tujuan
kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan
2
2 Loc.Cit. Hal. 182.
vi
antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat
spesialisasi, merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar
kelompok makin terorganisir kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
c. Variabel Pribadi
Sumber konflik yang potensial adalah faktor pribadi, meliputi: sistem nilai
yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan,
bahwa tipe kepribadian tertentu. Misalnya individu yang otoriter, dogmatik, dan
tidak menghargai orang lain merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah
satu kondisi tersebut terjadi dalam suatu perusahaan, dan karyawan menyadari hal
tersebut maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik.
Keadaan ini disebut dengan, konflik yang dipersepsikan (perceived conflict).
Kemudian apabila individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas,
tegang, frustrasi atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi
konflik yang nyata jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk
perilaku, misalnya: serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan
fisik, huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.
1. Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu dengan yang lain.
2. Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha mengenal lebih jauh
antara satu dengan yang lain.
3. Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat membawa misi
kedamaian.
D. Pengelolaan Konflik Dalam islam
vii
Mengelola dan menyelesaikan suatu konflik, bukanlah sesuatu yang sederhana.
3
Cepat tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau
tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang
turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Dan berikut, beberapa contoh kasus dan
cara mengelola konflik:
3
Masykuri Abdillah, Penyelesaian Konflik Internal Agama, Hal. 21.
viii
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan4:
a. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat diguntinmengelola dan mencegah
konflik Manajer perawat harus mengetahui dan memah peraturan-peraturan yang
ada dalam organisasi. Jika belum jelas, harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
b. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat d dengan
mendukungperawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan
tahapan hidup Masalnya; Perawat junior yang berprestasiapat dipromosikan untuk
mengikuti pendidikan kejanjang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang
berprestasi dipromosikanntuk mendudumbatan yang lebih tinggi.
Menurut Eisenhardt et al. dalam Robbins dan Hunsaker (1996) da Dreu dan Weingart (2003)
bahwa untuk menjaga kinerja individu seseora kelompok kerjanya pada sebuah organisasi
dibutuhkan suatu strategi ma konflik melalui lima aktivitas seperti menghindari,mengakomodasi.
mengkompromikan, mengkompetisikan dan berkolaborasi.
ix
potensialmenimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak
menirkonflik terbuka.
2. Mengakomodasi (Adcomodating) Anggota tim mau mengumpulkan dar
mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak yang konflik,
selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap menguta kepentingan pihak lain
atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
3. Mengkompromika (Compromising) Penyelesaian konflik dengan cara melakukan
negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian
menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama memuaskan lose-lose
solution.
F. Penyelesiaian Konflik
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting, atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi, untuk menenangkan diri.
Gunakan metode ini jika Anda percaya memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih, dibanding yang lainnya. Atau ketika kita tidak ingin
x
berkompromi dengan nilai-nilai yang kita yakini. Metode ini mungkin bisa memicu
konflik, tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan
keamanan.
Manusia digambarkan dalam Al Qur'an sebagai orang yang selalu berperang, terlepas
dari apakah mereka berperang atau tidak interpersonal, keluarga dan sosial. Al-Qur'an
menggambarkan konflik sosial di dua bentuk yaitu bentuk potensial dan aktual. Konflik
yang berupa potensial disebut dalam Al-Qur'an dengan kata (permusuhan), sedangkan
konflik aktual digambarkan dengan kata (perselisihan/pertingkaian) serta (pembunuhan).5
1. Konflik Potensial
Dari hasil analisis dalam beberapa ayat Al-Quran, ditemukan bahwa secara umum
potensi konflik dapat dibagi pada potensi konflik universal. Potensi konflik universal
adalah potensi konflik yang dimiliki oleh setiap manusia, meskipun tidak saling
mengenal antar sesama. Potensi konflik ini dimiliki oleh setiap orang, walaupunpun tidak
saling mengenal. Potensi konflik seperti ini dapat dirasakan ketika bertemu dengan orang
untuk pertama kalinya dalam sebuah perjamuan malam, misalnya, akan tetapi karena satu
5
M.F. Zenrif., “Realitas & Metode Penelitian Sosial dalam Perspektif Al-Quran” hal 50-51
xi
hal yang tidak kita sukai, baik prilaku, tutur kata, maupun warna dan busana yang
dipakainya, kita dapat saja mempunyai kesan tidak senang padanya. Jelasnya, potensi
konflik universal tidak membutuhkan adanya interaksi atau kontak sosial sebelumnya,
sebab potensi ini melekat dalam diri setiap individu.
6
Ibid., hlm.51
xii
merasionalisasi informasi untuk membuatnya tampak seolah-olah informasi yang
diberikan berbeda dari kenyataan.7 Para damaging yang bertindak dari hasil analisis
membuat rakyat kecil memutuskan keputusan yang kurang tepat, sedangkan beberapa
rakyat memberi penilaian kepada pemimpin dengan tidak benar karena informasi yang
kurang akurat dari demagong.
2. Konflik Aktual
Konflik potensial dari yang sudah disebut di atas, jika fahami dan dikelola, maka
akan terjadi konflik aktual, yaitu dasar/fondasi dari konflik sosial. Konflik sosial paling
rendah diperlihatkan dalam berberapa model konflik:
(a) Apa yang ada dalam hatinya tidak sesuai kenyataan yang ditunjukkannya
didepan orang-orang,
(b) Dia akan membuat kerusuhan dibumi, jika dibelakang orang banyak
(c) dan jika diingatkan, dia akan bersifat sombong dan angkuh
Kemudian yang kedua yaitu, konflik sosial yang didului karna pertikaian
(mujadalah), yaitu adanya silang pendapat antara pemikiran yang benar dan yang salah,
kebaikan dengan kejahatan, dan juga keadilan dengan kecurangan. Permasalahan ini
sering terjadi antara mereka yang mengajak kepada kebenaran dan mereka yang
mempertahankan kesalahan.
7
Abu-Nimer, Mohammad. 1996. “Conflict Resolution in an Islamic Context: Some
Conceptual Questions”, dalam Peace & Change. Vol. 21, No. 1. January,
hal. 22-40
xiii
terhadap pasangannya, dan ssemua bentuk konflik dalam berkeluarga. Konflik semacam
ini sering terjadi di Negara maju ataupun negara berkembang yang kejadiannya bisa
dilihat dari meningginya angka perceraian dan gugatan.
Keempat, “perang dingin” antar umat beragama, yaitu konflik yang terjadi dari
kelompok mukmin dan kelompok kafir. Konflik semacam ini merupakan konflik yang
terselimuti disetiap kajian keagamaan dan perdebatan. Secara teoritis, dapat kita lihat
konflik semacam ini ada diberbagai literatur mengenai kajian keagamaan, yang mana
setiap pengkaji mengatakan yang paling rasional dan pada akhirnya membenarkan dari
masing-masing agama.
Kelima, konflik yang terjadi antara orang yang melakukan aliansi dan kerjasama
dengan menerapkan manajemen yang tidak baik. Pola kerjasama ini dapat terjadi dalam
ukuran individual, yang diwakili oleh komunitas sosial seperti organisasi institusional
(antar lembaga)8, regional (antar provinsi), nasional (antar negara) maupun internasional.
Setiap jalinan kerjasama yang dilaksanakan melalui cara yang tidak professional dan
terbuka, adalah akibat dari konflik sosial yang jika terkumpul maka akan menyebabkan
terjadinya ledakan konflik yang mencelakakan hubungan tersebut.
xiv
Ketujuh, bentuk-bentuk konflik sosial yang disebabkan oleh pencurian, korupsi,
manipulasi, pengurangan timbangan atau ukuran, dan bentuk-bentuk tertentu dari
pengambilan hak orang lain secara tidak sah. Korupsi dan manipulasi yang terjadi
dibeberapa negara berkembang, khususnya Indonesia, telah mengakibatkan konflik
sosial, baik secara vertical maupun horizontal. Demonstrasi terjadi diberbagai daerah
sebagai bentuk reaksi terhadap korupsi dan manipulasi yang salah satu indicator
memperlihatkan adanya konflik bentuk ini.
Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu dihadapi kenyataan berupa konflik.
Bahkan Dahrendorf dalam Margaret (2000:131), beranggapan bahwa manusia
mempunyai watak ganda, mempunyai sisi perselisihan juga sisi kerja sama. Penyebab
terjadinya suatu konflik tertinggi manusia sebenarnya bukan terletak pada konflik politik,
atau pertikaian namun konflik yang ada pada dalam diri mereka. Konflik diri yang paling
besar salah satunya adalah dengan cara apa menetralisir hati untuk melawan hawa nafsu.
Hal ini tertuang dalam hadist rasulullah SAW yang bunyinya:
Artinya:
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan
hawa nafsunya,” (hadits ini derajatnya shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari
Abu Dzarr Radhiyallahu anhu.)
Konflik dalam diri ini disebut juga konflik batin. dalam konflik ini Orang harus
bisa menekan keinginannya karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Orang juga
perlu dapat melihat keadaan batin mereka memiliki atau mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Apabila kurang mampu, maka semestinya ditunda atau bahkan apa yang benar-
benar menjadi keinginannya itu.
Penyelesaian konflik harus dipahami sebagai solusi yang di luar pihak yang
bertikai dapat membantu dan mengarahkan konflik negatif menjadi konflik positif. Ini
9
Ahmad Musthafa al-Maraghi, 1992. Terjemah Tafsir al-Qur’an, Semarang: Toha Putra.
xv
sangat penting Terkadang pihak di luar konflik bukannya membantu menyelesaikan
konflik menjadi bagian dari masalah. bahkan terkadang mengabaikan norma agama
seolah-olah para pihak sedang berkonflik atas nama agama, pihak lain juga membutuhkan
bantuan karena mereka memiliki agama yang sama dan memiliki temperamen yang
dominan, bukan akal sehat atau norma yang berlaku.Istilah "pencegahan konflik" juga
mengungkapkan pentingnya menghindari kekacauan. Hal ini berbeda dengan kegiatan
untuk melawan dan mencegah segala bentuk kekerasan. dan untuk memerangi eksploitasi
Diskriminasi, pengusiran dan penindasan. Maka dari itu, dengan sedikit keadilan, resolusi
konflik dilihat sebagai alat pertahanan diri atau senjata baru yang memperkuat kekuatan
mereka yang diuntungkan dari status quo. bukannya menjadi sarana untuk mencapai
perdamaian dengan keadilan. jadi peran Sebuah "pihak ketiga" adalah untuk membantu
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik menemukan solusi yang saling menguntungkan.10
Dalam konflik bisa jadi ada beberapa alas an mengenai kedua pihak yang tersangkut
kurang mampu untuk mengeluarkan diri dari yang mereka pertengkarkan, mungkin
mereka kurang rasional, maka dari itu sangat dibutuhkan pihak dari luar. Pihak ketiga
sebagai pihak luar, kehadirannya sudah jelas digunakan untuk meredamkan konflik
sehingga konflik bisa ditata dan dijauhi dari tindak kekerasan, diskriminasi, dan
sebagainya.
Pihak ketiga menjadi sebagai penengah dan memberi perdamaian dalam perkembangan
ilmu resolusi konflik dan perselisihan, atau juga disebut dengan system mediasi. Kata
hakam selalu dijelaskan dalam Al-qur’an yang menjadi kata lain dari mediasi. Hakam itu
sendiri sealalu dibutuhkan keberadaannya disetiap konflik terjadi demi terciptanya
perdamaian. Keberadaan Al-quran yang pasti memberikan penawar/obat dalam sebuah
‘konflik’ sangat berarti dan bermakna diera sekarang ini, terlihat setiap manusia yang
tersangkut konflik berharap diselesaikan dengan adil, dan bentuk keadilan itu bisa dilihat
dari mereka yang sanggup menjadi mediator dan hakam.
10
Diana Francis, 2006. ” Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial”, Yogyakarta
xvi
Dapat diartikan bahwa Problem Solving sebagai teknik penyelesaian suatu
masalah. Problem Solving merupakan suatu Teknik moral dan mental pada saat
menemukan problem dan dipecahkan melalui keterangan informasi yang teliti, hingga
akhirnya kesimpulan diambil secara tepat dan akurat.11
Dalam upaya menyelesaikan konflik yang memang tidak dapat dihindari, upaya
menyelesaikannya dapat dilakukan dengan memanajemen konfik itu sendiri. Manajemen.
konflik berarti berusaha membuat suatu tahapan yang dapat dilakukan dalam rangkai
mengarahkan konflik kearah sesuatu yang bermanfaat bagi organisasi. Manajemen
konflik sebenarnya dapat dilakukan secara individual ataupun lingkup manajemen.
Penyelesaian konflik ini memerlukan kerja sama antar pribadi dan keorganisasian
ataupun secara pribadi itu sendiri.
Dengan gaya ini pihak-pihak yang tertarik dihadapkan pada masalah dan dengan
bekerjasama mengenali masalah, menghasilkan dan memberikan bobot solusi-
solusi alternatif, dan memilih solusi
11
Qanita Alya, Kamus Bahasa Indonesia (Bandung : PT Indah Jaya Adipratama, 2009) hlm. 459
xvii
2. Memenuhi (Memuluskan). Orang yang bersedia memenuhi permintaan
mengabaikan kepentingannya sendiri untuk memuaskan kepentingan pihak lain.
3. Mendominasi (Memaksa). Kepedulian pada diri yang tinggi dan rendah untuk
orang lain mendorong timbulnya sikap "Saya Menang, Anda Kalah"
4. Menghindar.
Taktik ini dapat melibatkan penarikan diri pasif dari masalah atau menekan
masalah secara aktif.
Metode yang umum digunakan untuk mengatasi atau menangani konflik di satu
sisi adalah pengurangan konflik itu sendiri, dan metode pengurangan konflik sering kali
melibatkan pendinginan terlebih dahulu. Tetapi metode ini membuat kita kehilangan
kontak dengan masalah sebenarnya.12
a. Dominasi (Penekanan)
12
Berny Gomulya, Problem Solving And Decision Making For Improvement, hlm. 55
xviii
dan ia mencoba secara sepihak membujuk pihak lain untuk mengikuti
keinginannya.
4) Namun sang manajer memiliki lebih banyak sumber informasi dibandingkan
dengan pihak lain tersebut, dan sarannya cukup dilogika maka metode
tersebut dapat bersifat efektif. Namun jika suatu kata terdapat perasaan bahwa
sang manajer tersebut telah menguntungkan pihak tertentu, atau tidak
mengerti tentang persoalan yang ada maka pihak lain yang kalah boleh
menentangnya.
b. Metode Kompromi
Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam praktiknya
sering sulit tercapai secara memuaskan. Karena kurang adanya kemauan yang
sungguh-sungguh dan jujur, untuk memecahkan persoalan persoalan tersebut.
13
Ibid., hlm. 57
xix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah Sejarah Islam Asia Tenggara yang berjudul Dinamika Islam di Brunei
masih jauh dari kata sempurna baik dari penyusun maupun isinya. Dan kami
menyarankan kepada pembaca supaya tidak hanya berpatokan terhadap makalah dari
referensi yang ada, guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
1
DAFTAR KEPUSTAKAAN