You are on page 1of 22

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

MANAJEMEN SYARIAH NASKAH, S.Pd.,Mpd.E.

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KELOMPOK 10 :

1. MUHAMMAD FAJRI (
2. SITI ZAHRATUL (
3. WIDI HASTUTI (12110621500)

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN
UNIVERSITAS SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas hidayahnya penulis
dapat menelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Manajemen Syariah dengan
materi yang berjudul “ Manajemen Konflik Dalam Perspektif Islam”. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Naskah
S. Pd, M. Pd. E. selaku dosen mata kuliah Manajemen Syariah yang telah mengarahkan
dan mendampingi penulis dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat berjalan lancar,
juga kepada orang tua yang telah memberikan bantuan materi maupun doanya sehingga
pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya . penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu,
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini
ke arah yang lebih sempurna .
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 10 Oktober 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Konflik................................................................................................................3
2.1 Definisi Konflik Menurut Beberapa Ahli......................................................................3
B. Sumber Konflik....................................................................................................................5
3.1 Latar Belakang Munculnya Konflik..............................................................................5
C. Antisipasi Konflik dalam Islam..........................................................................................12
D. Pengelolaan Konflik dalam Islam.......................................................................................12
E. Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik................................................................12
F. Penyelesaian Konflik..........................................................................................................12
G. Teknik Penyelesaian Konflik..............................................................................................12
H. Pemecahan Masalah............................................................................................................12
BAB III .....................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
B. Saran...................................................................................................................................18
DAFTAR KEPUSTAKAAN.........................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang selalu mengajarkan suatu kebaikan untuk umatnya,
tetapi di sisi lain agama Islam juga Ini menyatakan bahwa ada hal-hal buruk dalam hidup
yang harus Anda akui. Kejahatan yang sering terjadi dan terwujud dalam kehidupan ini
dijelaskan dalam Kitab Islam, ajaran Al-Qur'an. Kisah-kisah seperti Habel dan Kovil
yang saling bertikai, Nuh dan kaumnya, Ibrahim dan Abraha, Musa dan Fir'aun, serta
perselisihan dan hinaan antara Muslim dan Quraisy ketika Islam pertama kali muncul
mencerminkan kehidupan masyarakat. Kita tidak selalu dalam kebaikan, kita selalu
dikelilingi oleh keburukan. Al-Qur'an juga memberikan informasi bahwa kondisi konflik
sudah ada sebelum penciptaan manusia.

“Dimana tatkala Allah akan menciptakan kholifahNya di muka bumi, para


malaikat mengajukan keberatan, karena menurut prediksinya, manusia itu hanya akan
membudayakan kerusakan, kejahatan dan pertumpahan darah saja di muka bumi”.

Ayat ini menjelaskan, Budaya destruktif, jahat dan berdarah yang dijelaskan
dalam Al-Qur'an adalah peringatan bahwa manusia adalah makhluk perang. Konflik dan
kehidupan adalah dua hal yang tidak dapat disangkal. Keberadaan dua hal ini dalam
kehidupan manusia ditekankan oleh Al-Qur'an, dan secara ilmiah, pembahasan konflik
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan kini menjadi dasar kebaikan dalam interaksi
manusia. Hal ini banyak diperdebatkan untuk memberikan arahan dan dorongan untuk
penciptaan.Konflik itu sendiri secara etimologis berasal dari kata konflik, berasal dari
bahasa Latin conligare.: “saling mengejutkan” atau konflik terjadi karena ada pihak-pihak
yang ‘saling mengejutkan.

Dengan kata lain kekerasan.2 Selain itu, kata ‘konflik’ juga memiliki beberapa
definisi, diantaranya : ‘ a fight, a collision; a struggle, a contenst; opposition of interest,
opinions or purposes; mental strife, agony’ (berkelahi, bentrok. pertempuran;
kepentingan, pendapat, atau tujuan yang saling bertentangan. perjuangan mental,
penderitaan mental).3 Oleh karena itu, penegasan ilmiah dan al-Qur'an tentang "konflik"
ini tidak lain untuk menunjukkan bahwa konflik atau konflik itu ada dan merupakan

iii
bagian integral dari kehidupannya.Ada kondisi konflik dalam kehidupan manusia dari
segala bidang. Untuk alasan ini, lebih baik kita melihat lebih dekat apa yang ditekankan
Al-Qur'an dan bagaimana resolusi dan rekonsiliasi terjadi. Ini membantu orang
menganalisis konflik dan memberikan kontribusi positif sebagai aktor dalam kehidupan
mereka. Untuk memberikan kontribusi positif dalam kajian kontroversi ini, tulisan ini
secara khusus akan fokus pada penguraian makna kontroversi Al-Qur'an dan cara
mengatasinya. Pembahasan lebih rinci diberikan di atas pada topik Agama dan Agama
dalam Situasi Konflik dan Penyelesaian Konflik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Konflik ?

2. Apa saja yang menjadi Sumber Konflik ?

3. Bagaimana Antisipasi Konflik Dalam Islam ?

4. Bagaimana Pengelolaan Konflik Dalam Islam ?

5. Bagaimana Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik ?

6. Bagaimana Penyelesaian Konflik ?

7. Bagaimana Teknik Penyelesaian Konflik ?

8. Bagaimana Pemecahan Masalah ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian Konflik.

2. Untuk Mengetahui Sumber Konflik.

3. Untuk Mengetahui Antisipasi Konflik Dalam Islam.

4. Untuk Mengetahui Pengelolaan Konflik Dalam Islam .

5. Untuk Mengetahui Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik.

6. Untuk Mengetahui Penyelesaian Konflik.

7. Untuk Mengetahui Teknik Penyelesaian Konflik.

8. Untuk Mengetahui Pemecahan Masalah

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
1
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam


suatu interaksi, perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa
sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakatpun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan
hilangbersamaan dengan, hilangnya masyarakat itu sendiri. Berikut beberapa pengertian
konflik, menurut para ahli:

a. Soerjono Soekanto

Dalam rangka mencapai tujuannya, setiap individu atau kelompok akan


menggunakan segala cara. Termasuk ancaman atau kekerasan sebagai bentuk
pertentangan terhadap lawannya, proses inilah yang disebut dengan konflik.

b. Taman dan Burgess

Keduanya memandang konflik sebagai bentuk yang berbeda dari


kompetisi atau persaingan. Mereka menulis: "Keduanya merupakan bentuk
interaksi. Kompetisi atau persaingan adalah perjuangan antara individu atau
kelompok individu, yang dilakukan tanpa melalui kontak dan komunikasi. Di lain
pihak konflik adalah sebuah perlombaan, di mana terjadi kontak sebagai kondisi
yang sangat diperlukan."

c. Max Weber
1
Akhmad Rifa’i, Konflik dan Resolusinya dalam Perspektif Islam, Hal. 173.

v
"Hubungan sosial disebut sebagai konflik apabila sepanjang tindakan yang
ada di dalamnya secara sengaja ditujukan, untuk melaksanakan kehendak satu
pihak untuk melawan pihak lain." Dengan demikian konflik merupakan suatu
hubungan sosial, yang dimaknai sebagai keinginan untuk memaksakan
kehendaknya pada pihak lain.

Indonesia sebagai negeri yang beragam dari segi budaya, etnis, suku, ras,
dan kepercayaan agama, tentu memiliki potensi besar terhadap terjadinya suatu
konflik Baik internal, maupun eksternal. Islam yang notabene adalah agama yang
dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, memiliki cara pandang sendiri dalam
menanggapi berbagai konflik yang terjadi.

Dalam Surat Al-Anbiya' ayat 107. Allah SWT berfirman:

‫وما أرسلله إال رحمة للعالمين‬

"Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi seluruh alam."

B. Sumber Konflik

Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi yang melatar
belakanginya. 2Kondisi tersebut yang juga menjadi sumber terjadinya konflik, di
antaranya adalah:

a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan
kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian dapat
menimbulkan konflik.
b. Struktur

Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup
kelompok, derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok.
kejelasan yurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan tujuan anggota dan tujuan
kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan
2
2 Loc.Cit. Hal. 182.

vi
antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat
spesialisasi, merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar
kelompok makin terorganisir kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.

c. Variabel Pribadi

Sumber konflik yang potensial adalah faktor pribadi, meliputi: sistem nilai
yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan,
bahwa tipe kepribadian tertentu. Misalnya individu yang otoriter, dogmatik, dan
tidak menghargai orang lain merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah
satu kondisi tersebut terjadi dalam suatu perusahaan, dan karyawan menyadari hal
tersebut maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik.
Keadaan ini disebut dengan, konflik yang dipersepsikan (perceived conflict).
Kemudian apabila individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas,
tegang, frustrasi atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi
konflik yang nyata jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk
perilaku, misalnya: serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan
fisik, huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.

C. Antisipasi Konflik Dalam Islam

Berikut adalah upaya-upaya penyelesainnya :

1. Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu dengan yang lain.
2. Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha mengenal lebih jauh
antara satu dengan yang lain.
3. Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat membawa misi
kedamaian.
D. Pengelolaan Konflik Dalam islam

vii
Mengelola dan menyelesaikan suatu konflik, bukanlah sesuatu yang sederhana.
3
Cepat tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau
tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang
turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Dan berikut, beberapa contoh kasus dan
cara mengelola konflik:

a. Disiplin.Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan


mencegah konflik. Misalnya dalam suatu klinik kesehatan, manajer perawat harus
mengetahui dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dalam organisasi atau klinik tersebut. Jika belum jelas, mereka
harus mencari bantuan untuk memahaminya.

b. Pertimbangan Pengalaman Dalam Tahapan Kehidupan Konflik dapat dikelola


dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan dengan pengalaman dan
tahapan kehidupannya. Misalnya: perawat junior

yang berprestasi di promosikan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih


tinggi, sedangkan perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.

c. Komunikasi Suatu komunikasi yang baik, akan menciptakan lingkungan yang


kondusif pula. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer suatu klinik kesehatan
untuk menghindari konflik adalah, dengan menerapkan komunikasi yang efektif
dalam kegiatan seharihari. Yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara
hidupnya, untuk berkomunikasi dalam organisasi.
d. Mendengarkan Secara Aktif.Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting,
untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer
perawat klinik telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan
kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah
didengarkan.
E. Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik

3
Masykuri Abdillah, Penyelesaian Konflik Internal Agama, Hal. 21.

viii
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan4:
a. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat diguntinmengelola dan mencegah
konflik Manajer perawat harus mengetahui dan memah peraturan-peraturan yang
ada dalam organisasi. Jika belum jelas, harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
b. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat d dengan
mendukungperawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan
tahapan hidup Masalnya; Perawat junior yang berprestasiapat dipromosikan untuk
mengikuti pendidikan kejanjang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang
berprestasi dipromosikanntuk mendudumbatan yang lebih tinggi.

c. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkunga terapetik


dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer menghindari konflik
adalah dengan menetapkanikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hgang akhirnya
dapat dijadikan sebagaicara hidup.

d. Mendengarkan secara aktif Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting


untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer
perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan
kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah
mendengarkan.

Menurut Eisenhardt et al. dalam Robbins dan Hunsaker (1996) da Dreu dan Weingart (2003)
bahwa untuk menjaga kinerja individu seseora kelompok kerjanya pada sebuah organisasi
dibutuhkan suatu strategi ma konflik melalui lima aktivitas seperti menghindari,mengakomodasi.
mengkompromikan, mengkompetisikan dan berkolaborasi.

1. Menghidari (Avoiding) Seseorang atau organisasi cenderung


untukmenghindarterjadinyakonflik. Hal-hal yang sensitif dan
4
Ibid, Masykuri Abdillah.

ix
potensialmenimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak
menirkonflik terbuka.
2. Mengakomodasi (Adcomodating) Anggota tim mau mengumpulkan dar
mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak yang konflik,
selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap menguta kepentingan pihak lain
atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
3. Mengkompromika (Compromising) Penyelesaian konflik dengan cara melakukan
negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian
menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama memuaskan lose-lose
solution.

F. Penyelesiaian Konflik

Contoh dengan sebuah perusahaan, pendekatan penyelesaian konflik oleh


pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama ialah kerja sama
tidak kerja sama, dan yang kedua adalah tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut, ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik :

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting, atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi, untuk menenangkan diri.

2. Mengakomodasi Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi


pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerja sama, dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan.
3. Kompetisi

Gunakan metode ini jika Anda percaya memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih, dibanding yang lainnya. Atau ketika kita tidak ingin

x
berkompromi dengan nilai-nilai yang kita yakini. Metode ini mungkin bisa memicu
konflik, tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan
keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang


bersamaan, saling memberi dan menerima serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang bisa menguntungkan pelaku konflik.

5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi .Pemecahan sama-sama menang, di mana


individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu
komitmen dari semua pihak yang terlibat, untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
G. Teknik Penyelesaian Konflik

 Konflik dalam Perspektif Islam

Islam (Al-Quran) secara sistematis menginformasikan kepada orang-orang tentang


konflik atau perselisihan, telah ada dan merupakan bekal dalam hidupnya.

Manusia digambarkan dalam Al Qur'an sebagai orang yang selalu berperang, terlepas
dari apakah mereka berperang atau tidak interpersonal, keluarga dan sosial. Al-Qur'an
menggambarkan konflik sosial di dua bentuk yaitu bentuk potensial dan aktual. Konflik
yang berupa potensial disebut dalam Al-Qur'an dengan kata (permusuhan), sedangkan
konflik aktual digambarkan dengan kata (perselisihan/pertingkaian) serta (pembunuhan).5

1. Konflik Potensial

Dari hasil analisis dalam beberapa ayat Al-Quran, ditemukan bahwa secara umum
potensi konflik dapat dibagi pada potensi konflik universal. Potensi konflik universal
adalah potensi konflik yang dimiliki oleh setiap manusia, meskipun tidak saling
mengenal antar sesama. Potensi konflik ini dimiliki oleh setiap orang, walaupunpun tidak
saling mengenal. Potensi konflik seperti ini dapat dirasakan ketika bertemu dengan orang
untuk pertama kalinya dalam sebuah perjamuan malam, misalnya, akan tetapi karena satu
5
M.F. Zenrif., “Realitas & Metode Penelitian Sosial dalam Perspektif Al-Quran” hal 50-51

xi
hal yang tidak kita sukai, baik prilaku, tutur kata, maupun warna dan busana yang
dipakainya, kita dapat saja mempunyai kesan tidak senang padanya. Jelasnya, potensi
konflik universal tidak membutuhkan adanya interaksi atau kontak sosial sebelumnya,
sebab potensi ini melekat dalam diri setiap individu.

Potensi konflik universal dapat berbentuk konflik intrapersonal dan interpersonal.


Konflik intrapersonal adalah potensi konflik yang muncul dalam “diri” setiap orang,
yakni potensi perselisihan antara dorongan-dorongan kebaikan dan keburukan. Dorongan
untuk melawan atau menyatakan permusuhan terhadap kebaikan ditunjukkan dengan
adanya dorongan berbuat kejahatan dan keburukan. Sebaliknya, adanya kesadaran
melawan dorongan kejahatan ditunjukkan dengan kuatnya dorongan berbuat kebaikan.
Konflik intrapersonal ini sering dialami ketika kita menghadapi pilihan untuk melakukan
atau menolak mengerjakan sesuatu. Dalam kondisi seperti ini, kita dapat saja
menyalahkan dan membenci, bahkan menyakiti dan membunuh diri sendiri6.

Konflik interpersonal adalah potensi kebencian dan permusuhan terhadap orang


lain yang terletak dalam "kepribadian" setiap orang. Konflik ini dapat bermanifestasi
sebagai interpersonal, antara anggota keluarga yang sama, antara teman, antara
kelompok etnis atau komunitas yang disatukan oleh kewajiban, baik kewajiban nasional
atau negara, atau kewajiban agama. Selain dipicu oleh masalah politik dan ekonomi,
potensi perselisihan agama seringkali merupakan hasil dari persepsi yang tidak
menguntungkan yang kemudian diejek oleh agama lain. Menurut pandangan strukturalis,
ada risiko konflik antara rakyat, mahasiswa, atau karyawan di satu sisi dan pimpinan,
seperti raja, presiden, rektor, atau direktur, di sisi lain yang berlawanan. Potensi "konflik
struktural" ini adalah korban ketidakadilan, kezaliman, dan bentuk tindasan lainnya
kepada rakyat bawah(alit). Dalam pandangan islam, konflik bisa terjadi antara nabi,
ustadz, pendeta, biarawan, atau misionaris (da'i) dengan rakyat(umatnya). Kemudian
penyebab konflik terakhir disebabkan karena adanya orang-orang yang munafik dan
berubah menjadi penghasut, khususnya mereka yang dapat mempengaruhi banyak orang
dan pemimpin dengan keanggunan bahasa dan penalaran analitis dari suatu kenyataan.
Meskipun analisis demagog tidak didasarkan pada kenyataannya, demagog mampu

6
Ibid., hlm.51

xii
merasionalisasi informasi untuk membuatnya tampak seolah-olah informasi yang
diberikan berbeda dari kenyataan.7 Para damaging yang bertindak dari hasil analisis
membuat rakyat kecil memutuskan keputusan yang kurang tepat, sedangkan beberapa
rakyat memberi penilaian kepada pemimpin dengan tidak benar karena informasi yang
kurang akurat dari demagong.

2. Konflik Aktual

Konflik potensial dari yang sudah disebut di atas, jika fahami dan dikelola, maka
akan terjadi konflik aktual, yaitu dasar/fondasi dari konflik sosial. Konflik sosial paling
rendah diperlihatkan dalam berberapa model konflik:

Pertama, dengan adanya demagog yang memberikan pemikiran menakjubkan


mengenai berhasilnya kehidupannya dan ditunjukkan didepan orang-orang atas nama
Tuhan, meskipun sebenarnya yang ada didalam jiwanya ialah penentangan dari yang ada
pada kenyataannya. Adapun perilaku konflik yang disebabkan demagong memiliki ciri-
ciri yaitu salah satunya:

(a) Apa yang ada dalam hatinya tidak sesuai kenyataan yang ditunjukkannya
didepan orang-orang,

(b) Dia akan membuat kerusuhan dibumi, jika dibelakang orang banyak

(c) dan jika diingatkan, dia akan bersifat sombong dan angkuh

Kemudian yang kedua yaitu, konflik sosial yang didului karna pertikaian
(mujadalah), yaitu adanya silang pendapat antara pemikiran yang benar dan yang salah,
kebaikan dengan kejahatan, dan juga keadilan dengan kecurangan. Permasalahan ini
sering terjadi antara mereka yang mengajak kepada kebenaran dan mereka yang
mempertahankan kesalahan.

Ketiga, konflik keluarga yang menyebabkan pertikaian dalam kekeluargaan,


seperti pengurusan anak, penguasaan terhadap hak dan waris, lalu adanya rasa cemburu

7
Abu-Nimer, Mohammad. 1996. “Conflict Resolution in an Islamic Context: Some
Conceptual Questions”, dalam Peace & Change. Vol. 21, No. 1. January,
hal. 22-40

xiii
terhadap pasangannya, dan ssemua bentuk konflik dalam berkeluarga. Konflik semacam
ini sering terjadi di Negara maju ataupun negara berkembang yang kejadiannya bisa
dilihat dari meningginya angka perceraian dan gugatan.

Keempat, “perang dingin” antar umat beragama, yaitu konflik yang terjadi dari
kelompok mukmin dan kelompok kafir. Konflik semacam ini merupakan konflik yang
terselimuti disetiap kajian keagamaan dan perdebatan. Secara teoritis, dapat kita lihat
konflik semacam ini ada diberbagai literatur mengenai kajian keagamaan, yang mana
setiap pengkaji mengatakan yang paling rasional dan pada akhirnya membenarkan dari
masing-masing agama.

Kelima, konflik yang terjadi antara orang yang melakukan aliansi dan kerjasama
dengan menerapkan manajemen yang tidak baik. Pola kerjasama ini dapat terjadi dalam
ukuran individual, yang diwakili oleh komunitas sosial seperti organisasi institusional
(antar lembaga)8, regional (antar provinsi), nasional (antar negara) maupun internasional.
Setiap jalinan kerjasama yang dilaksanakan melalui cara yang tidak professional dan
terbuka, adalah akibat dari konflik sosial yang jika terkumpul maka akan menyebabkan
terjadinya ledakan konflik yang mencelakakan hubungan tersebut.

Keenam, konflik sosial yang disebabkan karena adanya perbedaan pengetahuan


mengenai perlindungan dan kekayaan alam, akibat dari perbedaan pandangan ini yakni
untuk meningkatkan upaya bagaimana mempertahankan pandangan karena
ketidakfahamnya sehingga berakibat pada kesalahan, tetapi karena kesombongannya
yang kemudian terwujud dalam bentuk makar. Tindakan ini ditunjukkan dengan
mengeksploitasi alam untuk menunjukkan kebenaran dan kemenangannya yang
mengakibatkan kerusakan ekosistem kosmik dan makro. Didunia kita saat ini, kita lihat
bagaimana barat (Negara- negara industri) telah menghabiskan seluruh kekayaan
alamnya untuk dieksploitasi demi kepentingan industrialisasi, tetapi disisi lain, Barat
menuntut agar negara- negara tertinggal di Timur menerapkan konservasi alam untuk
kepentingannya, demi keutuhan ekosistem dan makro kosmik. Konflik semacam itu
sering mengemuka dalam bentuk “perang dingin” antara Barat (Negara kaya) dan Timur
(Negara miskin).
8
Diana Francis, 2006. “Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial”,Yogyakarta

xiv
Ketujuh, bentuk-bentuk konflik sosial yang disebabkan oleh pencurian, korupsi,
manipulasi, pengurangan timbangan atau ukuran, dan bentuk-bentuk tertentu dari
pengambilan hak orang lain secara tidak sah. Korupsi dan manipulasi yang terjadi
dibeberapa negara berkembang, khususnya Indonesia, telah mengakibatkan konflik
sosial, baik secara vertical maupun horizontal. Demonstrasi terjadi diberbagai daerah
sebagai bentuk reaksi terhadap korupsi dan manipulasi yang salah satu indicator
memperlihatkan adanya konflik bentuk ini.

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu dihadapi kenyataan berupa konflik.
Bahkan Dahrendorf dalam Margaret (2000:131), beranggapan bahwa manusia
mempunyai watak ganda, mempunyai sisi perselisihan juga sisi kerja sama. Penyebab
terjadinya suatu konflik tertinggi manusia sebenarnya bukan terletak pada konflik politik,
atau pertikaian namun konflik yang ada pada dalam diri mereka. Konflik diri yang paling
besar salah satunya adalah dengan cara apa menetralisir hati untuk melawan hawa nafsu.
Hal ini tertuang dalam hadist rasulullah SAW yang bunyinya:

‫ُُل ََُُه‬ ‫َْأ‬ ‫َْأ‬


‫ فَ ضْاُُلِلجَهِاُُد ُُنَيجاََهُُد اَّلرج َنَْفس ُُو ََهواُه‬9

Artinya:

“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan
hawa nafsunya,” (hadits ini derajatnya shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari
Abu Dzarr Radhiyallahu anhu.)

Konflik dalam diri ini disebut juga konflik batin. dalam konflik ini Orang harus
bisa menekan keinginannya karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Orang juga
perlu dapat melihat keadaan batin mereka memiliki atau mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Apabila kurang mampu, maka semestinya ditunda atau bahkan apa yang benar-
benar menjadi keinginannya itu.

 Resolusi Konflik dalam Perspektif Islam

Penyelesaian konflik harus dipahami sebagai solusi yang di luar pihak yang
bertikai dapat membantu dan mengarahkan konflik negatif menjadi konflik positif. Ini

9
Ahmad Musthafa al-Maraghi, 1992. Terjemah Tafsir al-Qur’an, Semarang: Toha Putra.

xv
sangat penting Terkadang pihak di luar konflik bukannya membantu menyelesaikan
konflik menjadi bagian dari masalah. bahkan terkadang mengabaikan norma agama
seolah-olah para pihak sedang berkonflik atas nama agama, pihak lain juga membutuhkan
bantuan karena mereka memiliki agama yang sama dan memiliki temperamen yang
dominan, bukan akal sehat atau norma yang berlaku.Istilah "pencegahan konflik" juga
mengungkapkan pentingnya menghindari kekacauan. Hal ini berbeda dengan kegiatan
untuk melawan dan mencegah segala bentuk kekerasan. dan untuk memerangi eksploitasi
Diskriminasi, pengusiran dan penindasan. Maka dari itu, dengan sedikit keadilan, resolusi
konflik dilihat sebagai alat pertahanan diri atau senjata baru yang memperkuat kekuatan
mereka yang diuntungkan dari status quo. bukannya menjadi sarana untuk mencapai
perdamaian dengan keadilan. jadi peran Sebuah "pihak ketiga" adalah untuk membantu
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik menemukan solusi yang saling menguntungkan.10

Dalam konflik bisa jadi ada beberapa alas an mengenai kedua pihak yang tersangkut
kurang mampu untuk mengeluarkan diri dari yang mereka pertengkarkan, mungkin
mereka kurang rasional, maka dari itu sangat dibutuhkan pihak dari luar. Pihak ketiga
sebagai pihak luar, kehadirannya sudah jelas digunakan untuk meredamkan konflik
sehingga konflik bisa ditata dan dijauhi dari tindak kekerasan, diskriminasi, dan
sebagainya.

Pihak ketiga menjadi sebagai penengah dan memberi perdamaian dalam perkembangan
ilmu resolusi konflik dan perselisihan, atau juga disebut dengan system mediasi. Kata
hakam selalu dijelaskan dalam Al-qur’an yang menjadi kata lain dari mediasi. Hakam itu
sendiri sealalu dibutuhkan keberadaannya disetiap konflik terjadi demi terciptanya
perdamaian. Keberadaan Al-quran yang pasti memberikan penawar/obat dalam sebuah
‘konflik’ sangat berarti dan bermakna diera sekarang ini, terlihat setiap manusia yang
tersangkut konflik berharap diselesaikan dengan adil, dan bentuk keadilan itu bisa dilihat
dari mereka yang sanggup menjadi mediator dan hakam.

H. Pemecahan Masalah dalam Islam

Pengertian Problem Solving

10
Diana Francis, 2006. ” Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial”, Yogyakarta

xvi
Dapat diartikan bahwa Problem Solving sebagai teknik penyelesaian suatu
masalah. Problem Solving merupakan suatu Teknik moral dan mental pada saat
menemukan problem dan dipecahkan melalui keterangan informasi yang teliti, hingga
akhirnya kesimpulan diambil secara tepat dan akurat.11

Problem solving merupakan pendekatan yang dilakukan menggunakan cara


problem identifikation untuk ketingkat sintesis lalu dilakukan analisis dengan cara
penyaringan semua masalah yang pada akhirnya mencapai taingkat application,
kemudiann komprehension demi didapatkan solusi dalam penanganan suatu masalah.
Problem Solving biasa disamakan dengan pengambilan sebuah keputusan. Yang mana
pemimpin ataupun kelompok yang mengatasi pemecahan masalah dituntut untuk
membuat sebuah keputusan solusi atas masalah yang ada. Pengambilan keputusan
menurut Husaini Usman memiliki peran yang sangat penting dalam memotivator,
communication, kepemimpinan, perubahan organisasi dan juga koordinasi.

Dalam upaya menyelesaikan konflik yang memang tidak dapat dihindari, upaya
menyelesaikannya dapat dilakukan dengan memanajemen konfik itu sendiri. Manajemen.
konflik berarti berusaha membuat suatu tahapan yang dapat dilakukan dalam rangkai
mengarahkan konflik kearah sesuatu yang bermanfaat bagi organisasi. Manajemen
konflik sebenarnya dapat dilakukan secara individual ataupun lingkup manajemen.
Penyelesaian konflik ini memerlukan kerja sama antar pribadi dan keorganisasian
ataupun secara pribadi itu sendiri.

Pendekatan penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut


model Afzalur Rahim (dalam Kreitner & Kinicki 2005: 174) seorang spesialis konflik
lima gaya menangani konflik.

1. Berintegrasi (Memecahkan Masalah)

Dengan gaya ini pihak-pihak yang tertarik dihadapkan pada masalah dan dengan
bekerjasama mengenali masalah, menghasilkan dan memberikan bobot solusi-
solusi alternatif, dan memilih solusi

11
Qanita Alya, Kamus Bahasa Indonesia (Bandung : PT Indah Jaya Adipratama, 2009) hlm. 459

xvii
2. Memenuhi (Memuluskan). Orang yang bersedia memenuhi permintaan
mengabaikan kepentingannya sendiri untuk memuaskan kepentingan pihak lain.
3. Mendominasi (Memaksa). Kepedulian pada diri yang tinggi dan rendah untuk
orang lain mendorong timbulnya sikap "Saya Menang, Anda Kalah"
4. Menghindar.
Taktik ini dapat melibatkan penarikan diri pasif dari masalah atau menekan
masalah secara aktif.

5. Berkompromi.Ini adalah pendekatan memberi dan menerima yang melibatkan


perhatian rata rata baik untuk diri sendiri atau orang lain.

Metode yang umum digunakan untuk mengatasi atau menangani konflik di satu
sisi adalah pengurangan konflik itu sendiri, dan metode pengurangan konflik sering kali
melibatkan pendinginan terlebih dahulu. Tetapi metode ini membuat kita kehilangan
kontak dengan masalah sebenarnya.12

Kemungkinan lain adalah menciptakan "musuh bersama" sehingga anggota suatu


organisasi/kelompok bersatu untuk menghadapi "musuh". Cara ini sebenarnya hanya
mengalihkan perhatian anggota kelompok yang terkena konflik. Cara kedua adalah
dengan menggunakan metode resolusi konflik. Cara lain adalah sebagai berikut :

a. Dominasi (Penekanan)

Metode-metode dominasi biasanya memiliki dua persamaan, yaitu:

1) Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan


memaksakan konflik tersebut menghilang "di bawah tanah."
2) Mereka menimbulkan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa mengalah karena otoritas lebih besar kekuasaannya. Dan mereka
biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan pun muncul.
3) Membujuk (Smooting) Dalam sebuah kasus membujuk, adalah suatu cara
untuk menekan (mensupresi) konflik melalui cara yang lebih diplomatis. Sang
manajer mencoba mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada.

12
Berny Gomulya, Problem Solving And Decision Making For Improvement, hlm. 55

xviii
dan ia mencoba secara sepihak membujuk pihak lain untuk mengikuti
keinginannya.
4) Namun sang manajer memiliki lebih banyak sumber informasi dibandingkan
dengan pihak lain tersebut, dan sarannya cukup dilogika maka metode
tersebut dapat bersifat efektif. Namun jika suatu kata terdapat perasaan bahwa
sang manajer tersebut telah menguntungkan pihak tertentu, atau tidak
mengerti tentang persoalan yang ada maka pihak lain yang kalah boleh
menentangnya.
b. Metode Kompromi

Melalui kompromi kita mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan titik


tengah dari dua belah pihak yang sedang berseteru.13 Cara ini lebih memperkecil
kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak,
karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah.

c. Penyelesaian Secara Integratif

Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah


menjadi situasi pemecahan persoalan bersama. Yang bisa dipecahkan dengan bantuan
teknik-teknik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan
bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya, dan bukan hanya mencoba
menekan konflik atau berkompromi

Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam praktiknya
sering sulit tercapai secara memuaskan. Karena kurang adanya kemauan yang
sungguh-sungguh dan jujur, untuk memecahkan persoalan persoalan tersebut.

13
Ibid., hlm. 57

xix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Konflik dalam


organisasi adalah hal yang tidak bisa dihindarkan, konflik adalah sarana untuk membuat
perubahan. Konflik bisa menjadi masalah serius dalam sebuah organisasi dan bahkan
dapat merusak organisasi itu sendiri, maka harus segera ditangani dengan baik. Tetapi di
pihak lain, konflik dapat membawa dampak positif bagi organisasi.

Konflik bersifat konstruktif bila konflik dapat memperbaiki kualitas keputusan.


merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di kalangan
anggota kelompok, menjadi saluran yang merupakan sarana penyampai masalah dan
peredaan ketegangan dan memupuk lingkungan evaluasi-diri serta perubahan (Robbins,
2006:558). Konflik dapat meningkatkan efektivitas kelompok dan organisasi, dengan
adanya rangsangan konflik memulai pencarian upaya-upaya dan sasaran baru dan
memberikan rangsangan untuk berinovasi (Robbins,2006:574). Oleh karenanya,
diperlukan manajemen konflik.

B. Saran

Makalah Sejarah Islam Asia Tenggara yang berjudul Dinamika Islam di Brunei
masih jauh dari kata sempurna baik dari penyusun maupun isinya. Dan kami
menyarankan kepada pembaca supaya tidak hanya berpatokan terhadap makalah dari
referensi yang ada, guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

1
DAFTAR KEPUSTAKAAN

You might also like