You are on page 1of 12

PENGARUH “TEMPAT TINGGAL” TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA

ARAB MAHASISWA UIN WALISONGO SEMARANG


Rois Hidayah Darojat
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
E-mail: iisrois@gmail.com

Abstrak
Bahasa Arab sudah menjadi bahasa asing yang populer dipelajari masyarakat
selain bahasa Inggris, tingginya antusias pembelajar dalam menguasai bahasa ini
membuat satuan pendidikan baik formal maupun informal mempunyai metode tersendiri
untuk memudahkan dan menarik para pembelajar mempelajari bahasa Arab. Salah satu
yang dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab seseorang adalah tempat tinggal
atau lingkungan sekitarnya. Pembelajar akan semakin mudah menguasai bahasa Arab,
apabila tempat tinggalnya mendukung untuk selalu berkomunikasi bahasa Arab dalam
kegiatan sehari-hari dengan metode pengajaran yang tepat. Dalam penelitian ini,
memaparkan seberapa berpengaruh tempat tinggal terhadap kemampuan berbahasa Arab
terhadap mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, dengan teknik analisis data statistik deskriptif dan Uji-t Independen. Populasi
yang diambil yaitu mahasiswa yang bertempat tinggal di Ma’had UIN Walisongo dan
Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Ngaliyan Semarang, dengan mengambil sampel 30
responden dari masing-masing tempat tingal secara klaster. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa untuk kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang bertempat tinggal
di Ma’had UIN Walisongo memperoleh hasil 75,7% dengan kategori baik, dan
kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang bertempat tinggal di PonPes Fadhlul Fadhlan
memperoleh hasil 62,2% dengan kategori cukup baik. Sedangkan untuk Uji-t
Independen menunjukkan hasil proporsi varian kemampuan berbahasa Arab dengan
perbedaan kategori 0,64%. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa perbedaan tempat
tinggal cukup mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab mahasiswa UIN Walisongo
Semarang.
Kata kunci: tempat tinggal, kemampuan bahasa Arab
A. Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan bahasa yang diturunkan langsung oleh Allah SWT yang
digunakan dalam bahasa Al-Quran dan Hadits yang kemudian dijadikan pedoman
seluruh umat islam. Bahasa Arab berkembang seiring dengan penyebaran agama islam
di jazirah Arab maupun di luar jazirah Arab. Hal tersebut menjadikan bahasa Arab tidak
hanya menjadi bahasa lokal, tetapi juga bahasa internasional. Seiring berjalannya waktu,
bahasa Arab menjadi bahasa yang mampu mewadahi kebutuhan para penggunanya dan
menyerap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
bidang. Bahkan UNESCO telah menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa internasional
ke-6 dari 22 bahasa negara lainnya sejak tahun 1973.1 Hal ini selaras dengan pendapat
Izzan bahwa bahasa Arab mempunyai urgensi dalam pembinaan dan pengembangan
kebudayaan nasional. Peranannya juga sangat penting dalam bidang agama islam, ilmu
pengetahuan, dan hubungan internasional.2
Dalam perkembangannya, bahasa Arab banyak dipelajari dalam dunia pendidikan.
Bahkan, dijadikan salah satu bahasa asing yang wajib dipelajari peserta didik selain
bahasa Inggris. Tidak hanya pada jenjang sekolah, bahasa Arab juga dipelajari pada
jenjang universitas, terutama pada universitas Islam. Dimana, bahasa Arab tidak hanya
dipelajari bagi mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa Arab saja, melainkan
menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil oleh semua mahasiswa dari berbagai
jurusan.
Tujuan umum dari pembelajaran bahasa Arab adalah peserta didik mampu
menguasai dan memahami bahasa Arab secara fasih dan benar melalui empat
kompetensi keterampilan, yaitu istima’ (mendengar), kalam (berbicara), qiraah
(membaca), dan kitabah (menulis).3 Namun, pada kenyataannya mindset orang-orang

1
PBA UMM News, “Hari Bahasa Arab Internasional, Ajang Mahasiswa PBA FAI-UMM Asah Skill
Dan Talenta Fenomenal,” 2018, https://pba.umm.ac.id/id/berita/hari-bahasa-arab-internasional-ajang-
mahasiswa-pba-faiumm-asah-skill-dan-talenta-fenomenal.html. Diakses pada tanggal 18 Juni 2023, pukul
14.12 WIB.
2
Ahmad Izzan, Metodologi Kemampuan Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2015), 46.
3
Rusydi, Tha’imah wa Kamil al-Naqah, Ta’lim al-Lughah Ittisholiyyan baina al-Manahij wa al-
Istiratijiyyat, (Rabath: Mansyuror al-Munazzamah al-islamiyah li Tarbiyah wa al-‘alam wa al-Tsaqafiyah,
ISISCO, 2006), 90.

1
tentang belajar bahasa asing hanya dilihat dari seberapa mampukah dia berkomunikasi
dengan bahasa asing yang dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat Rod Ellis yang
dikutip oleh Nur Habibah, mengatakan bahwa mempelajari bahasa sejatinya adalah
untuk berkomunikasi, sehingga menggunakan bahasa sasaran yang sedang dipelajari
adalah cara terbaik untuk bisa berbahasa asing.4
Salah satu yang berpengaruh besar terhadap kemampuan berbahasa seseorang
adalah lingkungan hidup atau tempat tinggal. Semakin sering seseorang berada pada
lingkungan yang menggunakan bahasa targetnya, maka orang tersebut akan semakin
mudah dalah menguasai bahasa targetnya. Sependapat dengan Ahmad Fuad Effendy
yang menjelaskan bahwa lingkungan bahasa (bi`ah lughawiyyah) adalah segala sesuatu
yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa target yang sedang
dipelajari. Lingkungan bahasa target yang dimaksud adalah lingkungan bahasa Arab
(bi`ah ‘arabiyyah) yaitu bahasa Arab.5
Pendapat Krashens yang dikutip oleh Ahmad Fuad Effendy, membagi lingkungan
pembelajaran bahasa menjadi dua, yaitu lingkungan formal dan informal. Lingkungan
formal, mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian besar
berada di dalam kelas atau laboratorium. Di lingkungan formal ini memberikan masukan
kepada pembelajar berupa sistem bahasa (pengetahuan unsur-unsur bahasa) atau wacana
bahasa (keterampilan berbahasa), tergantung kepada tipe pembelajaran atau metode
yang digunakan oleh pengajar. Namun, terdapat kecenderungan bahwa lingkungan
formal memberikan lebih banyak sistem bahasa dari pada wacana bahasa. Lingkungan
informal memberikan pajanan komunikasi yang alamiyah, dan sebagian besar berada di
luar kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana
bahasa dari pada sistem bahasa.6
Pondok Pesantren merupakan lembaga informal yang tidak jauh dari pembelajaran
bahasa Arab. Setiap tempat tinggal atau lingkungan yang menerapkan pembelajaran

4
Nur Habibah, “Lingkungan Artifisial Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,” Arabiyat : Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban 3, no. 2 (2016): 174.
5
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2012).
6
Baiq Tuhfatul Unsi, “Pengaruh Lingkungan Bahasa Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Arab,”
Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman 9, no. 1 (2021): 101-102.

2
bahasa Arab, tentunya mempunyai metode atau cara tersendiri dalam mempelajari
bahasa Arab. Di lingkungan pondok pesantren, bahasa Arab bukan merupakan sesuatu
yang aneh untuk didengar, melainkan bahasa Arab sudah diajarkan dan digalakkan
bahkan dimasyarakatkan dalam kehidupan sehari-hari para santri. Hal tersebut
menjadikan lingkungan PonPes sebagai lingkungan berbahasa Arab yang subur dan
produktif untuk mengembangkan salah satu keterampilan misalnya keterampilan
berbahasa Arab baik secara formal maupun informal.
Sudah banyak Pondok Pesantren yang menerapkan lingkungan bahasa (bi`ah
lughawiyyah), dimana para santri wajib menggunakan bahasa asing untuk
berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Seperti halnya di Ma’had UIN Walisongo
yang telah mewajibkan para santrinya menggunakan dua bahasa asing dalam komunikasi
sehari-hari, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab. Selain itu, Pondok Pesantren Fadhlul
Fadhlan Semarang juga termasuk Pondok Pesantren bilingual yang berbasis karakter
salaf. Dimana, selain mempelajari kitab-kitab Turats, PonPes ini juga membekali santri
supaya bisa berkomunikasi bahasa asing yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam
kegiatan sehari-hari.7 Akan tetapi, dari kedua PonPes tersebut tentunya mempunyai
metode yang berbeda dalam pengembangan kemampuan berbahasa mahasantrinya. Dari
metode yang berbeda tersebut juga akan menghasilkan kualitas kemampuan berbahasa
yang berbeda.
Hasil wawancara pada salah satu mahasantri di Ma’had UIN Walisongo Semarang
mengatakan bahwa di Ma’had UIN Walisongo diterapkan sistem bilingual bahasa, yang
artinya dalam berkomunikasi sehari-hari mahasantri diwajibkan menggunakan bahasa
asing yaitu bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Kecuali, jika satri berada di dalam kamar
tidur diperbolehkan menggunakan bahasa ibu. Penggunaan bahasa Arab dan bahasa
Inggris diberi selang 1 minggu. Semisal minggu pertama berkomunikasi dengan bahasa
Arab, maka minggu selanjutnya menggunakan bahasa Inggris, begitu seterusnya. Selain

7
Web PPFF, Profil Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Mijen Semarang, https://ppff.ponpes.id/profil-
pondok-pesantren-fadhlul-fadhlan-mijen-semarang/. Dikases pada tanggal 18 Juni 2023, pukul 09.35 WIB.

3
itu, pembiasaan bahasa Arab juga ditunjang dengan kegiatan khitobah setiap setelah
sholat shubuh dengan berbagai rangkaian acara. Kegiatan penunjang kemahiran
berbahasa lainnya adalah dengan diadakan kelas bahasa berupa conversation utnuk
mengasah skill berbahasa Inggris dan muhadatsah untuk mengasah skill bahasa Arab. di
dalam kelas tersebut didampingi oleh musyrif/fah dengan jumlah santri 15-20 per
kelasnya. Penambahan kosakata setiap harinya juga diberikan kepada santri dalam kelas
bahasa tersebut. tidak hanya mengasah kemampuan berkomunikasi saja, di Ma’had UIN
Walisongo juga terdapat jadwal untuk menunjang keterampilan berbahasa lainnya, yaitu
setiap hari Senin Selasa materi tambahan kosakata, hari Rabu speaking/kalam, hari
kamis kitabah/writing, hari juma’ dan sabtu tambahan materi bebas dari musyrif/fah,
biasanya berupa game bahasa atau yang lainnya.
Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara pada salah satu pengurus di
PonPes Fadhlul Fadhlan Semarang terkait dengan pembiasaan berbahasa asing. Dari
wawancara tersebut, pengurus menjelaskan bahwa PonPes Fadhlul Fadhlan merupakan
PonPes bilingual berbasis berbasis karakter salaf. Selain mengkaji kitab klasik,
pembiasaan terhadap amaliah-amaliah ulama’ Ahlussunah wal Jama’ah dan kearifan
lokan juga diterapkan sebagai salah satu cara menumbukan karakter santri yang nantinya
terjun di masyarakat. Selain itu, mengikuti perkembangan zaman dan menyadari
pentingnya penguasaan bahasa asing, maka di PonPes ini juga menerapkan
pengembangan ilmu modern, yaitu santri diwajibkan memiliki kemampuan bahasa Arab
dan bahasa Inggris selain bahas ibu yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Penggabungan karakter salaf dengan kemampuan bahasa inilah yang menjadi tujuan
supaya para santri dapat menjadi pribadi yang berkarakter, berakhlakul karimah, bisa
perkembang mengikuti kemajuan zaman saat nanti terjun di masyarakat.
Metode yang digunakan dalam pembekalan bahasa asing mahasiswa di Ponpes ini
tidak jauh beda dengan yang ada di Ma’had. Perbedannya terletak pada kegiatan setelah
sholat shubuh, yaitu mahasantri wajib mengikuti kegiatan conversation, speech, atau
muhadatsah disesuaikan dengan jadwal bahasa yang berputar seminggu sekali. Dalam
kegiatan tersebut, mahasantri juga dapat menambah kosakata yang dapat menjadi bekal
mereka dalam berkomunikasi dan pembelajaran bahasa lainnya. Selain pembekalan

4
keterampilan kalam, di PonPes ini juga dibekali tambahan keterampilan qiro’ah dan
kitabah melalui pembelajaran kitab kuning.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
yang nantinya hasil pengolahan data dinyatakan dalam bentuk angka dan dianalisis
dengan teknik analisis data statistik dan Uji-t independen. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang bertempat tinggal di
lembaga pendidikan Islam, dengan kategori Ma’had UIN Walisongo dan Pondok
Pesantren Fadhlul Fadhlan. Sedangkan sampel dalam yang diambil berjumlah 30
mahasiswa dari masing-masing PonPes dan dipilih secara klaster.
Hipotesis dari penelitian ini adalah “tempat tinggal” berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa Arab mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Dengan variabel
penelitian independen (X) yaitu tempat tinggal dengan kategori Ma’had UIN Walisongo
Semarang, dan Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Ngaliyan Semarang.
Adapun susunan instrumen dari variabel dan jabarannya yang dijabarkan ke
dalam beberapa indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 1 Instrumen Angket

Variabel Sub Variabel Indikator


Indipenden (Tempat Segala hal yang Lingkungan yang telah disetting
tinggal dengan kategori: didengar dan dilihat sebagai sumber belajar mahasiswa
Ma’had UIN Walisongo oleh mahasiswa Lingkungan yang mendorong
dan PonPes Fadhlul terkait dengan bahasa mahasiswa untuk selalu berbahasa
Fadhlan Arab Arab
Sarana dan situasi yang
mendukung mahasiswa untuk
berbahasa Arab secara aktif
Lingkungan yang kondusif dan
mendukung terhadap
pengembangan pembiasaan bahasa
Arab terutaman kemampuan
berkomunikasi.

5
Terdapat kegiatan yang menunjang
mahasiswa dalam meningkatkan
kemampuan bahasa Arab
Dependen: Kemampuan Mahasiswa aktif Mahasiswa sering berkomunikasi
Berbahasa Arab berbahasa asing dengan menggunakan bahasa Arab
dalam kegiatan sehari-hari
Mahasiswa mampu
mengaplikasikan penambahan
kosakata yang diberikan setiap
minggunya
Mahasiswa mampu mengikuti
kegiatan yang mendukung
perkembangan berbahasa Arab.
Mahasiswa mampu
mengaplikasikan bahasa Arab di
lingkungan PonPes juga di luar
PonPes
Memiliki motivasi Mahasiswa disiplin dalam
tinggi mengikuti pembiasaan bahasa Arab
Mahasiswa dapat lebih percaya diri
dalam berkomunikasi dengan
bahasa Arab
Bahasa yang dipakai Mahasiswa mampu menggunakan
adalah bahasa yang kosakata dan kalimat bahasa Arab
diterima dalam berkomunikasi
Mahasiswa mampu berinteraksi
dengan teman sejawat, pengurus,
maupun pendidik PonPes dengan
bahasa Arab

Dari uraian indikator di atas dijadikan sebagai acuan pertanyaan pada angket yang
diberikan kepada responden. Angket yang dijadikan sebagai pengumpulan data
menggunakan skla likert. Skala likert ini dijadikan sebagai pengukur terhadap variabel
yang dijabarkan dalam indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai bahan
pertanyaan dalam angket.

6
Jawaban dari setiap butir instrumen yang mengunakan skala likert mempunyai
tingkatan dari niali dari sangat positif hingga sangat negatif. Skala likert yang digunakan
dalam angket ini berbentuk pilihan ganda yang memiliki skor yang telah ditentukan oleh
peneliti. Berikut adalah pedoman nilai menurut Sugiyono, yang digunakan peneliti untuk
menghitung indikator angket dengan kategori favoreble dan unfavoreble.8
Tabel 1. 2 Pedoman Nilai

Jawaban Favorable Unfavorable


Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4

Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang bersifat positif (mendukung)


aspek-aspek dalam variabel, sedangkan pernyataan terdiri dari pernyataan yang negatif
(tidak mendukung) aspek dari variabel.9

C. Hasil dan Pembahasan


Setelah mengetahui bahwa semua soal dinyatakan valid dan reliabel, maka peneliti
kemudian menyebarkan angket sebanyak 60 responden dengan jumlah masing-masing
30 responden mahasiswa bertempat tinggal di Ma’had UIN Walisongo Semarang dan 30
mahasiswa bertempat tinggal di PonPes Fadhlul Fadhlan Semarang.
Berikut adalah data variabel independen kemampuan berbahasa Arab dengan
kategori santri Ma’had UIN Walisongo Semarang dan PonPes Fadhlul Fadhlan
Semarang dengan menggunakan aplikasi W-Stats, Uji-t Independen:

8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2008), 93.
9
Saifuddin Azwar, Reliabilitas Dan Validitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 107.

7
Tabel 1. 3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Independen Kemampuan
Berbahasa Arab

Untuk menganalisa hasil perhitungan di atas, peneliti berpedoman pada kriteria


penilaian Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut.10
1. 76% - 100% tergolong baik
2. 56% - 75% tergolong cukup baik
3. 40% -55% tergolong kurang baik
4. Kurang dari 40% tergolong sangat kurang baik
Dari hasil analisis di atas, dengan mengikuti pedoman kriteria penilaian
Arikunto, untuk kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang bertempat tinggal di Ma’had
UIN Walisongo memperoleh hasil 75,7% dengan kategori baik, dan kemampuan bahasa
Arab mahasiswa yang bertempat tinggal di PonPes Fadhlul Fadhlan memperoleh hasil
62,2% dengan kategori cukup baik.
Setelah diperoleh Hasil Analisis Statistik Deskriptif, kemudian dilakukan hasil
analisis Uji-t Independen.
Tabel 1. 4 Rangkuman Hasil Analisis Uji-t Independen

10
Suharsimi Arikunto, Manajement Penelitian. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009)

8
Dari tabel di atas, diperoleh hasil proporsi varian Kemampuan berbahasa Arab
dengan perbedaan kategori 0,64%. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa perbedaan
tempat tinggal cukup mempengaruhi kemampuan berbahasa Arab mahasiswa UIN
Walisongo Semarang.

D. Penutup
Kesimpulan
Bahasa sejatinya adalah untuk berkomunikasi, sehingga menggunakan bahasa
sasaran yang sedang dipelajari adalah cara terbaik untuk bisa berbahasa asing. Salah satu
yang berpengaruh besar terhadap kemampuan berbahasa seseorang adalah lingkungan
hidup atau tempat tinggal. Semakin sering seseorang berada pada lingkungan yang
menggunakan bahasa targetnya, maka orang tersebut akan semakin mudah dalah
menguasai bahasa targetnya. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang
mengikuti perkembangan zaman dan penting untuk dipelajari. Terbukti dengan
banyaknya lembaga pendidikan formal maupun informal yang mewajibkan pembelajar
mempelajarinya, baik yang bersifat klasik atau modern.
Seiring dengan tuntutan zaman, banyak sekali Pondok Pesantren yang menerapkan
lingkungan berbasis modern dengan mewajibkan santri berbahasa Inggris dan Arab
dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun, setiap PonPes mempunyai metode atau cara
tersendiri dalam membekali mahasiswa untuk mampu berkomunikasi bahasa Arab.
Pengaruh lingkungan dan metode pengajaran yang berbeda, berdampak pada hasil
kemampuan berbahasa Arab. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis Uji-t
Independen pengaruh tempat tinggal mahasiswa terhadap kemampuan berbahasa Arab
dengan kategori Ma’had UIN Walisongo Semarang dan PonPes Fadhlul Fadhlan
Ngaliyan Semarang yang menunjukkan hasil varian 0,64%.
Saran
Seiring dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi, menjadikan satuan pendidikan formal maupun informal harus beradaptasi
dengan terus membuat inovasi pembelajaran. Bahasa Arab yang masih dianggap sulit
dipelajari masyarakat, menjadi tantangan tersendiri satuan pendidikan dalam

9
menaklukkan anggapan tersebut. Lingkungan hidup atau tempat tinggal sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan pembelajar, utamanya dalam
menunjang kemampuan berbahasa asing mahasiswa. Apabila lingkungan tersebut
dirancang dengan metode pengajaran bahasa yang tepat, tujuan yang tersetruktur dan
terarah, orang-orang yang mendukung dan dapat bekerjasama dengan baik, maka akan
tercipta lingkungan berbahasa yang nyaman dan unggul.

10
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Manajement Penelitian. (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009)
Azwar, Saifuddin. Reliabilitas Dan Validitas. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat, 2012.
Izzan, Ahmad. Metodologi Kemampuan Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2015.
News, PBA UMM. “Hari Bahasa Arab Internasional, Ajang Mahasiswa PBA FAI-UMM
Asah Skill Dan Talenta Fenomenal,” 2018. https://pba.umm.ac.id/id/berita/hari-
bahasa-arab-internasional-ajang-mahasiswa-pba-faiumm-asah-skill-dan-talenta-
fenomenal.html. .
Nur Habibah. “Lingkungan Artifisial Dalam Pembelajaran Bahasa Arab.” Arabiyat : Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban 3, no. 2 (2016): 173–96.
Rusydi, Tha’imah wa Kamil al-Naqah, Ta’lim al-Lughah Ittisholiyyan baina al-Manahij wa
al-Istiratijiyyat, (Rabath: Mansyuror al-Munazzamah al-islamiyah li Tarbiyah wa al-
‘alam wa al-Tsaqafiyah, ISISCO, 2006).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2008).
Unsi, Baiq Tuhfatul. “Pengaruh Lingkungan Bahasa Terhadap Kemampuan Berbicara
Bahasa Arab.” Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman 9, no. 1 (2021):
99–114.
Web PPFF, Profil Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Mijen Semarang,
https://ppff.ponpes.id/profil-pondok-pesantren-fadhlul-fadhlan-mijen-semarang/.
Dikases pada tanggal 18 Juni 2023, pukul 09.35 WIB.

11

You might also like