You are on page 1of 3

Gerimis di malam terakhir

Suara gemericik air hujan di malam ini, nampaknya sudah membasahi jalanan aspal yang tak
di lalui oleh kendaraan selama ber jam-jam. Keheningan, kegelapan, dan juga rasa takut , pastinya
dirasakan oleh orang-orang yang melewati jalanan di tepi taman ini. Tiba-tiba saja... suara langkah
kaki yang sedang berlari-lari kecil, melengkapi dinginnya gerimis yang sedang turun rintik-rintik di
langit malam.

“nisa!!!, kamu ini apa-apaan, ayo pulang!, ini sudah malam!, lagian... kamu ini kayak anak kecil,
enggak bisa bedain mana ujan dan mana yang enggak!.” Ujar gadis yang berusaha memayungi
seorang gadis yang bernama nisa.

“ya ampuuun, kamu ini gimana sih!. Nita, ini namanya bukan hujan..., tapi ini gerimis!. Jadi... siapa
coba, yang enggak bisa bedain mana ujan dan mana yang bukan!?.” Tanya nisa sedikit meledek.

“Haaaaaa... kamu ini malah bercanda, ayo pulang ah!. Lagian kamu sih ngajak aku ke tempat ini!,
enggak seru, kuno!.” Ucap nita yang ketus plus cemberut.

Merekapun duduk di halte bus yang suasananya sepi, sembari menunggu gerimis reda di.

“Kamu tahu... menurut aku, enggak ada gerimis itu, enggak akan indah. Apalagi, gerimisnya di
malam kayak gini. Makanya... nikmatin aja.” Ucap nisa seraya menadahkan tangannya ke tetesan air
hujan, dia pun menuju jalan aspal sana, dan berputar-putar layaknya anak kecil yang sedang bermain
di kubangan air hujan. Tak segan-segan... nita yang tadinya diam cemberut, membentaki temannya
yang sedang bergembira di bawah lindungan gerimis.

“heh nisa!, kamu ini gila ya!. Kalau kamu sakit gimana!?, kamu ini kan sudah besar, udah dewasa,
udah enggak pantes main air kayak gini!.” Bentak nita seraya memayungi nisa kembali.

“nit, udah deh!, aku enggak akan sakit ko, malahan malam ini aku gembira!, jadi... daripada kamu
ngomel-ngomelin aku, tapi akunya enggak dengar, lebih baik kamu duduk aja gih sana!, nanti yang
sakitnya malahan kamu.” Jawab nisa dengan lesungan melekat di wajah cantiknya ini.

“tapi kan..., sakit itu datangnya enggak bisa di pungkiri, apalagi besok kita sekolah, kamu enggak mau
kan kalau kamu sakit?.” Ucap nita yang membujuk nisa agar dia kembali berteduh.

“aku enggak bakalan sakit ko nit. Percaya deh sama aku, ya!.” Ujar nisa tersenyum kecil.

“enggak, kalau kamu besok sakit!, berarti aku sendirian donk duduknya. Apalagi..., besok ada
pelajaran bu guru killer. Enggak banget!, mendingan , aku ikut-ikut tan kamu aja ah!.” Jawab nita
seraya melemparkan payung ke arah lain, dan akhirnya... nita yang tadi berbaju kering, sekarang
menjadi basah karena gerimis. Namun nisa tidak mau membiarkan temannya ini basah kuyub seperti
dirinya.

“(nisa pun mengambil payung dan memayungi nita). Nita!, aku tahu kamu tidak mau lihat aku nanti
sakit, dan aku tahu kalau kamu besok enggak mau duduk sendirian di pelajaran bu guru killer. Tapi
aku enggak mau melihat kamu ikut-ikutan sakit, lagian kamu ini kan mudah terserang penyakit.” Ujar
nisa membuat nita terperangah.

“kamu ini gimana sih!, tadi aku yang nyuruh kamu jangan ujan-ujanan, eh sekarang malah kamu yang
nyuruh aku. Kamu ini kenapa sih nis?,tidak seperti biasanya.” Tanya nita yang kembali berpayung.

“nit!, kamu itu masih punya banyak waktu untuk nikmatin beribu-ribu tetesan air gerimis ini.
Sedangkan aku, sebentar lagi juga aku pasti enggak bakalan nikmatin beribu-ribu tetesan air ini di hari
esok dan seterusnya nanti. Jadi kamu tidak boleh melarangku, mengerti!, sekarang, kamu berteduh
lagi sana!, aku masih betah disini.” Jawab nisa.

“ko kamu ngomong gitu sih!, sampai kapanpun juga, kamu bisa ngerasain hal itu ko!, ya udah... dari
pada kamu ngelantur. Lebih baik aku biarin kamu ujan-ujanan kayak anak kecil!, oh iya... di sebrang
sana kan ada warung, gimana kalau aku beli cemilan sama minuman, hitung-hitung aku nonton kamu
yang lagi asik ujan-ujanan, iya kan!.” Ujar nita yang pergi meninggalkan nisa ,di tengah jalan aspal
sana, seraya pergi ke sebrang untuk membeli makanan ringan.

Terlihat... nisa masih menikmati gerimis di malam dingin ini, seraya menunggu nita datang
kembali. Nita pun sampai ke warung sebrang dan membeli makanan yang tak terlalu banyak untuk dia
dan nisa.

Tak terasa..., sudah 5 menit, nita meninggalkan nisa di sana. Dua kantung plastik hitam kecil,
di jinjing nita, itu pertanda kalau dia sudah membeli cemilan untuknya dan juga nisa. Namun... pada
saat dia akan menyebrang jalan, tiba-tiba ... nita pun menjatuhkan kedua kantong plastik yang berisi
makanan itu, dan segera berlari ke arah nisa. Terlihat... nisa tergeletak di jalan aspal sana, sehingga
membuat nita cemas.

“nisa!, nisa kamu kenapa?.” ucap nita menghampiri nisa.

“aku bilang juga apa, kamu ini memang nakal ya!, sakit itu kan datangnya enggak bisa di pungkiri,
jadi kamu pingsan kayak gi...” ujar nita yang membalikan tubuh nisa , dan berhenti berkata-kata.

Tiba-tiba saja, nita yang tadinya diam, sekarang berteriak-teriak histeris tak karuan seraya memeluk
erat nisa.
“nisaaaaaaaaaa!!!, bangun nis! Bangun!, siapa yang membuat kamu seperti ini!, siapa!!!.” Teriak nita
yang menangis tak karuan, seraya memeluk sahabat tersayang ini yang tubuhnya di penuhi darah
segar yang terus menerus keluar dari kepalanya yang terluka parah.

“aku enggak mau kamu pergi begitu saja ninggalin aku!, aku enggak mau!, bangun nisa!, bangun!.
Besok siapa yang duduk di samping aku?, nemenin aku ke kantin?, belajar bareng?, dan ngehadapin
guru killer, siapa lagi nis! Siapa lagi kalau bukan kamu!. makanya kamu bangun nis! Kamu bangun!.
Nisaaaaaa!!!, jangan tinggalin aku!.” Teriak nita yang histeris memeluk temannya yang menjadi
korban tabrak lari ini.

Orang-orang pun ramai berdatangan untuk menolong nisa yang sudah tak bernyawa ini. Nita
pun tak mau melepaskan pelukannya, karena dia tidak rela melepaskan nisa. nita terus menerus
menangis memeluk jasad nisa yang sudah tak bernyawa dengan tatapan kosongnya..., nita tak peduli
ada banyak darah nisa melekat di pakaiannya. Nita pun sadar, kalau perkataan nisa tadi, adalah kata-
kata terakhir, bahwa malam ini lah nisa akan pergi dan menutup mata untuk selama-lamanya, dan juga
nita sadar, gerimis ini adalah gerimis yang terakhir kalinya untuk nisa. apalah daya, nita hanya bisa
meratapi semua ini.

Akhirnya... Gerimis pun berubah menjadi hujan lebat,kegembiraan berubah menjadi


kesedihan, tawa dan keceriaan untuk menyambut gerimis pun, lagi-laginya berubah menjadi tangisan
dan penyesalan di malam terakhir untuk kebersamaan nita dan nisa. THE END.

Tidak ada gerimis... , Hari-hari takkan indah.

Tidak ada sahabat..., hari-hari kan terasa hampa.

Created By : Inne.

You might also like