You are on page 1of 14

MAKALAH

PENELITIAN TENTANG PENATALAKSANAAN

LUKA AKUT DAN LUKA KRONIS

Fasilitator : Ns. Maruli Taufandas, M.kep

Disusun oleh klp: 6

1. Suhirman Jayadi
2. Elma Nurul Wulan
3. Sahabudin
4. Bq. Nita Ayu WS

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
TA.2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami Panjatkan puja dan puiji syukur atas Kehadiran-nya yang telah melimpahkan rahmat,
serta hidayah Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang
‘penelitian tentang penatalaksanaan luka akut dan luka kronis ’Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun
bahasanya. oleh karena itu kami dengan tangan terbuka menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini.

Lombok Timur, 10 juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Luka akut...................................................................................................
1. Definisi luka akut................................................................................
2. penatalaksanaan luka akut menggunakan ekstrak ikan gabus
(channa striatas) ................................................................................
3. penatalaksanaan luka akut menggunakan krim topical ekstrak
buah naga merah (hylocereus polyrhyzuz). ........................................
B. Luka kronik
1. Definisi luka kronik.............................................................................
2. penatalaksanaan luka kronik menggunakan pembalut wanita. …..
3. penatalaksanaan menggunakan luka kronik menggunakan
ektrak daun jambu biji……………………………………..........

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

\
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka dan perawatannya masih merupakan salah satu masalah yang penting
dibidang kesehatan, dimana menjadi penyebab dari morbiditas didunia (Wong et al.,
2015). Studi menunjukkan bahwa untuk setiap satu juta orang dengan luka, setidaknya
ada 10.000 yang meninggal karena infeksi mikroba (Wong et al., 2015). Selain itu
Riset Kesehatan Dasar juga melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi luka di
Indonesia dari yang sebelumnya 8,2% menjadi 9,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
Berdasarkan waktu penyembuhannya luka dapat diklasifikasikan menjadi luka akut
dan kronis (Rajendran & Anand, 2012). Pada umumnya luka akut sembuh dalam
waktu singkat tanpa komplikasi (Saleh & Sönnergren, 2016), sedangkan
luka kronis membutuhkan beberapa bulan untuk sembuh sepenuhnya (Rajendran &
Anand, 2012). Luka akut apabila tidak berhasil sembuh dengan normal dapat berlanjut
berkembang menjadi luka kronik, yang selanjutnya akan menjadi komplikasi yang
lebih buruk mengakibatkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, biaya perawatan yang
tinggi dan penurunan kualitas hidup (Frisca et al., 2019; Kozier et al., 2016)
Perawatan luka yang optimal memiliki peranan yang sangat penting dalam
proses penyembuhan luka agar dapat berlangsung dengan baik (Wintoko et al., 2020).
Perawatan luka juga merupakan bagian komprehensif dari perawatan pasien yang
secara nyata dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang (Criscitelli, 2018).
Pencucian luka adalah salah satu dari tiga tahapan perawatan luka (Handayani, 2016)
dan merupakan komponen yang sangat penting dalam manajemen luka (Vitale et al.,
2020). Pencucian luka dianggap sebagai cara yang efektif untuk menghilangkan sisa
sisa sel dan bakteri yang melekat, mempersiapkan dasar luka untuk penyembuhan
luka dan membantu mencegah infeksi (Panasci, 2014; Wolcott & Fletcher, 2014)
Proses penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti usia,
imunosupresi, comorbid dan nyeri. Sedangkan faktor eksternal seperti terpapar
radiasi, pengaruh obat kemoterapi, infeksi, obat steroid, antikoagulan dan imobilisasi
(Gatta & Ahmad, 2019). Faktor-faktor ini harus diatasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan proses penyembuhan sesuai dengan fase proses penyembuhan. Luka
pasca operasi laparatomi pada kasus kanker kolon juga dapat terhambat oleh karena
salah satu faktor tersebut
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran mengenai penatalaksanaan luka akut dan luka kronis
berdasarkan penelitian sebelumnya.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penatalaksanaan luka akut dan luka kronis
b. Megidentifikasi tingkat kedalama luka akut dan kronis
c. Menganalisis gambaran mengenai penatalaksanaan luka akut dan luka kronis

C. Manfaat penelitian
1. Teoritis
Secara tioritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan
pengetahuaan untuk mengidentifikasi gambaran mengenai penatalaksanaan
luka akut dan luka kronis.
2. Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk
memperbaiki penatalaksanaan luka akut dan luka kronis.
b. Bagi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan
sumber belajar untuk mengetahui penatalaksanaan luka akut dan luka
kronis bagi pendidikan keperawatan.
c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk
penelitian selanjutnya terutama tentang penatalaksanaan luka akut dan
luka kronis dan dapat mengembangkan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Luka Akut
1. Definisi luka akut
Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan proses
hemostasis dan inflamasi. Luka akan sembuh atau menutup sesuai dengan waktu
penyembuhan luka fisiologis (0-21 hari). Contohnya luka akut adalah pasca-
oprasai.
2. penatalaksanaan luka akut menggunakan ekstrak ikan gabus (channa
striatas)
penyembuhan luka merupakan fenomena alami dimana tubuh dapat
mengatasi kerusakan jaringan itu sendiri itu namun tingkat penyembuhannya
relatif lambat dan probabilitas terinfeksi mikroba tinggi. Hal ini menyebabkan
permintaan nutrisi yang cukup tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan
luka.
Ikan merupakan salah satu sumber daya alam terbesar di Indonesia yang
bermanfaat sebagai sumber protein dan sumber bahan obat alami, salah satunya
yaitu ikan gabus. Secara empiris ikan gabus sering dikonsumsi sebagai lauk pasca
melahirkan dan obat luka akibat benda tajam (Ardianto, 2015). Saat ini para
praktisi kesehatan telah memanfaatkan ekstrak ikan gabus sebagai pengobatan
luka pasca operasi, Ekstrak ikan gabus yang berasal dari bahan alam telah terbukti
mengandung nutrisi yang dapat dijadikan alternatif penyembuhan luka
yang lebih aman dan efektif. Hasil penelitian membuktikan bahwa sediaan topikal
gel ekstrak ikan gabus memiliki efektivitas penutupan luka sayat pada konsentrasi
5, Penelitian lainnya menyatakan bahwa salep minyak ikan gabus memiliki
efektivitas penutupan luka sayat pada konsentrasi 10% (Sinambela, 2012)
a. kandungan ikan gabus
Penelitian telah mengungkapkan fakta bahwa ikan gabus memiliki
kandungan protein dengan sebagian besar albumin, lemak, dan beberapa
mineral seperti Zn, Cu dan Fe (Mat Jais, 2007). Daging ikan gabus
mengandung protein sampai 25,1% dan 6,224% dari protein tersebut adalah
albumin (Suprayitno, 2009) Albumin digunakan untuk mempercepat
pemulihan jaringan atau sel tubuh yang rusak (Suprayitno, 2009). Hasil
penelitian melaporkan bahwa terjadi peningkatan albumin pada pasien pasca
bedah yang diberikan kapsul ekstrak ikan gabus selama 10
hari yaitu sebesar 0,7 g/dl dan mempercepat penyembuhan luka operasi
Albumin memiliki sejumlah fungsi pada tahap penyembuhan luka. Fungsi
pertama adalah albumin akan menjaga tekanan osmotik antara cairan di dalam
sel dengan cairan di luar sel pada fase inflamasi. Albumin menjaga keberadaan
air dalam plasma darah sehingga dapat mempertahankan volume darah dan
menjaga agar cairan dari luar sel tidak masuk ke dalam sel dan menyebabkan
sel mengalami pembengkakan. Fungsi kedua adalah albumin bermanfaat
sebagai bahan dasar dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru melalui
proses katabolik tubuh yang memecah albumin menjadi asam amino untuk
kemudian digunakan dalam pembentukan jaringan baru. Albumin pada
fase air ekstrak ikan gabus mengandung asam-asam amino penyusun serat
kolagen dalam jumlah yang banyak yaitu glisin
Kandungan asam lemak pada ikan gabus juga memiliki efek
penyembuhan luka. Senyawa ini dapat membantu proses pembentukan
kembali kolagen dan jaringan epitel pada luka. Penelitian telah membuktikan
bahwa asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-6 yang terkandung dalam
ikan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka pada kaki tikus
diabetes kronis
b. cara pengolahan
Daging ikan gabus dikukus selama 20 menit dengan suhu 65-70.
Kemudian daging ikan gabus dibungkus dengan kain dan dimasukkan ke
dalam alat press hidrolik, dandilakukan pengepresan. Ekstrak ikan
gabus disentrifugasi 6000 rpm selama 60 menit. Kemudian diambil fase
minyak (lapisan atas), fase air (lapisan bawah), dan dibuang pengotornya
3. penatalaksanaan luka akut menggunakan krim topical ekstrak buah naga
merah (hylocereus polyrhyzuz)
Penelitian tentang buah naga merah (hylocereus polyrhizus) masih
sedikit yang terpublikasi seperti penggunaan ektrak buah naga merah untuk
mempercepat proses granulasi dan epitalisasi terbukti efektif (Tahir, Bakri,
Patellongi, Aman, & Upik, 2017). Oleh karena itu, potensi yang dimiliki oleh
buah naga merah (hylocereus polyrhizus) sebagai anti-inflamasi perlu juga
untuk dievaluasi responnya khusunya pada sitokinin pro-inflamasi yakni
Interleukin-6 yang akan diaktifkan ketika terjadi kerusakan sel seperti
terjadinya luka akut yang secara fisiologis akan meningkat 3-5 hari setelah
luka (Dembic, 2015; Preedy, 2011).
a. kandungan buah naga
Sitokinin berperan penting pada penyembuhan luka, salah satu
sitokinin yang berperan pada proses penyembuhan luka adalah interleukin-6
(IL-6). Penggunaan buah naga merah sebagai modalitas penyembuhan luka
menjadi salah satu alternatif perawatan. Kandungan flavonoid khusunya
senyawa steroid yang ada pada buah naga bisa digunakan sebagai anti
inflamasi, sayangnya masih sangat terbatas penelitian yang melaporkan
penggunaan buah naga merah pada penyembuhan luka khususnya luka akut

B. luka kronik
1. Pengertian luka kronik
Luka kronis adalah luka yang sudah lama terjadi atau menahun dengan
penyembuhan lama akibat adaanya gangguan selama proses penyembuhan luka.
Gangguan dapat berupa infeksi dan dapat terjadi pada fase inflamasi, proliferasi
atau maturase. Biasanya luka akan sembuh setelah perawatan yang tepat selama
dua samapi tiga bulan (dengan memperhatikan faktor penghambat penyembuhan).
Luka kronis juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka. Contohnya
luka kronis adalah luka diabetes melitus, luka kanker, dan luka tekan.
2. penatalaksanaan luka kronik menggunakan pembalut wanita
Penggunaan dressing menjadi sangat penting untuk mendukung
penyembuhan luka. Dressing modern yang lama membutuhkan biaya yang
mahal, sehingga perlu inovasi perawatan luka menggunakan pembalut wanita
sebagai dressing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pembalut
wanita terhadap terjadinya maserasi, penyerapan eksudat, infeksi dan
penyembuhan pada luka , Pemulihan luka juga dipengaruhi oleh faktor, seperti :
infeksi bakteri yang menghasilkan biofilm, kadar kalium, dan cairan luka. Adanya
biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas fagositosis neutrofil
polimorfonuklear. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas Aeuroginosa. Manifestasi klinis akibat adanya hambatan tersebut
yaitu proses inflamasi akan berlangsung lama dan kerusakan jaringan baru saat
memasuki fase proliferasi.
Cairan luka yang di produksi berlebihan dapat menyebabkan
penderita banyak kehilangan protein. Perkiraan sebanyak 90 sampai 100 gram
terjadi kehilangan protein per hari pada penderita luka ulkus grade IV, sehingga
defisiensi protein akan berisiko terhadap kegagalan penyembuhan luka.
Faktorfaktor yang mewakili hambatan dan penyembuhan luka seperti jaringan
nekrotik, beban bakteri yang berlebihan dan kebutuhan untuk menyeimbangkan
tingkat kelembaban di permukaan luka. Dasar luka yang lembab, menjaga
kesehatan tepi melekat dari penyembuhan luka sangat penting untuk migrasi
normal sel di seluruh permukaan luka. Over hidrasi dari tepi ini, biasanya disebut
sebagai maserasi yang dapat merusak sel-sel ke titik di mana migrasi berkurang
atau tidak ada (Adderley, 2015). Maserasi didefinisikan sebagai pecahnya kulit
yang disebabkan oleh kelembaban. Kulit terpapar terlalu lama atau terus-menerus
terhadap kelembaban yang berlebihan
a. penggunaan pembalut wanita
Jenis dressing yang sering ditemui di keseharian adalah menggunakan
balutan yang konvensional dan modern. Balutan konvensional seperti
pembalut wanita yang sangat banyak digunakan sebagai secondary dressing
pada kategori luka grade 2 – 4 skala Wagner dengan cairan luka sedang
sampai berat serta bertujuan dapat menyerap cairan luka secara optimal
sehingga kejadian maserasi dapat diminimalisir. Pembalut wanita sebagai
konvensional dressing dan menggunakan balutan modern seperti melolin.
Melolin digunakan pada luka dengan kategori grade 1 atau 2 dengan cairan
luka ringan
b. kandungan pembalut wanita
Penelitian Yusuf et al., (2020) yang menyatakan bahwa klorin pembalut
yang di gunakan wanita klorin merupakan antibakterisid yang kuat terhadap
berbagai mikroba sehingga dengan penggunaan pembalut wanita sebagai
alternatif dalam perawatan luka maka risiko residu klorin dapat menjadi terapi
pengobatan karena konsentrasi yang sampai pada dasar luka
dapat ditolerir oleh luka itu sendiri. Temuan lain membuktikan bahwa
penggunaan antimikroba berbasis klorin dalam perawatan luka infeksi
menunjukkan hasil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
pengurangan peradangan dan perbaikan struktur epitel luka,
Klorin juga terbukti mengurangi pertumbuhan bakteri, nyeri dan bau pada
luka, serta mempercepat penyembuhan luka tanpa menyebabkan trauma
jaringan yang berlebih, Efektif mengontrol beban biologis bakteri jaringan
tanpa menghambat proses penyembuhan luka, mengurangi jumlah bakteri,
melawan banyak pathogen seperti: Candida, Proteus, Klebsella, Psudomonas,
dan Methicillin resistant staphylococcus aureus (MRSA), mengurangi nyeri
luka dan bau, aman, berbiaya rendah, tidak menimbulkan rasa sakit, mudah
dilakukan, dan meningkatkan penyembuhan luka kaki diabetik (Ragab &
Kamal, 2017).

3. penatalaksanaan menggunakan luka kronik menggunakan ektrak daun


jambu biji
Ekstrak air daun jambu biji mengandung senyawa tannin, fl avanoid dan
terpenoid serta fenol, Secara statistik, kelompok jambu 10% terdapat pengaruh
pencucian luka secara signifi kan dengan Mekanisme lisisnya bakteri diketahui
karena tannin yang banyak terdapat di daun jambu biji dapat melisiskan protein
dari membran sel bakteri. Senyawa astringen yang terdapat didalam tannin dapat
menginduksi pembentukan ikatan kompleks senyawa terhadap enzim dan substrat
mikroba. Awal dari kerja tannin bersama dengan fenol, flavanoid dan terpenoid
diketahui mempresipitasi protein bakteri dengan menghambat sintesis protein
bakteri. Dinding sel bakteri yang mengecil, lebih tipis dan abnormal ini
mengakibatkan permeabilitas sel bakteri akan terganggu
a. waktu penggunaan
Waktu yang dibutuhkan untuk pencucian luka untuk setiap responden
yaitu 2–3 menit. Hal ini sejatinya cukup untuk senyawa-senyawa yang ada
pada ekstrak daun jambu biji merusak kandungan protein bakteri. Senyawa
yang terkandung pada daun jambu biji secara yang sudah basah dan kotor.
Kondisi balutan yang terkontaminasi memberikan lingkungan kondusif untuk
bakteri dapat berkembang biak dalam luka ataupun balutan. Hal ini sesuai
dengan hasil studi yang menyatakan bahwa berdasarkan sifat
perkembangbiakan bakteri, jumlah koloni bakteri akan meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu kontaminasi luka
b. kandungan ektsrak daun jambu biji
Bahan-bahan yang terkandung di dalam ekstrak daun jambu biji
diantaranya yaitu minyak esensial, minyak atsiri, resin dan tannin yang dapat
melisiskan bakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan pencucian luka,
minyak esensial yang mengandung eugenol, asam mallic, dan tannin yang
kaya cineoland empat asam triterpenic serta tiga flavonoid, quercetin, 3-L-4-
4-arabinofuranoside dan 3-L-4-pyranoside dengan aksi antibakteri yang
sangat kuat, tannin membentuk protein kaya prolin untuk menghambat
sintesis protein sel bakteri yang artinya Semakin tinggi konsentrasi, akan
semakin tinggi pula daya antibakteri bahan-bahan yang terkandung dalam
ekstrak air daun jambu biji.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan proses hemostasis
dan inflamasi. Luka akan sembuh atau menutup sesuai dengan waktu penyembuhan
luka fisiologis (0-21 hari). Contohnya luka akut adalah pasca-oprasai.
Luka kronis adalah luka yang sudah lama terjadi atau menahun dengan
penyembuhan lama akibat adaanya gangguan selama proses penyembuhan luka.
Gangguan dapat berupa infeksi dan dapat terjadi pada fase inflamasi, proliferasi atau
maturase. Biasanya luka akan sembuh setelah perawatan yang tepat selama dua
samapi tiga bulan (dengan memperhatikan faktor penghambat penyembuhan). Luka
kronis juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka. Contohnya luka
kronis adalah luka diabetes melitus, luka kanker, dan luka tekan.
B. Saran
Pengembangan Intervensi berbasis bukti dalam pencegahan komplikasi lebih lanjut
sangat direkomendasikan. Keunikan dari setiap kasus individu yang ditemukan pada
pasien luka akut dan luka kronis dengan pendekatan yang berbeda menjadi peluang
dalam membuat penelitian lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Frisca, S., Arco, P. M. S., Daeli, F. F., & Antonius Ari Wibowo. (2019). Peduli
Diabetes Mellitus Tipe Ii Dan Pencegahan Luka Kaki. Journal of Character
Education Society2(1), 12–18.
Criscitelli, T. (2018). The future of wound care. AORN Journal, 107(4), 427–429.
https://doi.org/10.1002/aorn.12118
Kozier, B., Erb, G., Berma, a, & Shinder, S. (2016). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik (Edisi 7). EGC.Riset Kesehatan Dasar.
(2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
Wong, S. Y., Manikam, R., & Muniandy, S. (2015). Prevalence and antibiotic
susceptibility of bacteria from acute and chronic wounds in Malaysian subjects.
Journal of Infection in
Developing Countries, 9(9), 936–944. https://doi.org/10.3855/jidc.5882
Rajendran, S., & Anand, S. C. (2012). Woven textiles for medical applications.
Woven Textiles:Principles, Technologies and Applications, 414–
441.https://doi.org/10.1533/9780857095589.3.414
Saleh, K., & Sönnergren, H. H. (2016). Control and treatment of infected wounds.
In WoundHealing Biomaterials (Vol. 2). Elsevier Ltd.
https://doi.org/10.1016/B978-1-78242-456-7.00005-2
Handayani. (2016). STUDI META ANALISIS PERAWATAN LUKA KAK
Vitale, E., De Angelis, L. R., & Germini, F. (2020). Le tecniche e le soluzioni
utilizzate nella detersione delle ulcere: una revisione della letteratura. Italian
Journal of Wound Care,
4(1). https://doi.org/10.4081/ijwc.2020.51

You might also like