Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL PENELITIAN Ni Wayan Ambaryati 1833121307
PROPOSAL PENELITIAN Ni Wayan Ambaryati 1833121307
OLEH :
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2021
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME,
DAN INTEGRITAS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN PADA
LEMBAGA PERKREDITAN DESA SE-KECAMATAN SUKAWATI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
1
Provinsi Bali Nomor 8 tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) menyatakan bahwa : LPD adalah Lembaga Perkreditan di Desa
Pakraman (desa adat) dalam Wilayah Provinsi Bali. Saat ini LPD dikelola
oleh pengurus yang ditunjuk berdasarkan hasil paruman (musyawarah)
Desa Adat. Pengurus LPD adalah warga yang berasal dari tiap Banjar yang
berada dalam satu Desa Adat, dan memiliki Badan Pengawas LPD yang
terdiri dari seluruh Kelihan Banjar di Desa Adat yang bersangkutan.
LPD di Bali mulai berkembang sejak tahun 1985 berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali No. 972 tahun
1984. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 Tahun
2002 tentang LPD, bahwa untuk melestarikan dan meningkatkan
kemandirian kehidupan desa adat dengan segala aspeknya, dipandang perlu
mengadakan usaha-usaha memperkuat keuangan desa sebagai sarana
penunjang melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD
yang bergerak dalam usaha simpan pinjam.
LPD di Kecamatan Sukawati merupakan lembaga keuangan yang
menerapakan sistem kekeluargaan. Dilihat dari segi masyarakat di
Sukawati, kebanyakan masyarakat di Sukawati bergerak didalam usaha
perdagangan maupun usaha keluarga, sehingga LPD sebagai lembaga
keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana serta
membantu masalah permodalan didalam membangun usaha. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan
Desa (LPLPD) Kabupaten Gianyar, di Kecamatan Sukawati terdapat 33
Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
Dalam kajian yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak
Januari 2015, terdapat 14 temuan dalam empat aspek yakni ; aspek regulasi
dan kelembagaan, tata laksana, pengawasan, dan sumber daya manusia
(Priharsa Nugraha, 2021). Di dalam menjalankan kegiatan untuk
meningkatkan produkivitas suatu lembaga, tetap saja ada hal-hal yang luput
2
dari perhatian tersebut sehingga kegiatan yang tidak diawasi akan
kehilangan efisiensi dan efektivitas. Tingginya intensitas praktik
kecurangan, penipuan, dan penggelapan yang terjadi pada suatu institusi
publik, dengan segala modusnya dari yang sederhana sampai yang sangat
canggih dan rumit, seharusnya menyadarkan semua pihak untuk
membangun komitmen terhadap penerapan tata kelola yang baik secara
konsisten dan meluas pada semua lapisan karena adanya kesadaran dan
komitmen akan mengakibatkan tidak tercapainya kinerja keuangan yang
baik pada lembaga keuangan.
Kecenderungan kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai
Negara, termasuk di Indonesia yang peringkat indeks korupsinya berada di
posisi 96 dari 180 negara di dunia (Transparency International, 2017).
Kecurangan (fraud) dapat terjadi di mana saja, dapat di lakukan oleh siapa
saja dan berdampak kepada siapa saja yang dapat merugikan kepada semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk yang
melakukan fraud tersebut. Kecurangan di dunia usaha dapat di lakukan oleh
oknum karyawan baik di level manajemen bawah maupun pada tingkat
manajemen atas. Kecurangan yang terjadi di lembaga keuangan akan
mengakibatkan inefisiensi operasional lembaga keuangan yaitu lemahnya
daya saing, penurunan pendapatan, kenaikan biaya, penurunan semangat
kerja karyawan dan ancaman terhadap kelangsungan hidup lembaga
keuangan.
3
Tabel 1.
Data Pansus LPD DPRD Provinsi Bali mengenai jumlah LPD di Bali
yang masuk kategori tidak sehat
No Kabupaten Jumlah
1 Gianyar 15
2 Tabanan 8
3 Buleleng 6
4 Badung 4
5 Karangasem 2
6 Bangli 2
7 Klungkung 1
8 Denpasar 0
Total 38
Sumber : www.balitribune.co.id, 2017
4
Singapadu Tengah, Sukawati pada tahun 2015. Kejaksaan menetapkan
Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Belaluan, Kabupaten Gianyar,
sebagai tersangka penggelapan uang nasabah senilai Rp700 juta
(bali.antaranews.com). LPD tersebut telah mengalami kemacetan dan bisa
dibilang mengalami kebangkrutan. Ini disebabkan karena diduga adanya
tindakan penyelewengan dana (korupsi) oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Lemahnya manajemen usaha, permodalan, hingga konflik internal
pengurus LPD bersangkutan adalah penyebab LPD mengalami kemacetan.
Semenjak ditemukannya kemacetan yang dialami LPD tersebut, pemerntah
sudah melakukan pembinaan dan berkoordinasi dengan BPD Bali bersama
BKS-LPD, LP-LPD. Namun upaya yang dilakukan itu gagal, LPD yang
mengalami kemacetan tersebut dibiarkan begitu saja sampai sekarang
(Desak Putu Rupadi, 2018). Melihat fenomena praktek korupsi di LPD
tersebut, maka dapat dilihat ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
praktek korupsi. Pertama, lemahnya kepemimpinan dan kedua,
penyimpangan tata kelola perusahaan.
5
bahwa ketika pengendalian intern tidak efektif, maka tindakan kecurangan
sangat mudah terjadi sehingga berdampak buruk pada perusahaan. Selain
itu pengendalian intern merupakan suatu proses untuk menilai kinerja
karyawan dengan memperhatikan kepuasan karyawan untuk bekerja dengan
maksimal dan mengurangi ketidakpuasan karyawan dalam bekerja yang
akan menimbulkan penyimpangan yang dilakukan karyawan seperti
penipuan, salah saji laporan keuangan, dan manipulasi keuangan sebagai
bentuk kecurangan.
6
Muhamad, 2018:120 ) mengungkapkan bahwa mendorong terbentuknya
sikap patuh terhadap standar profesional dan kode etik akan menimbulkan
intensi untuk melaporkan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi, dan
melaporkan masalah ada adanya. Apabila sikap profesionalisme ini telah
dimiliki oleh seorang auditor maka tindak kecurangan akan dapat dihindari.
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerja keras, serta kompetensi
yang memadai. Integritas merupakan suatu komitmen pribadi yang teguh
terhadap prinsip ideologi yang etis dan menjadi konsep diri yang
ditampilkan melalui perilakunya. Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan
Indonesia (Dewi Novita dan Muhamad, 2018:119) menjelaskan bahwa
untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, auditor harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat
integritas tinggi. Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang
dilandasi sikap jujur, berani bijaksana, dan bertanggung jawab untuk
membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan yang handal.
Ketidakkonsistenan hasil dari penelitian sebelumnya diduga karena
adanya faktor lain yang dapat memperkuat maupun memperlemah pengaruh
independensi terhadap kecenderungan kecurangan. Pengendalian internal
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan usaha.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personel lain, yang dibuat untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu
keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya terdapat perbedaan hasil
penelitian dari penelitian – penelitian sebelumnya, ditambah mengenai
variabel yang mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi kecenderungan
7
kecurangan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya
dengan menggabungkan variabel-variabel dari penelitian sebelumnya dan
terjadi kesenjangan (research gap) yaitu pada variabel Pengendalian
Internal, Independensi, Profesionalisme dan Integritas sehingga dianggap
perlu melakukan penelitian kembali. Dipilihnya LPD Se-Kecamatan
Sukawati sebagai tempat penelitian karena di Kecamatan Sukawati masih
ada pegawai dalam mempertanggungjawabkan uang masyarakat,
melakukan tindakan-tindakan penyimpangan yang akan menurunkan
kepercayaan masyarakat kepada lembaga perkreditan desa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
ditentukan penelitian mengenai “Pengaruh Pengendalian Internal,
Independensi, Profesionalitas Dan Integritas Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan
Sukawati”
8
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat yang dapat diperoleh secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian yaitu :
9
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk memperjelas variabel
Pengendalian Internal, Independensi, Profesionalisme dan Integritas
terhadap Kecenderungan Kecurangan di LPD se-Kecamatan
Sukawati.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat
memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh, sekaligus dalam
menanggapi suatu kejadian, memberikan sumbangan
pemikiran serta pemecahanya.
Menghasilkan bahan untuk menyelesaikan tugas
penelitian untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat guna mencapai gelar Sarjana Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Warmadewa.
2) Bagi Subyek Penelitian
Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan
informasi dan masukan yang berguna bagi
perusahaan/pemerintah, sehingga dapat menjadi pertimbangan
dalam menentukan kebijakan selanjutnya yang bisa menjadi
acuan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan.
3) Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa
Hasil penelitian ini merupakan sumbangan/tambahan di
perpustakaan serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa
yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah terkait.
10
B. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori
11
Menurut COSO (Committee of sponsoring organization) Christian,
dkk (2018) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu
sebagai berikut:
4) Pemantauan (Monitoring)
Untuk menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas
pengendalian perlu dilakukan pemantauan pengendalian internal.
Pengendalian internal dapat di monitor secara efektif melalui
penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen.
12
b. Independensi
Independensi adalah sikap seseorang yang mampu berpegang
pada pendiriannya yang tidak tunduk pada kepentingan pribadi
maupun kepentingan pihak lain yang berusaha untuk menekan.
Auditor tidak boleh berkompromi dalam memberikan pertimbangan
profesionalnya karena kepentingan tertentu. Hal tersebut mengarahkan
auditor untuk bersikap objektif dalam pekerjaan audit yang dilakukan
dan melaporkan hasil audit dengan tingkat independensi yang tinggi
(Santoso, dkk 2020). Meskipun dalam melaksanakan tugasnya,
seorang auditor internal berada pada suatu perusahaan tertentu dan
menemukan adanya kecurangan maka harus tetap dilaporkan. Namun,
apabila seorang auditor internal tersebut menutupi kecurangan yang
terjadi bahkan tidak melaporkannya maka auditor tersebut telah
kehilangan sikap independen.
Yang bisa dikatakan bahwa sikap independen ini merupakan
salah satu hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang auditor
internal dalam mempertahankan kebebasan berpendapat. Independensi
sendiri juga merupakan suatu tujuan yang harus selalu diupayakan.
Selain itu, independensi juga merupakan kejujuran yang terdapat
dalam seorang auditor dalam rangka mempertimbangkan fakta yang
objektif dan tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.
c. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan sebuah tanggung jawab pribadi
dalam berperilaku untuk menjadi lebih baik dari sekedar mematuhi
undang-undang dan peraturan yang ada di masyarakat (Christine dan
David, 2020). Salah satu syarat utama yang harus dimiliki oleh
13
seorang auditor internal yaitu sikap profesionalisme. Dengan
profesionalisme yang tinggi maka kebebasan seorang auditor akan
semakin terjamin. Tingkat profesionalisme seorang auditor internal
dapat diukur dengan melakukan evaluasi kerja.
Sikap profesionalisme auditor yang tinggi dapat mencegah
terjadinya kecurangan yang mungkin saja terjadi, meskipun dalam
mendeteksi kecurangan, tidak semua hal mengenai kecurangan dapat
diungkapkan oleh seorang auditor internal. Hal yang menjadi alasan
seorang auditor tidak dapat selalu megungkapkan kecurangan yaitu
misalnya ancaman, mutasi jabatan hingga pemecatan. Apabila seorang
auditor internal dapat bersikap profesional, maka terjadinya
kecurangan dapat dicegah. Dengan begitu tingkat kepercayaan yang
diberikan kepada auditor internal juga semakin meningkat. (Christine
dan David, 2020).
d. Integritas
Novita Dewi, dkk (2020) Mengemukakan bahwa integritasl
adalahl suatul komitmenl pribadil yangl teguh terhadapl prinsip
ideologi yangl etis danlmenjadil bagian daril konsep diri yangl
ditampilkan melaluilprilakunya. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan public dan merupakan patokan bagi anggota
dalam menguji semua keputusannya.
Integritas berpengaruh dalam mencegah kecurangan, resiko
kecurangan dapat dicegah dengan adanya sikap integritas aparatur
desa karena integritas berkaitan dengan kejujuran dan tanggung jawab.
Apabila aparatur desa memiliki sikap integritas tinggi, maka aparat
desa tersebut telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan etika (Rai
Eldayanti, dkk 2020).
14
e. Kecurangan
Kecurangan atau Fraud merupakan suatu kesalahan yang
dilakukan secara sengaja. Dalam lingkup akuntansi, konsep
kecurangan merupakan penyimpangan atau penyelewengan dari
prosedur akuntansi yang diterapkan dalam suatu entitas,
penyimpangan ini tentunya akan memberikan dampak yang buruk
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Menurut (IAI, 2001) dalam Udayani dan Sari (2017)
menjelaskan bahwa, kecurangan akuntansi sebagai (1) salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk mengelabui para pemakai laporan keuangan (2) salah
saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut sebagai penyalahgunaan atau penggelapan)
berkaitan dengan pencurian tidak disajikan sesuai dengan aktiva
entitas yang berakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.
Kecurangan berkenaan dengan adanya keuntungan yang
diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur
tak terduga, tipu daya, licik, dan tidak jujur yang merugikan orang
lain. Kecurangan (fraud) juga perlu dibedakan dengan kekeliruan
(error). Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya
salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak
disengaja.
15
Menurut Profesor Haryono Umar (2017:239-281) penyebab
penyimpangan dalam korupsi ada 3 unsur. Salah satunya yang dikenal
dengan istilah Segitiga Penyimpangan (Fraud Triangle) yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity) dan pembenaran atas tindakan
(rationalization).
a) Tekanan (Pressure), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan
untuk melakukan Fraud. Tekanan dapat mencakup hampir
semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-
lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Terdapat empat
jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat
mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability, external
pressure, personal financial need, dan financial targets.
b) Kesempatan (Opportunity), yaitu situasi yang membuka
kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.
Biasanya terjadi karena pengendalian internal perusahaan yang
lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan
wewenang. Opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan diminimalisir melalui penerapan proses,
prosedur, dan upaya deteksi dini terhadap kecurangan (Fraud).
c) Rasionalisasi (Rationalization), yaitu adanya sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-
pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau
orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup
menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan
kecurangan (Fraud). Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang
paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing)
aset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk
membahagiakan orang-orang yang dicintainya.
16
f. Kecenderungan Kecurangan
Kecenderungan kecurangan (fraud) dapat didefinisikan sebagai
suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum (Ilegal Acts)
yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya
menipu atau memberikan gambaran yang keliru (mislead) untuk
keuntungan pribadi/kelompok secara tidak fair, baik secara langsung
maupun tidak langsung merugikan pihak lain (Mantinaf, 2020).
a) Risk Analysis. Desain kebijakan anti korupsi harus diawali
dengan melakukan analisa apa saja pola korupsi yang
mungkin terjadi. Kemudian ditindaklanjuti dengan desain
program anti korupsi yang sejalan dengan analisa tersebut.
b) Implementasi. Melakukan sosialisasi kebijakan anti
korupsi, pelatihan anti korupsi, dan evaluasi proses bisnis
untuk menghindari korupsi.
c) Sanksi. Harus ada sosialisasi kepada seluruh karyawan
mengenai sangsi atas korupsi. Sangsi itu dapat berupa
pengurangan kompensasi, tidak naik jabatan, atau bahkan
pemecatan dan/atau proses hukum.
d) Monitoring. Melakukan evaluasi program anti korupsi
secara berkala dan mengambil langkah perbaikan secara
terus menerus.
17
2. Publikasi Penelitian Sebelumnya
18
Kompetensi Aparatur Desa (X1), Sistem Pengendalian Internal (X2),
Integritas (X3), Akuntabilitas (X4).
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kompetensi aparatur desa, sistem pengendalian internal, integritas dan
akuntabilitas terhadap ecenderunganl kecurangan (fraud) dalam pengelolaan
keuangan desa. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner pada seluruh
aparatur desa yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan desa di
Kecamatan Susut Kabupaten Bangli yang terdiri dari 9 desa. Jumlah sampel
yang diperoleh sebanyak 69 responden. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dan purposive
sampling, sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
Kompetensi, Pengendalian Internal dan Integritas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan. Sedangkan Akuntabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud) dalam Pengelolaan Keuangan Desa.
19
dari 32 LPD di Kecamatan Ubud. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak
124 responden. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, sehingga menghasilkan sampel sebanyak 124
orang dari 32 LPD. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan
Analisis Regresi Termoderasi (MRA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Kemandirian tidak berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Fraud
dengan koefisien parameter nilai 0,048 dengan tingkat signifikansi 0,564 >
0,05. Dan yang mandiri interaksi dengan sistem pengendalian internal adalah
positif dan signifikan terhadap kecenderungan fraud dengan nilai koefisien
parameter sebesar 0.116 dengan tingkat signifikansi 0,018 < 0,05.
20
Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; system pengendalian
internal, profesionalisme badan pengawas, moralitas individu, dan keadilan
prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
21
3) Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pengendalian Internal, Independensi, Profesionalisme,dan Integritas
Terhadap Kecenderungan Kecurangan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Se-kecamatan Sukawati
Penelitian Terdahulu
Landasan Teori 1. Dewi Novita Wulandari &
Muhammad Nuryanto (2018)
1. Teori Keagenan Fenomena : 2. Ni Kadek Rai Eldayanti, dkk
2. Pengendalian Internal Kasus korupsi (2020)
3. Independensi yang menyebabkan 3. I Komang Angga Saputra, I
4. Profesionalisme kebangkrutan LPD Banjar Wayan Sudiana, dkk (2020)
5. Integritas Belaluan, Singapadu 4. Ni Wayan Murti, Edy Sujana
6. Kecuranagan Tengah
& Putu Sukma (2018)
7. Pencegahan 5. Christine Lie Wijaya & David
Kecurangan Adechandra (2020)
Hipotesis :
H1: Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H2: Independensi berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H3: Profesionalisme berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H4: Integritas berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
22
4) Kerangka Konsep
Gambar 2
Kerangka Konsep
Pengendalian Internal
(X1)
Independensi
(X2)
Pencegahan Kecurangan
Profesionalisme (Y)
(X3)
Integritas
(X4)
23
5) Hipotesis Penelitian
24
kecurangan akuntansi. Angga Saputra, dkk (2020) menyatakan bahwa
efektivitas pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian dari Murti, dkk (2018)
menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh negative
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, artinya semakin
efektif pengendalian internal perusahaan, semakin rendahnya kecenderungan
kecurangan akuntansi perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis pertama yang akan
diuji yaitu:
H1 : Pengendalian Internal berpengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan.
25
internal, kesadaran anti-fraud, integritas, independensi, dan profesionalisme
terhadap kecenderungan kecurangan memperoleh hasil bahwa Pengendalian
Internal, Integritas, Independensi, dan Profesionalisme berpengaruh positif
terhadap Kecenderungan Kecurangan. Sedangkan Kesadaran Anti fraud tidak
berpengaruh positif terhadap Kecenderungan Kecurangan. Penelitian Angga,
dkk (2020) memperoleh hasil bahwa Independensi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan, sedangkan penelitian dari Christine dan David
(2020) menyatakan bahwa Independensi memiliki dampak negative terhadap
kecenderungan kecurangan . Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesis kedua yang akan diuji yaitu:
H2 : Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap Kecenderungan
Kecurangan.
26
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H3 : Profesionalisme berpengaruh positif signifikan terhadap
Kecenderungan Kecurangan.
27
C. Metode Penelitian
28
Tabel 2
Penyebaran LPD di Wilayah Kecamatan Sukawati Menurut Desa
Tahun 2018 – 2020
No Desa Jumlah LPD
1 Batubulan 5
2 Batuan 2
3 Celuk 2
4 Guwang 2
5 Kemenuh 5
6 Ketewel 2
7 Sakah 2
8 Sukawati 4
9 Singapadu 1
10 Singapadu Tengah 5
11 Singapadu Kaler 3
Sumber : Diolah Peneliti (2021)
29
b. Metode Penentuan Sampel
Sugiyono (2018 : 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul reprensentatif (mewakili). Pengukuran
sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel
yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purpose sampling, yaitu metode
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan
pada kepentingan atau tujuan penelitian, Sugiyono (2018:81).
Mengacu pada pertanyaan tersebut, mengingat populasi dalam
penelitian hanya 132 Orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel.
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 132 orang. Adapun kriteria sampel di penelitian ini yaitu :
1. Karyawan yang terkait dengan sistem pengendalian internal
seperti ; badan pengawas, sekretaris, dan pimpinan di LPD
Se-Kecamatan Sukawati.
2. Karyawan yang sudah bekerja diatas 1 tahun. Alasannya
bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 1 tahun di suatu
perusahaan telah memiliki pengalaman yang cukup tentang
iklim organisasi yang tercipta pada perusahaan.
Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang diambil
selama 3 tahun pengamatan adalah 33 LPD di Kecamatan Sukawati.
Berikut daftar LPD yang dijadikan sampel dalam penelitian ini antara
lain :
30
Tabel 3
Daftar Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Sukawati
No Nama LPD No Nama LPD
1 LPD Desa Pekraman Batuaji 18 LPD Desa Pekraman Kutri Singapadu
2 LPD Desa Pekraman Batuan 19 LPD Desa Pekraman Lantangidung
3 LPD Desa Pekraman Batuyang 20 LPD Desa Pekraman Lembeng
4 LPD Desa Pekraman Belaluan 21 LPD Desa Pekraman Negara
5 LPD Desa Pekraman Blang Kaler 22 LPD Desa Pekraman Negari
6 LPD Desa Pekraman Blangsamu 23 LPD Desa Pekraman Rangkan
7 LPD Desa Pekraman Celuk 24 LPD Desa Pekraman Silakarang
8 LPD Desa Pekraman Cemenggaon 25 LPD Desa Pekraman Singapadu
9 LPD Desa Pekraman Dlod Tukad 26 LPD Desa Pekraman Sukawati
10 LPD Desa Pekraman Ganggangan Canggi 27 LPD Desa Pekraman Sumampan
11 LPD Desa Pekraman Gerih 28 LPD Desa Pekraman Tangsub
12 LPD Desa Pekraman Griya Kutri 29 LPD Desa Pekraman Tegal Tamu
13 LPD Desa Pekraman Guwang 30 LPD Desa Pekraman Tegenungan
14 LPD Desa Pekraman Jero Kuta 31 LPD Desa Pekraman Tengkulak Kaja
15 LPD Desa Pekraman Kebon Singapadu 32 LPD Desa Pekraman Tengkulak Klod
16 LPD Desa Pekraman Kemenuh 33 LPD Desa Pekraman Tengkulak Tengah
17 LPD Desa Pekraman Ketewel
Sumber : LPLPD Kabupaten Gianyar (2021)
3. Identifikasi variabel
31
bebas penelitian ini adalah pengendalian internal (X1), independensi
(X2), profesionalisme (X3) dan integritas (X4).
a. Pengendalian Internal
Pengendalian internal dalam suatu organisasi dapat
mempengaruhi kinerja karyawan karena target prestasi kerja yang
telah ditetapkan akan tercapai apabila terdapat pengendalian
didalamnya. Namun pengendalian internal tidak selamanya berjalan
dengan baik sesuai dengan target yang ditentukan suatu organisasi.
Menurut Taradipa (2017) menyatakan “Pengendalian internal dapat
tidak berjalan karena kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti
kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana, adanya kolusi
antara dua orang atau lebih manajemen mengesampingkan
pengendalian internal dan faktor lain seperti biaya pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian tersebut”. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima
indicator dan diukur dengan skala likert 5 poin. Lima indikator
tersebut adalah (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran risiko, (c)
32
aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi dan (e)
pemantauan.
b. Independensi
Independensi merupakan sikap yang harus dimiliki oleh
auditor dimana auditor memiliki kebebasan dari pengaruh
instruksi/pengarahan, atau control didalam melaksanaan pengujian,
evaluasi hasil pemeriksaan , dan penyusunan laporan audit (Vera
Karunia, 2019). Tidak mudah dipengaruhi dan tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapa pun. Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor’ (SPAP: PSA No. 04). Variabel ini
diukur dengan menggunakan dua indicator.Dua indikator tersebut
adalah (a) independensi dalam fakta (b) independensi dalam
penampilan.
c. Profesionalisme
Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang
dan tingkatannya masing-masing (Sya’bani, 2018:23). Dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan perilaku setiap
individu dalam menjalankan sebuah profesi yang memiliki
kemampuan dan keahlian untuk menjalankan sebuah bidang/jabatan
dan memiliki tanggung jawab. Variabel ini diukur dengan
menggunakan 3 indikator yaitu (a) kewajiban (b) kemandirian dan (c)
keyakinan terhadap peraturan profesi.
33
d. Integritas
Integritas merupakan sebuah konsep yang menekankan adanya
kesesuaian tindakan seseorang dengan prinsip atau nilai tertentu yang
dipilihnya. Integritas meliputi komitmen seseorang terhadap suatu
prinsip masyarakat atau organisasi dimana seseorang berbeda. Dalam
sudut pandang ini ketika berbicara tentang integritas maka kita
berbicara tentang menjadi orang yang utuh, terpadu, seluruh bagian
diri kita yang berlainan bekerja sama dan berfungsi sesuai rancangan
untuk tetap komitmen terhadap nilai atau prinsip yang dianut dalam
masyarakat atau organisasi.
Menurut Tedi Rustendi (2017), dalam standar audit dan kode
etik auditor internal sangat diperlukan aturan pelaksanaan yang jelas
terkait integritas, yaitu berkenaan dengan kejujuran, sikap bertanggung
jawab, bekerja dengan sepenuh hati, memberikan manfaat, serta
kepatuhan kepada ketentuan hukum dan regulasi.Variabel ini diukur
dengan menggunakan 5 indikator yaitu (a) jujur, (b) bertanggung
jawab, (c) bekerja dengan sepenuh hati, (d) bermanfaat, (e) patuh
dengan ketentuan hukum. Sumber : Hanni Latifah (2019).
e. Kecenderungan Kecurangan
Definisi yang dikemukakan oleh W. Steve Albrechdan Chad D
(S Laeliyah, 2017) . Menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu
pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat digunakan
dengan cara kekerasan oleh seorang untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain melalui perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat
definisi atau aturan yang dapat digunakan sebagai suatu pengertian
umum dalam mengartikan kecurangan yang meliputi cara yang
mengandung sifat mendadak, menipu, cerdik dan tidak jujur yang
digunakan untuk mengelabuhi seseorang. Satu-satunya batasan untuk
34
mengetahui pengertian diatas adalah yang membatasi sifat
ketidakjujuran manusia.
Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan
pengendalian internal.Selain itu, fraud dapat dicegah dengan adanya
kesadaran setiap individu. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk pencegahan fraud, yaitu: Risk Analysis, Implementasi,
Sanksi, Monitoring. Variabel ini diukur dengan menggunakan 7
indikator. Indikator tersebut terdiri dari; (a) ciptakan kejujuran,
keterbukaan, dan saling membantu; (b) proses rekruitmen yang jujur;
(c) fraud awareness; (d) lingkungan kerja yang positif; (e) kode etik
yang jelas, mudah dimengerti, dan ditaati; (f) program bantuan kepada
pegawai yang mendapat kesulitan; (g) adanya sanksi terhadap segala
bentuk kecurangan. Sumber : S Laeliyah (2017).
35
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk
kata, kalimat, dan skema gambar (Sugiyono, 2017:9). Data
kualitatif dalam penelitian ini berupa struktur organisasi
secara umum, badan pengawas dan laporan keuangan dari
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di Kecamatan
Sukawati.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara, seperti seseorang atau
dokumen (Sugiyono, 2017:12). Data sekunder ini merupakan
data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti
buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu bank.
36
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara memperoleh
data yang akurat dengan jalan mengadakan pengamatan langsung
ke objek penelitian, dalam hal ini adalah LPD Se-Kecamatan
Sukawati.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal
mendalam yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono,
2017:137). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan memperoleh informasi mengenai jumlah staff pada
masing-masing LPD yang berada di Kecamatan Sukawati.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam
bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya atau
mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto-foto
atau karya tulis. Data yang diperoleh dari metode pengumpulan
data dengan dokumentasi, yaitu berupa daftar nama LPD dan
jumlah karyawan.
37
d. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2018:142) angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden diukur dengan
menggunakan skala interval (likert), yaitu pilihan jawaban
responden dengan diberikan skor dengan skala 1-5.
Adapun kriteria penentuan skor untuk masing-masing item
pertanyaan adalah sebagai berikut:
1) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2) Tidak Setuju (TS) diberi skor
3) Kurang Setuju (KS) diberi skor
4) Setuju (S) diberi skor
5) Sangat Setuju (SS) diberi skor
6) Teknik analisis data
38
seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas,
leverage, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.
39
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika
nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 dapat
dikatakan dalam data tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali,
2018).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018). Metode yang digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
melalui pengujian dengan menggunakan Scatter Plot. Dasar
analisisnya sebagai berikut:
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
40
• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dandi bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
i. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan
semua variabel bebas dimasukkan dalam model yang memiliki
pengaruh secara bersama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2018:98).
Kriteria pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai
signifikansi<0,05 artinya model penelitian layak digunakan dan jika
nilai signifikansi>0,05 artinya model penelitian tidak layak digunakan.
41
j. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menguji apakah variabel independen
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2018). Pengujian menggunakan signifikansi level 0,05 (α =
5%). Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. ≤ 0,05 maka dikatakan signifikan. Harus dilihat terlebih
dahulu nilai koefisien regresinya, jika arahnya sesuai dengan arah
hipotesis maka dapat dikatakan Ha diterima.
b. Jika nilai sig. > 0,05 maka dikatakan tidak signifikan. Artinya Ha
ditolak sehingga tidak ada pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
42
I. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penelitian ini, maka
penyajiannya akan disusun menjadi beberapa bab secara sistematis sehingga
antara satu bab dengan bab yang lainnya memiliki hubungan yang erat.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
43
BAB IV berisi tentang uraian gambaran umum tempat
penelitian yang menyangkut sejarah singkat berdirinya
perusahaan/instuisi, visi dan misi perusahaan, struktur
organisasi dan uraian tugas masing-masing jabatan
didalamnya, produk perusahaan dan sejarah perusahaan yang
dijadikan sampel.
BAB VI PENUTUP
44
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Nur, Chery Elga, Novita Sari, Rizky & Suripto 2020. Pengaruh
Kompetensi, Independensi Dan Integritas Terhadap Kualitas
Audit. Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Pamulang.
45
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia No. 39 (2019) : Penerapan Strategi
Anti Fraud Bagi Bank Umum.
46
(Fraud) Dengan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel
Moderasi Pada Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Se-Kecamatan
Ubud. Hita Akuntansi dan Keuangan, Universitas Hindu
Indonesia Edisi Juli 2020.
47