You are on page 1of 48

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INDEPENDENSI,


PROFESIONALISME DAN INTEGRITAS TERHADAP
KECENDERUNGAN KECURANGAN PADA LEMBAGA
PERKREDITAN DESA SE-KECAMATAN SUKAWATI

OLEH :

NAMA : NI WAYAN AMBARYATI


NPM : 1833121307
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME,
DAN INTEGRITAS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN PADA
LEMBAGA PERKREDITAN DESA SE-KECAMATAN SUKAWATI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang masih berkembang yang


memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Lembaga Keuangan merupakan lembaga yang amat vital untuk menunjang
kelancaran perekonomian. Didirikannya Lembaga Keuangan di Indonesia
bertujuan untuk menunjang pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas nasional.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor KEP-38/MK/IV/1972,
Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah semua badan yang melakukan
kegiatan-kegiatannya dalam bidang keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat dengan menerbitkan
surat berharga dan menyalurkan dana tersebut untuk membiayai investasi di
berbagai perusahaan. Salah satu Lembaga Keuangan Bukan Bank yang saat
ini sedang berkembang terutama di Bali adalah Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Provinsi Bali terkenal dengan adat istiadat yang diatur dalam desa
adat tentunya mempunyai hak otonom untuk mengatur kehidupan sosial
ekonomi termasuk didalamnya mengatur mengenai pengelolaan kekayaan
desa.
LPD memiliki sistem pengelolaan yang kental dengan hukum adat
dan kearifan lokal di Bali (Sudiartha, 2017). Lembaga Perkreditan Desa
yang terdapat di Bali memiliki karakteristik khusus yang membedakannya
dengan lembaga keuangan lainnya. LPD berdasarkan peraturan Daerah

1
Provinsi Bali Nomor 8 tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) menyatakan bahwa : LPD adalah Lembaga Perkreditan di Desa
Pakraman (desa adat) dalam Wilayah Provinsi Bali. Saat ini LPD dikelola
oleh pengurus yang ditunjuk berdasarkan hasil paruman (musyawarah)
Desa Adat. Pengurus LPD adalah warga yang berasal dari tiap Banjar yang
berada dalam satu Desa Adat, dan memiliki Badan Pengawas LPD yang
terdiri dari seluruh Kelihan Banjar di Desa Adat yang bersangkutan.
LPD di Bali mulai berkembang sejak tahun 1985 berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali No. 972 tahun
1984. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 Tahun
2002 tentang LPD, bahwa untuk melestarikan dan meningkatkan
kemandirian kehidupan desa adat dengan segala aspeknya, dipandang perlu
mengadakan usaha-usaha memperkuat keuangan desa sebagai sarana
penunjang melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD
yang bergerak dalam usaha simpan pinjam.
LPD di Kecamatan Sukawati merupakan lembaga keuangan yang
menerapakan sistem kekeluargaan. Dilihat dari segi masyarakat di
Sukawati, kebanyakan masyarakat di Sukawati bergerak didalam usaha
perdagangan maupun usaha keluarga, sehingga LPD sebagai lembaga
keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana serta
membantu masalah permodalan didalam membangun usaha. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan
Desa (LPLPD) Kabupaten Gianyar, di Kecamatan Sukawati terdapat 33
Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
Dalam kajian yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak
Januari 2015, terdapat 14 temuan dalam empat aspek yakni ; aspek regulasi
dan kelembagaan, tata laksana, pengawasan, dan sumber daya manusia
(Priharsa Nugraha, 2021). Di dalam menjalankan kegiatan untuk
meningkatkan produkivitas suatu lembaga, tetap saja ada hal-hal yang luput

2
dari perhatian tersebut sehingga kegiatan yang tidak diawasi akan
kehilangan efisiensi dan efektivitas. Tingginya intensitas praktik
kecurangan, penipuan, dan penggelapan yang terjadi pada suatu institusi
publik, dengan segala modusnya dari yang sederhana sampai yang sangat
canggih dan rumit, seharusnya menyadarkan semua pihak untuk
membangun komitmen terhadap penerapan tata kelola yang baik secara
konsisten dan meluas pada semua lapisan karena adanya kesadaran dan
komitmen akan mengakibatkan tidak tercapainya kinerja keuangan yang
baik pada lembaga keuangan.
Kecenderungan kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai
Negara, termasuk di Indonesia yang peringkat indeks korupsinya berada di
posisi 96 dari 180 negara di dunia (Transparency International, 2017).
Kecurangan (fraud) dapat terjadi di mana saja, dapat di lakukan oleh siapa
saja dan berdampak kepada siapa saja yang dapat merugikan kepada semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk yang
melakukan fraud tersebut. Kecurangan di dunia usaha dapat di lakukan oleh
oknum karyawan baik di level manajemen bawah maupun pada tingkat
manajemen atas. Kecurangan yang terjadi di lembaga keuangan akan
mengakibatkan inefisiensi operasional lembaga keuangan yaitu lemahnya
daya saing, penurunan pendapatan, kenaikan biaya, penurunan semangat
kerja karyawan dan ancaman terhadap kelangsungan hidup lembaga
keuangan.

3
Tabel 1.

Data Pansus LPD DPRD Provinsi Bali mengenai jumlah LPD di Bali
yang masuk kategori tidak sehat

No Kabupaten Jumlah
1 Gianyar 15
2 Tabanan 8
3 Buleleng 6
4 Badung 4
5 Karangasem 2
6 Bangli 2
7 Klungkung 1
8 Denpasar 0
Total 38
Sumber : www.balitribune.co.id, 2017

Berdasarkan data pada tabel 1 mengenai Pansus LPD DPRD


Provinsi Bali diatas, dari seluruh LPD yang berada di Kabupaten/Kota
Provinsi Bali, LPD di Kabupaten Gianyar menjadi yang paling banyak
masuk kategori tidak sehat yakni, 15 LPD dari total 38 LPD yang
digolongkan kategori tidak sehat di Provinsi Bali. Hal ini berarti 39,5 %
dari LPD yang digolongkan kategori tidak sehat di Provinsi Bali berada di
Kabupaten Gianyar (balitribune.co.id). Hal ini secara jelas mengindikasikan
telah banyaknya terjadi kasus kecurangan yang dilakukan oleh oknum yang
merugikan lembaga keuangan tersebut dan pihak lain yang bersangkutan.
Fenomena inilah yang telah memotivasi peneliti untuk melalukan
penelitian yang terkait kurang efektifnya pengendalian internal,
independensi, profesionalisme, dan integritas di Lembaga Keuangan
Sukawati dapat dilihat dari kasus yang terjadi pada LPD di Belaluan,

4
Singapadu Tengah, Sukawati pada tahun 2015. Kejaksaan menetapkan
Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Belaluan, Kabupaten Gianyar,
sebagai tersangka penggelapan uang nasabah senilai Rp700 juta
(bali.antaranews.com). LPD tersebut telah mengalami kemacetan dan bisa
dibilang mengalami kebangkrutan. Ini disebabkan karena diduga adanya
tindakan penyelewengan dana (korupsi) oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Lemahnya manajemen usaha, permodalan, hingga konflik internal
pengurus LPD bersangkutan adalah penyebab LPD mengalami kemacetan.
Semenjak ditemukannya kemacetan yang dialami LPD tersebut, pemerntah
sudah melakukan pembinaan dan berkoordinasi dengan BPD Bali bersama
BKS-LPD, LP-LPD. Namun upaya yang dilakukan itu gagal, LPD yang
mengalami kemacetan tersebut dibiarkan begitu saja sampai sekarang
(Desak Putu Rupadi, 2018). Melihat fenomena praktek korupsi di LPD
tersebut, maka dapat dilihat ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
praktek korupsi. Pertama, lemahnya kepemimpinan dan kedua,
penyimpangan tata kelola perusahaan.

Pengendalian intern yang efektif merupakan komponen penting


dalam manajemen keuangan dan menjadi dasar kegiatan operasional
keuangan yang sehat dan aman, membantu pengurus menjaga aset,
menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat
dipercaya, meningkatkan kepatuhan lembaga keuangan terhadap ketentuan
dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian Semakin efektif
pengendalian intern maka semakin dapat dicegah terjadinya kecurangan
dalam suatu perusahaan (Wulandari, 2018) . Salah satu resiko yang
dihadapi oleh perusahaan karena kegagalan dalam menerapkan
pengendalian intern yang efektif adalah resiko operasional. Ini berarti

5
bahwa ketika pengendalian intern tidak efektif, maka tindakan kecurangan
sangat mudah terjadi sehingga berdampak buruk pada perusahaan. Selain
itu pengendalian intern merupakan suatu proses untuk menilai kinerja
karyawan dengan memperhatikan kepuasan karyawan untuk bekerja dengan
maksimal dan mengurangi ketidakpuasan karyawan dalam bekerja yang
akan menimbulkan penyimpangan yang dilakukan karyawan seperti
penipuan, salah saji laporan keuangan, dan manipulasi keuangan sebagai
bentuk kecurangan.

Independensi adalah sikap tidak memihak, bebas dari benturan


kepentingan dan obyektif dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Independensi dalam audit artinya tidak memihak dan/atau menolak segala
bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam pelaksanaan tugasnya.
Independensi berpengaruh penting sebagai dasar utama agar auditor
dipercaya oleh masyarakat umum. Jika seorang auditor internal tidak dapat
bersikap independen, maka akan sulit dalam upaya mencegah terjadinya
Fraud. Independensi dalam profesi sangat dibutuhkan untuk menjaga
kualitas auditor. Independensi dalam hal ini adalah independensi dalam
pelaporan dimana menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(2017:16), Independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam
melaksanakan pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan
tidak dipengaruhi oleh siapapun. Pemeriksa juga harus objektif dan bebas
dari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam melaksanakan
tanggung jawab pfofesionalnya.
Profesionalisme merupakan salah satu motivasi seseorang untuk
memiliki kinerja yang tinggi. Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian,
dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas disertai prinsip kehati-
hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sawyer (Dewi Novita dan

6
Muhamad, 2018:120 ) mengungkapkan bahwa mendorong terbentuknya
sikap patuh terhadap standar profesional dan kode etik akan menimbulkan
intensi untuk melaporkan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi, dan
melaporkan masalah ada adanya. Apabila sikap profesionalisme ini telah
dimiliki oleh seorang auditor maka tindak kecurangan akan dapat dihindari.
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerja keras, serta kompetensi
yang memadai. Integritas merupakan suatu komitmen pribadi yang teguh
terhadap prinsip ideologi yang etis dan menjadi konsep diri yang
ditampilkan melalui perilakunya. Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan
Indonesia (Dewi Novita dan Muhamad, 2018:119) menjelaskan bahwa
untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, auditor harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat
integritas tinggi. Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang
dilandasi sikap jujur, berani bijaksana, dan bertanggung jawab untuk
membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan
keputusan yang handal.
Ketidakkonsistenan hasil dari penelitian sebelumnya diduga karena
adanya faktor lain yang dapat memperkuat maupun memperlemah pengaruh
independensi terhadap kecenderungan kecurangan. Pengendalian internal
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan usaha.
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personel lain, yang dibuat untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu
keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya terdapat perbedaan hasil
penelitian dari penelitian – penelitian sebelumnya, ditambah mengenai
variabel yang mempengaruhi maupun tidak mempengaruhi kecenderungan

7
kecurangan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya
dengan menggabungkan variabel-variabel dari penelitian sebelumnya dan
terjadi kesenjangan (research gap) yaitu pada variabel Pengendalian
Internal, Independensi, Profesionalisme dan Integritas sehingga dianggap
perlu melakukan penelitian kembali. Dipilihnya LPD Se-Kecamatan
Sukawati sebagai tempat penelitian karena di Kecamatan Sukawati masih
ada pegawai dalam mempertanggungjawabkan uang masyarakat,
melakukan tindakan-tindakan penyimpangan yang akan menurunkan
kepercayaan masyarakat kepada lembaga perkreditan desa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
ditentukan penelitian mengenai “Pengaruh Pengendalian Internal,
Independensi, Profesionalitas Dan Integritas Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se-Kecamatan
Sukawati”

8
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan


masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan?
2. Apakah Independensi berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan?
3. Apakah Profesionalisme berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan?
4. Apakah Integritas berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini


yaitu:
a. Untuk menguji secara empiris pengaruh Pengendalian Internal
terhadap Kecenderungan Kecurangan.
b. Untuk menguji secara empiris pengaruh Independensi terhadap
Kecenderungan Kecurangan.
c. Untuk menguji secara empiris pengaruh Profesionalisme terhadap
Kecenderungan Kecurangan.
d. Untuk menguji secara empiris pengaruh Integritas terhadap
Kecenderungan Kecurangan.

4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat yang dapat diperoleh secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian yaitu :

9
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk memperjelas variabel
Pengendalian Internal, Independensi, Profesionalisme dan Integritas
terhadap Kecenderungan Kecurangan di LPD se-Kecamatan
Sukawati.

b. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
 Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat
memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh, sekaligus dalam
menanggapi suatu kejadian, memberikan sumbangan
pemikiran serta pemecahanya.
 Menghasilkan bahan untuk menyelesaikan tugas
penelitian untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat guna mencapai gelar Sarjana Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Warmadewa.
2) Bagi Subyek Penelitian
Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan
informasi dan masukan yang berguna bagi
perusahaan/pemerintah, sehingga dapat menjadi pertimbangan
dalam menentukan kebijakan selanjutnya yang bisa menjadi
acuan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan.
3) Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa
Hasil penelitian ini merupakan sumbangan/tambahan di
perpustakaan serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa
yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah terkait.

10
B. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori

Pada landasan teori akan mengemukakan berbagai teori keagenan,


pengertian pengendalian internal, independensi, profesionalisme dan
integritas.
a. Pengendalian Internal
Istilah “ Pengendalian Intern” baru resmi digunakan IAI pada
tahun 2001. Sebelumnya istilah yang dipakai adalah sebagai berikut:
sistem pengendalian internal, sistem pengawasan internal, dan struktur
pengendalian internal. Pengendalian internal itu sendiri mempunyai
definisi yang berbeda sesuai dengan istilahnya pada masa itu, namun
dalam definisinya tujuan kurang lebih tetap sama. Menurut Mulyadi
(2017:129), “Sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang di koordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya kebijakan
manajemen”.
Sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur
yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak
bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan
dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif
membentuk pengendalian intern entitas tersebut. Tujuan sistem
pengendalian internal menurut Mulyadi (2017:129) adalah “menjaga
aset organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi,
mendorong efesiensi, dan mendorong kepatuhan kebijakan
manajemen”.

11
Menurut COSO (Committee of sponsoring organization) Christian,
dkk (2018) pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu
sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian merupakan pentingnya pengendalian
yang ada di organisasi meliputi sikap para manajemen dan
karyawan.
2) Penilaian Risiko (Risk Assestments)
Risiko yang dimiliki organisasi yaitu ada dalam suatu aktivitas,
baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis maupun non bisnis.

3) Prosedur Pengendalian (Control Activities)


Untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah
atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan perlu
ditetapkan prosedur pengendalian dalam menstandarisasi kinerja.

4) Pemantauan (Monitoring)
Untuk menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas
pengendalian perlu dilakukan pemantauan pengendalian internal.
Pengendalian internal dapat di monitor secara efektif melalui
penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen.

5) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Informasi dan komunikasi merupakan unsur-unsur yang
penting dari pengendalian internal perusahaan. Manajemen perlu
mengetahui tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
prosedur pengendalian, dan pemantauan untuk dijadikan sebagai
pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan
hukum serta peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.

12
b. Independensi
Independensi adalah sikap seseorang yang mampu berpegang
pada pendiriannya yang tidak tunduk pada kepentingan pribadi
maupun kepentingan pihak lain yang berusaha untuk menekan.
Auditor tidak boleh berkompromi dalam memberikan pertimbangan
profesionalnya karena kepentingan tertentu. Hal tersebut mengarahkan
auditor untuk bersikap objektif dalam pekerjaan audit yang dilakukan
dan melaporkan hasil audit dengan tingkat independensi yang tinggi
(Santoso, dkk 2020). Meskipun dalam melaksanakan tugasnya,
seorang auditor internal berada pada suatu perusahaan tertentu dan
menemukan adanya kecurangan maka harus tetap dilaporkan. Namun,
apabila seorang auditor internal tersebut menutupi kecurangan yang
terjadi bahkan tidak melaporkannya maka auditor tersebut telah
kehilangan sikap independen.
Yang bisa dikatakan bahwa sikap independen ini merupakan
salah satu hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang auditor
internal dalam mempertahankan kebebasan berpendapat. Independensi
sendiri juga merupakan suatu tujuan yang harus selalu diupayakan.
Selain itu, independensi juga merupakan kejujuran yang terdapat
dalam seorang auditor dalam rangka mempertimbangkan fakta yang
objektif dan tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.

c. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan sebuah tanggung jawab pribadi
dalam berperilaku untuk menjadi lebih baik dari sekedar mematuhi
undang-undang dan peraturan yang ada di masyarakat (Christine dan
David, 2020). Salah satu syarat utama yang harus dimiliki oleh

13
seorang auditor internal yaitu sikap profesionalisme. Dengan
profesionalisme yang tinggi maka kebebasan seorang auditor akan
semakin terjamin. Tingkat profesionalisme seorang auditor internal
dapat diukur dengan melakukan evaluasi kerja.
Sikap profesionalisme auditor yang tinggi dapat mencegah
terjadinya kecurangan yang mungkin saja terjadi, meskipun dalam
mendeteksi kecurangan, tidak semua hal mengenai kecurangan dapat
diungkapkan oleh seorang auditor internal. Hal yang menjadi alasan
seorang auditor tidak dapat selalu megungkapkan kecurangan yaitu
misalnya ancaman, mutasi jabatan hingga pemecatan. Apabila seorang
auditor internal dapat bersikap profesional, maka terjadinya
kecurangan dapat dicegah. Dengan begitu tingkat kepercayaan yang
diberikan kepada auditor internal juga semakin meningkat. (Christine
dan David, 2020).

d. Integritas
Novita Dewi, dkk (2020) Mengemukakan bahwa integritasl
adalahl suatul komitmenl pribadil yangl teguh terhadapl prinsip
ideologi yangl etis danlmenjadil bagian daril konsep diri yangl
ditampilkan melaluilprilakunya. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan public dan merupakan patokan bagi anggota
dalam menguji semua keputusannya.
Integritas berpengaruh dalam mencegah kecurangan, resiko
kecurangan dapat dicegah dengan adanya sikap integritas aparatur
desa karena integritas berkaitan dengan kejujuran dan tanggung jawab.
Apabila aparatur desa memiliki sikap integritas tinggi, maka aparat
desa tersebut telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan etika (Rai
Eldayanti, dkk 2020).

14
e. Kecurangan
Kecurangan atau Fraud merupakan suatu kesalahan yang
dilakukan secara sengaja. Dalam lingkup akuntansi, konsep
kecurangan merupakan penyimpangan atau penyelewengan dari
prosedur akuntansi yang diterapkan dalam suatu entitas,
penyimpangan ini tentunya akan memberikan dampak yang buruk
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Menurut (IAI, 2001) dalam Udayani dan Sari (2017)
menjelaskan bahwa, kecurangan akuntansi sebagai (1) salah saji yang
timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan yaitu salah saji atau
penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk mengelabui para pemakai laporan keuangan (2) salah
saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut sebagai penyalahgunaan atau penggelapan)
berkaitan dengan pencurian tidak disajikan sesuai dengan aktiva
entitas yang berakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.
Kecurangan berkenaan dengan adanya keuntungan yang
diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur
tak terduga, tipu daya, licik, dan tidak jujur yang merugikan orang
lain. Kecurangan (fraud) juga perlu dibedakan dengan kekeliruan
(error). Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya
salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak
disengaja.

15
Menurut Profesor Haryono Umar (2017:239-281) penyebab
penyimpangan dalam korupsi ada 3 unsur. Salah satunya yang dikenal
dengan istilah Segitiga Penyimpangan (Fraud Triangle) yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity) dan pembenaran atas tindakan
(rationalization).
a) Tekanan (Pressure), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan
untuk melakukan Fraud. Tekanan dapat mencakup hampir
semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-
lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Terdapat empat
jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat
mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability, external
pressure, personal financial need, dan financial targets.
b) Kesempatan (Opportunity), yaitu situasi yang membuka
kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.
Biasanya terjadi karena pengendalian internal perusahaan yang
lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan
wewenang. Opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan diminimalisir melalui penerapan proses,
prosedur, dan upaya deteksi dini terhadap kecurangan (Fraud).
c) Rasionalisasi (Rationalization), yaitu adanya sikap, karakter,
atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-
pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau
orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup
menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan
kecurangan (Fraud). Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang
paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing)
aset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk
membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

16
f. Kecenderungan Kecurangan
Kecenderungan kecurangan (fraud) dapat didefinisikan sebagai
suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum (Ilegal Acts)
yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya
menipu atau memberikan gambaran yang keliru (mislead) untuk
keuntungan pribadi/kelompok secara tidak fair, baik secara langsung
maupun tidak langsung merugikan pihak lain (Mantinaf, 2020).
a) Risk Analysis. Desain kebijakan anti korupsi harus diawali
dengan melakukan analisa apa saja pola korupsi yang
mungkin terjadi. Kemudian ditindaklanjuti dengan desain
program anti korupsi yang sejalan dengan analisa tersebut.
b) Implementasi. Melakukan sosialisasi kebijakan anti
korupsi, pelatihan anti korupsi, dan evaluasi proses bisnis
untuk menghindari korupsi.
c) Sanksi. Harus ada sosialisasi kepada seluruh karyawan
mengenai sangsi atas korupsi. Sangsi itu dapat berupa
pengurangan kompensasi, tidak naik jabatan, atau bahkan
pemecatan dan/atau proses hukum.
d) Monitoring. Melakukan evaluasi program anti korupsi
secara berkala dan mengambil langkah perbaikan secara
terus menerus.

17
2. Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penelitian pertama dilakukan oleh Dewi Novita Wulandari dan


Muhammad Nuryanto pada tahun 2018 dengan judul “Pengaruh Pengendalian
Internal, Kesadaran Anti-Fraud, Integritas, Independensi, dan
Profesionalisme Terhadap Kecenderungan Kecurangan”. Penelitian ini
menggunakan Variabel Dependen (Y): Kecenderungan Kecurangan dan
Variabel Independen (X): pengendalian internal (X1), kesadaran anti-Fraud
(X2), intregritas (X3), independensi (X4), profesionalisme (X5).

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh


pengendalian internal, kesadaran anti-fraud, integritas, independensi dan
professionalisme terhadap kecenderungan kecurangan. Data diperoleh melalui
penyebaran kuesioner pada auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia yang berada pada unit kerja Auditorat Utama Keuangan Negara I,
V, dan VII. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 149 responden. Metode
penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling, sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
Pengendalian, Integritas, Independensi, dan Profesionalisme berpengaruh
positif terhadap kecenderungan kecurangan. Sedangkan Kesadaran Anti-
Fraud tidak berpengaruh positif terhadap Kecenderungan Kecurangan.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Ni Kadek Eldayanti, Sang Ayu


Putu Arie Indraswarawati dan Ni Wayan Yuniasih pada tahun 2020 dengan
judul “Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Sistem Pengendalian Internal,
Integritas Dan Akuntabilitas Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Dalam Pengelolaan Keuangan Desa”. Penelitian ini menggunakan Variabel
Dependen (Y) Kecenderungan Kecurangan dan Variabel Independen (X) ;

18
Kompetensi Aparatur Desa (X1), Sistem Pengendalian Internal (X2),
Integritas (X3), Akuntabilitas (X4).
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kompetensi aparatur desa, sistem pengendalian internal, integritas dan
akuntabilitas terhadap ecenderunganl kecurangan (fraud) dalam pengelolaan
keuangan desa. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner pada seluruh
aparatur desa yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan desa di
Kecamatan Susut Kabupaten Bangli yang terdiri dari 9 desa. Jumlah sampel
yang diperoleh sebanyak 69 responden. Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dan purposive
sampling, sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
Kompetensi, Pengendalian Internal dan Integritas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan. Sedangkan Akuntabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kecenderungan Kecurangan
(Fraud) dalam Pengelolaan Keuangan Desa.

Penelitian ketiga dilakukan oleh I Komang Angga Saputra, I Wayan


Sudiana dan I Putu Deddy Satmika Putra pada tahun 2020 dengan judul
“Pengaruh Independensi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Dengan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Moderasi Pada
Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Se-Kecamatan Ubud”. Penelitian ini
menggunakan Variabel Dependen (Y) Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
dan Variabel Independen (X1) Independensi dengan system Pengendalian
Internal (X2) sebagai variabel moderasi pada LPD se-Kecamatan Ubud.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh independensi
terhadap kecenderungan kecurangan dengan system pengendalian internal
sebagai moderasi. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada seluruh
kepala badan pengawas dan seluruh karyawan LPD sebanyak 382 pegawai

19
dari 32 LPD di Kecamatan Ubud. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak
124 responden. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, sehingga menghasilkan sampel sebanyak 124
orang dari 32 LPD. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan
Analisis Regresi Termoderasi (MRA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Kemandirian tidak berpengaruh signifikan terhadap Kecenderungan Fraud
dengan koefisien parameter nilai 0,048 dengan tingkat signifikansi 0,564 >
0,05. Dan yang mandiri interaksi dengan sistem pengendalian internal adalah
positif dan signifikan terhadap kecenderungan fraud dengan nilai koefisien
parameter sebesar 0.116 dengan tingkat signifikansi 0,018 < 0,05.

Penelitian keempat dilakukan oleh Ni Wayan Murti, Edy Sujana dan


Putu Sukma Kurniawan pada tahun 2018 dengan judul “Pengaruh Sistem
Pengendalian Internal, Profesionalisme Badan Pengawas, Moralitas Individu,
dan Keadilan Prosedural Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) pada
LPD se-Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Penelitian ini menggunakan
Variabel Dependen (Y) : Kecenderungan Kecurangan (Fraud) dan Variabel
Independen ; Pengendalian Internal (X1), Profesionalisme Badan Pengawas
(X2), Moralitas Individu (X3), dan Keadilan Prosedural (X4). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal, profesionalisme
badan pengawas, moralitas individu dan keadilan procedural terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Penelitian ini dilakukan pada LPD di Kecamatan Susut, Kabupaten
Bangli yang memiliki jumlah karyawan sebanyak 280 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purpose sampling dengan total jumlah
responden sebanyak 140 responden. Metode penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan data primer yang diperoleh dari data
kuesioner yang diukur menggunakan metode penelitian skala likert. Teknik
analisis data yang digunakan adalah uji t dengan program SPSS 24.0 for

20
Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; system pengendalian
internal, profesionalisme badan pengawas, moralitas individu, dan keadilan
prosedural berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).

Penelitian kelima dilakukan oleh Christine Lie Wijaya dan David


Adechandra pada tahun 2020 dengan judul “Pengaruh Profesionalisme dan
Independensi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Dengan Iklim Etika-
Egiosme Sebagai Variabel Moderasi”. Penelitian ini menggunakan Variabel
Dependen (Y) : Kecenderungan Kecurangan dan Variabel Independen (X) ;
Profesionalisme (X1), dan Independensi (X2).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profesionalisme
dan independensi terhadap kecenderungan kecurangan dengan menggunakan
variabel moderasi yaitu iklim etika-egoisme. Data diperoleh dari karyawan di
PT. X yang bergerak di bidang farmasi. Sampel yang didapatkan berdasarkan
metode saturation sampling yaitu 60 sampel. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap kecenderungan
kecurangan, sedangkan independensi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan.

21
3) Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pengendalian Internal, Independensi, Profesionalisme,dan Integritas
Terhadap Kecenderungan Kecurangan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Se-kecamatan Sukawati

Penelitian Terdahulu
Landasan Teori 1. Dewi Novita Wulandari &
Muhammad Nuryanto (2018)
1. Teori Keagenan Fenomena : 2. Ni Kadek Rai Eldayanti, dkk
2. Pengendalian Internal Kasus korupsi (2020)
3. Independensi yang menyebabkan 3. I Komang Angga Saputra, I
4. Profesionalisme kebangkrutan LPD Banjar Wayan Sudiana, dkk (2020)
5. Integritas Belaluan, Singapadu 4. Ni Wayan Murti, Edy Sujana
6. Kecuranagan Tengah
& Putu Sukma (2018)
7. Pencegahan 5. Christine Lie Wijaya & David
Kecurangan Adechandra (2020)

Hipotesis :
H1: Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H2: Independensi berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H3: Profesionalisme berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan
H4: Integritas berpengaruh terhadap Pencegahan Kecurangan

Teknik Analisis Data :


Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil Analisis dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

22
4) Kerangka Konsep

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif. Sugiyono (2016) menyatakan
bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji Pengendalian
Internal, Independensi, Profesionalisme dan Integritas pada Kecenderungan
Kecurangan. Gambar 2 menjelaskan tentang hubungan variabel independen
dengan variabel dependennya.

Gambar 2
Kerangka Konsep

Pengaruh Pengendalian Internal, Independensi, Profesionalisme, Dan Integritas Terhadap


Kecenderungan Kecurangan Pada Lembaga Perkreditan Desa Se-Kecamatan Sukawati

Pengendalian Internal

(X1)

Independensi

(X2)
Pencegahan Kecurangan

Profesionalisme (Y)

(X3)

Integritas

(X4)

23
5) Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018:63). Berdasarkan landasan teori, tinjauan
pustaka dan publikasi penelitian terdahulu maka perumusan hipotesis dalam
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Kecenderungan


Kecurangan.
Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur
untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan)
Hukum/Undang-Undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau
dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan (Hery
2016:159). Pengendalian internal dilakukan untuk memantau apakah
kegiatan operasional maupun financial perusahaan telah berjalan sesuai
dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Novita Wulandari dan
Muhammad Nuryatno (2018) yang meneliti mengenai pengaruh
pengendalian internal, kesadaran anti-fraud, integritas, independensi, dan
profesionalisme terhadap kecenderungan kecurangan memperoleh hasil
bahwa pengendalian internal, integritas, independensi, dan profesionalisme
berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Sedangkan
kesadaran anti fraud tidak berpengaruh positif terhadap kecenderungan
kecurangan. Hasil penelitian Rai Eldayanti, dkk (2020) yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh pengendalian internal dengan kecenderungan

24
kecurangan akuntansi. Angga Saputra, dkk (2020) menyatakan bahwa
efektivitas pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian dari Murti, dkk (2018)
menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh negative
signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, artinya semakin
efektif pengendalian internal perusahaan, semakin rendahnya kecenderungan
kecurangan akuntansi perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis pertama yang akan
diuji yaitu:
H1 : Pengendalian Internal berpengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan.

2. Pengaruh Independensi terhadap Kecenderungan Kecurangan.


Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja
dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Lembaga Keuangan,
nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Lembaga Keuangan
sehingga mengakibatkan nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau
pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung (PJOK, 2019) . Independensi adalah sikap tidak memihak,
bebas dari benturan kepentingan dan obyektif dalam melaksanakan suatu
pekerjaan. Independensi dalam audit artinya tidak memihak dan/atau menolak
segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam pelaksanaan
tugasnya. Independensi berpengaruh penting sebagai dasar utama agar auditor
dipercaya oleh masyarakat umum. Jika seorang auditor internal tidak dapat
bersikap independen, maka akan sulit dalam upaya mencegah terjadinya
fraud.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Novita Wulandari dan


Muhammad Nuryatno (2018) yang meneliti mengenai pengaruh pengendalian

25
internal, kesadaran anti-fraud, integritas, independensi, dan profesionalisme
terhadap kecenderungan kecurangan memperoleh hasil bahwa Pengendalian
Internal, Integritas, Independensi, dan Profesionalisme berpengaruh positif
terhadap Kecenderungan Kecurangan. Sedangkan Kesadaran Anti fraud tidak
berpengaruh positif terhadap Kecenderungan Kecurangan. Penelitian Angga,
dkk (2020) memperoleh hasil bahwa Independensi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan, sedangkan penelitian dari Christine dan David
(2020) menyatakan bahwa Independensi memiliki dampak negative terhadap
kecenderungan kecurangan . Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesis kedua yang akan diuji yaitu:
H2 : Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap Kecenderungan
Kecurangan.

3. Pengaruh Profesionalisme terhadap Kecenderungan Kecurangan


Profesionalisme kerja adalah hal dasar dalam meningkatkan pelayanan
publik, maka setiap aparatur pemerintah dituntut untuk senantiasa
meningkatkan profesionalismenya Muhammad Ikbal, (2019). Seseorang
dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria yang telah ditentukan, yaitu
mempunyai keahlian yang cukup untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya. Teori ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Novita Dewi
dan Muhamad (2018), serta Christine dan David (2020).
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme badan
pengawas berpengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan.
Penelitian Murti, dkk (2018) menunjukkan bahwa profesionalisme auditor
berpengaruh negative terhadap kecenderungan kecurangan. Seorang auditor
yang profesional harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang sesuai
standar yang berlaku dan bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab serta mematuhi etika profesi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh
karena itu auditor harus menerapkan dan menjunjung tinggi sifat

26
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H3 : Profesionalisme berpengaruh positif signifikan terhadap
Kecenderungan Kecurangan.

4. Pengaruh Integritas terhadap Kecenderungan Kecurangan


Teori yang digunakan untuk variabel integritas yaitu teori motivasi
yang menjelaskan bahwa kekuatan seorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik dari
dalam diri maupun dari luar individu. Integritas ditunjukkan oleh kesesuaian
antara nilai-nilai yang dipegang dan kebiasaan kesesuaian antara perkataan
dan perbuatan dan kesesuaian antara ungkapan dan perasaan. Integritas sangat
diperlukan untuk membangun rasa saling percaya dalam sebuah lembaga
keuangan. Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para
bawahannya sehingga semangatnya tersebut berpengaruh pada anggotanya
untuk lebih energik. Jadi teori motivasi dalam kaitannya dengan integritas
pada kecenderungan kecurangan adalah dapat menentukan berhasil atau
tidaknya tujuan yang diinginkan.
Hasil penelitian Dewi Novita dan Muhammad (2018) menyatakan
bahwa semakin baik integritas pegawai, maka semakin positif pengaruhnya
terhadap kecenderungan kecurangan. Kemudian hasil penelitian Rai
Eldayanti, dkk (2020) menyatakan bahwa integritas tidak berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan. Dapat disimpulkan adanya hubungan
antara integritas dengan kecenderungan kecurangan, bahwa seorang auditor
memiliki sikap integritas tinggi maka auditor tersebut telah melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan etika. Bedasarkan teori dan hasil penelitian diatas,
maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H4 : Integritas berpengaruh positif signifikan terhadap Kecenderungan
Kecurangan.

27
C. Metode Penelitian

1. Tempat dan Objek Penelitian


a. Tempat penelitian
Lokasi penelitian dilakukan diseluruh Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) Se-Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. LPD
Sukawati dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan kebanyakan
masyarakat di Sukawati bergerak didalam usaha perdagangan
maupun usaha keluarga, sehingga LPD sebagai lembaga keuangan
yang berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana serta
membantu masalah permodalan didalam membangun usaha.
b. Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 38), objek penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian dari
penelitian ini adalah Lembaga Perkreditan Desa yang terdapat di
wilayah Kecamatan Sukawati, Gianyar. Objek penelitian di LPD
Sukawati dipilih karena Sukawati merupakan daerah yang
ekonominya bergantung terhadap usaha perdagangan maupun usaha
keluarga serta tempat – tempat wisata di dalamnya. Kini, keberadaan
LPD di wilayah Kecamatan Sukawati memberikan manfaat utama
dalam meningkatkan perekonomian, terutama dalam membantu
masyarakat di wilayah Kecamatan Sukawati untuk modal usaha bagi
masyarakat golongan ekonomi rendah yang bergerak dalam usaha
perdagangan. LPD di wilayah Kecamatan Sukawati telah tersebar di
setiap desa, yaitu dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

28
Tabel 2
Penyebaran LPD di Wilayah Kecamatan Sukawati Menurut Desa
Tahun 2018 – 2020
No Desa Jumlah LPD
1 Batubulan 5
2 Batuan 2
3 Celuk 2
4 Guwang 2
5 Kemenuh 5
6 Ketewel 2
7 Sakah 2
8 Sukawati 4
9 Singapadu 1
10 Singapadu Tengah 5
11 Singapadu Kaler 3
Sumber : Diolah Peneliti (2021)

2. Populasi dan Metode Penentuan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek
dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017:80). Adapun populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah badan pengawas dan seluruh
karyawan LPD yang berjumlah 396 dari 33 LPD di Kecamatan
Sukawati.

29
b. Metode Penentuan Sampel
Sugiyono (2018 : 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul reprensentatif (mewakili). Pengukuran
sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel
yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purpose sampling, yaitu metode
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan
pada kepentingan atau tujuan penelitian, Sugiyono (2018:81).
Mengacu pada pertanyaan tersebut, mengingat populasi dalam
penelitian hanya 132 Orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel.
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 132 orang. Adapun kriteria sampel di penelitian ini yaitu :
1. Karyawan yang terkait dengan sistem pengendalian internal
seperti ; badan pengawas, sekretaris, dan pimpinan di LPD
Se-Kecamatan Sukawati.
2. Karyawan yang sudah bekerja diatas 1 tahun. Alasannya
bahwa karyawan yang bekerja lebih dari 1 tahun di suatu
perusahaan telah memiliki pengalaman yang cukup tentang
iklim organisasi yang tercipta pada perusahaan.
Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang diambil
selama 3 tahun pengamatan adalah 33 LPD di Kecamatan Sukawati.
Berikut daftar LPD yang dijadikan sampel dalam penelitian ini antara
lain :

30
Tabel 3
Daftar Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Sukawati
No Nama LPD No Nama LPD
1 LPD Desa Pekraman Batuaji 18 LPD Desa Pekraman Kutri Singapadu
2 LPD Desa Pekraman Batuan 19 LPD Desa Pekraman Lantangidung
3 LPD Desa Pekraman Batuyang 20 LPD Desa Pekraman Lembeng
4 LPD Desa Pekraman Belaluan 21 LPD Desa Pekraman Negara
5 LPD Desa Pekraman Blang Kaler 22 LPD Desa Pekraman Negari
6 LPD Desa Pekraman Blangsamu 23 LPD Desa Pekraman Rangkan
7 LPD Desa Pekraman Celuk 24 LPD Desa Pekraman Silakarang
8 LPD Desa Pekraman Cemenggaon 25 LPD Desa Pekraman Singapadu
9 LPD Desa Pekraman Dlod Tukad 26 LPD Desa Pekraman Sukawati
10 LPD Desa Pekraman Ganggangan Canggi 27 LPD Desa Pekraman Sumampan
11 LPD Desa Pekraman Gerih 28 LPD Desa Pekraman Tangsub
12 LPD Desa Pekraman Griya Kutri 29 LPD Desa Pekraman Tegal Tamu
13 LPD Desa Pekraman Guwang 30 LPD Desa Pekraman Tegenungan
14 LPD Desa Pekraman Jero Kuta 31 LPD Desa Pekraman Tengkulak Kaja
15 LPD Desa Pekraman Kebon Singapadu 32 LPD Desa Pekraman Tengkulak Klod
16 LPD Desa Pekraman Kemenuh 33 LPD Desa Pekraman Tengkulak Tengah
17 LPD Desa Pekraman Ketewel
Sumber : LPLPD Kabupaten Gianyar (2021)

3. Identifikasi variabel

Dalam penelitian ini ada dua jenis variabel penelitian yang


akan diukur yaitu 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang tidak


dipengaruhi oleh variabel lainnya dimana yang menjadi variabel

31
bebas penelitian ini adalah pengendalian internal (X1), independensi
(X2), profesionalisme (X3) dan integritas (X4).

b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang


dipengaruhi oleh variabel lainnya, yaitu kecenderungan kecurangan
(Y).

4. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel penelitian merupakan penentuan
construct dengan berbagai nilai untuk memberikan gambaran
mengenai fenomena sehingga dapat diukur. Berdasarkan pokok
permasalahan yang diteliti, terdapat beberapa variabel yang dianalisis
dalam penelitian ini yaitu :

a. Pengendalian Internal
Pengendalian internal dalam suatu organisasi dapat
mempengaruhi kinerja karyawan karena target prestasi kerja yang
telah ditetapkan akan tercapai apabila terdapat pengendalian
didalamnya. Namun pengendalian internal tidak selamanya berjalan
dengan baik sesuai dengan target yang ditentukan suatu organisasi.
Menurut Taradipa (2017) menyatakan “Pengendalian internal dapat
tidak berjalan karena kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti
kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana, adanya kolusi
antara dua orang atau lebih manajemen mengesampingkan
pengendalian internal dan faktor lain seperti biaya pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian tersebut”. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima
indicator dan diukur dengan skala likert 5 poin. Lima indikator
tersebut adalah (a) lingkungan pengendalian, (b) penaksiran risiko, (c)

32
aktivitas pengendalian, (d) informasi dan komunikasi dan (e)
pemantauan.

b. Independensi
Independensi merupakan sikap yang harus dimiliki oleh
auditor dimana auditor memiliki kebebasan dari pengaruh
instruksi/pengarahan, atau control didalam melaksanaan pengujian,
evaluasi hasil pemeriksaan , dan penyusunan laporan audit (Vera
Karunia, 2019). Tidak mudah dipengaruhi dan tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapa pun. Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor’ (SPAP: PSA No. 04). Variabel ini
diukur dengan menggunakan dua indicator.Dua indikator tersebut
adalah (a) independensi dalam fakta (b) independensi dalam
penampilan.

c. Profesionalisme
Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang
dan tingkatannya masing-masing (Sya’bani, 2018:23). Dapat
disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan perilaku setiap
individu dalam menjalankan sebuah profesi yang memiliki
kemampuan dan keahlian untuk menjalankan sebuah bidang/jabatan
dan memiliki tanggung jawab. Variabel ini diukur dengan
menggunakan 3 indikator yaitu (a) kewajiban (b) kemandirian dan (c)
keyakinan terhadap peraturan profesi.

33
d. Integritas
Integritas merupakan sebuah konsep yang menekankan adanya
kesesuaian tindakan seseorang dengan prinsip atau nilai tertentu yang
dipilihnya. Integritas meliputi komitmen seseorang terhadap suatu
prinsip masyarakat atau organisasi dimana seseorang berbeda. Dalam
sudut pandang ini ketika berbicara tentang integritas maka kita
berbicara tentang menjadi orang yang utuh, terpadu, seluruh bagian
diri kita yang berlainan bekerja sama dan berfungsi sesuai rancangan
untuk tetap komitmen terhadap nilai atau prinsip yang dianut dalam
masyarakat atau organisasi.
Menurut Tedi Rustendi (2017), dalam standar audit dan kode
etik auditor internal sangat diperlukan aturan pelaksanaan yang jelas
terkait integritas, yaitu berkenaan dengan kejujuran, sikap bertanggung
jawab, bekerja dengan sepenuh hati, memberikan manfaat, serta
kepatuhan kepada ketentuan hukum dan regulasi.Variabel ini diukur
dengan menggunakan 5 indikator yaitu (a) jujur, (b) bertanggung
jawab, (c) bekerja dengan sepenuh hati, (d) bermanfaat, (e) patuh
dengan ketentuan hukum. Sumber : Hanni Latifah (2019).

e. Kecenderungan Kecurangan
Definisi yang dikemukakan oleh W. Steve Albrechdan Chad D
(S Laeliyah, 2017) . Menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu
pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat digunakan
dengan cara kekerasan oleh seorang untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain melalui perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat
definisi atau aturan yang dapat digunakan sebagai suatu pengertian
umum dalam mengartikan kecurangan yang meliputi cara yang
mengandung sifat mendadak, menipu, cerdik dan tidak jujur yang
digunakan untuk mengelabuhi seseorang. Satu-satunya batasan untuk

34
mengetahui pengertian diatas adalah yang membatasi sifat
ketidakjujuran manusia.
Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan
pengendalian internal.Selain itu, fraud dapat dicegah dengan adanya
kesadaran setiap individu. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk pencegahan fraud, yaitu: Risk Analysis, Implementasi,
Sanksi, Monitoring. Variabel ini diukur dengan menggunakan 7
indikator. Indikator tersebut terdiri dari; (a) ciptakan kejujuran,
keterbukaan, dan saling membantu; (b) proses rekruitmen yang jujur;
(c) fraud awareness; (d) lingkungan kerja yang positif; (e) kode etik
yang jelas, mudah dimengerti, dan ditaati; (f) program bantuan kepada
pegawai yang mendapat kesulitan; (g) adanya sanksi terhadap segala
bentuk kecurangan. Sumber : S Laeliyah (2017).

5. Jenis Dan Sumber Data


Adapun jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
a. Jenis data berdasarkan sifatnya:
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat dinyatakan
dalam bentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan
(Sugiyono, 2017:9). Dalam penelitian ini data kuantitatif yang
diperoleh berupa hasil jawaban kuesioner yang telah diberi
skor dengan bantuan skala likert yang diangkakan dari masing
– masing responden pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
yang ada di Kecamatan Sukawati.

35
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk
kata, kalimat, dan skema gambar (Sugiyono, 2017:9). Data
kualitatif dalam penelitian ini berupa struktur organisasi
secara umum, badan pengawas dan laporan keuangan dari
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di Kecamatan
Sukawati.

b. Jenis data berdasarkan sumbernya:


1) Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang
diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber
data primer adalah responden individu, kelompok fokus,
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika koesioner
disebarkan kepada responden secara langsung.

2) Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara, seperti seseorang atau
dokumen (Sugiyono, 2017:12). Data sekunder ini merupakan
data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti
buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu bank.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:

36
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara memperoleh
data yang akurat dengan jalan mengadakan pengamatan langsung
ke objek penelitian, dalam hal ini adalah LPD Se-Kecamatan
Sukawati.

b. Wawancara (Interview)
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal
mendalam yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono,
2017:137). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
bertujuan memperoleh informasi mengenai jumlah staff pada
masing-masing LPD yang berada di Kecamatan Sukawati.

c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam
bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya atau
mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto-foto
atau karya tulis. Data yang diperoleh dari metode pengumpulan
data dengan dokumentasi, yaitu berupa daftar nama LPD dan
jumlah karyawan.

37
d. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2018:142) angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Jawaban responden diukur dengan
menggunakan skala interval (likert), yaitu pilihan jawaban
responden dengan diberikan skor dengan skala 1-5.
Adapun kriteria penentuan skor untuk masing-masing item
pertanyaan adalah sebagai berikut:
1) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2) Tidak Setuju (TS) diberi skor
3) Kurang Setuju (KS) diberi skor
4) Setuju (S) diberi skor
5) Sangat Setuju (SS) diberi skor
6) Teknik analisis data

7. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengolah data penelitian dan menggunakan presos penyederhanaan data
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Sugiyono,
2017). Dalam menganalisis data maka analisis yang dipergunakan untuk
pemecahan masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut:

f. Regresi Linear Berganda


Regresi linear berganda digunakan untuk penelitian yang
memiliki lebih dari satu variabel independen. Menurut Ghozali (2018),
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah dan
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Hasil dari analisis regresi linear berganda akan menguji

38
seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas,
leverage, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.

Persamaan regresi linier berganda biasanya dinyatakan dalam


bentuk formula sebagai berikut:
Y = α - β1 . X1 - β2 . X2 - β3 . X3 - β4 . X4 - ε
Keterangan :
Y = CETR
α = Konstanta
β1-4 = Koefisien Regresi
X1 = Kepemilikan Institusional
X2 = Profitabilitas
X3 = Leverage
X4 = Ukuran Perusahaan
ε = error (Kesalahan)

g. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala
normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam
penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji statistik dengan Kolmogorov-
Smirnov (Ghozali, 2018). Dasar pengambilan keputusan dengan
menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah :
• Jika signifikansi ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.
• Jika signifikansi ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

39
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika
nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 dapat
dikatakan dalam data tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali,
2018).

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018). Metode yang digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
melalui pengujian dengan menggunakan Scatter Plot. Dasar
analisisnya sebagai berikut:
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.

40
• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dandi bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.

h. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukan ke dalam model penelitian. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan adjusted R2 saat mengevaluasi
mana model regresi terbaik. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model
penelitian (Ghozali, 2018).

i. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan
semua variabel bebas dimasukkan dalam model yang memiliki
pengaruh secara bersama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2018:98).
Kriteria pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai
signifikansi<0,05 artinya model penelitian layak digunakan dan jika
nilai signifikansi>0,05 artinya model penelitian tidak layak digunakan.

41
j. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menguji apakah variabel independen
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2018). Pengujian menggunakan signifikansi level 0,05 (α =
5%). Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. ≤ 0,05 maka dikatakan signifikan. Harus dilihat terlebih
dahulu nilai koefisien regresinya, jika arahnya sesuai dengan arah
hipotesis maka dapat dikatakan Ha diterima.
b. Jika nilai sig. > 0,05 maka dikatakan tidak signifikan. Artinya Ha
ditolak sehingga tidak ada pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.

42
I. Sistematika Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran mengenai penelitian ini, maka
penyajiannya akan disusun menjadi beberapa bab secara sistematis sehingga
antara satu bab dengan bab yang lainnya memiliki hubungan yang erat.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB I merupakan bab yang menjelaskan mengenai latar


belakang masalah yang dipergunakan kemudian diikuti dengan
perumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, kegunaan
dari penelitian ini, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II merupakan bab yang berisikan mengenai teori-teori


yang berkaitan dengan pembahasan yang dilakukan pada
penelitian ini, yaitu kompensasi finansial, stress kerja, disiplin
kerja, kinerja pegawai, publikasi penelitian sebelumnya,
kerangka pemikiran, kerangka konseptual dan hipotesis.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III merupakan bab yang menjelaskan mengenai metode


penelitian yang berisikan tentang objek penelitian, identifikasi
variabel, definisi operasional variabel, jenis data, metode
penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik
analisis data.

BAB IV GAMBAR UMUM TEMPAT PENELITIAN

43
BAB IV berisi tentang uraian gambaran umum tempat
penelitian yang menyangkut sejarah singkat berdirinya
perusahaan/instuisi, visi dan misi perusahaan, struktur
organisasi dan uraian tugas masing-masing jabatan
didalamnya, produk perusahaan dan sejarah perusahaan yang
dijadikan sampel.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisis


data, interpretasi, hasil dan argumentasi terhadap hasil
penelitian. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji
normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas. Setelah semua
uji terpenuhi, baru dilakukan uji hipotesis.

BAB VI PENUTUP

BAB VI berisi tentang simpulan dari penelitian yang


menjawab seluruh pertanyaan penelitian, keterbatasan
penelitian serta saran yang nantinya dapat dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian selanjutnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Hartan, T. H., & Waluyo, I. 2017. Pengaruh Skeptisme Profesional,


Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi,
4(3)

Agnes Nur, Chery Elga, Novita Sari, Rizky & Suripto 2020. Pengaruh
Kompetensi, Independensi Dan Integritas Terhadap Kualitas
Audit. Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Pamulang.

Udayani dan Sari. (2017). Pengaruh Pengendalian Internal Dan Moralitas


Individu Pada Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Vol.18.3. Maret (2017): 1774-
1799.

Matin & Fuad, Nurhattati. 2017. Manajemen Sarana dan Prasarana


Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyadi. 2017. Sistem Akuntansi. Edisi 4, Penerbit Salemba Empat.

Mantinaf. 2020. Upaya Mendeteksi Kecurangan Fraud. Paper


dipresentasikan dalam Konferensi Akuntansi Forensik dan Audit
Investigatif ke-1. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Muslim Indonesia.

45
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia No. 39 (2019) : Penerapan Strategi
Anti Fraud Bagi Bank Umum.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Hanni Latifah Kholbi. 2019. Pengaruh Integritas, Objektivitas, Dan


Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Latrini, Made Yeni, Aditya Prastika. 2018. Pengaruh Pengandalian Internal,


Budaya Organisasi, Dan Moralitas Pada Kecenderungan
Kecurangan (Fraud) di LPD se-Kabupaten Gianyar. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol. 25 No. 3

Wulandari, Dewi Novita, Muhammad Nuryanto. 2018. Pengaruh


pengendalian Internal, Kesadaran Anti-Fraud, Integritas,
Independensi dan Profesionalisme Terhadap Pencegahan
Kecurangan. JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB
Yogyakarta Vol.4, No.2.

Eldayanti, Ni Kadek Rai, Sang Ayu Putu Arie Indraswarawati, Ni Wayan


Yuniasih. 2020. Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Sistem
Pengendalian Internal, Integritas Dan Akuntabilitas Terhadap
Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Pengelolaan Keuangan
Desa. Hita Akuntansi dan Keuangan, Universitas Hindu Indonesia
Edisi Juli 2020.

Saputra, I Komang Angga, I Wayan Sudiana, I Putu Deddy Satmika Putra.


2020. Pengaruh Independensi Terhadap Pencegahan Kecurangan

46
(Fraud) Dengan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel
Moderasi Pada Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Se-Kecamatan
Ubud. Hita Akuntansi dan Keuangan, Universitas Hindu
Indonesia Edisi Juli 2020.

Murti, Ni Wayan, Edy Sujana, Putu Sukma Kurniawan. 2018. PENGARUH


Sistem Pengendalian Internal, Profesionalisme Badan Pengawas,
Moralitas Individu, Dan Keadilan Prosedural Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud). JIMAT (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 9
No: 2 Tahun 2018.

Wijaya, Christine Lie, David Adechandra A.P. 2020. Pengaruh


Profesionalisme Dan Independensi Terhadap Pencegahan
Kecurangan Dengan Iklim Etika-Egoisme Sebagai Variabel
Moderasi. Jurusan Akuntansi, Universitas Kristen Satya Wacana,
Indonesia. Vol: 9 No:1 Tahun 2020.

47

You might also like