Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kel9
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kel9
AKHLAQ
1
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,
dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan
agama islam dengan judul "Akhlaq" tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
i
Daftar Isi
Kata pengantar................................................................................................................... i
Daftar isi........................................................................................................................... ii
Bab I pendahuluan............................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan pembelajaran.................................................................................................. 2
Bab II isi........................................................................................................................... 3
1.1 Akhlaq........................................................................................................................ 3
1.2 Dalil-dalil tentang akhlaq........................................................................................... 4
1.3 Perbedaan akhlaq, etika dan moral............................................................................. 9
1.3.1 Akhlaq............................................................................................................ 9
1.3.2 Etika.............................................................................................................. 11
1.3.3 Moral............................................................................................................ 12
1.3.4 perbedaan etika, akhlaq dan moral............................................................... 13
1.3.5 persamaan etika, akhlaq dan moral............................................................... 13
1.4 ciri-ciri berakhlaqul karimah.................................................................................... 14
ii
Bab I
Pendahuluan
Mengenai istilah akhlak, etika dan moral dapat dilihat perbedaannya dari objeknya,
dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama manusia,
sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia
saja.Maka istilah akhlak sifatnya teosentris, meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada
manusia dan makhluk-makhluk lain, namun tujuan utamanya karena Allah swt.Tetapi
istilah etika dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja.Karena
itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
Akhlaqul karimah atau akhlaq mulia yaitu suatu sikap yang baik sesuai ajaran agama
islam. Seseorang yang memiliki akhlaqul karimah maka akan disenangi oleh sesame
manusia, bahkan tidak hanya itu jika sesorang berperilaku sesuai ajaran agama islam
maka sudah pasti baik dimata Allah SWT. dan kelak nanti akan masuk dalam surga
bersama Nabi Muhammad SAW. Seperti yang terkandung dalam hadist Nabi
Muhammad:
“Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang
paling dekat tempatnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik budi
pekertinya diantara kalian.”
1
Ciri-ciri seseorang berakhlaqul karimah :
1. Zuhud
zuhud yaitu meninggalkan sesuatu yang disayang atau disukai yang bersifat
material atau keduniaan yang mewah dengan mengharapkan dan menginginkan
sesuatu yang lebih baik yang bersifat kebahagiaan akhirat.
Ciri-ciri orang zuhud, yaitu :
a. Selalu merasa cukup atas harta yang dimiliki.
b. Senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan walaupun sedikit.
c. Hidup sederhana.
d. Lebih mengutamakan cintanya kepada Allah disbanding cinta kepada dunia.
2. Tawakal
Tawakal yaitu menyerahkan sepenuhnya segala perkara setela berusaha
(ikhtiar) kepada Allah SWT.
Ciri-ciri orang yang hidupnya tawakal :
a. Tidak pernah berkeluh kesah.
b. Ridha terhadap diri dan keadaannya.
c. Selalu merasakan ketenangan.
3. Ikhlas
Ikhlas yaitu mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata mengharapkan ridha
Allah SWT.
Ciri-ciri yang dimiliki orang yang ikhlas :
a. Tidak kecewa saat amal perbuatannya diremehkan oleh orang lain.
b. Tidak merasa bangga, ketika perilakunya dipuji.
c. Tidak memuji dengan apa yang dikerjakan.
2
Bab II
Isi
a. Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan
sebagai perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang
diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat
yang ada pada dirinya.
b. Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat
atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari
perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan memiliki
perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang memiliki
perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata akhlak
disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini: “Sesungguhnya Kami telah
mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi
yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”(QS Shad : 46)
Pengertian akhlaq menurut para ahli:
1. Ibnu Maskawih
Menurutnya akhlak ialah “hal li nnafsi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min
ghoiri fikrin walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
3
4. Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
Akhlak merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat
dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
ringan tanpa berpikir dan direnungkan.
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat.
Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali
dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak
kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik. Maka kedudukan akhlak dalam
agama ini sangat tinggi sekali.
Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling
banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan: “Bertaqwa kepada
Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)
Juga ada banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak
yang baik, juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang
akan didapatkan oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan
di akhirat. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mensifati NabiNya Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dalam Al-Qur’anul Karim dengan akhlak yang sempurna, akhlak yang agung
dan akhlak yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)
Dan dahulu Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah manusia yang paling baik
akhlaknya, paling sempurna adabnya, paling baik pergaulannya, paling indah
muamalahnya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau. Beliau
adalah contoh bagi seluruh hamba dalam segala akhlak yang baik, segala adab yang
indah dan segala muamalah yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang
yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan
dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
4
Akhlak dalam syariat Islam sangat luas, tidak khusus dalam pergaulan sesama
makhluk. Akan tetapi akhlak dan adab juga antara seorang hamba dan Tuhannya. Juga
dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan akhlak juga di antara sesama
manusia. Maka dari itu seluruh orang yang beribadah menyembah kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala, berarti dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Dimana
akhlak orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berikan dia rizki, Allah karuniakan kepadanya begitu banyak nikmat, kemudian dia
berdo’a kepada selain Allah, memalingkan ibadah kepada selain Allah. Maka orang
musyrik adalah orang yang paling buruk akhlaknya, karena kesyirikan adalah bagian
dari akhlak yang buruk. Bahkan kesyirikan adalah seburuk-buruknya akhlak. Maka
seseorang tidak boleh tertipu dengan pergaulan baik yang dilakukan oleh sebagian orang
kafir. Karena hal itu mereka lakukan demi maslahat dunia dan tujuan-tujuan dunia.
Mereka sama sekali tidak mengharapkan sesuatu di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
pahala pada hari pertemuan denganNya.
Bukan seorang yang berakhlak tapi mengharapkan balasan di dunia. Oleh karena itu
Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:
“Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi jika sekedar membalas orang lain.”
(HR. Bukhari)
Adapun orang-orang yang bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik akan
tetapi dengan tujuan dunia, dia tidak akan mendapatkan dari dunianya kecuali apa yang
telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya. Dan dia tidak akan
mendapatkan balasan di akhirat. Bahkan dia akan menemukan hal yang buruk
disebabkan dia hanya menginginkan balasan dari orang lain. Karena diantara manusia
banyak yang tidak mampu untuk membalas kebaikan bahkan tidak mampu membalas
kebaikan dengan kebaikan. Diantara mereka ada yang akhlaknya sangat buruk. Apabila
seseorang berbuat baik kepadanya, sebaliknya dia berbuat buruk kepada orang
tersebut. Seorang yang baik adalah orang yang tidak menunggu balasan dari manusia
jika dia berbuat baik kepada mereka. Akan tapi dia hanya mengharapkan pahala dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu hadits-hadits yang menjelaskan atau menganjurkan untuk berakhlak
dengan akhlak yang baik menyebutkan balasan akhlak tersebut akan didapatkan pada
hari kiamat. Yaitu dengan dimasukkannya ke dalam surga atau mendapatkan derajat
yang tinggi di akhirat nanti. Dan semakin baik akhlak seseorang karena ia
mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan semakin besar
balasan dan pahala yang akan dia dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka
apabila seorang berakhlak tidak mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan tetapi hanya mengharapkan tujuan-tujuan dunia, amalan tersebut tidak termasuk
5
dalam amal shalih yang dia lakukan. Karena diantara syarat diterimanya suatu amalan
adalah seorang mengharapkan balasan dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Macam-macam akhlaq:
a. Jujur
Jujur adalah salah satu akhlak yang paling agung dalam Islam. Dan
disebutkan dalam banyak ayat keutamaan orang-orang yang jujur. Diantaranya
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah
kalian bersama dengan orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah[9]: 119)
Juga dalam hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau
bersabda:
“Hendaklah kalian selalu jujur karena kejujuran menghantarkan kepada
kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada surga dan
senantiasa seorang berjujur dan berusaha untuk jujur sampai ditulis di sisi Allah
sebagai orang yang sangat jujur.”
Dan kejujuran yang paling tinggi kedudukannya adalah kejujuran dengan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Di antara orang-orang beriman ada orang-orang yang mereka jujur
melaksanakan apa yang mereka janjikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(QS. Al-Ahzab[33]: 23)
Dia jujur kepada Allah dalam tauhidnya, dalam imannya, dalam ibadahnya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam
bersabda:
“Tidaklah seorang menyaksikan bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak
disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah jujur
dari hatinya kecuali Allah mengharamkan atasnya neraka.” (HR. Bukhari)
Maka laa ilaha illallah yang merupakan cabang keimanan yang paling tinggi
dan rukun Islam yang paling agung tidak akan diterima kecuali dengan
kejujuran. Dalam hadits disebutkan: “Jujur dari hatinya.” Yang dimaksud
dengan jujur yaitu sesuai apa yang diucapkan dengan dengan apa yang ada di
dalam hati. Ketika seseorang mengucapkan dengan lisannya, maka hal tersebut
sesuai dengan apa yang ada di hatinya. Adapun jika berbeda antara yang dia
tampakkan dan dia sembunyikan, maka ini adalah kemunafikan. Dan
kemunafikan bisa jadi kemunafikan yang besar atau juga kemunafikan yang
kecil tergantung dengan perbedaan antara yang dia tampakkan dan dia
sembunyikan. Jika dia menampakkan keimanan dan menyembunyikan
kekufuran, maka ia adalah kemunafikan yang besar. Namun apabila dia
menampakan bahwasanya ia menepati janji akan tetapi ia menyembunyikan
kebohongan atau menyembunyikan khianat, maka ini termasuk nifaq asghar.
Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:
“Tanda-tanda kemunafikan ada tiga; jika ia berbicara ia berdusta, jika ia
berjanji ia mengingkari dan apabila dia diberi amanah ia berkhianat.” (HR.
Bukhari, Muslim)
Jika kebohongan adalah tanda-tanda kemunafikan, maka kejujuran adalah
tanda-tanda keimanan. Maka wajib bagi setiap Muslim untuk menjadi orang
6
yang jujur dan hendaklah kejujuran itu menjadi sifat yang selalu berada pada
dirinya agar ia mendapatkan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah
janjikan kepada hamba-hambaNya yang selalu berbuat jujur.
b. Amanah
Syaikh bin Baz Rahimahullah berkata bahwa diantara akhlak yang
disyariatkan dalam Islam yaitu amanah (bertanggung jawab). Amanah
mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di agama Islam. Allah ‘Azza wa Jalla
menawarkan amanah tersebut kepada langit dan bumi. Maka semuanya merasa
khawatir untuk memikulnya dikarenakan besarnya perkara itu. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab[33]:
73)
Makna dari amanah secara umum adalah mencakup seluruh perkara agama.
Karena Allah ‘Azza wa Jalla telah menciptakan hamba-hambaNya agar mereka
beribadah kepadaNya dan Allah menciptakan mereka agar mereka taat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan amanah ini wajib dilakukan oleh setiap
manusia, wajib untuk dijaga, wajib untuk diperhatikan. Dan manusia terbagi
menjadi tiga bagian dalam memikul amanah ini. Allah ‘Azza wa Jalla
menjelaskan dalam lanjutan ayat tadi:
“sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima
taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab[33]: 74)
Tiga bagian tersebut adalah:
orang yang mengaku menjaga amanah dalam apa yang mereka
tampakkan akan tetapi mereka menyembunyikan kemunafikan.
orang-orang yang menyia-nyiakan amanah secara lahir maupun batin,
baik ia nampakkan maupun ia sembunyikan. Dan mereka adalah
orang-orang musyrik.
orang-orang yang menjaga amanah secara lahir dan batin baik ketika
sembunyi maupun ketika kelihatan dan mereka adalah orang-orang
yang beriman.
7
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
RasulNya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (QS. An-Anfal[8]: 28)
c. Menjaga kesucian
Menjaga kesucian yaitu dengan cara meninggalkan yang diharamkan,
menjaga diri dari perbuatan dosa-dosa dan maksiat. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
“Hendaklah menjaga diri orang-orang yang belum mampu untuk menikah
sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia kepadanya.” (QS. An-
Nur[24]: 33)
Dan barangsiapa yang belum mampu untuk menikah hendaklah dia menjaga
kesuciannya dan menjauhi perbuatan-perbuatan haram dengan niat ketaatan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan karena bertakwa kepadaNya. Adapun
orang-orang yang tidak mempunyai harta maka hendaklah ia menjaga
kesuciannya dan tidak meminta-minta kepada manusia. Dalam hadits
disebutkan bahwa:
“Barangsiapa yang menjaga kesuciannya maka Allah kan mensucikanya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
d. Malu
Malu adalah akhlak yang sangat agung dan sifat yang sangat mulia yang
hendaknya seseorang berakhlak dengan akhlak ini. Dan apabila seorang
berakhlak dengan akhlak ini, akhlak ini akan menghalanginya dari seluruh
perbuatan-perbuatan yang buruk dan mengantarnya kepada perbuatan-perbuatan
yang baik. Karena sifat malu seluruhnya adalah kebaikan dan tidak akan
mendatangkan kecuali kebaikan. Sebaliknya, apabila sifat malu ini hilang dari
seseorang, maka kebaikan akan meninggalkannya dan dia tidak akan malu
untuk melakukan keburukan apapun.
“Sesungguhnya diantara perkataan nubuwwah yang didapatkan oleh manusia
yaitu: Jika engkau tidak malu maka kerjakan apa saja yang engkau inginkan.”
(HR. Bukhari)
Dan sifat malu yang paling tinggi kedudukannya yaitu malu kepada Rabbul
Alamin (Tuhan semesta alam), pencipta seluruh makhluk. Dan diantara sifat
malu yaitu malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malu ketika kita
melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka setiap
waktu seseorang hendaknya merasa malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
tidak melakukan sesuatu yang diharamkan, tidak melakukan perbuatan dosa
karena malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Maha Melihat,
tidak ada yang luput dari penglihatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang
penyair mengatakan:
“Jika suatu hari engkau sendirian maka janganlah mengatakan aku sedang
sendirian. Akan tetapi katakanlah bahwasanya ada yang mengawasiku.”
8
Diantara bentuk malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah seorang
menjaga anggota badannya, menjaga panca inderanya, menjaga perutnya dari
memasukkan ke dalam perutnya hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Dalam hadits disebutkan:
“Sungguhnya malu yang benar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu
engkau menjaga kepala dan apa yang ada dalam isi kepala tersebut, menjaga
perut dan apa yang ada dalam isi perut tersebut, mengingat kematian dan
barangsiapa yang mengharapkan akhirat adalah ia meninggalkan perhiasan
dunia.” (HR. Ahmad, Tirmidzi)
e. Berani
Berani dalam tempatnya yang benar adalah kemuliaan dan kesuksesan.
Adapun keberanian yang bukan pada tempatnya, itu adalah sifat ngawur dan
kehancuran. Dan keberanian seorang Mukmin muncul dari keimanan dan
keyakinannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta kekuatan tawakkalnya kepada
Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dia tidak takut kecuali kepada Allah, tidak meminta
kemuliaan kecuali dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkat Imam Ibnul Qayyim
Rahimahullah bahwa keberanian akan membawa seseorang kepada akhlak-
akhlak yang mulia, membuat dia dermawan. Karena keberanian jiwa dan
kekuatan hatinya, ia rela meninggalkan apa yang ia cintai dan membuatnya
meninggalkan apa yang ia inginkan. Maka kekuatan jiwa dan keberanian
seseorang akan membuat dia meninggalkan hal-hal buruk yang dilarang oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bukanlah orang kuat adalah orang yang kuat dalam bergulat, akan tetapi orang
kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
9
b. Faktor psikologis. Faktor ini berasal dari nilai-nilai keluarga (misal bapak
dan ibu) tempat seseorang berkembang sejak lahir.
c. Faktor sosial. Faktor lingkungan tempat seseorang tinggal akan
berpengaruh juga terhadap pembentukan akhlak seseorang.
d. Faktor nilai islami. Akhlak islami adalah seperangkat tindakan / gaya
hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai islam yang
diyakinidengan motifasisemmata-mata mencari keridhoan Allah SWT.
Macam-Macam Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori :
1. Etika umum
Kondisi dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta
tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
11
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar.Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.Etika umum berbicara mengenai kondisi-
kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil
keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu
tindakan.
2. Etika khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidangkehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip
moral dasar.”
1. Etika individual
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
2. Etika social
Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota manusia.
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, ada 2 macam etika :
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai
nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas konkrit yang membudaya.
2. Etika Normatif
Tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-
norma.
12
2.3.3 Moral
Kata moral berasal dari bahasa Latin "mores", jamak kata mos, yang berarti
adat kebiasaan.Perkataan moral berasal dari bahasa Latin "Mores".Mores
berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.Moral
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar,
salah, baik, atau buruk.Dengan demikian moral dapat diartikan sebagai ajaran
kesusilaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W.J.S.
Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang baik-
buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan asas-
asas akhlak (moral).
Macam-Macam Moral
a. Moral keagamaan merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran
agama Islam.
b. Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata.
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai
suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati
nurani.
b. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran
filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.
13
semata-mata sasaran dan tujuannya untuk manusia saja.Karena itu, istilah
tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan saja).
14
3. Hidup sederhana.
4. Lebih mengutamakan cintanya kepada Allah disbanding cinta kepada dunia.
2. Tawakal
Tawakal secara bahasa yaitu menyerahkan suatu urusan kepada pihak lain.
Sedangkan secara istilah yaitu menyerahkan sepenuhnya segala perkara setela
berusaha (ikhtiar) kepada Allah SWT. sikap bertawakal menjadikan seseorang
menjadi tidak putus asa jika sesuatu yang diterima tidak sesuai dengan yang
dharapkan dan tidak akan sombong jika suatu yang diusahakan berhasil. Dalil yang
menjelaskan tentang tawakal yaitu :
“ Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-
Nya) kepadamu, diwaktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya
kepadamu (untuk berbuat jahat) maka Allah menahan tangan mereka dari kamu.
Dan bertawakalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah saja orang-orang mukmin
itu harus bertawakal” (Q.S. Al-Maidah : 11)
Ciri-ciri orang yang hidupnya tawakal :
1. Tidak pernah berkeluh kesah.
2. Ridha terhadap diri dan keadaannya.
3. Selalu merasakan ketenangan.
3. Ikhlas
Ikhlas yaitu mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT. dalil Naqli tentag ikhlas yaitu :
Katakanlah:”Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Q.S. Az-Zumar :
11)
Ciri-ciri yang dimiliki orang yang ikhlas :
1. Tidak kecewa saat amal perbuatannya diremehkan oleh orang lain.
2. Tidak merasa bangga, ketika perilakunya dipuji.
3. Tidak memuji dengan apa yang dikerjakan.
15
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlah adalah ilmu yang
menentukan batas antara mana yang baik dan mana yang buruk, terpuji ataupun tercela
yang menyangkut perilaku manusia menyangkut perkataan, perbuatan manusia. Moral
adalah nilai dan norma seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.
Mengenai perbedaan akhlak, etika, dan moral dapat dilihat perbedaannya dari
objeknya, dimana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap Tuhan dan sesama
manusia, sedangkan etika dan moral hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama
manusia saja. Maka perbedaan akhlak sifatnya teosentris, meskipun akhlak itu ada
yang tertuju kepada manusia dan makhluk-makhluk lain, namun tujuan utamanya
karena Allah swt. Tetapi istilah etika dan moral semata-mata sasaran dan tujuannya
untuk manusia saja. Karena itu, istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusiaan
saja).
16
Daftar pustaka
RedaksiIslam.“ tanpa tahun”. Akhlaq dalam islam di
(https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam)
Seputar Pengetahuan. “tanpa tahun” Pengertian akhlaq di
(https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/pengertian-akhlak.html)
RadioRodja. “tanpa tahun”. Pengertian Akhlak macam macam akhlak dan dalil
tentang akhlak di (https://www.radiorodja.com/47243-pengertian-akhlak-macam-
macam-akhlak-dan-dalil-tentang-akhlak/)
Purnomo,Budi. “tanpa tahun”. Akhlaul kharimah penjelasan dan contohnya di
(https://www.academia.edu/33311506/Akhlakul_Karimah_Beserta_Penjelasan_D
an_Contohnya)
Robiatul,dewi. “tanpa tahun”. Makalah agama, akhlaq, moral,etika di
(https://www.academia.edu/28992734/MAKALAH_AGAMA_AKHLAK_MORA
L_DAN_ETIKA)
17