You are on page 1of 11

274

IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SPUTUM PASIEN PENDERITA


PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT
DI RUMAH SAKIT KABUPATEN BANDUNG
Audie Maulida Nurzen1·Rian Septrianti1·Iis Herawati1*·dr.Diah Hestiningrum2
1
D3 Teknologi Laboratorium Medis, FakultasIlmu dan Teknologi Kesehatan, Universitas
Jenderal Achmad Yani Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
2
Laboratorium PatologiKlinik, RS. BhayangkaraSartika Asih Bandung, Jawa Barat, Indonesia
e-Mail : iis.herawati@lecture.unjani.ac.id
No Tlp WA : 085764642971
Abstract
Acute Respiratory Infections (ARI) are respiratory tract diseases can be caused by infectious
agents such as bacteria, can be transmitted through air that it various and deadly diseases.
Based on WHO 2019, mortality rate for ARI reached 4.25 million every year in the world. The
mortality children reaches 1.6 million while adults it reaches 1.65 million every year. This
study aims determine presence of Gram positive and negative bacteria in sputum patients
with ARI at Bandung District Hospital. The research method used descriptive method,
through sputum culture research, Gram staining, planting on growth media, biochemical
tests, and antibiotic sensitivity tests. The sample this research was sputum of patients with
ARI. The number of samples obtained were 26 sputum samples. The results of this study
obtained bacteria that cause ARI such as Staphylococcus sp as 14 samples (54%),
Streptococcus as 2 samples (7.7%), Klebsiella sp as 5 samples (19.2%), Proteus sp as 2 samples
(7,7 %), and Pseudomonas sp as 3 samples (11.4%). Based on the research bacteria
Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Klebsiella sp, Proteus sp, and Pseudomonas sp from the
sputum of patients with ARI at Bandung District Hospital.

Keywords : Acute respiratory infections, sputum, bacteria

Abstrak
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan yang dapat
disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, dapat menular melalui udara sehingga dapat
menimbulkan berbagai penyakit parah dan mematikan. Berdasarkan data WHO tahun 2019
angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di dunia. Angka kematian pada anak
mencapai 1,6 juta sedangkan pada dewasa mencapai 1,65 juta setiap tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri Gram positif maupun negatif pada dahak
penderita ISPA di Rumah Sakit Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif, melalui penelitian kultur sputum dilakukan pewarnaan Gram, penanaman
pada media pertumbuhan, uji biokimia, dan sensitivitas antibiotik. Sampel penelitian ini
la | 275

adalah dahak penderita penyakit ISPA. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 26 sampel
sputum. Hasil penelitian ini didapatkan bakteri penyebab ISPA seperti bakteri Staphylococcus
sp sebanyak 14 sampel (54 %), Streptococcus sp sebanyak 2 sampel (7,7 %), Klebsiella sp
sebnyak 5 sampel (19,2 %), Proteus sp sebanyak 2 sampel (7,7 %), dan Pseudomonas sp
sebanyak 3 sampel (11,4%). Berdasarkan penelitian ini ditemukan bakteri Staphylococcus sp,
Streptococcus sp, Klebsiella sp, Proteus sp, dan Pseudomonas sp dari dahak pasien penderita
ISPA di Rumah Sakit Kabupaten Bandung.

Kata Kunci :Infeksi saluran pernapasan akut, sputum, bakteri

PENDAHULUAN
Penyakit ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular di dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2019 Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di
dunia. Sekitar 20-40% pasien di rumah sakit dikalangan anak-anak karena
ISPA dengan sekitar 1,6 juta kematian karena Pneumonia sendiri pada anak
balita per tahun. Angka mortalitas pada dewasa sekitar usia 25-59 tahun yang
mencapai 1,65 juta setiap tahun(Zolanda et al., 2021).
Masalah utama kesehatan di dunia disebabkan oleh penyakit infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat menyebabkan kematian. Angka
kejadian kematian yang disebabkan oleh ISPA pada balita dan anak di negara
berkembang sangat tinggi termasuk di Indonesia. Timbulnya gejala biasanya
secara cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
yang timbul meliputi nyeri tenggorok, coryza (pilek), demam, batuk, sesak
napas, mengi sampai kesulitan bernapas(Aprilla et al., 2019)
ISPA merupakan penyakit yang terdapat pada saluran pernapasan
bagian atas atau bawah yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat
ditularkan dari manusia kemanusia lainnya sehingga dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Penyakit yang ditimbulkan mulai dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit ISPA akan mempengaruhi saluran udara
dalam system pernafasan, termasuk saluran hidung, bronkus, dan
paru-paru(Putri, 2017).
276
jbj |

Klasifikasi ISPA Berdasarkan lokasi infeksi dibagi menjadi infeksi


saluran napas atas akut (ISNAA) atau Acute Upper Respiratory Infection (AURI)
dan infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) atau Acute Lower Respiratory
Infection (ALRI). AURI meliputi Nasofaringitis, Faringotonsilitis, sinusitis, dan
Otitis Media. ALRI meliputi Epiglotitis, Laringitis, Laringotrakeitis, Bronkitis,
Bronkiolitis, Influenza, dan Pneumonia. Klasifikasi bakteri penyebab ISPA
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri
Gram-negatif. Perbedaan tersebut berdasarkan ciri-ciri struktur dinding
selnya. Berbagai jenis bakteri penyebab ISPA seperti Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus sp, Klebsiella
pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Branhamella, Pseudomonas,
Escherichia, dan Proteus(Dorawati et al., 2021). Patogen yang paling umum
terdeteksi pada infeksi saluran pernapasan akut dengan kultur sputum adalah
bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Staphylococcus aureus, dan spesies Klebsiella(Panggalo et al., 2013).
Penelitian oleh Angriani & Umar (2016) di Kendari menunjukan
bahwa hasil penelitian penyebab bakteri infeksi saluran pernapasan (ISPA)
sebanyak 50 sampel, telah teridentifikasi 3 bakteri yang menyebabkan ISPA.
5 sampel teridentifikasi bakteri Streptococcus sp. Dengan persentasi 10%, 15
sampel teridentifikasi bakteri Staphylococcus aureus dengan persentasi 30%,
dan 30 sampel teridentifikasi bakteri Haemofilus influenza dengan persentasi
60%. Mengingat masih kurangnya informasi penyebab ISPA di Kota Bandung
maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya
bakteri Gram positif maupun negatif pada dahak penderita ISPA di Rumah
Sakit Kabupaten Bandung.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi
Teknologi Laboratorium Medis (D3) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan
la | 277

Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Waktu Penelitian dilakukan pada


bulan Januari Tahun 2022. Populasi pada penelitian ini adalah sputum
terdiagnosis dokter menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
dilakukan pemeriksaan mikroskopis BTA dengan hasil negative di Rumah Sakit
Kabupaten Bandung. Sampel sputum yang diambil untuk penelitian adalah
sputum yang representatif, segar (kurang dari 24 jam) dan purulen.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa AD, MSA, MHA darah,
MCA, media SIM, Simon Citrate (SC), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), urease,
bacitracin, novobiosin,glukosa, manitol, sukrosa, laktosa, H2O2, pewarnaan
gram, BaCl2, H2SO4, minyak imersi, NaCl, plasma, safranin, akuades, alpha
naphtol 5%, KOH 40%, MR-VP, reagenkovacks, dan kertasoksidase.
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain autoclave, batang
pengaduk, bunsen, cawan petri, erlenmeyer, inkubator, kertas timbang,
kompor, korekapi, kulkas, label, mikroskop, neraca analitik, objek glass, ose
disposible, pinset, rak tabung, spidol, swab steril, tabung durham, tabung
reaksi besar, tabung reaksi kecil, water bath, ose bulat, dan ose tusuk.
Pada penelitian ini sampel sputum dilakukan pewarnaan gram kemudian
ditanam pada media Agar Darah (AD), Manitol Salt Agar (MSA), dan Mac
Conkey Agar (MCA). Media AD merupakan media universal dan differensial
karena bias membedakan bakteri yang dapat melisiskan sel eritrosit sehingga
terbentuknya zona hemolisa pada media agar darah, seperti bakteri
Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus(Puspitasari, 2021). Media
MSA merupakan media pertumbuhan selektif dan diferensial untuk bakteri
Gram positif tertentu yang dapat hidup seperti Stapyholococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis. Media MCA merupakan media selektif dan media
diferensial yang digunakan untuk mengisolasi bakteri Gram negative
berdasarkan kemampuan bakteri dapat memfermentasi laktosa atau
tidak(Ramadhan et al., 2021).
Bakteri Gram positif dan Gram negative dilakukan uji biokimia seperti
uji katalase untuk bakteri yang menghasilkan enzim katalase. Uji oksidase
278
jbj |

untuk bakteri yang menghasilkan enzim sitokromoksidase. Uji plasma


koagulase untuk bakteri yang menghasilkan enzim koagulase. Uji gula-gula
untuk bakteri yang dapat memfermentasikan gula-gula. Uji MR-VP untuk
bakteri yang dapat memfermentasikan glukosa. Uji SIM untuk bakteri yang
dapat memproduksi H2S, memiliki enzim triftopanase, dan bergerak. Uji TSIA
untuk bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa, sukrosa, dan glukosa
serta menghasilkan gas dan H2S. Uji SC untuk bakteri yang dapat
mempergunakan sitrat sebagai sumber karbonnya. Uji Urease untuk bakteri
yang dapat menghidrolisis urea dan menghasilkan amonia. Uji CAMP Test
digunakan untuk membedakan bakteri Streptococcus pyogenes dan
Streptococcus agalactic. Uji antibiotic basitrasin digunakan untuk menentukan
bakteri Streptococcus pyogenes jika terbentuk zona bening sebesar ≥ 14 mm
dan Streptococcus agalactiae jika terbentuk zona bening sebesar ≤ 14 mm. Uji
antibiotik novobiosin digunakan untuk bakteri Staphylococcus aureus jika zona
halo >16 mm dan bakteri Staphylococcus epidermidis <16 mm.

HASIL

Hasil penelitian ini diperoleh 26 sampel sputum pasien penderita infeksi


saluran pernapasan akut (ISPA) di Rumah Sakit Kabupaten Bandung. Sampel
tersebut diuji menggunakan pewarnaan Gram, penanaman pada media
pertumbuhan dan uji biokimia serta resistensi antibiotik seperti pada gambar
dan tabel berikut :
Gambar 1 Pewarnaan Gram Positif dan Negatif
la | 279

Gram positif Gram negatif


Tabel 1 Pewarnaan Gram

No No Kode Sampel Hasil Pengamatan Interpretasi

1 1,2,3,4,6,8,12,13, Berbentuk bulat, Gram (+) coccus


16,20,22,23,24,25 bergerombol, berwarna
ungu

2 7,19 Berbentuk bulat, Gram (+) coccus


berantai, berwarna ungu

3 5,9,10,11,14,15, Berbentuk batang, Gram (-) Basil


17,18,21,26 berwarna merah

Gambar 2 Penanaman pada media pertumbuhan

Media Agar Darah Media MSA Media MCA


Dari semua bakteri yang diisolasi dan tumbuh pada medium agar darah, MSA
dan MCA selanjutnya dilakukan pengujian biokimia sehingga diperoleh hasil
identifikasi sebagai berikut :

Tabel 2 Identifikasi Terduga Bakteri Penyebab ISPA

No Nomor Sampel Bakteri Persentase


280
jbj |

1 1,2,3,4,6,8,12,13,16,20 Staphylococcus sp 54 %
22,23,24,25

2 7,19 Streptococcus sp 7,7 %

3 5,9,14,17,18 Klebsiella sp 19,2 %

4 11,21 Proteus sp 7,7 %

5 10,15,26 Pseudomonas sp 11,4 %

DISKUSI

Hasil penelitian ini menggunakan sampel sputum. Adapun sampel sputum


diperiksa secara makroskopis untuk mengetahui kriteria sampel yang
representatif. Sampel sputum yang representatif memiliki kriteria meliputi
volume lebih dari 3 ml, virulen, dan bukan saliva. Dilakukan penelitian
menggunakan sampel sputum karena sampel sputum merupakan sampel yang
representatif mengandung mikroorganisme penyebab infeksi saluran
pernapasan (Dorawati et al., 2021).

Pada penelitian ini sebanyak 26 sampel yang memenuhi kriteria sampel


sputum representatif dilakukan pewarnaan Gram diperoleh hasil pengamatan
sebanyak 14 sampel merupakan bakteri Staphylococcus sp dengan ciri khas
berbentuk bulat, bergerombol, berwarna ungu, Gram positif coccus. Sebanyak
2 sampel merupakan bakteri Streptococcus sp dengan ciri khas berbentuk
bulat, berantai, berwarna ungu, Gram positif coccus. Sedangkan sebanyak 10
sampel merupakan bakteri Gram negatif basil dengan ciri khas berbentuk
batang, berwarna merah. Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial
untuk membedakan bakteri Gram positif dan Gram negatif, dengan
menggunakan kristal violet sebagai warna primer, lugol atau iodine sebagai
pemantek atau mordant, alkohol 95% sebagai dekoloristor atau peluntur cat,
dan safranin sebagai warna sekunder. Hasil dari pewarnaan Gram yaitu bakteri
la | 281

Gram psoitif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah
(Ramadhan et al., 2021).

Berdasarkan hasil dari pewarnaan Gram dapat menentukan sifat Gram


bakteri, sehingga untuk bakteri yang memiliki sifat Gram positif dapat
ditanam pada media agar darah dan media MSA. Sedangkan untuk bakteri yang
memiliki sifat Gram negatif dapat ditanam pada media MCA. Sebanyak 16
sampel ditanam pada media agar darah dan MSA, dan 10 sampel ditanam pada
media MCA.

Sampel yang memiliki karakteristik Staphylococcus sp pada media agar


darah dan tumbuh pada media MSA dilakukan uji biokimia dengan melakukan
uji katalase, uji plasma koagulase, uji manitol, dan uji novobiosin. Hasil
pengamatan diperoleh nomor sampel 1,3,4,6,8,11,12,13,16,20,22,23,24, dan
25 merupakan bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan untuk nomor sampel
2 merupakan bakteri Staphylococcus sp. Pada uji katalase positif dengan
terbentuknya gelembung diduga sebagai bakteri Staphylococcus sp yang akan
diuji kembali dengan uji plasma koagulase. Uji plasma koagulase untuk
membedakan bakteri patogen dan non patogen, interpretasi untuk hasil uji
koagulase adalah terbentuknya gumpalan plasma. Untuk uji plasma koagulase
positif yaitu bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan plasma koagulase
negatif yaitu Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
saprophyticus(Sayuna, 2018).

Pada penelitian ini didapatkan persentase bakteri penyebab ISPA pada


sputum pasien diperoleh bakteri Staphylococcus sp sebanyak 14 sampel (54 %
dari total sampel), Streptococcus spsebanyak 2 sampel (7,7 % dari total
sampel), Klebsiella spsebanyak 5 sampel (19,2 % dari total sampel), Proteus sp
sebanyak 2 sampel (7,7 % dari total sampel), dan Pseudomonas sp sebanyak 3
sampel (11,4 % dari total sampel). Bakteri tersebut merupakan bakteri
patogen pada saluran pernapasan, sehingga dapat menyebabkan infeksi
saluran pernapasan akut.
282
jbj |

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh


Panggolo et al. (2013) di Manado menunjukkan bahwa infeksi saluran
pernapasan akut pada 30 sampel ditemukan adanya bakteri Streptococcus sp
yaitu 7 sampel (24,1 %), Proteus sp sebanyak 6 sampel (20,7 %) dan
Enterobacter aerogenes yaitu 5 sampel (17,2 %). Pada penelitian oleh Angriani
& Umar (2016) di kendari hasil penelitian penyebab bakteri ISPA sebanyak 50
sampel, telah teridentifikasi 3 bakteri yang menyebabkan ISPA meliputi
Streptococcus sp (10%), Staphylococcus sp (30 %), dan Haemofilus influenza
(60 %) (Anggia Lubis et al., 2016) Pada penelitian Dorawati dkk (2021) di
Rumah sakit Dustira melakukan identifikasi bakteri Gram ngetaif pada
penyakit ISPA didapatkan hasil yaitu Klebsiella pneumoniae sebanyak 2 sampel
(13,3 %), Pseudomonas sp sebenyak 2 sampel (13,3 %), dan Proteus mirabilis
sebanyak 2 sampel (13,3 %) (Dorawati et al., 2021) Hal ini menunjukkan
bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang melakukan
identifikasi bakteri pada sputum pasien penyakit ISPA, ditandai dengan
ditemukannya bakteri penyebab ISPA pada sampel.

Adanya bakteri Gram positif dan Gram negaitf yang ditemukan pada
kultur sputum pasien penyakit ISPA menandakan bakteri yang menyebabkan
penyakit ISPA bervariasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi secara
spesifik dimulai dari pewarnaan Gram, penanaman pada media pertumbuhan,
uji biokimia, dan uji sensitivitas antibiotik untuk menunjang diagnosis yang
lebih akurat agar pemberian antibiotik dapat diberikan secara tepat sesuai
dengan bakteri penyebab infeksi, sehingga dapat menurunkan resiko
terjadinya kejadian resistensi antibiotik maupun peningkatan efek samping
yang tidak diinginkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bakteri Staphylococcus sp,


Streptococcus sp, Klebsiella sp, Proteus sp, dan Pseudomonas sp dari sputum
pasien penderita ISPA di Rumah Sakit Kabupaten Bandung
la | 283

UCAPAN TERIMAKASIH

Tim peneliti mengucapkan terimakasih kepada Universitas Jenderal


Achmad Yani Cimahi atas dukungan dan fasilitas yang diberikan.

KONFLIK KEPENTINGAN

Tim peneliti tidak memiliki konflik kepentingan dalam penelitian ini.

REFRENSI

Jurnal
Angriani, F., & Umar, A. (2016). Identifikasi Bakteri Pernafasan Penyebab
Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Pada Usia Balita Di Rumah Sakit
Bahteramas. Jurnal Analis Kesehatan Kendari, I(1), 40–46.
Aprilla, N., Yahya, E., & Ririn. (2019). Hubungan Antara Perilaku Merokok pada
Orang Tua dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Pulau Jambu
Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2019. Jurnal Ners, 3(1), 112–117.
Dorawati, M., Herawati, I., & Fauziah, P. N. (2021). Identifikasi Bakteri Gram
Negatif dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di
Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi. Anakes : Jurnal Ilmiah Analis
Kesehatan, 7(1), 37–44.
Panggalo, J. T., Porotu’o, J., &Buntuan, V. (2013). Identifikasi BakteriI Aerob
Pada Penderita Batuk Berdahak Di Poliklinik Interna Blu RSUP Prof. dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Biomedik, 1(1), 408–413.
Puspitasari, A. I. (2021). Penggunaan Media Agar Darah Manusia Untuk
Pertumbuhan Bakteri Golongan Beta Hemolisa. DiUniversitas Nahdatul
Ulama Surabaya (UNUSA). UNUSA.
Putri, A. E. (2017). Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Kejadian ISPA
Pada Orang Dewasa Di Desa besuk Kecamatan Bantaran Kabupaten
Probolinggo. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 6(1), 1–10.
284
jbj |

Ramadhan, J., Safika, S., & Ika Mayasari, N. L. P. (2021). Multidrug Resistance
Of Klebsiella pneumoniae In Cats In Bogor, Indonesia.Jurnal
Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 15(2),
47–52.
Sayuna, V. L. S. (2018). IdentifikasiStaphylococcus aureus PadaRuang Rawat
Inap Cendrawasih RSUD S. K. Lerik Kupang.
Zolanda, A., Raharjo, M., & Setiani, O. (2021). Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Indonesia. Link, 17(1), 73–80.

You might also like