You are on page 1of 69
BELAJAR AMALAN HATI DARI KITAB AL-HIKAM Istilah tersebut belum ada pada zaman Rasulullah saw, juga pada zaman para sahabat namun prakteknya sudah dijalankan pada masa itu. Tasawuf adalah sebutan untuk mistisisme Islam. Kata suff mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut Haidar Bagir, kata sufi berasal bahasa Arab yang merujuk pada beberapa kata dasar. Di antaranya adalah: 1, Kata shaff (baris, dalam shalat", karena dianggap kaum sufi berada dalam shaff pertama. . Kata Shuf, yakni bahan wol atau bulu domba kasar yang biasa mencirikan pakaian kaum sufi. . Kata Ahlu as-Shuffah, yakni para zahid (pezuhud”, dan abid (ahli ibadah” yang tak punya rumah dan tinggal di serambi masjid Nabi, seperti Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghifary, Imran ibn Husein, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, dan Hudzifah bin Yaman, 5 Ada juga yang mengaitkannya dengan nama sebuah suku Badui yang memiliki gaya hidup sederhana, yakni Bani Shufah. Dan yang paling tepat pengertian tasawuf berasal dari kata suf {bulu domba’, baik dilihat dari konteks kebahasaan, sikap sederhana para sufi maupun aspek kesejarahan. Syekh Ibrahim Al-Laqqani dalam Jauharatut Tauhid menyebut Imam Malik dan Imam Junaid Al-Baghdadi sebagai pembimbing dan panutan umat Islam. AAS Bae acl! gol SS ASI SLag GUleg Artinya, “imam Malik RA dan seluruh imam, begitu juga Abul Qasim adalah pembimbing umat,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Laqqani, Jauharatut Tauhid pada Hamisy Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru thyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 89). Syekh M Nawawi Banten juga menyebutkan sejak awal Imam Junaid Al-Baghdadi sebagai panutan umat dari sisi tasawuf. Menurutnya, Imam Junaid Al-Baghdadi layak menjadi pembimbing umat dari sisi tasawuf karena kapasitas ilmu dan amalnya. (nla gil tees Gp ine pled! ging iI igual dal ope Lele! Caguaill ale jal I 55 ya Yo aay Sh pLeyly Fa pll J AN Slaw ogory pALN pleYl SI aobally dis all dry Shasg Las Ad gual due Acioll Capel age Cong Id lll tld Dgeetll pA) SLs Specie Lally Ugecill ABI Slab oped Artinya, “Ulama yang disebutkan itu wajib diikuti sebagaimam perihal ilmu tasawuf seperti Imam Junaid, yaitu Sa’id bin Muhammad, Abul Qasim Al-Junaid, pemimpin para sufi dari sisi ilmu dan amal. Walhasil, Imam Syafi'i dan fugaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang fiqih, Imam Asy’ari dan mutakallimin lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang aqidah, dan Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf, Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka. Amiiin,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, [Bandung, Al-Maarif: tanpa catatan tahun], halaman 7). Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syekh M Ibrahim Al-Baljuri. Menurutnya, jalan terang dan keistiqamahan Imam Junaid Al-Baghdadi i jalan hidayah patut menjadi teladan. \Imu dan amalnya dalam bidang tasawuf membuat Imam Junaid layak menjadi pedoman. AH Gayla) obasiealy Abagll § SS ye ho gl Sha Litge lil gil pude pd IS posldll gi ISA g5y 2s hy Latgerall Lay hasg bals Aisa pew intl! gesl_Artinya, “Perihal perkataan ‘Demikian juga Abul Qasim, ‘demikian juga’ adalah khabar mugaddam atau predikat yang didahulukan. ‘Abul Qasim’ adalah mubtada muakhkhar atau subjek yang diakhirkan. Maksudnya, seperti ulama yang sudah tersebut perihal hidayah dan keistiqamahan jalan adalah Abul Qasim, Junaid, pemimpin kelompok sufi baik dari sisi ilmu maupun amal. Bisa jadi penulis memandang popularitas Junaid melalui gelarnya. Kalau penulis mengatakan, ‘Junaid juga pembimbing umat’, tentu lebih klir,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasylyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauwhid, [ indonesia, Daru thyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun J, halaman 89). Meskipun sebagai seorang imam sufi di zamannya, Junaid Al-Baghdadi tidak meminggirkan sisi figih dalam kesehariannya. Artinya, ia cukup proporsional dalam menempatkan aspek figih (lahiriyah” dan aspek tasawuf (batiniyah” di saat kedua aspek ini bersitegang dan tidak berada pada titik temu yang harmonis di zamannya. Di zamannya, banyak ulama terjebak secara fanatik di satu kutub yang sangat ekstrem, yang fagih dan yang sufi, Banyak ulama mengambil aspek figih dalam syariat Islam, tetapi menyampingkan aspek tasawuf dalam syariat. Sebaliknya pun terjadi, banyak ulama mengambil jalan sufistik, tetapi menyampingkan aspek figih dalam syariat. Junaid sendiri bahkan abli figih. la juga seorang mufti yang mengeluarkan fatwa berdasarkan mazhab Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi'i. Baginya, jalan menuju Allah tidak dapat ditempuh kecuali oleh mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW sebagai keterangan Al-Baijuri berikut ini 49 Aas plAYB Lillies lolgie! Ligins OS 518 (pSLEII ploy! abe yb gl anda Je dic alll gy Lan! Sy eal Lal 42D ng ling dale tl he Sg) UT eictall fo 9] dad Jo agane ath pl inl Pl ce Ge 893 Cry Go Leal ad gyay I las AST OB Le GB Aaa ac acl ed A Mali al Yo Gale Gamal tenall Gtoui ageuig Artinya, “Imam Junaid dari sisi figih mengikuti Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Abu Tsaur juga seorang mujtahid mutlak seperti Imam Ahmad. Salah satu ucapan Imam Al-Junaid adalah, ‘Jalan menuju Allah tertutup bagi makhluk-Nya kecuali bagi mereka yang mengikuti jejak Rasulullah SAW, ‘Kalau ada seorang dengan keimanan sejati yang beribadah ribuan tahun, lalu berpaling dari-Nya sebentar saja, niscaya apa yang luput baginya lebih banyak daripada apa yang didapatkannya, dan ‘Bila tumbuh bibit kemurahan hati dan kedermawanan, maka orang jahat dapat dikategorikan dengan orang baik,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [indonesia, Dary Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 89-90). Keterangan Al-Baijuri menjelaskan sikap sufisme Junaid Al-Baghdadi, yaitu tasawuf sunni. Jalan ini yang diambil oleh Junaid Al-Baghdadi karena banyak pengamal sufi di zaman itu terjebak pada kebatinan dan bid’ah yang tidak bersumber dari sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Imam Junaid layak menjadi panutan dari sisi tasawuf karena tetap berpijak pada sunnah Rasulullah SAW. DB gh gh pat Cay sl dal pd aS Jad gd Salg.ty aedIl pd (yo gil AaUl ook Slab sf AAU! 51a gy Dyorig Spathl alee Fa yall § AeKIl SLL ogy Sle ploy! Oi Jolmlly agae peg Ailenall ye 53 pe ak GS pp bi all ttle geet fp Ach) Stub ogety Apel Any siléall si geet! og ASI! Slaue qetiaiig Artinya, “Perkataan ‘pembimbing umat’ maksudnya adalah pembimbing umat Islam ini, umat terbaik sebagaimana kesaksian firman Allah SWT dalam Al-Qur’an ‘Kalian adalah sebaik- baik umat yang hadir di tengah umat manusia’ Mereka para imam itu adalah orang pilihan di tengah umat terbaik tetapi derajatnya di bawah para sahabat Rasulullah dan tabi’in. walhasil, Imam Malik dan fugaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang furu’ atau figih. Imam Asy’ari dan mutakalimin sunni lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang ushul atau aqidah. Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka," (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharati Tauhid, [Indonesia, Daru thyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 90). Imam Junaid juga menyayangkan sikap naif sebagian kelompok sufi yang mengabaikan realitas dan aspek lahiriyah. Menurutnya, sikap naif sekelompok sufi dengan mengabaikan sisi lahiriyah mencerminkan kondisi batinnya yang runtuh seperti kota mati tanpa bangunan. 1S dibb il abst op blls bay dqiall Cul) |S gi ae all 9) O59 Artinya, “Imam Junaid RA mengatakan, ‘Bila kau melihat sufi mengabaikan lahiriyahnya, ketahuilah bahwa batin sufi itu runtuh,”” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Syarani, At-Thabaqul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz |, halaman 85). Sebaliknya, ia juga menyayangkan sekelompok umat Islam yang hanya mengutamakan sisi lahiriyah melalui formalitas hukum figih dengan mengabaikan sisi batiniyah yang merupakan roh dari kehambaan manusia kepada Allah. Walhasil, Imam Junaid Al-Baghdadi adalah ulama abad ke-3 H yang mempertemukan figih dan tasawuf di saat keduanya tidak pernah mengalami titik temu Empat imam madzhab besar semua adalah ulama-ulama yang mencintai tasawuf, memahami apa itu ilmu tasawuf, apa itu sufi dan seperti apakah ajaran tarekat yang sebenarnya. Berikut pernyataan para imam madzhab. 1, Imam Abu Hanifah. Abu Hanifah adalah imam besar mazhab Hanafiyang ternyata ternyata juga seorang Mursyid Tharigah Sufi, Diriwayatkan oleh seorang Fagih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqaag, berkata: “Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Mo'ruf al- Karkhy, dan beliau mengam- bil dari Dawud at-Tha'y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah”. Imam Abu Hanifah atau dikenal juga dengan nama Nu'man bin Tsabit adalah murid dari Ahli Silsilah Tharigat Naqsyabandiyah, Imam Jafar as Shadiq ra. ... Abu Hanifah berkata: “lika tidok karena dua tahun, Nu’man telah celaka. Karena 2 tahun saya bersama Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar. (Jalaluddin as Suyuthi dalam kitab Durr al Mantsur) 2, Imam Malik bin Annas. Malik bin Anas pendiri mazhab Maliki juga merupakan murid dari Imam Jafar as Shadiq ra Perkataan Imam Malik tentang tasawuf yang sangat masyhur hingga saat ini, yaitu, “Siapa yang bersyariat atau berfigih tanpa bertasawuf, benar-benar menjadi fasiq. Dan siapa yang bertasawuf tanpa bersyariat (berfiqih” benar-benar zindiq. Siapa yang mengintegrasikan Figih dan Tasawuf benar-benar menapaki hakikat kebenaran. (Ali al-Adawi dalam kitab Ulama figih, vol. 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan). 3. Imam Syafi Imam Syafi’i berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: Meninggalkan hal- hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti thariqat ahli tasawuf dengan menerima 3 ilmu: Mereka mengajariku bagaimana berbicara, Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf (Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341) 4, Imam Ahmad bin Hambal Sebelum mengenal Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal pernah menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Kamu harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.” Namun setelah beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba ia berkata pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka., melalul ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah”. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat..."(Ghiza al Albab, vol. 1, hal. 120; Tanwir al Quiub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi) 5, Imam Ibnu Taimiyyah. Yang kelima bonus. Siapa yang tak kenal dengan Ibnu Taimiyah, ulama panutan kaum Wahabi dan penentang tasawuf, akhirnya mengakui tasawuf adalah jalan kebenaran, sehingga menjadi pengikut thariqah Qadiriyyah. “Kallan harus mengetahui bahwa para syaikh yang terbimbing harus diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tharigah para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia kepada Hadhirat Allah dan ketaatan kepada Nabi.” (Majmu al Fatawa ibn Taimiyyah, terbitan Dar ar Rahmat, Kairo, Vol. 11, hal. 497, dalam bab. Tasawuf } HIKMAH 01 Mengandalkan Amal Ibadah SBN 9525 Re cle Gla jodi fe staev ale jy Sebagian tanda seseorang bersandar atas amalnya adalah berkurangnya harapan ketika terjadinya kesalahan . Ar-raja’ adalah istilah khusus dalam terminologi agama yang bermakna pengharapan kepada Allah Ta‘ala. Ar-raja’ tidak selalu terkait dengan pengharapan akan ampunan Allah, melainkan lebih menyifati orang-orang yang mengharapkan kedekatan dengan Allah, yakni taqarrub. Kalimat "wujuudi zalel", artinya segala wujud yang akan hancur, diterjemahkan sebagai "alam yang fana", Status ini menunjukkan seseorang yang masih hidup di dunia dan terikat oleh alam hawa nafsu dan alam syahwat; itu semua adalah wujed al-zalal, wujud yang akan musnah Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta’ala Lihatlah kepada hati apabila kita terperasok ke dalam perbuatan maksiat atau dosa, Jika ke - salahan yang demikian membuat kita berputus asa daripada rahmat dan pertolongan Allah Swat itu ‘tandanya pergantungan kita kepada-Nya sangat lemah. Firman- Nya, ohh pads alut 5) ctul das 5 ype gis ¥ Bgendil cle 195,05 53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( AZ-2UMAR } 089 UB Goawdll 38 (S598 Gall aipds ihe 55. Mereka menjawab:" "Kami manraiatien kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa." 56. Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang- orang yang sesat." ( AL-HUR ) Og Aids Ab 13) aguil CadS ta Gia Aged ol Les ig dy8 dads Guth vSSl 13 18g 36. Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu, Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya” disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. (AR-RUM} Sebesar apapun dosa yang kita lakukan maka jangan berputus asa dari ampunan ALLAH SWT maka nant kita akan seperti Iblis. Cualball afe Sac T Gud! ass Wig ad 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat” di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." ( AZ-ZUMAR ) Berbeda kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam AS, tidak putus asa tetapi bertaubat pada ALLAH SWT. rise , eet . ii 3 . Me! CIGUT 98-44} ale OS Crab <4) oye able (alts 37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ( AL-BAQARAH ) Nabi SAW bersabda : JG at Ips & ESY5 NU shin, A122 eessi BS 3 hs, dy 3458 OI Suds “Tidaklah salah satu diantara kalian masuk surga sebab amalnya” Para sabahat ber tanya " Juga tidak engkau ya RasulAllah ?. Nabi menjawab “ Juga tidak saya , kecuali berkat limpahan rahmat-Nya “ Jika orang kafir mendapatkan dunia tidak beriman dan tidak bersandar kepada Allah SWT, dikalangan orang Islam juga demikian, seperti sifatnya menyerupai sifat orang kafir. Orang islam beramal akhirat untuk dapatkan dunia. Contoh sholat dhwha supaya laris dagangan, emangnya kalau tidak sholat dhuha anda tidak dapet rezeki. yang seperti ini melakukan amalan karena kepentingan diri sendiri, bukan karena Allah s.w.t. Orang ini mungkin berharap dengan amalannya itu dia dapat mengecapai kemakmuran hidup di dunia. Dia mengharapkan semoga amal kebajikan yang dilakukannya dapat mengeluarkan hasil dalam bentuk bertambah rezekinya, kedudukannya atau pangkatnya, orang lain semakin menghormatinya dan dia juga dihindarkan dari pada bala penyakit, kemiskinan dan sebagainya. Bertambah banyak amal kebaikan yang dilakukannya bertambah besarlah harapan dan ke - yakinannya tentang kesejahteraan hidupnya. Jadi, ada golongan yang bersandar kepada amal semata-mata dan ada pula golongan yang bersandar kepada Tuhan melalui amal. Kedua-dua golongan tersebut berpegang kepada keberkahan amal dalam mendapatkan sesuatu. Golongan pertama kuat berpegang kepada amal zahir, yaitu perbuatan zahir yang dinamakan usaha atau ikhtiar. Jika mereka bersalah memilih ikhtiar, hilanglah harapan mereka untuk men - dapatkan apa yang mereka hajatkan. Ahli tarekat yang masih diperingkat awal juga kuat ber - sandar kepada amalan batin separti sembahyang dan berzikir, Jika mereka tertinggal satu amalan yang biasa mereka lakukan istiqomah, akan berkurangan harapan mereka untuk mendapatkan anugerah dari Allah s.wt. Sekiranya mereka tergelincir melakukan dosa, akan putuslah harapan mereka untuk mendapatkan anugerah Allah s.w.t. Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah, dy WV eB ded eile Bn ie a: Sane O gland iv) 3 pole ay, “padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu” ( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat ) CSR 95 TRC ag aha Hs iO es KS “Ini ialah dari limpah kumia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberian-Nya. Dan (sebenamya) siapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendin, dan siapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi masalah kepada Allah), karena sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah". ( Ayat 40 : Surah an- Nami ) a 9 eck ce eT |. ems oat 1.2 ble Ohsp Sle) Dgefllg aul igeubls 132, Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. ( ALI IMRAN } Sekilas ayat ini bertentangan dengan hadist Nabi Muhammad SAW diatas : seorang masuk surga masuk surga bukan karena amal. Tapi ayat ini malah mengatakan bahwa agar supaya mendapat rahmat dari ALLAH SWT harus taat ( lakukan amal sholih ~ pada AlIAH dan RasulNYA. Sehingga bisa dikatakan hadist Baginda Muhammad SAW diatas bermakna Hakikat suatu amal adalah karena Rahmat ALLAH SWT, sedangkan ayat ini adalah Syariat Islam yang harus di jalankan, Terus pripun menyikapi kedua dalil diatas ? 1. Kita wajib menjalankan semua perintah ALLAH SWT sesuai kemampuan kita, dimana ketika hendak beramal tujuan hanya kepada ALLAH SWT. Ketika berhasil di amalkan harus ada kesadaran penuh bahwa semua amal yang bisa kita lakukan adalah kehendak dan hidayah ALLAH SWT. Sehingga seseorang itu tidak sombong atas ketaatan yang dia lakukan, 3. Ketika sudah istiqomah dalam Amal maka jangan merasa paling berhaq menentukan diri kita masuk surga dan pelaku maksiat ahli neraka, tetapi gantungkan hatimu terus pada ALLAH SWT. 4. Ketika melakukan amal buruk atau melanggar perintah ALLAH SWT maka cepat-cepat bertaubat dan jangan berputus asa dalam berharap ampunan ALLAH SWT. N Kesimpulan dari semua nya adalah 1. Ketika ada ayat-ayat Al-qur’an yang menjanjikan pahala surga, keberkahan rezeki, kelancaran usaha, akan ada pertolongan ALLAH SWT, dsb itu karena ALLAH SWT Maha Mengetahui keadaan hati seorang hamba yang males, menyukai kesenangan maka di iming-imingi dengan balasan di akhirat atau di dunia. . Kemudian jika kita menemukan Hadist atau ayat AL-Qur’an yang bermakna bahwa semua kejadian atau segala kehendak adalah atas izin ALLAH SWT itu sebenarnya untuk orang yang sudah bertaqwa, sudah istiqomah, agar hati mereka tidak sombong, tidak riya’, dan supaya hati nya tetep istigomah dengan hati yang ikhlas. HIKMAH 02 Tentang Tajrid Dan Asbab N HIKMAH KE 2 Belge rie AU di BG) Ao aps BESH1 ep oS au abi wll e oti CLA wash US) Sg og bikes KEINGINAN KAMU UNTUK BERTAJRID PADAHAL ALLAH MASIH MELETAKKAN KAMU DALAM SUASANA ASBAB ADALAH SYAHWAT YANG SAMAR, SEBALIKNYA KEINGINAN KAMU UNTUK BERASBAB PADAHAL ALLAH TELAH MELETAKKAN KAMU DALAM SUASANA TAJRID BERARTI TURUN DARI SEMANGAT DAN TINGKAT YANG TINGGI. Tajrid secara bahasa memiliki arti: penanggalan, pelepasan, atau pemurnian. Secara maknawi adalah penanggalan aspek-aspek dunia dari jiwa (najs> atau secara singkat bisa dikatakan sebagai pemurnian jiwa: Asbab secara bahasa memiliki arti: sebab-sebab atau sebab-akibat. Secara maknawi adalah status jiwa (nafs yang sedang Allah tempatkan dalam dunia sebab akibat. Semisal Iskandar Zulkarnain yang Allah tempatkan sebagai raja di dunia, mengurusi dunia sebab-akibat. Syahwah (atau syahwot) secara bahasa memiliki arti: tatapan yang kuat, atau keinginan. Secara maknawi merupakan keinginan kepada bentuk-bentuk material dan duniawi, seperti harta, makanan dan lawan jenis. Berbeda dari syahwat, hawa-nafsu (disingkat “nafsu”” adalah keinginan kepada bentuk-bentuk non-material, seperti ego, kesombongan, dan harga dir Himmah merupakan lawan kata dari syahwat, yang juga memiliki arti keinginan. Namun bila syahwat merupakan keinginan yang rendah, maka himmah adalah keinginan yang tinggi, keinginan menuju Allah, Adakalanya Allah menempatkan seseorang dalam dunia asbab dalam kurun tertentu,misal : untuk mencari nafkah, mengurus keluarga, atau memimpin negara. Bila seseorang sedang Allah tempatkan dalam kondisi asbab itu, namun dia berkeinginan untuk tajrid (misalkan dengan ber-uziah fokus ibadah ~, maka itu dikatakan sebagai syahwat yang samar. Sebaliknya, justru mengingin -kan asbab, saat Allah menempatkan seseorang dalam tajrid, namun maka itu merupakan sebuah kejatuhan dari keinginan yang tinggi Dan tanda-tanda bahwa Allah Swt. menempatkan dirimu dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak menyebabkan lalai menjalan - kan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain. Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dar! jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak lalai dalam menunaikan kewajiban-kewajiban. Giri tanda dalam maqom asbab yang di ridhoi : 1. hasil usaha kita cukup memenuhi kebutuhan keluarga dan membantu orang lain ( fakir/ miskin ~ 2, usaha dunia nya tidak mengganggu dia dalam daikir atau sesuatu yang diwajibkan 3, usaha kita tidak menarik pada apa yg diharomkan oleh ALLAH SWT. Contoh pinjaman riba. maka jika demikian maka pindah 4, dalam usaha nya selalu dipertemukan pada orang sholih 5. usaha nya tidak punya hubungan dengan orang buruk 6. adanya niat untuk mencari akhirat. Adanya niat dalam usaha karena ALLAH SWT adalah : berusaha mencari anugerah/fadhlillah dalam surah jum'ah, bukan mencari rezeki. Karena rezeki itu adalah pemberian yang umum dan khusus. Dan ada yang halal maupun yang harom. Rasulullah shallalichu ‘alaihi wa sallam bersabda, UBB GAT SH CogAd LEE Ope lt gles cd tg at gh ASE Ua Ngh35 US Ua gdb CLE og lgladls alu gti gis Lagi Sig “Wohai manusia bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati hingga terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki ter - sebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan pilihlah cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkaniah rezeki yang haram” (HR. Ibnu: Majah } Sg fas aul Je fl ASU G5) Ail YS Sly Whps aie Galan’ Gh Spe aI Ais U5Hl te QSbI YB “Katakaniah (Muhammad’,’terangkaniah kepadaku tentang rezeki yang telah Allah turunkan kepadamu, Jalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal,’ Katakaniah Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini”, ataukah Kamu mengada-ngada atas nama Allah?” Yunus: 59 ~. a sel ie ear Ge wa on ic S, 21 AT Bs Bese Gis & w 2a a6 ie, ited: fae, a tla as a) md a ang "OS ie, fe SB Bae oboe on Bed, ate al th @ SS Bess & Lh ot sca’ Se cg Ett al yeh ome 168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. ( AL-BAQARAH } pad oe igh ag iggasil blast Us 55535 Wl igdaast gg 3] Sas (3h 5 Sg hlld Sled yas ai igg8itg aut SSS KS daly Seat 3 gall 8 HS aT ee w UE (9” Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegera - lah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (10° Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (11° Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah”. Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. CIRI ORANG DI MAQOM TAJRID : Tercukupi semua kebutuhan dunia nya . Bathin seorang itu jika mengalami kesusahan tetap tenang, sabar, ikhlas . Tidak ada perasaan tamak pada milik orang lain . Banyak waktu untuk ibadah PwNe Contoh maqam tajrid : orang sakit, ibu rumah tangga, pelajar, jompo, udzur. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : J5b Atalg eRe Dj dud Wal «Sind £585 WAST 1G 2 9d Sad al Oye Dsad Ail alg SUA 1G Gb Yass 9 dig “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada - Ku, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada” di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi ke - butuhanmu, Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu {kepada manusia™ Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasilullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam a ross tld. dapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang.telah ditetapkan baginya, Barangsiapa yan niat (tujuan” hidupnya adalah negerl akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadi - kan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya (¥/ 183°; Ibnu Majah (ne. 41057; Imam Ibnu Hibban (no. 72-Mawariduzh Zham’‘an 5 al-Baihaqi (VIl/288" dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu. HIKMAH 03 wh speek se af oh 2 oe MENA Y dl B12 Kuatnya keinginan tidak akan menjebol benteng taqdir Beriman kepada takdir seharusnya melahirkan penyerahan secara berpengetahuan bukan menyerah kepada kejahilan. Orang yang jahil tentang hukum dan perjalanan takdir tidak dapat berserah diri dengan sebenarnya kepada Allah s.w.t karena disebalik kejahilannya itulah nafsu akan menggunakan akal untuk menimbulkan keraguan terhadap Allah s.w.t Himmah adalah sebuah tarikan ke atas, atau perhatian yang sangat besar, atau keinginan besar menuju Allah, merupakan lawan kata dari syahwat. Adapun pengertian Sawaabiqu (dari akar kata sabaqa” bermakna kekuatan atau perlombaan, satu akar kata dengan musabaqah. Pengertiannya adalah bahwa sekalipun seseorang memiliki himmah yang sangat kuat, namun pencapaian dalam bersuluk itu sudah ditentukan kadarnya, porsinya, dan waktunya oleh Allah. <=8t sah gee on jolie ty phed PENJELASAN KiTaB KAsviFATUS SAA «JAI 9 slat] Sas (3 lgalis! [F59] (CABANG”. Kalangan ulama berbeda pendapat tentang makna qadha’ dan qadar. sf GEE Cats ee EN gee BEN cht Sct we 28h 38 z «DS ALG aale Cp le He SSI eA! ath 0515) S5eLB9) Ue Clea Adapun gadhé’, menurut kalangan ulama penganut akidah Imam al-Asy‘ari adalah kehendak Allah akan segala sesuatu di ozali, berdasarkan putusan ketentuan yang ditetapkan-Nya di selain azali. wait) at. 42 art, @8 7F. Seh tis ea od ne arate SSISy! G99 He yo pers 48 Je sey! aul sles] patie SABI 5 Dan gadar menurut mereka adalah pewujudan Allah akan segala sesuatu berdasarkan ukuran yang tertentu, dengan disesuaikan pada kehendak-Nya. 6508 SY) By Me 0545 Aaj GS ball Stay 9 tha whe Act ail Shi Aalatal aut Said Maka kehendak Allah yang berkaitan di azali, dengan hal bahwasanya engkau akan menjadi seorang berilmu adalah gadha’. Dan pewujudan ‘“ilmu pada dirimu setelah terwujud dirimu, sesuai dengan kehendak Allah adalah qadar. AS sole g39 He olay 8365 ao eLBSI al Ste) cLaAE Adapun menurut kalangan ulama penganut akidah Imam al-Maturidi, make gadha’ ialah pewujudan Allah akan segala sesuatu disertai dengan penambahan penyempurnaan keyakinan, dengan disesualkan pada ‘iimu Allah ta’ld, EUS AE SAO 5 BS 9 SS Qand Ge ale Leh toll ody aglde (EH abl Liss col Yakni [qadha’ adalah] pembatasan Allah di azali kepada setiap makhluk dengan batasannya [masing-masing], yang diwujudkan [oleh Allah] kepada makhluk itu, berupa baik, buruk, manfaat dan bahaya, hingga hal-hal lainnya. Dalam Al Qur'an, Allah Ta’ala berfirman, Sed al Je GUS 6] GUS GU | Lo Sig Lal gle Alas abl i ls ali “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnyo Allah mengetahui apa saja yang ada di Jangit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh~ Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70). aa thea ate 2iese 22 STs eH 22lds bites lag SAG WI) gle olssg gm YI Golesy Waall piles oicg ny ee 2 oN ey ene ak alls .§ A053 ome US 35) ols CBI LSI lal § B55 “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di Jautan, dan tiada sehelal daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz™ (QS. Al An’am:59). Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalalihu ‘alaihi wa salam, age esl e seca as {hc 35 [ek eegy zh Be 38 - 8é Aa CAN Guede GOII9 GIGaS GS OI ks GSEI! joolka abl C35" "Allah telah menetopkan takair untuk setiap makhluk sejak lima pultsh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumiHR.MUSLIM ben ae ata Gglaailag Gals aly “Padohal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".” (QS. As Shaffat:96). seth fos ae cat nl SN 27 38152 « he ee 29} Gyo) oy aul cLB3 OI SI) GgelASLeg (28) BELG OI Sie LB gal “(yaitu” bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu” kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29). LANTAS BAGAIMANA CARA MENYIKAPI TAQDIR ? 1. Bersikap di tengah-tengah, tidak terlalu sedih jika kehilangan sesuatu dan tidak terlalu bangga jika berhasil dalam usaha mendapatkan sesuatu. ‘ hg ob opts 959] Baki 395 2ST red on uel US) (22) Sud a “Tiada suatu bencang pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula” pada dirimu sendiri melain -kan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh”sebelum Kami menciptakannya. Sesungguh - nya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu” supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu...” (QS, Al Hadiid:22-23)._ 2. Sandarkan kebaikan itu pada ALLAH SWT dan sandarkan keburukan itu pada dirimu sendiri SF al) ae ply My alin SN) ad pty CLE ole Gb pole cyte Lily Ue Sle dit SU cot nial otis ab gall as tu) ON Gob dt uy Gly ¥ thd cnt Rte oat Ubel bay — Lily lal] csi — ail pad ee oe tbbel wKesl cS Lag dene yt Kila bag Sai abd spend LS Like Y Las” gl ee ot tan pe OT OY Adapun hadis Muslim dalam doa Iftitah, “2; 3 1’ maka maksudnya adalah tidak ada keburukan yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Mu atau keburukan tidak diperbolehkan untuk disandarkan kepada Allah demi tujuan berbuat adab, karena yang pantas adalah menyandarkan kebaikan kepada Allah dan menyandarkan keburukan kepada diri sendiri demi tujuan berbuat adab, karena Allah berfirman, “Apa saja bentuk kebaikan yang menimpamu maka itu adalah dari Allah — dari segi mewujudkan dan menciptakan — dan apa saja keburukan yang menimpamu maka itu adalah dari dirimu sendiri — dari segi melakukan, bukan menciptakan,”"° sebagaimana ditafsiri oleh Firman Allah lainnya, “Apa saja musibah yang menimpa kalian maka itu dikarenakan apa yang telah kalian perbuat,”'’ karena ayat al-Quran dapat menafsiri ayat yang lain. | 17:asv-svuro30 PD ale pat) ooh) bily AU ppd il ie oe I Ul gs Uy LLL ely) Jad bs Geel of sob UW, east uk of ab, ob JG ee gob caby Vly Canny sanlan ye silly cpter gab gil gi PL! ale yale ecyal Lap lb dena ally cb Lay play SAbl ond Cape cpdaty ghand Lay Kile aly Sar Sat SE Sls abt Juul oy JSG Vy pL ade aes LUay lee dle Ll a8 Yb ta ty gieol whet Ay et oe gl gh Nig oleally lgtlly aptly gett) Gmcele pully EWYly Sl yb Wold) Sal Yl ge bby Voll! Rak she gay SI Adapun Firman Allah, “Katakanlah! Segala sesuatu berasal dari sisi Allah,” ( An-nisaa:78-79) maka dikembalikan pada hakikatnya. Lihatlah adab Khidr, ‘alaihi as-salam, sekiranya ia berkata, “Maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai pada kedewasaannya ...” ( Al-Kahfi:82) dan ia berkata, “dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu ..." ( A-Kahfi:79) . Berangan-anganlah tentang perkataan Ibrahim al-Kholil ‘alaihi as-salam, “(yaitu Tuan” Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjukkan aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” ( QS. As-Syuaraa: 78-80 ) Dalam ayat-ayat ini, Ibrahim menisbatkan petunjuk, memberi makan, dan mengobati kepada Allah dan menisbat -kan sakit kepada dirinya sendiri, Ibrahim tidak berkata, “Dialah yang membuatku sakit” karena berbuat adab. Apabila tidak ada tujuan berbuat adab maka sesungguhnya segala sesuatu berasal dari perbuatan-perbuatan Allah. Dia berfirman, “Padahal Allah-lah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu.” QS. As-Shooffaat: 96 Maksud ‘apa yang kalian perbuat itu’ adalah hal yang baik dan yang buruk, hal yang karena ke - hendak sendiri atau bukan kerena kehendak sendiri. Tidak ada bagi seorang hamba kecuali hanya condong ketika dalam keadaan berkehendak sendiri. Oleh karena itu, ia dituntut untuk bertaubat, berjanji tidak akan mengulangi, kecewa, dan berhak untuk menerima ta’zir, had, pahala, dan siksa. Kecondongan ini disebut dengan berbuat. Berbuat adalah ta’alluq dari sifat Qudroh Haditsah. Ada yang mengatakan bahwa berbuat itu adalah Irodah Haditsah. HIKMAH 04 Tentang Rencana kehidupan endl oy EY GLE DE gy AES 458 Ge DAS FI TENANGKAN HATIMU DARI URUSAN KEHENDAK KARENA APA YANG DIATUR OLEH SELAINMU TENTANG URUSAN DIRIMU, TIDAK PERLU ENGKAU CAMPUR TANGAN. Tanpa kita sadari, banyak hal yang telah Allah atur untuk diri kita. Jaringan syaraf yang terus bekerja, paru-paru yang memompa udara, oksigen yang kita hirup dengan leluasa, rizki yang kita makan, dan banyak hal lain yang sesungguhnya telah Allah atur untuk setiap manusia. Istirahatkanlah dirimu dari memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Jangan banyak berangan- angan dan memikirkan hal-hal yang belum terjadi, seperti halnya memikirkan makan apa untuk hari esok atau bulan depan, karena Allah sudah taqdirkan rezeki untukmu jauh sebelum engkau ada, begitu juga ajalmu, nikmat, dan cobaan untukmu, Belum tentu apa yang engkau pikirkan besok akan terjadi, sehingga pikiran dan angan-angan itu tidak berguna dan sia-sia belaka. Tidak pernahkah engkau berpikir, dulu sebelum engkau ada, engkau pun tidak pernah me - mikirkan dan tidak meminta pada Allah untuk mewujudkanmu, lalu Allah berkehendak untuk menampakkanmu dengan kehendak-Nya Sendiri bukan dengan adanya permintaanmu. Apa yang sudah ditanggung oleh Allah untukmu, apakah itu dalam halihwal rezekimu serta lainnya, maka engkau jangan ikut serta mengurusnya, karena Allah berfirman: ke & 7- al Et 5 aye oo 5 | 1 gays 13 (2 leg AZ8)y al Ae YI) GOI! 3B Gls Ge leg “Tidak ada satu binatang melatapun di bumi ini kecuali Allah sudah menanggung rezekinya....” (Hid (11): 6 pedeiyar tye? afin cad hendaknya engkau merenungkan firman Allah : egal Sle x aly uu “Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi Terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)....” (al-Bagarah [2]: 255°. Allah adalah Dzat yang mengurus hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat, di dunia dengan memberi rezeki dan di akhirat dengan memberi pahala dan pembalasan (amal perbuatannya™- Maka, jika engkau sudah mengetahui bahwa Allah bersifat Qayydm (Maha Mengurus makhluk- Nya” maka berserah dirilah kepada-Nya! Yang di maksud Tadbiir (mengatur diri sendiri” dalam hikmab ini yaitu Tadbir yang tidak di barengi dengan Tafwiidh (menyerahkan pada Allah’. Jika Tadbir dibarengi dengan Tafwidh itu diperbolehkan, bahkan Rasulullah bersabda: At-tadbiiru nishful ma-‘isyah (mengatur apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari ma'isah/penghidupan’. Hadits ini anjur - kan untuk membuat peraturan di dalam mencari fadholnya Allah. Pengertian Tadbir disini ialah menentukan dan memastikan hasil. karena itu semua menjadi aturan Allah. Tadbir yang dilarang yaitu ikut mengatur dan menentukan/memastikan hasilnya. Dalam surah Asy-syuro : ayat 26-27 Sia Gide ad) O35 poh B5 b15355 ALAN Nolet 1gtal dan Dia memperkenankan (doa” orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala” kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras. GS ooking Sp elig to 18 UR S55 55) 3 15930) ooteal G3}!! dui eas gs Dan sekirarya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamiba-Nya niscaya mereka akan ber buat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan” hamba-hamba-Nya, Maha Melihat. Janganlah anda berpikiran buruk kepada ALLAH SWT lantaran belum dikaruniai anak. ALS gal ¢ agg UAL oa Ce Li His Gly pip opal dik oi ze WH sie hy ee cosas he ote joa Gale stil aa 2 51g GSS AgF953 51 jgSUT “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak- anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugrahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya’, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahul lagi Maha kuasa"[Asy-Syura/42 : 49-50] Apa beda rezeki dan karunia ? Hakikat rezeki ada dua kategori sebagaimana dikatakan sahabat Nabi, Sayyidina Ali bin Thality radhiyallahu 'anhu, LSU Sgad Slay SUI WIS lad 3} y9 «Adley jy sdlegd j,Il sib GI) Ad dulled GUI Lely lane Je glo Artinya: "Sayyidina All bin Abi Thalib berkata abl ge Jue GWiy ll ad. Ada dua jenis rezeki: (1 Rezeki yang mencarimu dan (2° Rezeki yang kamu cari. Rezeki yang menearimu akan datang padamu sekalipun dalam keadaan tidak berdaya. Adapun rezeki yang kamu cari, maka tidak akan datang padamu kecuali dengan usshamu. Yang pertama anugerah dari Allah, sedang yang kedua adalah keadilan dari Allah." 1. Rezeki yang Mencarimu Artinya, pemberian dari Allah kepada hamba yang dikehendaki- Nya. Rezeki yang pertama ini merupakan anugerah dari Allah. Biasanya rezeki ini datang, tak diduga-duga kepada mereka yang bertakwa dan beramal saleh. Ini merupakan jaminan Allah dalam Al-Qur'an: "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niseaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (At-Thalaq ayat 2-3). Tidak peduli orang yang mendapatkannya orang yang lemah atau tidak mampu dalam mencari rezeki. .. Rezeki yang Dicari Ini merupakan jenis rezeki yang diperoleh berkat usaha/ikhtiar. Jenis rezeki membutuhkan usaha dan kerja keras untuk mendapatkannya. Seperti orang yang bekerja di kebun, berdagang, atau bekerja kantoran, mereka mendapatkan uang dari hasil usahanya. Kategori rezeki ini tidak akan datang kecuali dengan berusaha. Tidak perduli muslim, non muslim, bagi yang bekerja maka ia akan mendapatkan rezeki atas usahanya. Ini merupakan keadilan Allah bagi manusia yang mau berusaha. Diriwayatkan Imam Thabrani dalam Mu'jam Kabir nomor 10379, bahawasanya suatu ketika Rasulullah & kedatangan tamu. Sebagaimana kebiasaan dan akhlak mulia Rasulullah & yang selalu memuliakan tamu, Rasulullah 23 ingin menjamunya dengan makanan. Kemudian Rasulullah & mengirim seseorang kepada para istrinya untuk meminta makanan. Namun, kenyataan yang didapat, tidak ada satu pun dar istri-istri beliau & memiliki makanan saat itu. Menghadapi hal tersebut, beliau @ lalu berdo: Sap a es ne gilieg! (nan SR * et 2 gs? =i Yl Ses 3 ‘ *, $ | \ es SY) Yas 9 als Bias jg Alas Gye HULA! 3! Ya Allah, aku memohon karunia-Mu dan rahmat-(Mu, karena sesungguhnya tidak ada yang memilikinya kecuali Engkau. Setelah melafalkan doa tersebut, tanpa disangka-sangka, Rasulullah @ kemudian mendapat hadiah seekor kambing panggang, dan kemudian bersabd 455) Sut 555 call Lh G2 ol Ini termasuk karunia Allah, dan kita sedang menanti rahmat-Nya. Allah berfirman : oo - sladlgal dS OS Cons Sle Wa aks le AAS ap All LBB be (phat 95 Leake sist OB GU Al Gaal Gye al (pling Gio) We Chal Janganlah kamu berangon-angan (iri hati” terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain, Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usaha -kan dan bagi perempuan (pun” ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mahonlah kpada Allah sebagian dori karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuotu (QS. An-Wisa [4]: 32). Juga dalam firman-Nya: CAE Realy aul LES Ga aS eal as Chel OL Katakanlah (Nabi Muhammad’, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia enugerahkan - nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali imran [3}: 73). OghSB5 QSlad 9 ALES fo gh G ad MST SEUNG UU ASI Uae aia) 0d Artinya: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu meneari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari” dan agar kamu bersyukur kepada-Nya,” (QS Al-Qashash: 73). welt Rg Sulg Sag Obs Spake Sg duly Leal Salis 5A0)T lag Guar 268, Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti” kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir’; sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya" lagi Maha Mengatahui. ( AL-BAQARAH ) ibe: [ga atkls olil Iptate QUT als Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama -Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga” dan limpahan karunia-Nya. Oan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai~ kepada- Nya, (AN-NISAA :175) SSS Lal yas alah ig i539 aT LAS eyo igacily LoiST 3 ig pail 10. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Esp KS ail 385 gal lg cabal 19g) af By 11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah”. Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki. (ALJUMUTAH } Sampai pada kesimpulan, bahwa karunia adalah bagian dari pada Rezeki yang diberikan karena semata-mata Rahman Nya ALLAH SWT pada hamba-hamba yang Sholih. HIKMAH 05 Tanda Butanya Mata Hati be CAB hs Dakss Hl yb hs mgs Bead At KERJA KERAS ( KESUNGGUHAN ) KAMU UNTUK MEMPEROLEHI APA YANG TELAH TERJAMIN UNTUK KAMU DI SAMPING KELALAAIAN KAMU TERHADAP KEWAJIBAN YANG DIAMANAT - KAN MENUNJUKKAN BUTA MATA HATI. Hikmah S$ ini merupakan lanjutan kepada Hikmah yang lalu. Imam Ibnu Athaillah menceritakan kesan daripada hijab nafsu dan hijab akal yang menutup hati daripada melihat kepada takdir yang menjadi ketentuan Allah s.w.t. Ada tiga perkara yang harus direnungi : 1: Jaminan Allah s.w.t. 2: Kewajiban hamba 3: Mata hati yang mengenal jaminan Allah s.w.t dan kewajiban hamba. Hamba yang buta mata hatinya adalah dia tekun dan rajin di dalam mencari rezeki yang dijamnin oleh Allah s.w.t tetapi dia mengabaikan tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah s.w.t, Ibadah yang belum ada jaminan dia abaikan. Di dalam Al-Quran terdapat banyak kata tentang "bashirah”, misalkan dalam Surah Al-lsraa' [17]: 72 dikatakan, "Dan barangsiapa yang buta (a'maa” di dunia, niscaye di akhirat (nanti~ ia akan lebih bute dan lebih tersesat Jalannya". Atau dalam ayat lain disebutkan: a atte teen we cvet ieee eeoteees fh le ety cen aalae Gide alg S5Lbe Amplall deg dyad cles Aguold Ue dui asd Allah telah mengunci-mati qalb-qalb mereka dan telinga-telinga mereka, dan bashirah-basirah mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang omat berat. @.S. Al-Baqarah [2]: 6 Dari ayat diatas bisa di pahami bahwa orang yang tidak bisa jalankan syariat agama Islam, itu juga sebagian siksa di dunia. Karena kebahagiaan yang paling puncak di dunia adalah taat pada Sang Khaliq Maha pemberi Nikmat. Allah swt. berfirman di dalam QS: an-Nabi (16): 97 Sphess BEG Qarl absel iA Big Sh Gadd pha 51S) $3 Oe bo dhe Oe Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesunaguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa: BBE HEU ae I Ge al Stik He ll Gl eae Os os fais dee Be PBT Lay isl aly BLAS 35 jg lil a lbh Se ccd ling aie an Jue aio pj Sl gpk of a telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman. Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah meng - anugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikon kepadanya. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Ummu Hani’, dari Abu Ali Al-uhani, dari Fudalah ibnu Ubaid yang menceritakan bahwaiapernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ."4y @i99 «WS 426 O85 ep LY! J) cab ba asl as" Sesungguhnya beruntunglah arang yang diberi petunjuk kepada Islam, sedangkan rezekinya secukupnya dan ia menerimanya dengan penuh rasa syukur. Imam Turmuzi mengatakan, hadis ini shahi ul Ugg 05 wha g ee uly pa do Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan an kepada isi Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya orang mukmin dalam suatu kebaikan pun yang Dia berikan kepadanya di dunia dan Dia berikan pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi balasan di dunia karena kebaikan-kebaikannya, hingga manakala ia sampai di akhirat, tlada suatu kebaikan pun yang tersisa baginya yang dapat diberikan kepadanya sebagoi balason kebaikan. Hadis ini diketengahkan secara munfarid oleh Imam Musfim. Dari Ibnu Abbas bahwa kehidupan yang baik adalah rezeki yang halal. Seperti dalam doa Nabi: gd ling ale Ail be atul Uqths 685 LB [97 s Jou] (Ante BLS ai Add} she oil oF foe J AE UF Ge CHIR Ag cad J yb5 «gdh 5 Ley Bald Og B85 pale yas” Ya Allah, jadikaniah aku orang yang qana‘ah terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik”. (HR. Hakim” (Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain/2/388) 328 Ol sank 5 ON FE 505 “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi (pula” kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu.” (al-Baqarah [2]: 216). HIKMAH 06 Rela Dengan Pilihan ao aut le}e sle4)\ 3 chy x ea ellassl aaiedl \s bYa8Y Allah berfirman: .@8J 33 nds HUE Ls YO SE ca HEN HS 525 565 See ou BG confine oh a 2S ill 33 Y 458 cil esp 3 JANGANLAH KERANA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH MENWJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA. UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN- NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN. Doa adalah sebuah bentuk ibadah. Dan dalam Al-Quran, Allah memerintahkan kita untuk berdea karena Dia ALLAH Ta’ala pasti kabulkan. i ggehi S35 Jib5 Don Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." Q.5. Al-Mu'min [40]: 60 Tanda seorang mukmin sejati adalah: lebih yakin dengan apa yang ada di Tangan Allah dari pada apa yang dapat diusahakan oleh tangannya sendiri, Sebagian besar dari kita tidak sadar bahwa kita mensyirikkan Allah s.w.t dengan doa dan amatan kita. kita jadikan doa dan amalan sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggap - nya sebagai mempunyai kuasa, tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata : “Wahi Tuhan! Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah s.w.t? Kita tahu bahwa diri kita ini adalah hamba maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuhan. Hak hamba ialah rela dengan apa juga keputusan dan pemberian Tuannya. Doa adalah pe - nyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah s.w.t dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari memperolehi apa yang kita hajatkan ? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu boleh mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah s.w.t Yang Maha Penyayang menahannya daripada sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui. 3.5 2 ip Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan’; tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi siapa pun memilih (selain dari pilihan Allah”. Maha Suei Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. { Ayat 68 : Surah al-Qasas } Sgalad Y ail alas aluig. gS) $5 59 ULE Igtod OF egaué§ Firman Allah: "Dan mungkin jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padohal itu baik bagimu, dan mungkin jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. al-Baqarah 216]. Syaikh Imam Abul Hasan Asy-Syadzili Radhiallahu 'Anhu ketika mengartikan ayat Sg av US5ES Cael "Sungquh telah diterima do‘amu berdua [Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassafam] yaitu tentang kebinasaan Fir‘aun dan tentaranyo, maka hendaklah kamu berdua tetap istigamah [sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdo'a], dan jangan mengikuti jejak orang- orang yang tidak mengerti [kekuasaan dan kebijaksanaon Allch)." [QS. Yunus 89]. Maka terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima do'a Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam selama/sesudah 40 tahun lamanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda: "Pasti akan dikabulkan do'amu selama tidak terburu-buru serta mengatakan, aku telah berdo'a dan tidak diterima." Anas Radhiallahu ‘Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan dari padanya bahaya, atau diampuni sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang berdosa atau untuk memutus silaturrahim." Abu Bakar Ash-Shiddig memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khattab memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Usman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Thalib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh, Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Allah, mohoniah menurut apa yang telah ditentukan oleh Allah untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya. Dan syarat utama untuk diterimanya doa ialah keadaan terpaksa / kesulitan. Allah SWT 93505 3s ail ae Wel Loi eLaLS Slag 2g LT Candy b1e3 8 SA BATT Caos ol 62. Atau siapakah yang memperkenankan (doa” orang yang dalam kesulitan apabila ia ber- doa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain"? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya”. [QS. an-Naml 62]. Hikmah belum dikabulkannya doa , diantaranya 1, Mungkin juga Allah menunda mengabulkan doa kita di dunia karena hendak ditangguhkan di akherat atau digantikan dengan pengampunan dosa, Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Tidak seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera didunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat kelak, atau bisa juga digantikan dengan pengampunan dose sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahmi, atau isti'jal (menuntut segera terkabul™, Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti'jal itu?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Robku, namun belum juga dikabulkan” HR. Ath-Thirmidzi 2. Mungkin Alloh tidak mengabulkan doa kita karena la sengaja hendak menghilangkan keburukan dari kita. Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shomit r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika di atas bumi ada seorang muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, maka la akan mengabulkan doa itu atau menghilangkan keburukan darinya, selagi ia tidak mengerjakan dosa atau me - mutus hubungan kekerabatan.” Seseorang berkata, “Bagaimana kalau kita perbanyak doa 2” Rasulullah SAW bersabda: “Allah akan lebih banyak lagi mengabulkan doanya atau menghilang, -kan keburukan darinya” HR At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim 3. Penundaan terkabulnya doa bisa juga menjadi salah satu bentuk ujian iman dari Allah 4, Tidak segera dikabulkannya dea bukanlah berarti Allah menolak doa kita, karena bisa jadi waktunya saja yang belum tiba. HIKMAH 07 Allah Menepati Janji-Nya Wel 25 55 Os SES 335 fe 223) ad STB Y bay Osis 3 LOS jes JANGAN SAMPAI MERAGUKAN KAMU TERHADAP JANJI ALLAH KERANA TIDAK TERLAKSANA, APA YANG TELAH DIJANJIKAN, MESKIPUN TELAH TERTENTU (TIBA) MASANYA, SUPAYA KERAGUAN ITU TIDAK MERUSAKKAN MATA HATI KAMU DAN TIDAK MEMADAMKAN CAHAYA SIR ( RAHASIA ATAU BATIN ) KAMU. Kehendak dan perbuatan kita adalah anugerah daripada Allah s.w.t. Jadi, apakah hak kita untuk menuntut Allah s.w.t dengan doa dan amal kita, Memang benar Allah s.w.t berjanji untuk me - ngabulkan semua doa dan mengurniakan sesuatu menurut amalan. Tetapi, tidak ada makhluk- Nya yang layak menagih janji tersebut. Janji Allah s.w.t kembali kepada diri-Nya Sendiri. Contohlah akhlak Rasulullah s.a.w yang telah menerima janji Allah s.w.t yaitu baginda s.a.w telah bermimpi memasuki kota Makkah. Kaum muslimin percaya bahwa mimpi Rasulullah s.a.w adalah mimpi yang benar dan mereka yakin bahawa itu adalah janji Allah s.w.t kepada Rasul-Nya, yang Dia mengizinkan mereka bersama-sama memasuki kota Makkah sekalipun musyrikin Quraisy masih menguasai kota tersebut. Kaum muslimin berangkat dari Madinah ke Makkah. Rombongan mereka dihadang sebelum sampai di Makkah. Kaum musyrikin enggan membenarkan kaum muslimin memasuki Makkah, Peristiwa itu Terkenal dengan nama Perjanjian Hudaibiah. Di dalam Al-Qur’an pun diceritakan bagaimana do’a para Nabi dan Rasul : 1, Doa Kezaliman, Terkabul 40 Tahun Padahal doa Nabi Musa pernah dikabulkan 40 tahun lamanya tentang keruntuhan kerajaan Fir‘aun. Doa ini diabadikan dalam quran surah Yunus ayat 88, "Ya Tuhan kami, (akibatnya” mereka menyesatkan (manusia” dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakaniah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.” 2, Doa Meminta Keturunan, Terkabul di usia 80 tahun Nabi zakaria yang berdoa tanpa henti bahkan diusia tua tetap meminta keturunan kepada Allah Swt, Tanpa diduga, saat umur 80-an Allah memberi kabar gembira dengan diberikannya keturunan yang diabadikan dalam Alquran surah Maryam ayat 7 tentang lahirnya yahya, (Allah berfirman’, “Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak Jaki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.” 3, Doa Meminta Keturunan Rasul, Terkabul Setelah 3000 tahun, Nabi Ibrahim pernah memimpikan keberkahan kota Mekkah, Beliau berdoa agar diberikan keturunan seorang rasul yang terkabul setelah 3000 tahun lamanya. Doa ini terabadikan dalam Alquran surah Albaqarah ayat 126, “Dan (ingatich” ketika Ibrahim berdos, "Ya Tuhanku, jagikaniah (negeri Mekah” ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian," Dia (Allah berfirman, "Dan kepada orang yang kafir okan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku pakso dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali,” 5. Doa Kesembuhan Penyakit, Terkabul Setelah 20 Tahun Nabi Ayyub bedoa untuk kesembuhan penyakit dirinya. Dia sadar, anaknya sudah tiada, istrinya pun meninggalkan. Nabi Ayyub hanya ingin berharap kepada Allah. Doanya dikabulkan selama lebih dari 20 tahunan yang diabadikan dalam Alquran surah Al-Anbiya: 83 Dan (ingatlah kisah” Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Va Tuhanku’, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang HIKMAH 08 Jalan Menuju Ma’rifat 255 dc 5 SN ges JSS SEEN Se May les 1 ih, Bes Bi 455 555 WOU yas mee ea le thy 8 in 90 semen LE 85 B54 pis “APABILA TUHAN MEMBUKAKAN BAGIMU JALAN UNTUK MAKRIFAT, MAKA JANGAN HIRAUKAN TENTANG AMALMU YANG MASIH SEDIKIT KERANA ALLAH 5.W.T TIDAK MEMBUKA JALAN TADI MELAINKAN DIA BERKEHENDAK MEMPERKENALKAN DIRI-NYA KEPADA KAMU, Banyak cerita-cerita ulama salaf yang berubah menjadi kekasih Allah melalui proses ini. Di antaranya Syaikh Fudhail bin “lyadh. Beliau menjadi tokoh sufi terkenal setelah melalui masa lalu yang sangat buruk, tapi akhirnya berubah menjadi waliyullah. Di masa sebelum bejatnya, beliau dikenal sebagai pelaku begal yang sering merampas harta orang di tengah jalan. Ceritanya begini, di suatu malam, beliau berada di tengah jalan bermaksud untuk membegal orang yang singgah di tempat itu, Tapi sebelum melancarkan aksinya, tiba-tiba ia mendapat hidayah dan pertolongan dari Allah, Sebab ini, ia berubah jadi ahli ibadah. Sejak saat itu, hati - nya kesong dari urusan duniawi dan diganti dengan rasa ta’dzim, mahabbah dan khauf pada Allah SWT. Akhirnya, Fudhail bin lyadh menjadi wali terkenal yang dijadikan panutan oleh ummat Allah SWT berfirman; #L49 (4 (5. “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki". [Al Qashash/28 : 56]. Ada beberapa sebab seseorang itu ada kemungkinan di tarik oleh ALLAH SWT pada hidayah : 1. Ilmu ; seseorang itu seneng dan pernah lama dalam belajar ilmu Agama. ( Kisah Waragah bin Naufal ~ N Hati Mulia : hati nya mudah iba terhadap kesusahan orang dan dermawan ( kisah Abu Bakar R.hu . ‘Adil : sikap ini bisa menyebabkan seseorang itu diberi hidayah oleh ALLAH SWT. ( Kisah Raja Hiraklius yang adil, dimana akhirnya masuk islam ~ 4, Berteman dekat dengan Orang Sholih. ( Kisah ‘Ali KW ~ 5. Mencintai orang shalih atau di doakan orang sholih. ( Kisah ‘Umar r.hu~ 6. Seneng dan sering membaca terhadap Sholawat Nabi Muhammad SAW. ( kisah Imam Ats-tsaury bersama anak dari seorang ayah tukang Riba ~ 7. Kakek nenek moyang nya adalah orang Sholih atau ‘Ulama w Kata Nabi kita Muhammad SAW maafkanlah kesalahan orang alim, seerang yang pemurah raja penguasa yang adil, Karena apabila mereka tergelincir ALLAH. SWT lah yang akan menarik mereka. HIKMAH 09 Jenis Amal Dan Ahwal JPA oy Efe) UEN peel eess BERBAGAI JENIS AMAL ADALAH KARENA BERBAGAI AHWAL ( HAL - HAL) Ahwal (hal-hal” yang menguasai hati nurani berbeda-beda, dengan itu akan melahirkan amal yang berbeda-beda pula. Ahwal mesti difahami dengan sebenar-benarnya oleh orang yang memasuki latihan tarekat kerohanian, supaya dia mengetahui, dalam amal yang bagaimana - kah dia mendapat kedamaian dan mencapai maksud dan tujuan, apakah dengan sembahyang, zikir atau puasa, Dia mesti berpegang sungguh-sungguh kepada amal yang dicetuskan oleh hal tadi, agar dia cepat dan selamat sampai ke puncak. Warid adalah karunia Allah yang diturunkan kepada hamba-Nya. Hal merupakan zauk atau rasa yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan yang melahirkan Ma'rifatullah (pengenalan tentang Allah”. tanpa Hal tidak ada hakikat dan tidak diperoleh Ma'rifatullah. Hal yang terus-menerus atau berkekalan dinamakan Wishol yaitu penyerapan Hal secara terus-menerus, kekal atau Bago’. Orang yang mencapai wishol akan terus hidup dengan cara Hal yang terjadi. Hal-hal (ahwal” dan wishol bisa dibagi menjadi lima macam : 1. Abid Abid adalah orang yang dikuasai oleh Hal atau zauk yang membuat dia merasakan dengan sangat bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mem -punyai daya dan upaya untuk melakukan sesuatu. Kekuatan, usaha, bakat-bakat dan apa saja yang ada dengannya adalah daya dan upaya yang dari Allah, Semuanya itu adalah karunia Allah semata-mata. Allah sebagai Pemilik yang sebenarnya, apabila Dia memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada masa yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar ber - sandar kepada Allah s.w.t sekiranya dia melepaskan sandaran itu dia akan jatuh, karena dia benar-benar melihat dirinya kehilangan apa yang datangnya dari Allah s.w.t. 2. Asyiqin Asyiqin ialah orang yang memandang sifat keindahan Allah s.w.t. pada ciptaanNYA karena apa saja yang dilihatnya menjadi cermin yang dia melihat Keindahan serta Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amof atau kelakuan asyiqin ialah gemar merenungi alam dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang disaksikannya. Dia boleh duduk menikmati keindahan alam be - berapa jam tanpa merasa jemu. Kilauan ombak dan rintik hujan memukau pandangan hatinya. Semua yang kelihatan adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah s.w.t. Orang yang menjadi asyigin tidak memperdulikan lagi adab dan peraturan masyarakat. Kesadarannya bukan lagi pada alam luar ini. Di menembus alamnya sendiri yang ada dalam relung ruhaninya hanyalah Keindahan Allah s.w.t. 3. Muttakholiq Muttakholiq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana Qurb/ Faroidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faroidh, muttakhollig merasakan dirinya adalah alat dan Allah s.w.t menjadi pengguna alat, Dia melihat perbuatan atau ke - lakuan dirinya terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu mengubah apa yang akan terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia menjadi orang yang berpisah dari pada dirinya sendiri, Dia melihat dirinya melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau mempengaruhi -nya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia melihat bahwa Allah s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki. Perbuatan dia sendiri adalah gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah gerakan Allah s.w.t. Orang ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada ikhtiar dan tadbir. Apa yang mengenai dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara spontan. Kelakuan atau amal Qurbi Faroidh ialah bercampur-campur di antara logika dengan tidak logika, mengikut adat dengan merombak adat, kelakuan alim dengan jahil. Dalam banyak perkara penjelasan yang boleh diberikannya ialah, "Tidak tahu! Allah s.w.t berbuat apa yang Dia kehendaki."" Dalam suasana Qurbi Nawafil pula muttakholliq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat Allah s.w.t dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, yaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawofil ialah berbuat dengan izin Allah s.w.t karena Allah s.w.t memberikan kepadanya untuk berbuat sesuatu, Contoh Qurbi Nawofil adalah mukjizat Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga mukjizat beliau a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi kemampuan beliau, sebab itu beliau tidak ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan tersebut menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t. 4, Muwahhid Muwehhid fana' dalam deat, dzatnya lenyap dan Dzat Mutlak yang menguasainya. Bagi muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya Allah s.w.t. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesadaran basyariah dan sekalian maujud. Usaha atau ikhtiar atau amalnya tidak lagi seperti manusia biasa karena dia telah terlepas dari sifat-sifat kemanusiaan dan kemakhlukan, Misalkan dia bernama Abdullah, dan jika ditanya kepadanya di manakah Abdullah, maka dia akan menjawab Abdullah tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar- benar telah lenyap dari ke’Abdullah-an’ dan benar-benar dikuasai oleh ke'alllah-an'. 5, Mutahaqqiq Mutahagqiq ialah orang yang setelah fana dalam dzat turun kembali kepada kesadaran sifat, seperti yang terjadi pada nabi-nabi dan wali-wali yang melaksanakan amanat sebagai kholifah Allah di muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diurusi, Dalam kesadaran dzat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan Allah s.w.t dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan kehancuran dunia seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian tidak boleh dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesadaran sifat barulah dia boleh memimpin orang lain. Orang yang telah mengalami kefanaan dalam zat kemudian disadarkan dalam sifat adalah benar-benar pemimpin yang dilantik oleh Allah s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk memakmur - kan makhluk Allah s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli ma'tifat yang sejati, ahli hakikat yang sejati, ahli thorigah yang sejati dan abli syariat yang sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikan - nya Insan Rebbani. Insan Robbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan Allah karunia - kan kepada mereka ma'sum, sementara yang tidak menjadi nabi dilantik sebagai wali-Nya yang diberi perlindungan dan pemeliharaan. Sesungguhnya Mu‘jizat, Karomah, Ma'unah atau anugerah (Warid’, Allah berikan sesuai amalichnya dan kesiapan ruhaninya. HIKMAH 10 Ikhlas Adalah Ruh Amal ess we EN Fu 3385 EG Splat ce “Amal-amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang menghidupkannya adalah hadirnya sirr ikhlas (cahaya ikhlas) padanya" Amal ialah, geraknya badan lahir atau hati. amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. yakni., badan tanpa ruh berarti mati. amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya ikhias. Allah berfirman, Fi yg GUSg BASH Lg bg SgLai iggy eLLS Sali aT svelte aul ig Acad Sy [ppai lag, "Podahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan {ikhlas”kepada-Nya dalam (menjalankan” agama yang Jurus." QS. Al-Bayyinah: 5. Sikap dan perilaku adalah cerminan hati, Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah SAW ber - sabda : "Aku pernah bertanya kepada Malaikat Jibril tentang hakikat ikblas. Lalu Malaikat Jibril berkata, ‘Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah’, falu Allah berfirman, ‘fikhlas~ adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku." Hadits Qudsi Sirr secara bahasa artinya adalah ‘rahasia.' Secara hakikat sirr adalah cahaya khusus yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang Dia cintai, sebagaimana diungkap dalam hadits di atas. Seid Valdes aul web Galh Casi any ipl Oy “Maka sembahiah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas kepada-Nya." QS, Az-zumar: 2. Apa ciri-ciri tkhlas ? 1, Tidak Suka Dipuji 2, Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin 3, Mendengarkan Nasehat 4, Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan 5. Melupakan Amal Baik 6. Melupakan Hak Amal Baiknya Tingkatan Ikhlas 1, Ikhlas Awam_ Di dalam ibadahnya kepada Allah SWT, mereka melandasinya dengan perasaan takut pada siksa Allah dan masih mengharapkan pahala dunia. Seperti halnya orang yang melakukan sholat dhuha agar mereka memperoleh pahala dan juga dimudahkan rezekinya. Kemudian orang-orang yang melakukan sholat tahajud karena ingin dilancarkan urusan dunianya. 2. tkhlas Khawas Akhlak yang satu ini memiliki motivasi untuk memperoleh pahala akhirat dari Allah SWT. Dengan begitu, orang yang melakukan amal ibadah akan memperoleh sesuatu dari ALLAH SWT 3. Ikhlas Khawas al-Khawas Ikhlas yang satu ini adalah suatu bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada Allah SWT disertai dengan kesadaran penuh bahwasannya seorang hamba sudah seharusnya mengabdi kepada Allah SWT dengan cara melakukan perbuatan dan amal ibadah yang dilakukan karena mencari ridho Allah dengan sebenar-benarnya, HIKMAH 11 Menyembunyikan diri dan Amal Abel 655 9 SL lide C5 ad gSbll ofl § H59h5 4951 "Kuburlah wujudmu (eksistensimu) di dalam bumi kerendahan (ketiadaan); maka segala yang tumbuh namun tidak ditanam (dengan baik) tidak akan sempurna buahnya.” Secara bahasa, al-humuul artinya adalah kosong, lemah, bodoh, tidak aktif, tidak dikenal; yang dalam pasal bermakna “kerendahan” atau “ketiadaan”. Sementara wujud atau eksistensi manusia pada dasarnya ingin diakui, dikenal, mahsyur, ter - pandang, paling hebat, dan semacamnya. Dalam istilah psikologi, manusia diatur oleh ego yang ada dalam dirinya. Bersuluk pada dasarnya adalah proses menumbuhkan jiwa. Adapun jiwa bagaikan pohon yang tumbub; jiwa harus ditanam dan dirawat agar dapat tumbuh dan berbuah dengan sempurna. ome firman Allah Teale: : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuot perumpamaan ‘kalimah tayyibah itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang” ke Jangit; pahon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Q.5. Ibrahim [14]: 24-25 Cerita dalam hadits. Kala itu, Rasulullah SAW sedang duduk bersama Aagra. Tiba-tiba lewatlah seorang anak lelaki muslim yang miskin. Nabi berniat untuk menguji Agra. Dia bertanya terkait pendapat Agra terhadap orang tersebut, Lalu Agra menjawab, “Wahai Rasulullah, menurut saya orang itu miskin dan melarat. Jika dia berbicara tidak ada yang mendengarnya. Jika dia melamar perempuan, tidak ada yang menerima dan jika dia isti’dzhan meminta sesuatu pada seseorang, pasti tidak mendapatkan apa yang dia minta”. Mendengar jawaban Aqra, Nabi terdiam. Beberapa waktu kemudian, ada lagi seseorang yang lebih baik penampilannya lewat di hadapan Rasulullah dan Agra. Kemudian, Nabi menanyakan lagi pendapat tentang orang tersebut. Agra menjawab orang itu jika berbicara semua orang akan mendengarkan. Jika dia melamar perempuan diterima, dan jika isti’dzan akan dikabulkan. Setelah mendengar dua jawaban dari Agra, Nabi memberikan komentar, Orang yang disebut dia melarat atau miskin, adalah orang yang sangat luar biasa kebaikannya di sisi Allah. Jika orang itu bersumpah atas nama Allah, Allah akan mengabulkan sumpahnya. “Ibnu Ajibah juga mengomentari, ternyata kita tidak bisa menilai orang dari penampilannya. Artinya dari cerita itu, agar kita tidak mudah memberikan penilaian kepada seseorang hanya dari penampilannya. Rasulullah shallaliahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sitaels Kio CS] HE Sls aKulgels aig Up BS Y al Sy “Sungquh Allah tidak metihat bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati dan amalan kalfan.” (HR. Muslim nomor 2564). Hadits ini mengajarkan kita bahwa Allah tidak melihat penampilan dan rupa seseorang tapi lebih pada hati dan amalannya, taqwa dan imannya, niat dan keikhlasannya, HIKMAH KE-12 Uzlah Dan Berfikir Ole ey bis te fi Fes cla gs TIADA SESUATU YANG SANGAT BERGUNA BAGI HATI SEBAGAIMANA UZLAH UNTUK MASUK KE MEDAN TAFAKUR. Nabi Muhammad s.a.w sebelum diutus sebagai Rasul pernah juga mengalami kebuntuan akal tentang hal ketuhanan. Pada masa itu ramai pendeta Nasrani dan Yahudi yang arif tentang hal tersebut, tetapi Nabi Muhammad s.a.w tidak pergi kepada mereka untuk mendapatkan jawab -an yang mengganggu fikiran baginda s.a.w, sebaliknya baginda s.a.w telah memilih jalan uzlah Ketika umur baginda s.a.w 36 tahun baginda s.a.w melakukan uzlah di Gua Hira. Baginda s.a.w tinggal sendirian di dalam gua yang sempit lagi gelap, terpisah dari isteri, anak-anak, keluarga, masyarakat hinggakan cahaya matahari pun tidak menghampiri baginda s.a.w Amalan uzlah yang demikian baginda s.a.w lakukan secara berulang-ulang sehingga umur baginda s.a.w mencapai 40 tahun. Masa yang paling baginda s.a.w gemar beruzlah di Gua Hira ialah pada bulan Ramadhan Secara harfiah, uzlah adalah mengasingkan atau menarik diri dari keramaian. Sedangkan khalwat atau infirad artinya menyendiri. Kemudian riyadhah artinya pelatihan spiritual yang biasanya dilakukan di tempat sepi alias jauh dari hiruk-pikuk keramaian orang banyak. Walau tidak sama persis secara makna, istilah-istilah ini mengarah pada tujuan yang sama, yaitu berusaha untuk menjauhkan diri dari berbagai kemaksiatan dan memfokuskannya dengan berbagai amalan ibadah guna lebih dekat dengan Sang Pencipta. Dikisahkan Al-Qur'an seperti uzlah-nya Nabi Ibrahim, Ashabul Kahfi, atau Nabi Musa ‘alaihimas salam, Artinya, “Dan aku akan Gab hy sledy GaSb Wh gat hy ghSlp aitt og be Sobai tag Sigely menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku,” (Surat Maryam ayat 48). dso ASAT Se aS tsa BASSI Sy leild ai 9) Sy ktas tag bgt 515 Artinya, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu,” (Surat Al-Kahfi ayat 16). Banyak ulama yang menyebutkan keutamaannya. Sayyidina ‘Umar bin Khattab, di antaranya, mengemukakan, “Ambillah ‘uzlah sebagai bagian kalian!” Kemudian, Ibnu Sirin menyatakan dengan tegas bahwa ‘uzlah juga ibadah. Meski demikian, ‘uzlah tidak boleh dilakukan sembarangan. Kita memerlukan bekal dan ilmu yang memadal. Oleh karenanya, Ibrahim An- Nakha’i menyatakan, “Pelajarilah ilmu figih lebih dahulu, lalu ber-‘uzlah.” (Lihat Al-Ghazali, thya ‘Ulumiddin: jilid I!, halaman 304). hI Mabl Jones flag peaadiy olay Gate” JS Sedil gous & Ladd Got gl: Jory UB = JB ase Gl ge ot All Bag tty dam Let gs en Gb bite Jay 8 foe Ibnu Mas'ud berkata, seorang bertanya kepada Nabi Saw. “Siapakah manusia yang paling utama Wahai Rasulullah? Nabi menjawab, “Orang yang berjihad dengan jiwanya dan hartanya di jalan Allah". Lelaki bertanya lagi, “Lalu siapa?”. Nabi menjawab, “Lalu orang yang mengasingkan diri di lembah-lembah demi untuk menyembah Rabb-nya dan menjauhkan diri dari kejahatan orang lain. (HR. Muslim 1888 kitab imaroh, bab fadhlul jihadi warribathi). Bagi orang yang berilmu, hukumnya wajib menyebarkan ilmunya. Tidak perlu mengasingkan diri sehingga lalai menyebarkan ilmunya. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain banyak menimbulkan mafsadah, maka lebih baik baginya beruzlah. ‘ie Sab 9 pie ab a dlls es OE hing aple SN Joo Gall! ye Ake Sill ios i hg Es olds ee tay LS E85 at Sas ali Ig & Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1” Imam yang adil, (2° seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3 seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4° dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5” seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ Dan (6” seseorang yang bershadagah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Alléh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” Al-Bukhari (no. 660, 1423, 6479, 6806), Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani menyatakan: “para salaf berbeda pendapat mengenai hukum asal uzlah. Jumhur ulama berpendapat bahwa bergaul di tengah masyarakat (yang bobrok” itu lebih utama karena dengan hal itu didapatkan banyak keuntungan diniyyah, semisal tersebarnya syiar-syiar Islam, memperkokoh kekuatan kaum Muslimin, tercapainya banyak kebaikan-kebaikan seperti saling menolong, saling membantu, saling mengunjungi, dan lainnya. Dan sebagian ulama berpendapat, uzlah itu lebih utama karena lebih terjamin keselamatan dari keburukan, namun dengan syarat ia memahami benar keadaan yang sedang terjadi” (Fathul Baari, 13/42, dinukil dari Mafatihul Fiqh, 46). An Nawawi menjelaskan: “yang lebih rajih adalah merinci masalah bergaul di masyarakat yang buruk, bagi orang yang menyangka dengan kuat bahwa ia tidak akan ikut terjerumus dalam maksiat. Bagi orang yang ragu ia akan ikut bermaksiat atau tidak, maka yang lebih utama baginya adalah uziah. Sebagian ulama mengatakan, keputusannya tergantung keadaan. Jika keadaannya saling bertentangan juga, keputusannya juga masih perlu melihat waktu. Bagi orang yang memang diwajibkan baginya untuk bergaul di masyarakat karena ia sangat mampu mengingkari kemungkaran, maka hukumnya wajib ‘ain atau wajib kifayah baginya. Tergantung keadaan dan kemungkinan yang ada. Adapun orang yang menyangka dengan kuat bahwa ia masih bisa selamat di masyarakat tersebut dengan tetap melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, atau orang yang merasa dirinya masih aman namun ia merasa tidak bisa menjadi orang yang shalih, (maka boleh tetap bergaul di masyarakat”. Ini selama tidak ada fitnah yang tersebar luas. Adapun jika ada fitnah maka lebih dianjurkan untuk uzlah. Menurut para ulama, ada beberapa manfaat ‘Uzlah, sebagai berikut: 1, Selamat dari bahaya lisan Sebab orang yang menyendiri tidak akan menemukan orang yang mengajaknya bicara. Karena, kesalhan terbanyak dari Bani Adam terdapat dalam lisannya dan orang yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda: Gli! a> 3 Gli)! dedla “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari). Dalam riwayat lain ences Sas Mand A Sud 55) ajay ay Galt ne SiS SHS 55) p3is alt 5o88 08 Ga oc Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. “(HR. Bukhari dan Muslim) Rasulullah SAW bersabda: LLy2>6 de WW oge9 OUaadl! Sayles 1d Cue! Jgke elle "Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR. Ahmad). Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik buruk. Allah Ta‘ala berfi Ge 85 aik maupun yang buruk. Allah Ta’alaberfirman, Jue 2435 “"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 28) Allah Ta'ala menurunkan ayat: 391+ 95 Sjlasl V5 aan ele Igds "Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, peng kulitmu kepadamu." (QS. Fushshilat nee js dail WG daly bid “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR, Muslim no, 2988). Diriwayatkan oleh Al-Bukhart dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sah bin Said bahwa Rasulullah bersabda: His J gael atl Gi aa aed Gl J Lab a Barang siapa berikan jaminan eda (untuk menjaga” apa yang ada di antara dua janggut - Dalam riwayat Muslin : Gphallg G 5k nya ( mulut “dan dua kakinya ( kemaluan ~, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” 2. Menjaga pandangan dan selamat dari bahaya pengliatan Muhammad bin Sirrin mengatakan, “Hati-hatilah dengan pandangan yang berlebihan. Sebab, ia menyebabkan syahwat yang berlebihan pula. Perintah Allah SWT dalam Surah-Nur ayat 30: Dgbhcas lay Jud cist by AG 5) GUS adsas§ lylhbsag daylall je Igtds uredall Us Artinya: “Katakanlah kepada orang yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan - nya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahul apa yang mereka perbuat.” (QSAn-Nur ayat 30) Dari ayat ini, tampak jelas bagi wanita dan pria yang mempunyai kewajiban untuk menutupi aurat. Selain itu, Baik wanita dan pria pun mempunyai kewajiban untuk saling menjaga pandangan matanya. Dalam kitab tafsirnya Tafsir Al-Quran al-Adhim, ibnu Katsir menuturkan, “Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menjaga (menahan” pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah me -mandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir dbnu Katsir) Dalam hadits Nabi Muhammad SAW beliau pernah berkata kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA: toch sift Rant ak ae 5550 DU Casals « S98 GU Gfo Sse)! SAU EY | dhe vy “Wahai Ali, jangan susuli pandanganmu, karena pandangan pertama adalah samy dan pandangan kedua bukan lagi bagianmu.” 3. Menjaga hati dan memeliharanya dari sifat riya’, sifat cari muka dan sebagainya. Sebagian ahli hikmah mengatakan, “Orang yang paling banyak bergaul dengan orang lain, akan banyak memuji-muji mereka, Sedangkan seorang yang banyak memuji orang lain, akan banyak memperlihatkan diri di hadapan mereka. Orang yang banyak memperlihatkan diri di hadapan orang lain. Ada hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, J i 8g a 8 id a alb ign hy ape asta gg oak} Lettn gl il cb 1B ie NB OY EIB BEST oS GIT dg hl Bs F dass digas Gib SUA 135 cakes calall Ji «alle ed alah whys 2 3 lls ne ake ed Lab Sigs gb “Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, [alu diingatkan kepadanya kenikmatan-Nya hingga ia mengetahuinya dengan jelas, fantas Allah bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat tersebut? Orang tersebut menjawab: ‘Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid’, Allah berfirman: ‘Kamu berdusta, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk- Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani, dan kamu telah menyandang gelar tersebut’, Kemudian diperintahkan kepadanya supaya diseret di atas wajahnya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka, Dan didatangkan pula sesearang ‘alim yang belajar Alquran dan mengajarkannya, [alu diingatkan kepadanya kenikmatan hingga ia mengingatnya dengan jelas, maka Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat tersebut?" Orang tersebut menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Alquran demi Engkau’. Allah berfirman: ‘Kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar imu dan mengajarkannya serta membaca Alquran agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kamu telah dikatakan seperti itu’. Kemudian diperintahkan kepadanya supoya dia diseret di atas wajahnya sampai dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-loki yang di beri keluasan rezeki oleh Allah dengan semua jenis rezeki, lalu diingatkan kepadanya kenikmatan tersebut hingga ia mengingatnya dengan jelas. Alich bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat tersebut?’ Orang tersebut menjawab, ‘Saya tidak meninggalkan jalan apa pun yang Engkau suka melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan tersebut’. Allah berfieman: ‘Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kamu telah dikatakan seperti itu’. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.” Orang yang beramal, kemudian di tengah-tengah amalannya muncul sifat riya’, maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah riya’ tersebut berhasil diusir, dan kemungkinan kedua adalah dia menikmati riya’ tersebut hingga selesai beramal Sebuah contoh, ada orang yang berhaji yang awalnya ikhlas, akan tetapi kemudian di tengah ibadah haji dia pun riya’. Maka ketika dia sadar akan hal itu, dan dia memilih untuk mengusir riya’ tersebut, berhasil atau tidak dia dalam mengusir riya’ tersebut maka dia tetap mendapat pahala karena dia telah berusaha. Bukankah Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, (gateg 9) Ladd ali Calg “allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah : 286) Akan tetapi yang menjadi masalah adalah ketika riya’ di tengah-tengah amalan itu dia biarkan terus ada hingga selesai ibadah yang dia lakukan. Ibnu Rajab Al-Hambali menyebutkan bahwa ada dua pendapat mengenai hukum orang yang seperti ini. Pendapat pertama dipilih oleh Imam Ahmad dan Ibnu Jarir Ath-Thabari yang dinukil oleh Hasan Al-Bashri rahimahumullah bahwasanya orang yang membiarkan riya’ terus ada hingga ibadah selesai tetap mendapatkan pahala karena yang menjadi patokan adalah niat awal seseorang dalam ibadah Pendapat kedua menyebutkan bahwa hukumnya tergantung jenis amal tersebut, jika amal tersebut merupakan satu kesatuan, maka riya’ yang muncul di tengah-tengah menyebabkan ibadah tersebut batal dan tidak berpahala. Contoh dalam hal ini adalah shalat, jika riya’ muncul di dalam rakaat ketiga atau, kemudian dia biarkan riya’ hingga ibadahnya selesai maka tetap saja seluruh pahala shalatnya gugur. Akan tetapi jika amalan tersebut bukanlah satu kesatuan, maka hanya amalan yang tercampur riya’ saja yang gugur pahalanya. Contoh dalam hal ini adalah sedekah, jika seseorang awalnya bersedekah lima ratus ribu rupiah ikhlas, kemudian bersedekah lagi satu juta rupiah dengan riya’, maka amalan yang tertolak adalah sedekah yang satu juta rupiah, adapun sedekah awal yang jumlahnya lima ratus ribu rupiah tetap berpahala karena belum terkontaminasi dengan riya’, Riya’ yang muncul setelah beramal — sum’ah Terkadang ada orang yang riya’ muncul di dalam dirinya setelah dia beramal. Pada dasarnya, seseorang itu tah bahwa dirinya sedang ujub dan riya’ atau tidak, Akan tetapi karena hawa nafsu yang menguasai dirinya sehingga akhirnya membuat dia menceritakan perihal amalannya kepada orang lain, hingga akhirnya menjadi riya’. Oleh karena itu, rasa ingin diakui sebagai orang baik adalah syahwat yang tersembunyi. Kemudian banyak orang yang tidak bisa menahan syahwat tersebut, sehingga akhirnya dia pun menceritakan amalannya kepada orang. lain.

You might also like