You are on page 1of 3

Nama : Ahmad Labib

NIM : 200602110068
Tugas : Tugas Bioetika Klonning

Permasalahan kloning hingga saat ini masih menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.
Pro kontra ini terjadi karena masih banyaknya perdebatan dikalangan saintis maupun
agamawan serta moralis dengan idealisme nya masing-masing. Pemanfaatan kloning dapat
sebagai terapeutik, reproduktif, dan replacement. Kloning gen yang menghasilkan salinan gen
atau segmen DNA yang memanfaatkan plasmid bakteri sebagai inang untuk memproduksi
bahan obat dalam jumlah besar. Kloning reproduktif menghasilkan salinan hewan seutuhnya
dengan mengambil sel telur organisme tanpa peran serta sel sperma yang ditumbuhkan pada
Rahim inang. Selain itu sebagai replacement yaitu berfungsi untuk penggantian bagian tubuh
individu yang mengalami kerusakan, atau gagal organ. Kloning jenis ini memanfaatkan sel
punca atau biasa disebut sebagai stem cell.
1. Kloning Gen
Kloning gen atau cloning molekuler dilakukan dengan subjek DNA dan bakteri.
Potongan DNA akan disisipkan ke dalam plasmid bakteri dan akan ikut terkultur
menghasilkan protein yang diinginkan sesuai dengan DNA yang mengkodenya. Produk
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai produksi jenis hormone maupun antioksidan
yang bermanfaat dalam bidang kesehatan. Pendapat saya jika dilihat dari berbagai sisi
jenis kloning gen lebih memberikan manfaat daripada dampak yang membahayakan
mengingat subjek kloning hanya berupa potongan DNA dan pemanfaatan plasmid
bakteri sebagai inangnya. Selain itu, manfaat besar dari produk kloning yang dihasilkan
sangat mendukung kloning gen untuk dilakukan.
2. Kloning Reproduktif
Proses kloning reproduksi dilakukan dengan tujuan menghasilkan individu
organisme tanpa adanya peran fertilisasi dari sel sperma organisme jantan. Kloning
reproduksi dilakukan dengan mengilangkan inti sel dari sel telur yang disisipi inti sel
jantan dari organisme yang sama. Sel telur yang telah mengalami pembelahan
kemudian dimasukkan ke dalam Rahim inang untuk ditumbuhkan menjadi individu
organisme yang utuh. Proses tersebut dikenal dengan somatic cell nuclear transfer
(SNCT) yang dapat memberikan hasil individu dengan Salinan genetic yang sama.
Kloning reporoduksi terhadap hewan dapat bermanfaat sebagai lahan penelitian
sehingga memiliki beberapa manfaat seperti upaya untuk mempertahankan hewan yang
telah punah tanpa hadirnya pembuahan oleh jantan, penciptaan organisme bibit unggul
karena menghasilkan organisme dengan salinan materi genetic yang sama, dan dalam
bidang peternakan dapat menghasilkan klon hewan yang dibesarkan tanpa induk.
Pendapat saya meskipun memiliki banyak nilai manfaat kloning reproduksi juga
menimbulkan beberapa dampak negated baik terhadap subjek kloning maupun
pelanggaran secara moral. Perkembangan abnormal pada individu hasil kloning (klon)
masih sering dijumpai akibat pemendekan telomer yang tidak sempurna membelah saat
pembelahan sel. Hal ini dikarenakan pengambilan inti sel pada SNCT dari organisme
yang telah dewasa sehingga memiliki telomer yang lebih pendek. Telomer yang
semakin memendek akan berdampak pada sel yang lebih cepat mengalami kematian
dan organisme yang cenderung menderita penyakit dan mati pada usia yang relatif lebih
muda.
Dampak negatif lain yang dihasilkan dari kloning reproduksi adalah akibat dari
hasil kloning yang memiliki salinan genetik yang identik. Populasi organisme yang
cenderung tidak memiliki keanekaragaman gen dapat menyebakan penyebaran
penyakit pada populasi tersebut lebih mudah akibat struktur genetik yang relatif sama
pada setiap individu. Selain itu, menurut saya teknologi klon reproduksi yang
berpotensi dapat diterapkan pada manusia juga dapat dianggap tidak sesuai dengan
pandangan etik dikarenakan dampak dari kehilangan hak individu hasil kloning baik
pada hewan maupun manusia. Pengembangan teknologi yang berpotensi menimbulkan
lebih banyak bahaya daripada manfaat tentu alangkah baiknya dapat dibatasi sehingga
tidak melewati batas secara moral.
3. Kloning Terapeutik
Kloning terapeutik memiliki hasil klon berupa sel punca untuk mengobati
kerusakan jaringan pada penderita Parkinson maupun sel pancreas penghasil insulin.
Sel punca (stem cell) merupakan sel yang relatif belum terspesialisasi dan dapat
memperbanyak diri secara tak terbatas, dan dalam kondisi yang sesuai berdiferensiasi
lebih lanjut menjadi satu tipe sel atau lebih. Kloning terapetik seringkali disamakan
dengan embryonic stem cell yaitu pemanfaatan sel embrio manusia yang belum
terdeferesiensi sehingga dapat menyusun jaringan yang berbagai macam. Sedangkan
perbedaan cloning terapetik dengan stem cell embrionik adalah penggunaan sel dewasa
yang digunakan. Berdasarkan deskripsi diatas maka dapat difahami bahwa cloning
terapeutik baik berupa sel embrio maupun sel dewasa menggunakan subjek kloning
yang berasal dari sel manusia.
Menurut saya, jika dilihat secara etis mekanisme kloning terapik yang
menghentikan proses pertumbuhan embrio untuk diambil stem cell nya merupakan
tindakan yang kurang dipandang abik secara etis. Namun, jika dilihat dari kacamata
yang lebih luas kepentingan penderita penyakit jutaan manusia apakah lebih
diutamakan dari sekelompok sel. Hal tersebut memunculkan pendapat bahwa
memanfaatkan embrio dalam tahap awal perkembangan tidak sama dengan membunuh
manusia. Pendapat saya mengenai hal tersebut jika pemanfaatan embrio sendiri
memiliki manfaat yang lebih luas dan tidak terdapat potensi sel tersebut dihambur-
hamburkan demi kepentingan percobaan maka hal tersebut dapat dibenarkan.

You might also like