Professional Documents
Culture Documents
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 3
3 D IV B
Mia Fandini (P21335121052)
Raihan Taufikurohman (P21335121066)
Salsabila Rauda (P21335121071)
PRODI DIPLOMA IV
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III No.8, RT.04 / RW.08, Gunung, Kebayoran Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
dengan judul “PENGENDALIAN VEKTOR KECOA” yang ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Penganggu - B pada semester lima
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Jurusan Sanitasi Lingkungan program
studi D-IV.
Penulis mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam atas bantuan, serta
dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian tugas makalah ini. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang sudah memberikan dukungan, serta doa yang selalu
diberikan kepada kami untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah kami.
2. Bapak Drs. Pangestu, M.Kes selaku dosen mata kuliah Pengendalian Vektor dan
Biinatang Pengganggu-B yang telah memberikan bimbingan kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
3. Sumber-sumber yang bersangkutan tentang materi tugas ini.
Penulisan makalah ini memiliki keterbatasan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan
dan kelancaran untuk di masa yang akan datang.
Penulis memohon maaf atas segala kesalahan baik sengaja ataupun tidak, baik dari segi
penulisan maupun bahasa. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanankesehatan dan merupakan
tempat berkumpulnya orangorang sakit dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit
harus bebas kecoa agar tidak terjadikontak antara manusia dengan kecoa atau makanan
dengankecoasupaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui kecoa dapat ditekan
serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan olehkecoa.Untuk
menghindari kontak antara manusia/pasien di rumah sakitdengan kecoa dan mencegah
timbulnya penyebaran penyakit, sangatdiperlukan pengendalian vektor kecoa di rumah sakit.
Agar kegiatan tersebutdapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian kecoa di
Rumah Sakit.
Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dikenal sangat efektif dan praktis dalam
pengendalian vektor. Penggunaan insektisida sintesis (kimia) dalam jangka waktu yang lama
juga akan memberikan dampak negatif. Dampak negatif yang disebabkan oleh insektisida yaitu
berupa pencemaran lingkungan yang dikarenakan residu yang ditinggalkan sangat sulit terurai
di alam. Selain itu, pengunaan insektisida juga dapat meracuni penghuni rumah.
Akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan insektisida sintesis, maka
dibutuhkan solusi alternative untuk pengendalian kecoa dan vector penyakit yang ramah
lingkungan, Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi
dampak pencemaran oleh insektisida, antara lain dengan pencegahan, pengurangan penggunaan
insektisida dan dengan menggunakan insektisida nabati.
4
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penyajian makalah ini memiliki tujuan yang
menyangkut Pengendalian Vektor Kecoa:
1.3.1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Pengendalian Vektor Kecoa.
1.3.2. Untuk Mengetahui Apa Saja Macam Pengendalian Vektor Kecoa.
1.3.3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Pengendalian Vektor Kecoa.
1.3.4. Untuk Mengetahui Apa Saja Manfaat Pengendalian Vektor Kecoa.
BAB II
PEMBAHASAN
Kecoa termasuk jenis insecta yang berperan sebagai vektor mekanik beberapa penyakit.
Kecoa seringkali menganggu kenyamanan dan estetika karena menimbulkan bau, pencetus
alergi, membawa bakteri serta parasit, serta meninggalkan noda pada dinding , lantai, dan
perabot rumah. Penyakit yang dapat ditularkan melalui kecoa diantaranya typus, toksoplasma,
asma, TBC, kolera . (WHO, 2019)
Pengendalian vektor kecoa adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor kecoa serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah.
2.2.1. Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau bahan
makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celah-celah, lobang atau
tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi,
pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi pipa sanitasi.
5
6
Upaya Sanitasi yang bisa dilakukan untuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal
kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau rak, segera
mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang
menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, furniture, dan
tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara
memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air (drainase), bak cuci
7
piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan
membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera
mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
a. sticky trap dengan feromon yang dapat menarik kecoa berkumpul. Jebakan ini dapat
juga digunakan untuk menentukan daerah-daerah persembunyian, besarnya infestasi,
dan upaya pemonitoran keefektifan pengendalian kimiawi, serta deteksi peningkatan
populasi.
b. Jenis Jebakan dengan model seperti korek api yang mempunyai pembuka pada kedua
ujungnya, permukaan bagian dalamnya tertutup oleh lem yang sangat lengket dan berisi
atraktan makanan yang bersifat slow release. Kecoa mendeteksi bau makanan, masuk
ke dalam jebakan, dan akan tertahan oleh lengketnya lem.
Jebakan harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga membuat kecoa seperti sedang
melakukan perjalanan di tempat tersembunyi dan mendapatkan makanan. Bila kecoa tidak
tertangkap di dalam jebakan setelah dua malam, lokasi pemasangan harus diubah.Penempatan
yang tepat akan menangkap banyak kecoa baik yang dewasa maupun yang muda setiap hari.
Jebakan sangat efektif terutama terhadap kecoa jerman dan kecoa berpita coklat.
Jumlah jebakan yang diperlukan untuk suatu gedung bervariasi tergantung jenis kecoa
yang ada dan derajat infestasinya, serta lokasi infestasi. Jebakan tidak mahal, nyaman dipakai,
dapat dibuang, dan mengandung insektisida yang tidak toksik.
Jika dilihat dari cara kerja insektisida dalam membunuh hama dapat dibedakan menjadi
tiga golongan (Ekha, 1988) :
a. Racun Perut
Insektisida ini untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit.
Daya bunuhnya melalui perut. Ada beberapa cara dalam penggunaannya, yaitu :
Meracun makanan serangga
Mencampur dengan bahan-bahan yang disukai serangga dan menempatkannya
sebagai umpan di tempat-tempat yang terdapat serangganya
Menyebar di tempat jalannya serangga, sehingga racun akan menempel
ditubuhnya serangga dan jika di bersihkan menggunakan mulut akan masuk ke
saluran pencernaan
b. Racun Kontak
Insektisida jenis racun kontak akan membunuh hewan sasaran dengan masuk kedalam
tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran pernafasan.
Racun jenis ini dapat digunakan dalam bentuk cair atau tepung
c. Racun gas
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan
tertutup.
a. Langkah pertama, memahami daur hidup dan perilaku lipas.Lipas merupakan serangga
pengganggu yang memiliki sayap, namun sebenarnya jarang digunakan terbang, kecuali
jika merasakan ancaman dan gangguan. Hama ini juga sebenarnya dapat menggigit
meskipun hal itu pun jarang dilakukan. Lipas termasuk hewan nokturnal karena 75%
hidupnya tidur di siang hari, dan 25% untuk mencari makan dimalam hari. Lipas juga
hidup di tempat yang lembab dan senang bersembunyi di sela–sela atau rongga kecil
yang kotor sehingga keberadaannya sulit ditemukan.
b. Langkah kedua, melakukan observasi terhadap populasi lipas dengan teknik
surveillance.Teknik ini dilakukan dengan mengukur dan menghitung populasi lipas
yang ada dengan terlebih dahulu mengetahui tempat–tempat persembunyiannya.
Tempat persembunyian lipas yang menjadi fokus dan harus diamati adalah di tempat–
tempat yang lembab serta sumber air. Jika ditemukan lebih dari 20 ekor lipas pada
tempat persembunyian yang diamati tersebut artinya populasi lipas sudah sangat tinggi
dan harus dikendalikan.
c. Langkah ketiga, aplikasi pengendalian.Pengendalian dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa cara atau dikenal sebagai pengendalian terpadu.
Pengendalian terpadu ini mengkombinasikan upaya monitoring, sanitasi serta
pengendalian kimiawi. Teknik berbasis sanitasi dianggap relatif lebih murah namun
membutuhkan “ketelatenan” termasuk mencegah ceceran makanan serta
memperhatikan celah yang berpotensi sebagai shelter (misal: kardus yang tebal,
bergerigi, dan empuk serta menambal celah – celah atau retakan). Sebagai pelengkap,
akses terhadap sumber air juga perlu dibatasi (misal: bak mandi dan septic tank)
khususnya pada malam hari. Sementara itu penggunaan insektisida juga dapat
dipergunakan sesuai dengan keperluan, baik bahan aktif maupun bentuk formulasi.
3.1. Kesimpulan
Pengendalian vektor kecoa adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor kecoa serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah.
3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, kelompok kami berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya
pemahaman secara jelas tentang Pengendalian Vektor Kecoa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Firdaust, Mela & Bayu Chondro Purnomo. (2019). Pengendalian Vektor Mekanik Kecoa
Periplaneta Americana dengan Aplikasi Baiting Gel Bahan Aktif Boraks dan Sulfur
Encyclopedia of entomology. Capinera, John L. (edisi ke-2nd ed). Dordrecht: Springer. 2008.
ISBN 978-1-4020-6359-6. OCLC 288440300
Anonim. Bioekologi Kecoak. Poltekkes Jogja (diakses pada tanggal 28 Mei 2023
http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2011/06/Lipas-Oriental.pdf)
https://blog.ipbtraining.com/cara-mengendalikan-lipas-kecoa/
Prabowo, Kuat dan syamsuddin. 2019. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan : Pengendalian
Vektor dan Tikus. Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
12