You are on page 1of 16

PERKEMBANGAN KOGNITIF

PADA ANAK DENGAN


HAMBATAN EMOSI DAN
PERILAKU
KELOMPOK 6
ANGGOTA

ZULFIKAR HANIF MUZAKI


(2007010111)

ADI JUNADI
(2007010115)

ZABDAN BAYU NUR DAFFA


(2007010128)

NORA ZAHARANI YASMIN


(2007010229)
Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka
dari anak-anak normal pada umumnya.

Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan


karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah
Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
.
HAMBATAN EMOSI DAN
PERILAKU (TUNALARAS)
Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok
Pendidikan Nomor 12 Tahun 1952, anak tunalaras adalah anak yang
mempunyai tingkah laku menyimpang, tidak memiliki sikap, melakukan
pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan
frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi terhadap
kelompok orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga
membuat kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain.

Anak dengan hambatan emosi dan perilaku (tunalaras) memiliki tingkah


laku yang menunjukan penentangan terhadap norma-norma sosial
masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti
orang lain. Dengan kata lain tingkah lakunya menyusahkan lingkungan.
KARAKTERISTIK ANAK
TUNALARAS
Anak tunalaras memiliki karakteristik yang berkaitan dengan segi
akademik, sosial/emosional, fisik/kesehatan.

1. Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah
yang buruk. Akibat penyesuaian yang buruk tersebut maka dalam belajarnya
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

- Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.


- Sering dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan
discipliner.
- Sering kali membolos sekolah dan tidak naik kelas
- Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari
sekolah.
2. Karakteristik Sosial dan Emosi

- Karakteristik Sosial:
Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciri-ciri
perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma
budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan,
bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan
tidak dapat bekerja sama.

- Karakteristik Emosional:
● Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan
batin dan rasa cemas.
● Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat
sensitif atau perasa.
3. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan


makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan. Sering kali anak merasakan
ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya.

Ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya,


merasa seolaholah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti
gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok.
FAKTOR PENYEBAB
TIMBULNYA GANGGUAN
TUNALARAS
Faktor Internal:

a. Kondisi Fisik
Ketidakberfungsiannya kelenjar endoktrin merupakan salah satu penyebab
timbulnya kejahatan. Karena, kelenjar endoktrin ini bertugas untuk mengeluarkan hormon
yang mempengaruhi tenaga seseorang. Kalau secara terus menerus fungsinya mengalami
gangguan, maka perkembangan fisik dan mental seseorang akan terganggu. Sehingga
akan berpengaruh terhadap perkembangan wataknya. Kondisi fisik ini dapat pula berupa
kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang.

b. Perkembangan
Erikson (dalam Singgih D. Gunarso) menjelaskan bahwa setiap memasuki fase
perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak
biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang
berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai perkembangan. Apabila ego
dapat mengatasi krisis ini, maka perkembangan ego yang matang akan terjadi sehingga
individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial atau masyarakatnya. Sebalikya
apabila individu tidak berhasil menyelesaikan masalah tersebut maka akan menimbulkan
gangguan emosi dan tingkah laku.
Faktor Eksternal:

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan peletak dasar perasaan aman (emotional security) pada
anak, dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan
dan sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan
aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan
tingkah laku pada anak. Contohnya yaitu seperti kurang harmonisnya hubungan keluarga
dan kurangnya kasih sayang keluarga.

b. Lingkungan Sekolah
Timbulnya gangguan tingkah laku yang disebabkan lingkungan sekolah
antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas
penunjang yang dibutuhkan anak didik. Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak
merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran. Anak lebih memilih membolos dan
berkeluyuran pada saat seharusnya ia berada di dalam kelas sebaliknya, sikap guru yang
terlampau lemah dan membiarkan anak didiknya tidak disiplin mengakibatkan anak didik
berbuat sesuka hati dan berani melakukan tindakan-tindakan menentang peraturan.
Fasilitas pendidikan juga akan berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan tingkah laku. Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas yang
dibutuhkan anak didik untuk menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang
mengakibatkan anak menyalurkan aktivitasnya pada hal-hal yang kurang baik.
Misalnya: karena kita tidak ada tempat untuk bermain, anak berkeliaran di
tempat-tempat umum sehingga kadang-kadang anak mengabaikan waktu
belajarnya.

c. Lingkungan Masyarakat

Menurut Bandura (dalam Kirk & Gallagher, 1986), salah satu hal
yang nampak mempengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial
adalah keteladanan, yaitu menirukan perilaku orang lain. Didalam lingkungan
masyarakat juga terdapat banyak sumber yang merupakan pengaruh negatif
yang dapat memicu munculnya perilaku menyimpang.
DAMPAK GANGGUAN
TUNALARAS PADA
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Anak tunalaras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Prestasi yang rendah di sekolah disebabkan mereka kehilangan minat dan konsentrasi belajar
karena masalah gangguan emosi yang mereka alami. Kegagalan dalam belajar di sekolah seringkali
menimbulkan anggapan bahwa mereka memiliki intelegensi yang rendah.

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya keliru karena diantara anak tunalaras juga ada yang
mengalami keterbelakangan mental. Kelemahan dalam perkembangan kecerdasan ini justru yang
menjadi penyebab timbulnya gangguan tingkah laku. Masalah yang dihadapi anak dengan
intelegensi yang rendah di sekolah adalah ketidakmampuan untuk menyamai teman-temannya,
sedangkan pada dasarnya seorang anak tidak ingin berbeda dengan kelompoknya terutama yang
berkaitan dengan prestasi belajar.
TERIMA
KASIH

You might also like