You are on page 1of 12

Ahmad Sirhindi dan Reformasi Tarekat

A. Pendahuluan
Ahmad Sirhindi adalah seorang teoritikus terkemuka Sufisme yang telah
diperbaharui dari India. Beliau seorang sufi yang mengikuti aliran
Naqsyabandiyah, juga dikenal sebagai Mujaddid Alf Tha>ni (Pembaharu
Milenium Kedua) yang memimpin kampanye pemurnian Sufisme di India. 1
Gerakan ini adalah reaksi terhadap diploklamirkannya sebuah agama sinkristik
(Din Ilahi) oleh Maharaja Akbar dari Mughal pada abad ke 10 H/16 M.
Gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Sirhindi oleh penulis disebut
sebagai reformasi tarekat. Reformasi sering diartikan sebagai is}la>h, tajdi>d;
karena itu, gerakannya disebut gerakan reformasi, gerakan is}lah, dan gerakan
tajdi>d. Tajdi>d al-di>n, berarti mengembalikannya kepada apa yang pernah ada
pada masa salaf, generasi muslim awal. Ulama salaf memberikan ta’rif tajdi>d
sebagai berikut: “menerangkan/ membersihkan sunnah dari bid’ah memperbanyak
ilmu dan memuliakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya”. Selanjutnya
tajdi>d dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan secara Islami
terhadap setiap problem yang muncul dalam kehidupan manusia, dan menentang
segala yang bid’ah. Tajdi>d tersebut di atas dapat pula diartikan sebagaimana
dikatakan oleh ulama salaf menghidupkan kembali ajaran salaf al-s}a>lih,
memelihara nas}-nas}, dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya
serta meletakkan metode yang benar untuk memahami nas} tersebut dalam
mengambil makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.2
Sedangkan tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode
pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan
kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai

1
Fazlur Rahman, Islam -terj. Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 1984), 239.

2
Bustami Muhammad Said, Mafhum Tajdid al-Din . (Kuwait, Dar al-Da’wah, 1984), 25-30 lihat
Afifi Fauzi Abbas, Pengertian Pembaharuan dan Ruang Lingkupnya, dalam
http://afififauziabbas.tanjabok.com/katalog/artikel-dan-paper/pengertian-pembaharuan-dan-ruang-
lingkupnya.html. diakses pada 22 November 2009.

1
2

persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga
formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.3
Dari pengertian diatas, diketahui bahwa tarekat adalah cabang atau aliran
dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-T{ari>qah al-
Mu‘tabarah, seperti al-Ahmadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah,
Tarekat Rifa’iah, Tarekat Samaniyah dll.4
Reformasi Tarekat atau tajdi>d tarekat berarti mengembalikan tarekat
kepada pemahaman tasawuf yang pernah ada pada masa salaf, atau generasi
muslim awal. Gerakan pemurnian yang dilakukan oleh Sirhindi bertujuan
mensintesakan kerangka monistik dari theosofi mistik dengan desakan-desakan
moral Syari’ah.5 Pemikiran Sirhindi kemudian diteruskan oleh pemikir Islam
setelahnya seperti ‘Abdul Ghani dari Nablus, Syiria (w. 1144 H/1731 M), Syah
Waliyullah dari Delhi (w. 1176 H/1762 M), dan Nuruddin Ibnu Muhammad al-
Raniri dari Aceh, Indonesia (w. 1077 H/ 1666 M).
Tulisan ini membahas secara singkat biografi singkat Ahmad Sirhindi,
yang dilanjutkan dengan kritik beliau terhadap wah}dat al-wuju>d (kesatuan
wujud; panteisme) Ibnu Arabi dan diakhiri dengan tulisan tentang usaha-usaha
yang beliau lakukan dalam rangka pembaharuan sufisme.

B. Biografi Ahmad Sirhindi


Shaykh Ahmad Sirhindi lahir di Sirhind, India (daerah itu disebut juga
Sirhindi atau Lahore, sekarang di Pakistan) pada hari jumat 4 Syawal 971 H/26
Mei 1564 M.6 Namanya ahmad dan nama keluarga badr al-din, konon garis
3
http://id.wikipedia.org/wiki/tarekat diakses pada 22 November 2009.
4
Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham
mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang
semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor),
Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.
Selengkapnya baca tarekat di http://id.wikipedia.org/wiki/tarekat diakses pada 22 November 2009.
5
Fazlur Rahman, Islam, 215.

6
Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari’ah, A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort
to Reform Sufism (London, 1997), 11.
3

keturunannya bersambung sampai kepada Umar bin Khattab (khalifah kedua). 7


Ayah beliau adalah Abdul Ahad, seorang Shaykh Chisty-Shabiri. Sang ayahlah
yang mendidik dan membentuk kepribadian Sirhindi. Setelah tingkat keilmuannya
matang dan dikenal masyarakat, dia melanjutkan pendidikan di Lahore dan
Sialkot. Di Sialkot (Kini Pakistan, Sialkot adalah pusat ilmu Islam pada masa
Mughal) dia belajar fikih, si>rah nabawiyyah, dan sejarah Islam pada beberapa
guru, seperti Maulana Kamaluddin Kashmiri, Maulana Ya’kub Kashmiri, dan
Qasi Bahlal Badak Syani.8
Pada tahun 1599, setelah ayahnya wafat, Ahmad Sirhindi belajar tasawuf
di sebuah khanqah (semacam zawiat, lembaga pendidikan tasawuf) di Delhi dan
diinisiasi ke dalam Tarekat Naqsyabandiyah oleh Shaykh Kwaja Baqi Billah
(seorang sufi Delhi, w. 1563-1603). Setelah dianggap berhasil, Ahmad Sirhindi
ditunjuk oleh sang guru menjadi khalifah tarekat itu di kampung halamannya,
Sirhind. Bahkan setelah itu, dia mendapat pengakuan sebagai penerus Shaykh
Kwaja Baqi Billah, yakni pemimpin resmi khanqah di Delhi. Setelah dan aktif
dalam tarekat Naqsyabandiyah itu, dia mencurahkan seluruh usaha dan pikirannya
untuk menekuni dan bahkan mengajarkan ajaran tarekat tersebut itu.
Ahmad Sirhindi juga pernah dipanggil ke pengadilan Mughal untuk
membantu menteri kepala, Abu al-Fadl. Namun, karena pemikirannya dinilai
membingungkan, pada 1619 sultan Mughal, Jahangir (w. 1627),
memenjarakannya di Gwalior. Sebagian sejarawan India menyatakan bahwa
Jahangir memencarkaan Ahmad Sirhindi karena fitnah orang yang tidak senang
kepadanya. Mereka mengatakan kepada Sultan Jahangir bahwa Sirhindi bersikap
sombong dan tidak mau “sujud” dihadapannya. Setelah sekitar satu tahun
mendekam dalam penjara, Sirhindi dibebaskan Sultan atas desakan Mahabat
Khan, penguasa Kabul.9 Kemudian ia diangkat menjadi penasihat Jahangir di

7
Syekh Ahmad Sirhindi dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar ed. J.V. Barus, et al. (Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), 96.
8
Badi Yatim, Sirhindi, Ahmad, dalam Ensiklopedi Islam, 221.
9
Syekh Ahmad Sirhindi dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, 96.
4

bidang keagamaan. Setelah itu, dia bebas mendakwahkan ajaran agama kepada
segala lapisan masyarakat.10
Sebagai seorang ilmuan, Shaykh Ahmad Sirhindi dikenal sebagai seorang
penulis kreatif, baik dalam bentuk buku, seperti Mabda‘ wa Ma‘a>d (tempat
memulai dan tempat kembali), Ithba>t al-Nubuwwah (pembelaan atas kenabian),
Radd-i Rawa>fid (penolakan atas aliran [Syi’ah] Rafidah), maupun dalam bentuk
surat, suatu bentuk karya tulis yang banyak disukai para sufi pada zamannya.
Tidak hanya banyak menulis, Ahmad Sirhindi juga melatih sejumlah besar murid
yang menyebar untuk mengajarkan doktrin dan praktek sufi yang telah
diperbaharuinya.
Karyanya yang terpenting adalah Maktu>ba>t-i Ima>m-i Rabba>ni>,
yakni kumpulan 534 surat yang dikirim kepada hampir 200 orng, terutama kepada
muridnya yang tersebar luas diseluruh India dan Transoksania; sekitar 70 surat
ditujukan kepada pejabat tinggi Mughal. Sirhindi mengirim surat itu dengan
harpaan agar para penguasa Mughal dapat dapat menerima pandangannya, antara
lain yang berkenaan dengan imbauan agar ortodoksi dibangkitkan kembali,
praktek (perilaku) sufi yang tidak masuk akal dihentikan, dan kafir harus
direndahkan.11
Dalam pemikiran dan gerakannya, dia dengan jelas menekankan
kehidupan dunia daripada merenungkan akhirat. Menurutnya, orang Islam harus
berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan wahyu Ilahi dimuka bumi. Pemikiran
pembaharuan sufinya tidak menolak tasawuf, tetapi memberikan arah dan
kehidupan yang baru. Dia dijuluki Mujaddid Alf Tha>ni, dia dipandang sebagai
“bapak pembaharuan” di anak benua India, perintis reformasi yang berani
bersikap oposan terhadap pemerintah, dan menyelamatkan kaum muslim India
dari bid’ah. Namun klaim sebagai Mujaddid Alf Tha>ni ini ditolak banyak ulama,
khususnya di Haramain, karena itu berarti menghapus misi kenabian Muhammad
SAW setelah 1.000 tahun (alf) pertama Islam. Oleh karena itu, para ulama
Haramain menyatakan bahwa Ahmad Sirhindi atau orang yang mengklaim dia

10
Badi Yatim, Sirhindi, Ahmad, dalam Ensiklopedi Islam, 221.
11
Ibid, 221-222.
5

adalah Mujaddid Alf Tha>ni telah menyimpang dari Islam. Tarekat beliau
dinamakan Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah, dinisbatkan kepada
julukannya, yakni Mujaddid. Sirhindi meninggal dalam usia 60 tahun (1624), lalu
dimakamkan ditanah kelahirannya, Sirhind. Kini setiap ulang tahun wafat (haul)
Ahmad Sirhindi dirayakan dengan sangat meriah di Sirhind.12

C. Kritik Sirhindi terhadap wah}dat al-wuju>d Ibnu Arabi


Sirhindi mengkampanyekan pemurnian sufisme di India dengan menolak
wah}dat al-wuju>d (kesatuan wujud; mistisisme panteisme) Ibnu Arabi. Wah}dat
al-Wuju>d mempunyai pengertian secara awam yaitu; bersatunya Tuhan dengan
manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci. Pengertian
sebenarnya adalah merupakan penggambaran bahwa Tuhan-lah yang menciptakan
alam semesta beserta isinya. Allah adalah sang Khaliq, Dia-lah yang telah
menciptakan manusia, Dia-lah Tuhan dan kita adalah bayangannya. 13 Atau
pemahaman bahwa Allah itu adalah alam dan setiap wujud ini adalah maz}har
kepada hakikatnya yang umum (kulliyah), ini adalah pemahaman para filosuf.14
Sirhindi mengkritisi doktrin wah}dat al-wuju>d dengan mengobservasi
doktrin tersebut, pertama adalah bahwasanya ia bukanlah tauhid yang dibawa
oleh para Nabi.15 Nabi tidak mengajarkan bahwa semuanya adalah satu, tetapi
para Nabi mengajarkan bahwa Tuhan itu satu. Mereka tidak menyatakan bahwa
tidak ada sesuatu di dunia selain Allah, tetapi menyatakan bahwa tidak ada Tuhan

12
Ibid.
13
http://id.wiki.detik.com/wiki/Wahdatul_Wujud diakses pada 22 November 2009.
14
Abd. Mun’im al-Hifni, al-Mu’jam al-Falsafi, (Kairo: Dar al-Sharqiyah, 1990), 380. Lihat juga
Jamil Sabila, al-Mu’jam al-Falsafi, jilid 2, (Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1973), 569-570.
dalam http://kang-kolis.blogspot.com/2009/10/wahdatul-wujud-dalam-perspektif-sufi.html diakses
pada 22 November 2009.
15
Sirhindi, Ithba>t al-Nubuwwah dalam Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari’ah, A
Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, 106.
6

selain Allah. Berbeda dengan tawhid wuju>di Ibnu Arabi,16 para Nabi
mengajarkan bahwa dunia itu ada, dan berbeda dengan Tuhan.17
Kedua, Sirhindi menyatakan bahwa wah}dat al-wuju>d Ibnu Arabi
bertentangan dengan prinsip dasar Islam, yaitu sebagai pembenaran atas faham
penyembahan berhala (idolatry). Ketika para filosuf mengidentifikasikan alam
bersama Tuhan, menyembah apapun objek di dunia, sama halnya dengan
menyembah Tuhan. Inilah yang dipercaya oleh para penyembah berhala. Faham
wah}dat al-wuju>d juga menolak bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang
benar-benar jahat. Sebagaimana manifestasi Tuhan, yang pasti baik, maka segala
sesuatu adalah baik. Bahkan penghianatan dan ketidaksetiaan tidak jahat; karena
sesungguhnya mereka baik pada mereka sendiri. Jelek atau kurang baik hanya di
bandingan ke kepercayaan dan Islam. Ini berlawanan dengan misi para Nabi dan
menghapus penyebaran kebaikan.18
Wah}dat al-wuju>d juga memahami bahwa Tuhan adalah satu-satunya
aktor di dunia. Ketika semua hal dianggap wujud yang satu dan bukan dua hal
yang berbeda, maka tidak ada dua keinginan. Apapun yang dipilih atau dilakukan
oleh seseorang sebenarnya adalah dipilih dan dikerjakan oleh Tuhan. Hal ini
disebut sebagai tawh}id fi‘li yang mendukung klaim jabri>yat dan menolak
tanggungjawab manusiawi dalam perbuatannya. Sirhindi juga menuduh faham
wah}dat al-wuju>d dengan menunjukan bahwa semua jenis kesalahan

16
Wah}dat al-wuju>d atau tawhid wuju>di adalah faham yang membentuk kepercayaan bahwa
yang ada hanya satu wujud iaitu Wujud Tuhan dan yang selain Tuhan tidak wujud. Segala
kewujudan yang selain Tuhan merupakan penz}ahiran dan aspek-aspek ketuhanan atau wajah-
wajah wujud Yang Esa itu. Dalam doktrin wah}dat al-wuju>d, Wujud Tuhan dikatakan bersamaan
dengan wujud alam. Apa yang disaksikan dan dipandang adalah alam pada satu aspek dan juga
Tuhan pada aspek yang lain. Alam dikatakan Tuhan dalam bentuk penz}ahiran. Alam dikatakan
satu dengan Tuhan dalam keadaan ada perbedaan pada kenyataan tetapi sama pada hakikatnya.
Alam adalah Tuhan yang nyata dalam bentuk yang Dia kehendaki.
17
Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari’ah, A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort
to Reform Sufism, 106.
18
Ibid.
7

kepercayaan dan perbuatan jahat kepada Tuhan, memaksa meletakkan di


kebebasanNya dan menyatakan keabadian jiwa-jiwa.19
Ketiga, Sirhindi menyatakan bahwasanya kepercayaan kepada satu wujud
adalah fenomena yang subjektif, yang terletak kepada penafsiran dan pengalaman
masing-masing individu. Sebagian sufi memulai pengalaman mistik mereka
dengan memahami atau diminta untuk memahami kalimat La> Ila>ha illa Alla>h
(Tidak ada Tuhan Selain Allah) menjadi La> Wuju>da illa Alla>h (Tidak ada
Wujud selain Allah) sehingga ia mencapai derajat yang ia bayangkan (wah}dat al-
wuju>d). Sebagian lagi, mempercayai bahwa kesatuan wujud dapat dicapai
dengan jalan cinta. Mereka memulai dengan dhikr dan berkontemplasi hingga
mencapai tingkatan hati (maqa>m al-qalb) dengan keinginan mereka sendiri atau
dengan keangungan Tuhan, kemudian terserap dalam Cinta Tuhan.
Baik kepercayaan kesatuan wujud diperoleh dengan cara pengulangan
kalimat La> Ila>ha illa Alla>h atau dengan menemukan Cinta Tuhan, itu akan
menjadi salah satu tahap dalam suluk sufi (jalan sufi). Menurut Sihindi, ketika
pengalaman mereka meningkat, pengalaman kesatuan wujud akan digantikan
dengan pemisahan, yang secara berangsur-angsur kemudian seorang sufi akan
melihat bahwa Tuhan adalah tidak satu dengan alam, tetapi berbeda dengan sangat
berbeda.20
Keempat, Sirhindi menyatakan bahwa wah}dat al-wuju>d adalah
penemuan baru dalam sejarah sufi. Karena tidak ada sebelum Ibnu Arabi yang
membahas hal tersebut. Tauhid yang dibicarakan para sufi sebelumya -selama 200
tahun- adalah tawh}i>d shuhu>di dan bukan tawh}i>d wuju>di.
Kelima, Sirhindi menyatakan bahwa wah}dat al-wuju>d tidak
memerlukan fana>‘, sedangkan tawh}i>d shuhu>di cukup untuk mencapai
dejarat fana>‘ dan menemukan ikhlas yang mana merupakan jalan sufi. Dalam
hal fana>‘ Sirhindi menyatakan bahwa kita hanya butuh satu persepsi tentang

19
Ibid.
20
Ibid., 109.
8

tawh}i>d shuhu>di sehingga kita bisa melupakan selain Tuhan (ma> siwa>
Alla>h).21
Untuk melawan wah}dat al-wuju>d, Sirhindi mengajarkan doktrin
wah}dat al-shuhu>d (kesatuan kesaksian), yang membuktikan bahwa yang ada
dalam kesaksian (penglihatan) hanya satu wujud, yaitu Tuhan, meskipun pada
kenyataanya ada dua wujud yang berbeda; Tuhan dan alam.22

D. Gerakan Tajdi>d Ahmad Sirhindi


Tajdi>d yang dilakukan oleh shaykh Ahmad Sirhindi secara singkat dapat
dibagi dalam tiga kategori, 1) mengajak ummat Islam (muslim) kembali kepada
sunnah dan membuang bid’ah, 2) penyucian tasawuf Islam (sufism) dari
pengamalan dan pemikiran yang telah terpengaruhi oleh pemikiran non-muslim,
dan 3) menekankan pentingnya hukum Islam (Shari’ah).23

D1. Bid’ah dan perlawanan Sirhindi terhadapnya.


Bid’ah mengisyaratkan penemuan. Ulama membaginya dalam dua
kategori yaitu penemuan baik (bid‘at al-hasanah) dan penemuan jelek (bid‘at al-
sayyi‘ah). Sirhindi mengatakan bahwa dia tidak dapat menemukan kebaikan,
manfaat atau petunjuk dari keduanya. Dalam surat-suratnya, Sirhindi
memberitahu penerima suratnya bahwa semua bid’ah patut ditegur. Dia banyak
mengutip hadis Nabi yang menyatakan hal serupa. Dia mengibaratkan segala
macam bentuk bid’ah sebagai debu, kecemaran, dan jurang kegelapan yang
menyesatkan. Barang siapa yang mengerjakan bid’ah adalah mereka yang
memilik padangan kedepan atau wawasan yang kurang. Nabi mengatakan bid’ah
itu menyesatkan orang dan menumbangkan sunnah itu sendiri. Ketika bid’ah
masuk dalam kajian agama, ini akan membatalkan amalan terhadap sunnah Nabi.
Dia berpendapat bahwa Islam itu telah lengkap dengan sendirinya; bid’ah adalah

21
Ibid., 110.
22
Syekh Ahmad Sirhindi dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, 96.
23
M. M.Sharif, A History of Muslim Philosophy, (Pakistan: Pakistan Philosophical Congress,
1961) 876.
9

hal yang sia-sia, sekalipun terlihat benar, pada kenyataanya bid’ah adalah noda
terhadap keadilan Islam. Pernyataan apapun tentang persetujuan bid’ah adalah
bentuk pengingkaran kelengkapan Islam. Sehingga sunnah akan hilang, dan
bid’ah menyebar. Menghormati pelaku bid’ah bagaikan pukulan ke Islam. Bid’ah
bagaikan kapak yang memotong agama dan sunnah adalah bintang pembimbing
yang memperkuat Islam, bid’ah harus dicabut. Sirhindi mengatakan “Semoga
Allah menunjukkan kepada ulama, bahwa tidak ada kebaikan didalam
bid’ah/tidak ada bid’ah yang baik.”24

D2. Penyucian Tasawuf Islam dan penyempurnaannya.


Jika sufi kontemporer tidak hanya mengikuti pemimpinnya, dan juga
memperhatikan sunnah, seharusnya mereka tidak pernah mendukung bid’ah hanya
karena shaykhnya melakukannya. Jika bid’ah muncul dan menyerupai sebuah
inspirasi, akan segera diterima oleh orang-orang sebagai kebenaran yang telah
lama hilang. Semisal, faham wah}dat al-wuju>d. Dalam hal ini Ahmad Sirhindi
merasa berkewajiban untuk mengembalikannya kefitrah asalnya, dengan
menghilangkan bid’ah didalamnya dan mengganti faham tersebut dengan tawh}id
shuhu>di.

D3. Pentingnya Shari’ah25


Shari`ah adalah kepentingan mendasar bagi jalan kesufian. Poin ini sangat
kuat sekali, shaykh Ahmad Sirhindi menjelaskan shari’ah sebagai berikut:
Shari`ah memiliki tiga bagian: pengetahuan, perbuatan/amalan dan
ketulusan alasan (ikhlas); kalau kamu belum memenuhi permintaan tiga bagian
ini, kamu belum mematuhi shari`ah. Dan bila kamu mematuhi shari’ah kamu akan
memperoleh keridhaan Tuhan, yang mana adalah kebaikan tertinggi di dunia dan
di akhirat. Al-Qur’a>n menyatakan: dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu
adalah keberuntungan yang besar.26 Oleh karena itu shari`ah terdiri dari semua

24
Ibid.
25
Sebagai catatan, Ahmad Sirhidi adalah pengikut Mazhab Imam Ahmad Ibnu Hambal.

26
Al-Qur’a>n, 9 (al-Taubah); 72.
10

kebaikan di dunia dan akhirat, dan tidak ada ditinggalkan bagi dia yang
berseberangan dengan shari’ah.
T{ari>qah (jalan) dan h}aqi>qah (kenyataan) yang dikenal oleh sufi
tunduk kepada shari’ah, sebagaimana mereka membantu untuk mewujudkan
bagian ketiganya, yaitu ketulusan. Oleh karena itu mereka mencari dalam rangka
memenuhi shari’ah, tidak untuk mencapai sesuatu yang melewati shari’ah.
Kegembiraan dan ekstasi pengalaman sufi, ide dan kebenaran yang datang kepada
mereka selama perjalanan mereka, bukanlah tujuan dari tasawuf. Mereka tak lebih
dari sebuah mitos dan kecenderungan yang diberikan kepada anak-anak.
Seseorang harus melewati mereka semua dan meraih tingkatan kepuasan (rid}a>)
yang mana ia adalah tujuan akhir sulu>k (perjalanan) dan jadhbah (cinta yang
berlimpah). Tujuan melalui langkah-langkah dari t}ari>qah dan h}aqi>qah tidak
ada selain dari perwujudan ikhla>s} yang meliputi pencapaian rid}a>. Hanya
seorang dari seribu sufi yang dapat mencapai tiga penerangan (tajalli>ya>t sih
ga>nah) dan visi pengetahuan, diberikan ikhla>s} dinaikkan dalam tingkatan
rid}a>.27
Berarti shari`ah merupakan kepentingan asasi dari tasawwuf, oleh karena
itu jika seseorang memanggil sendiri “shaykh” dan belum berpengamalan
shari’ah, maka semua muslim harus menghindari untuk mengikutinya, dan lebih
suka mengikuti shaykh yang mengajarkan dan mengamalkan shari’ah.

E. Kesimpulan
Demikianlah pembahasan tentang Ahmad Sirhindi dan reformasi tarekat,
dari pembahasan sederhana diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan tajdi>d atau
pemurnian sufisme yang dilakukan oleh Ahmadi Sirhindi adalah upaya yang
ditujukan untuk mensintesakan kerangka monistik dari theosofi mistik dengan
desakan-desakan moral Syari’ah, dengan kata lain sebuah upaya untuk
mengembalikannya kepada apa yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim

27
Ahmad Sirhindi, Maktubat Vol. I:36 dalam Muhammad Abdul Haq Ansari, Sufism and Shari’ah,
A Study of Shaykh Ahmad Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, 221-222.
11

awal. Adapun upaya tajdi>d yang dilakukan oleh shaykh Ahmad Sirhindi dapat
diringkas dalam tiga poin berikut:
1) Ajakan kepada ummat Islam (muslim) kembali kepada sunnah dan membuang
bid’ah
2) Penyucian tasawuf Islam (sufism) dari pengamalan dan pemikiran yang telah
terpengaruhi oleh pemikiran non-muslim, dan
3) Menekankan pentingnya hukum Islam (Shari’ah).
12

Daftar Pustaka

Ansari, Muhammad Abdul Haq, Sufism and Shari’ah, A Study of Shaykh Ahmad
Sirhindi’s Effort to Reform Sufism, London: The Islamic Foundation,
1997.
Armando, Nina M., et. al. (ed.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 2005.
Barus, J.V., et. al. (ed.) Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 2005
Rahman, Fazlur. Islam -terj. Ahsin Mohammad, Bandung: Pustaka, 1984.
Saleem, Abdul Qadir, A Critical Study of Mujaddid Alf-e Thani’s Philosophy,
Tesis Doktoral, Department of Philosphy, Karachi: Universiti of Karachi,
2001.
Sharif, M. M. A History of Muslim Philosophy, Pakistan: Pakistan Philosophical
Congress, 1961.

Internet (diakses pada 22 November 2009).


http://afififauziabbas.tanjabok.com/katalog/artikel-dan-paper/pengertian-
pembaharuan-dan-ruang-lingkupnya.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/tarekat.
http://id.wiki.detik.com/wiki/Wahdatul_Wujud.
http://kang-kolis.blogspot.com/2009/10/wahdatul-wujud-dalam-perspektif-sufi.
html.

You might also like