You are on page 1of 11

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

STUDI DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PRAKTIK IBU MENGKHITANKAN BAYI PEREMPUANNYA

Uswatun Kasanah1) dan Siti Ni’amah2)


1) 2)
Prodi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati
email: iyuz@akbidbup.ac.id dan sni39amah@yahoo.com

Abstract
Although female circumcision is not medically advisable even no female but the fact is all around
us, people still practice circumcision. It can cause complications of its own which is highly
detrimental to women including the bleeding after circumcision, as happened in Gembong sub-
district, Pati.The study aimed to describe the factors associated with the practice of circumcision
mother in baby girl in Pati regency. This research is descriptive method with a quantitative
approach. Research shows 81.2% of respondents perform female circumcision, most of the
mother's family support female circumcision (52.5%), strong beliefs about female circumcision
(62%), the husband supports female circumcision (66.8%), mothers are supportive circumcision
women (73%), good knowledge of female circumcision (66.8%), neighbors support female
circumcision (52.2%), midwife supports female circumcision (55.2%), maternal age in healthy
reproductive age (89.3 %), high school or equivalent education (57.9%), farmers /workers
(37.4%).DKK need to make regulations on the prohibition of female circumcision followed by
monitoring and evaluation of the regulation after doing socialization. IBI need to provide an
appeal to its members in order to provide the right information. For pregnant women are expected
to actively attend classes of pregnant women and to find information about female circumcision.
Keywords : factors that affect, practice, female circumcision

1. PENDAHULUAN kotoran yang menempel pada klitoris dapat


Khitan pada anak perempuan atau membuat libido seks perempuan tidak
Female Genital Cutting (FGC) atau Female terkendali. Akan tetapi tidak ada bukti medis
Genital Mutilation (FGM) merupakan salah yang membenarkan bahwa libido seks
satu fenomena yang menjadi fokus perhatian perempuan tidak bisa terkendali apabila tidak
internasional. Kampanye Zero Tolerance yang dilakukan khitan.
diadakan oleh Perserikatan Bangsa–Bangsa Khitan pada anak perempuan di
(PBB) membahas tentang praktik khitan pada Indonesia kurang terperhatikan karena konteks
anak perempuan mengatakan bahwa lebih dari masyarakat setempat cukup memberikan dasar
150 juta anak perempuan mengalami yang tepat untuk mengabaikan persoalan ini.
penderitaan akibat praktik melukai atau Alasan pertama, karena praktik khitan pada
memotong alat kelamin perempuan (Sumarni, anak perempuan di Indonesia dianggap tidak
2005). Delapan puluh empat juta anak berbahaya dibandingkan dengan praktik khitan
perempuan mengalami tindakan khitan tanpa pada anak perempuan yang terjadi di Afrika.
alasan yang jelas termasuk di Indonesia Praktik khitan pada anak perempuan yang
(Asriati, 2005). dilakukan di Indonesia sangat sederhana yaitu
Dilihat dari aspek sosial adanya khitan pada melukai sebagian kecil alat kelamin bagian
anak perempuan yang sudah terlembagakan dalam, bahkan kadang-kadang hanya simbolis
dapat dimaknai bahwa praktik tersebut saja, misalnya sepotong kunyit kemudian
dilakukan sebagai salah satu bentuk kontrol ditorehkan pada klitoris anak (Ida, 2004). Di
masyarakat terhadap anak perempuan, Indonesia juga tidak pernah dilaporkan tentang
terutama yang berkaitan dengan libidonya (Ida, praktik khitan pada anak perempuan dengan
2004). Ada anggapan yang mengatakan bahwa tingkat kebrutalan tertentu serta meninggalkan
dampak negatif yang secara medis

36
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

membahayakan kesehatan meskipun dari sisi 3. masih terdapat pemintaan dilakukannya


medis tidak dikenal ataupun disarankan khitan karena aspek budaya dan
melakukan khitan pada anak perempuan. kepercayaan namun harus tetap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan memperhatikan keselamatan dan
Republik Indonesia Nomor kesehatan perempuan yang dikhitan serta
1636/MENKES/PER/XI/2010 yang ditetapkan tidak melakukan tindakan mutilasi
pada tanggal 15 November 2010 dalam pasal 4 terhadap kelamin perempuan.
bahwa pelaksanaan khitan perempuan 4. Permenkes no 1636 tahun 2010
dilakukan dengan prosedur tindakan sebagai dipandang tidak sesuai lagi dengan
berikut: dinamika perkembangan global.
1. cuci tangan dengan sabun dan air bersih Namun dalam pasal 2 disebutkan sebagai
yang mengalir selama 10 (sepuluh) menit; berikut:
2. gunakan sarung tangan steril; “Memberi mandat kepada Majelis
3. pasien berbaring telentang, kaki Pertimbangan Kesehatan dan Syara’ untuk
direntangkan secara hati-hati; menerbitkan pedoman penyelenggaraan sunat
4. fiksasi pada lutut dengan tangan, vulva perempuan yang menjamin keselamatan dan
ditampakkan; kesehatan perempuan yang disunat serta tidak
5. cuci vulva dengan povidon iodin 10%, melakukan mutilasi alat kelamin perempuan
menggunakan kain kassa; (female genital mutilation)”. Hal ini berarti
6. bersihkan kotoran (smegma) di antara masih memberikan ruang atau kemungkinan
frenulum klitoris dan glans klitoris sampai dilakukannya khitan bagi perempuan sebaga
bersih; upaya pemerintah memberikan perlindungan
7. lakukan penggoresan pada kulit yang bagi keselamatan dan kesehatan perempuan.
menutupi bagian depan klitoris (frenulum Khitan terhadap anak perempuan dengan
klitoris) dengan menggunakan ujung memotong atau merusak kelamin perempuan
jarum steril sekali pakai berukuran 20G- jelas bertentangan dengan Undang-undang
22G dari sisi mukosa ke arah kulit, tanpa Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
melukai klitoris; anak yang dalam bab III pasal 4 disebutkan
8. cuci ulang daerah tindakan dengan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup,
povidon iodin 10%; tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
9. lepas sarung tangan; dan wajar sesuai dengan harkat dan martabat
10. cuci tangan dengan sabun dengan air kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
bersih yang mengalir. dari kekerasan dan diskriminasi. Tindak
Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa khitan kekerasan salah satunya dapat berupa khitan
perempuan dilarang dilakukan dengan cara: dengan melukai kelamin perempuan karena
1. mengkauterisasi klitoris; selain merasakan sakit juga dapat beresiko
2. memotong atau merusak klitoris baik terjadinya perdarahan dan infeksi. Manfaat
sebagian maupun seluruhnya; dan yang diperolehpun tidak ada. Selain resiko
3. memotong atau merusak labia minora, fisik, khitan juga dapat beresiko menimbulkan
labia majora, hymen atau selaput dara dan trauma psikologis misalnya jika ada penolakan
vagina baik sebagian maupun seluruhnya. dan rasa malu dari pihak perempuan yang akan
Permenkes tentang khitan tersebut telah dikhitan pada usia anak-anak (bukan bayi).
dicabut dengan terbitnya Permenkes no 6 Informasi yang diperoleh dari 54 bidan di
tahun 2014 (setelah pengumpulan data Pati bahwa khitan dilakukan terhadap 75%
penelitian ini dilakukan) dengan pertimbangan bayi perempuan. Namun prevalensi khitan
bahwa; pada anak perempuan di Pati selama ini tidak
1. khitan perempuan dilakukan bukan pernah terungkap sehingga angka ini tidak
berdasarkan indikasi medis dapat mengindikasikan apakah prevalensi
2. belum terbukti manfaatnya bagi khitan pada anak perempuan pada masa lalu
kesehatan. lebih tinggi.

37
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Para ulama berbeda pendapat tentang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


status hukum khitan perempuan; apakah wajib, Hasil penelitian secara lengkap dapat
sunnah, ataupun hanya anjuran dan suatu dilihat pada tabel berikut:
kehormatan, disebabkan dalil-dalil sangat a. Umur Responden
sedikit dan tidak tegas, sehingga memberikan Tabel 1. Umur Responden
ruangan untuk berbeda pendapat. Umur Ibu f %
Sedangkan kelompok lain berpandangan < 20 tahun 12 3,6
bahwa khitan terhadap perempuan hanyalah 20 – 35 tahun 301 89,3
budaya sebuah negara yang dipengaruhi oleh >35 tahun 24 7,1
lembah Nil (tradisi pedalaman Nil). Jadi khitan Total 337 100
terhadap perempuan tidak mempunyai kaitan Sebagian besar responden berumur 20-35
dengan syari'at agama. tahun sebanyak 301 orang (89,3%), berumur
Di Jawa Tengah, Pati merupakan salah lebih dari 35 tahun sebanyak 24 orang (7,1%)
satu daerah dengan tradisi khitan perempuan dan berumur kurang dari 20 tahun sebanyak 12
yang masih melekat. Menurut Ikatan Bidan orang (3,6%). Rata-rata umur responden 27,36
Indonesia (IBI) Cabang Pati, Kabupaten Pati tahun dengan umur terendah 18 tahun dan
pada tahun 2007; ditemukan 1 bayi mengalami tertinggi 38 tahun.
perdarahan paska khitan oleh dukun kemudian Responden dengan umur yang lebih muda
dirujuk ke Rumah Sakit dan mendapatkan lebih banyak yang melakukan khitan. Hal ini
transfusi darah sebanyak 1 (satu) kantong (250 mungkin disebabkan karena responden masih
cc) sehingga jiwanya dapat tertolong, tepatnya muda maka cenderung harus mengikuti
di Desa Kedungbulus Kecamatan Gembong keinginan atau pendapat orang yang lebih tua
Kabupaten Pati. Sementara informasi dari yang dianggap lebih dewasa dan bijak dalam
Ikatan Bidan Indonesia sekaresidenan Pati mengambil suatu keputusan.
(Kudus, Jepara, Grobogan, Rembang, Blora) Keadaan ini berbeda dengan pendapat
belum pernah ada kejadian seperti halnya yang bahwa makin dewasa seseorang maka makin
terjadi di Pati. mempunyai kemampuan berfikir yang bijak
dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi
2. METODE PENELITIAN anak. Semakin tua seseorang semakin
Penelitian ini merupakan penelitian bertambah pengalaman dan pengetahuan yang
deskriptif dengan metode explanatory research ia dapatkan. Menurut Muchlas (1999), dengan
yang bersifat observasional yang memberikan pengalaman dan pengetahuan mereka akan
gambaran tentang karakteristik ibu, lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.
kepercayaan, pengetahuan, sikap dalam khitan Sedangkan menurut Budiarto (2001) semakin
perempuan, faktor kelompok acuan (dukungan cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
suami, dukungan keluarga, dukungan tetangga, seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dukungan bidan) berkaitan dengan praktik ibu dan bekerja. Notoatmodjo mengemukakan
dalam khitan bayi perempuan di Kabupaten bahwa umur merupakan lama hidup yang
Pati. Pendekatan waktu yang digunakan adalah dihitung sejak dilahirkan. Semakin bertambah
cross sectional. umur seseorang, semakin bertambah pula daya
Pengambilan sampel menggunakan tanggapnya. Melalui perjalanan umurnya
metode total sampling, didapatkan sampel semakin dewasa individu yang bersangkutan
sejumlah 337 ibu sesuai kriteria di Kecamatan akan melakukan adaptasi perilaku terhadap
Gembong (karena pernah terjadi kasus lingkungan. Oleh karena itu idealnya seorang
perdarahan dan merupakan daerah pedesaan ibu yang memiliki kematangan usia akan lebih
yang mempunyai kebiasaan khitan perempuan) peka terhadap masalah, sehingga diharapkan
dan Kecamatan Pati kota (karena belum pernah bersikap lebih bijaksana membedakan hal yang
terjadi kasus komplikasi khitan & merupakan baik dengan hal kurang baik sesuai dengan
daerah perkotaan). norma.

38
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Kematangan dalam berfikir ini juga Tidak bekerja 107 31,7


tampak dalam pengambilan keputusan apakah Petani/buruh 126 37,4
dilakukan khitan atau tidak bagi bayi Pedagang 16 4,7
perempuannya meskipun beberapa faktor Wiraswasta 40 11,9
memberikan pengaruh tersendiri. Pegawai 48 14,2
Total 337 100
b. Pendidikan Responden Hasil analisis univariat menunjukkan
Tabel 2. Pendidikan Responden sebagian besar responden bekerja sebagai
Pendidikan Ibu f % petani/buruh sebanyak 126 orang (37,4%), ibu
SD 29 8,6 tidak bekerja sebanyak 107 orang (31,7%),
SMP/sederajat 40 11,9 bekerja sebagai pegawai (swasta dan
SMA/sederajat 195 57,9 pemerintah) sebanyak 48 orang (14,2%),
Diploma 23 6,8 berwiraswasta sebanyak 40 orang (11,9%),
Sarjana 40 11,9 serta berdagang sebanyak 16 orang (4,7%).
Total 337 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa d. Kepercayaan Responden
sebagian besar responden berpendidikan SMA Tabel 4. Kepercayaan Responden
atau sederajat sebesar 195 orang (57,9%), Kepercayaan tentang f %
berpendidikan SMP dan sarjana masing- Khitan Perempuan
masing 40 orang (11,9%), berpendidikan SD Kuat (skor ≥ 7) 209 62
sebesar 29 orang (8,6%) serta berpendidikan Lemah (skor < 7) 128 38
diploma sebesar 23 orang (6,8%). Total 337 100
Pendidikan yang dimaksud dalam Kepercayaan merupakan asumsi-asumsi
penelitian ini adalah kelas terakhir yang atau keyakinan akan kemungkinan tindakan
responden selesaikan dalam sekolah formal seseorang akan bermanfaat, menguntungkan
yakni sekolah umum atau sekolah agama yang atau setidaknya tidak mengurangi keuntungan
disamakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang lainnya. Dalam hal khitan perempuan,
seseorang akan meningkatkan pengetahuan responden dengan kepercayaan kuat meyakini
seseorang dan berpengaruh pada perilaku bahwa khitan berarti tindakan penyucian atau
seseorang. Semakin banyak pengetahuan yang pembersihan terhadap perempuan (77,2%),
mereka dapatkan, mereka akan makin bijak khitan perempuan dilakukan sebagai syarat
dalam pengambilan keputusan bagi kesehatan seorang Islam (75%), perempuan perlu
anaknya. dikhitan sebagai bagian dari masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada (73%), perempuan dikhitan untuk membuang
hubungan. Hal ini dapat disebabkan oleh “kotoran” (72,4%), 63,8% meyakini khitan itu
beberapa faktor lain, misalnya pengaruh orang untuk membuang kulit kafir, 60,2% responden
penting dalam kehidupan sehari-hari ibu. percaya bahwa khitan perempuan akan
Orang tua salah satunya. Orang tua sebagai membedakan perempuan ras Jawa dengan
generasi yang lebih tua cenderung masih China, 57,9% responden meyakini bahwa jika
mempunyai kepercayaan yang kuat sehingga tidak dikhitan maka anak akan menjadi
akan berupaya mempengaruhi generasi yang omongan masyarakat, 54,6% meyakini bahwa
lebih muda, termasuk dalam pengambilan khitan akan mengurangi keinginan seksual
keputusan berkhitan. Dengan demikian, perempuan.
pendidikan responden dalam penelitian ini Data ini diperkuat dengan apa yang
tidak berhubungan dengan praktik ibu dalam diungkapkan oleh responden utama bahwa dua
khitan perempuan. ibu mengkhitankan anak perempuannya agar
tidak mendapat celaka, agar selamat dalam
c. Pekerjaan Responden hidupnya serta agar menjadi bersih karena
Tabel 3. Pekerjaan Responden bagian kotor dalam tubuh telah dihilangkan.
Jenis Pekerjaan Ibu f %

39
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Hasil penelitian kepercayaan tentang sebanyak 44,2% responden yang mengetahui


khitan perempuan dengan khitan perempuan bahwa khitan dapat mengurangi rangsangan
menunjukkan bahwa lebih banyak khitan seksual, sementara itu hanya 38,3% responden
perempuan dilakukan oleh responden yang yang mengetahui bahwa dukun tidak mampu
mempunyai kepercayaan kuat (89,5%) melakukan khitan menggunakan ujung jarum
dibandingkan responden yang mempunyai steril, 29,2% responden yang mengetahui
kepercayaan lemah (68%). Sebagian besar bahwa komplikasi khitan berupa infeksi, serta
responden mempunyai kepercayaan yang kuat. khitan dapat mengganggu lubrikasi vagina
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebanyak 24,9% responden.
antara lain oleh karena pendidikan responden Hasil wawancara mendalam dengan
yang 20,5% berpendidikan dasar (SD dan responden utama terkait tentang pengertian
SMP). Pendidikan yang rendah khitan bahwa khitan perempuan mengandung
memungkinkan ibu sulit menerima informasi pengertian adanya pemotongan sebagian alat
baru. Disamping itu, ibu-ibu masih sulit kelamin perempuan. Sementara untuk manfaat
meninggalkan kebiasaan atau tradisi yang telah khitan, pendapat responden bervariasi; satu
dijalankan secara turun-temurun. Hal ini juga responden mengatakan bahwa manfaat khitan
diungkapkan oleh responden utama dalam perempuan akan membuat anak menjadi sehat,
wawancara mendalam. satu responden mengatakan anak mudah diatur
Menurut L. Green, kepercayaan serta satu responden lain mengatakan tidak ada
merupakan salah faktor yang memungkinkan manfaat khitan perempuan.
seseorang berperilaku (bertindak). Hasil Precede logic model mengangkat faktor
penelitian tentang kepercayaan ini hampir determinan personal berada pada tingkat
sama dengan hasil penelitian Sumarni (2005) individual. Yang termasuk di dalamnya adalah
bahwa responden merasa lega setelah disunat faktor predisposisi pengetahuan, sikap,
dan lebih percaya diri karena tidak dikucilkan kepercayaan, persepsi, perilaku yang
secara sosial. memfasilitasi atau menghalangi motivasi untuk
berubah dengan bertambahnya skill yang ada.
e. Pengetahuan Responden Sedangkan faktor enabling dan reinforcing
Tabel 5. Pengetahuan Responden termasuk dalam external dan environmental
Pengetahuan tentang f % determinant.
Khitan Perempuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
Baik (skor ≥ 7) 225 66,8 terjadi setelah orang mengadakan
Kurang baik (skor<7) 112 33,2 penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
Total 337 100 (Notoatmodjo, 2003). Penginderaan terhadap
Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan obyek terjadi melalui panca indera manusia
bahwa lebih banyak pengetahuan responden yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
untuk kategori baik (66,8%) dibandingkan rasa dan raba dengan sendiri.
responden dengan kategori pengetahuan Sebagian besar responden berpengetahuan
kurang baik (33,2%). Dari jawaban tentang baik dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
pengetahuan khitan perempuan bahwa lain adalah pendidikan. Sebagian besar
sebagian besar pengetahuan responden dalam responden berpendidikan SMA atau sederajat
kategori baik namun yang perlu mendapat sebesar 195 orang (57,9%), berpendidikan
perhatian yaitu pengetahuan yang kurang SMP dan sarjana masing-masing 40 orang
dalam hal diperbolehkannya memotong (11,9%), berpendidikan SD sebesar 29 orang
kelentit sebanyak 46,3%, hanya 54% (8,6%) serta berpendidikan diploma sebesar 23
responden yang mengetahui bahwa khitan orang (6,8%). Pendidikan diperlukan untuk
perempuan dengan melukai kelamin tidak akan mendapat informasi misalnya hal-hal yang
memberikan manfaat berupa kesehatan, hanya menunjang kesehatan sehingga dapat
40,9% responden yang mengetahui bahwa meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan
komplikasi khitan berupa perdarahan, dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

40
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

perilaku seseorang akan pola hidup terutama Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta banyak ibu yang bersikap mendukung khitan
dalam pembangunan (Notoatmodjo, 2003). perempuan (73%) dibandingkan ibu yang
Sedangkan pada umumnya makin tinggi kurang mendukung (27%). Ibu yang
pendidikan seseorang makin mudah menerima mendukung khitan perempuan tersebut setuju
informasi (Niven, 2000). Sebagaimana makin bahwa khitan perempuan harus dilakukan
tinggi pendidikan maka makin mudah (67,7%), khitan dilakukan untuk memenuhi
menerima informasi tentang khitan tradisi/adat (72,1%). Cara khitan dilakukan,
perempuan. 61,4% setuju dilakukan secara simbolis
Pengetahuan seseorang juga dapat sedangkan 60,2% setuju dilakukan dengan
dipengaruhi oleh umur. Sebagian besar menggores menggunakan ujung jarum steril.
responden berumur reproduksi sehat (20-35 th) 66,2% reponden setuju jika khitan dilakukan
sebanyak 89,3%. Semakin cukup umur, tingkat pada saat bayi berusia selapan (40 hari). 86,3%
kematangan dan kekuatan seseorang akan setuju jika petugas khitan adalah petugas
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari terlatih, misal bidan. Tentang manfaatnya,
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang 72,4% responden setuju bahwa khitan
lebih dewasa maka lebih dipercaya dari orang memberikan manfaat kesehatan dan akan
yang belum tinggi kedewasaannya (Rahmat, menghindari omongan negatif masyarakat
1998). (57,3%).
Sesuai dengan teori tingkah laku manusia Sikap yang mendukung ini juga
semata-mata ditentukan oleh kemampuan diungkapkan oleh responden dalam wawancara
berfikirnya. Makin berpendidikan seseorang mendalam bahwa dua responden mengatakan
maka akan makin baik perbuatannya untuk mendukung khitan perempuan karena
memenuhi kebutuhannya. Menurut Ancok, berkaitan dengan kebiasaan nenek moyangnya.
pengetahuan merupakan proses yang Satu responden tidak mendukung karena tidak
dikumpulkan secara bertahap dari penglihatan ada anjuran dan manfaat yang jelas.
dan pendengaran. Sedangkan menurut Green, Sikap adalah reaksi atau respon yang
pengetahuan sebelum melakukan tindakan masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
adalah penting dan merupakan faktor objek. Menurut Secord & Bockman yang
determinan internal. Menurut Notoatmodjo, dikutip oleh Saifuddin Azwar, sikap adalah
pengetahuan biasanya diperoleh dari berbagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan
macam sumber media, yaitu media massa, (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
media elektronik, buku-buku, petugas tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
kesehatan, poster, kerabat dekat dan aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap dan
sebagainya. keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan
Sedikit berbeda dengan hasil penelitian apa yang difikirkan orang-orang yang
Riska di Medan bahwa pengetahuan ibu dianggapnya penting (reference person) dan
mengenai khitan perempuan dalam kategori motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran
cukup, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik tersebut, memerlukan pertimbangan mengenai
responden seperti umur, pendidikan, paritas tindakan (action), sasaran (target), konteks dan
serta peran tenaga kesehatan (Riska, 2009). waktu (Notoatmodjo, 1997).
Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan
f. Sikap Responden saling mempengaruhi di antara individu yang
Tabel 6. Sikap Responden satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal
Sikap terhadap Khitan f % balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
Perempuan masing–masing individu sebagai anggota
Mendukung (skor ≥ 5) 246 73 masyarakat (Kotler, 2007). Menurut Green,
Kurang mendukung (skor < 91 27 sikap merupakan salah satu faktor predisposisi
5) untuk terbentuknya suatu perilaku baru dalam
Total 337 100 hal ini perilaku melakukan khitan perempuan.

41
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Hasil penelitian ini sama dengan hasil cukup kecil untuk memungkinkan dan
penelitian Ida bahwa sunat perempuan masih memudahkan interaksi bertatap muka (face-to-
diterima oleh sebagian besar masyarakat face) yang tak terbatas. Contoh paling nyata
Madura. Sunat perempuan masih diyakini dalam kelompok primer ini adalah keluarga,
sebagai tradisi, sebagian sebagai kewajiban dimana keluarga menjalankan pengaruh yang
agama. dominan pada pilihan individu. Bagian dari
Penelitian oleh Azzahra didapatkan bahwa keluarga yang paling dekat adalah suami. Hasil
sebagian besar ibu tidak mendukung sunat penelitian menunjukkan bahwa suami
sehat (56,1%). menyediakan biaya khitan, meminta petugas
khitan datang ke rumah, membicarakan khitan
g. Dukungan Suami perempuan, menganjurkan dilakukannya
Tabel 7. Dukungan Suami khitan, mendampingi atau tidak jauh dari
Dukungan Suami f % prosesi khitan, serta menentukan petugas
Mendukung (skor ≥ 7) 225 66,8 khitan dan sebagainya.
Kurang mendukung (skor < 112 33,2
7) h. Dukungan Keluarga
Total 337 100 Tabel 8. Dukungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan Keluarga f %
sebagian besar suami responden mendukung Mendukung (skor ≥ 5) 177 52,5
khitan perempuan sebesar 66,8% dan sisanya Kurang mendukung (skor < 160 47,5
kategori kurang mendukung sebesar 33,2%. 5)
Dukungan suami dapat diketahui bahwa 94,9% Total 337 100
suami menyediakan biaya khitan, 86,9% suami Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meminta petugas khitan datang ke rumah, sedikit lebih banyak keluarga responden dalam
83,4% suami membicarakan khitan perempuan kategori mendukung yaitu sebesar 177 orang
(baik yang membicarakan untuk kemudian (52,5%), dibandingkan keluarga dengan
diputuskan dilakukan khitan maupun kategori kurang mendukung sebesar 160 orang
sebaliknya), 82,5% suami menganjurkan (47,5%). Dukungan keluarga dalam penelitian
dilakukannya khitan, 79,8% suami ini merupakan hal-hal yang dilakukan oleh
mendampingi atau tidak jauh dari prosesi keluarga (ibu, bapak, nenek atau keluarga
khitan, serta 75,4% suami menentukan petugas dekat lainnya) berkaitan dengan khitan
khitan. perempuan, meliputi apakah keluarga
Hasil wawancara mendalam bahwa dua membicarakan khitan, mencari informasi
responden mengatakan pernah membicarakan tentang khitan, menganjurkan, memberi
khitan pada suami, namun suami cenderung pendapat, menentukan petugas khitan,
menanggapi tidak serius dan menyerahkan menyediakan biaya, meminta petugas khitan
urusan khitan pada istrinya meskipun suami datang serta mendampingi anak saat dikhitan.
tetap memberikan dukungan . Satu responden Mengenai dukungan keluarga, sebagian
pernah membicarakan dengan suami secara besar (78,3%) keluarga membicarakan tentang
serius sampai mencari informasi tentang khitan khitan perempuan, 69,4% keluarga
dari sisi agama dan kesehatan. Dengan menganjurkan dilakukan khitan, 66,5%
demikian, sebenarnya suami memberikan keluarga mendampingi/tidak jauh dari prosesi
dukungan dalam prosesi dilakukannya khitan, khitan, 58,4% keluarga memberikan pendapat
namun berkaitan dengan pengambilan tentang waktu dan petugas khitan, 51,6%
keputusan untuk dilakukan atau tidak, suami keluarga mencarikan informasi khitan, 48,1%
cenderung menyerahkan kepada istri. keluarga menentukan petugas khitan, 45,1%
Mahfoedz (2007) menyampaikan bahwa keluarga meminta petugas khitan datang ke
pengaruh dan dampak terbesar biasanya rumah, serta ada 18,4% keluarga yang
digunakan oleh kelompok primer, yang menyediakan biaya.
didefinisikan sebagai agregasi sosial yang

42
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Hasil analisis ini sesuai dengan teori lebih sensitif sehingga mudah terjadi bentrok.
Mahfoedz (2007) bahwa pengaruh dan dampak Lebih dari itu, intinya mereka lebih sering
terbesar biasanya digunakan oleh kelompok berinteraksi dalam segala yang berkaitan
primer, yang berupa keluarga dekat, misalnya dengan urusan hidup dan tidak jarang yang
ibu, bapak, kakak, adik, bulik, budhe dan memberikan bantuan, pendapat maupun saran
sebagainya dimana kedekatan itu tidak hanya untuk dilakukannya khitan perempuan.
karena hubungan darah namun bisa juga
karena seringnya mereka berinteraksi dan i. Dukungan Tetangga
bertatap muka. Interaksi yang terjadi juga Tabel 9. Dukungan Tetangga
meliputi adanya dukungan yang diberikan oleh Dukungan Tetangga dalam f %
keluarga untuk dilakukannya khitan Khitan Perempuan
perempuan. Mendukung (skor ≥ 3) 176 52,2
Sesuai teori reason action, komponen Kurang mendukung (skor < 161 47,8
norma subjektif bahwa norma sosial mengacu 3)
pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana Total 337 100
dan apa yang dipikirkan orang-orang yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dianggapnya penting dan motivasi seseorang banyak tetangga yang mendukung khitan yaitu
untuk mengikuti pikiran tersebut. Dalam hal 52,2% dibandingkan tetangga yang kurang
ini, orang-orang yang dianggap penting oleh mendukung yaitu 47,8%. Dukungan tetangga
responden dalam pengambilan keputusan responden antara lain bahwa tetangga
dilakukannya khitan atau tidak adalah responden juga melakukan khitan terhadap
keluarga. Menurut L. Green, dukungan anak perempuannya (72,7%), tetangga
keluarga merupakan faktor penguat bagi menganjurkan dilakukannya khitan (55,8%),
seseorang dalam bertindak, termasuk dalam tetangga membicarakan khitan bayi perempuan
melakukan khitan perempuan. Hal ini juga responden (54%), bahkan ada tetangga
diungkapkan oleh penuturan responden dalam responden yang menyediakan biaya khitan
wawancara mendalam, dua responden (2,1%).
mengatakan bahwa ibunya yang menganjurkan Tidak adanya dukungan tetangga dalam
untuk khitan perempuan. Satu responden khitan perempuan juga diungkapkan
mengatakan bahwa keluarganya pernah responden, satu responden mengatakan bahwa
membicarakan, tapi tidak mengharuskan untuk tetangga tidak ada dukungan dalam khitan bayi
dilakukan khitan. Seperti halnya penuturan responden. Tapi mereka datang saat peringatan
responden tentang dukungan suami bahwa selapan usia bayinya yang bertepatan dengan
suami cenderung menyerahkan urusan khitan hari khitan. Satu responden lagi mengatakan
kepada istri. Karena suami telah menyerahkan, tidak ada dukungan tetangga, tapi tetangga
maka menjadi hal mungkin jika responden juga mengkhitankan bayi perempuannya. Satu
kemudian membicarakan khitan kepada responden lagi mengatakan tidak pernah
keluarga terdekat lain, terutama orang tua membicarakan khitan perempuan dengan
responden. tetangga. Kehadiran tetangga dalam khitan
Pada masyarakat Pati, budaya hidup perempuan belum merupakan dukungan nyata
berdekatan rumah dengan orang tua, paklik, responden dalam khitan, namun lebih
pakdhe dan saudara dekat lain cenderung disebabkan oleh karena responden
masih merupakan sesuatu yang lebih mengundang tetangga dalam acara yang
diupayakan. Mereka akan merasa lebih tenang menyertai khitan, misalnya upacara selametan,
jika dekat dengan saudara-saudara sedarah. barzanji atau datang memberikan ucapan
Apalagi jika salah satu kerabat mempunyai selamat atas kelahiran bayinya dengan
hajat atau musibah maka keluarga akan sigap membawa kado, sembako atau bentuk lain. Hal
membantu, meskipun ada juga yang ini merupakan sesuatu yang wajar dan sering
berpendapat bahwa hidup terlalu berdekatan dilakukan oleh masyarakat di beberapa tempat
juga ada kekurangannya, misalnya menjadi

43
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

sebagai bentuk rasa ikut bersuka cita atas perempuan masyarakat. Bidan tidak
kebahagiaan yang dialami tetangga. membicarakan tentang khitan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, ada 72,7% tetangga Masyarakat yang meminta layanan khitan
responden melakukan khitan terhadap anak perempuan dan bidan tidak pernah
perempuan tetangga. Hal ini memberikan menawarkan.
pengaruh tersendiri untuk melakukan juga apa Bidan tidak menawarkan layanan khitan
yang dilakukan oleh tetangga. Pengaruh yang perempuan mungkin disebabkan oleh apa yang
ada mungkin bukan pengaruh langsung karena diketahui oleh bidan bahwa khitan perempuan
secara statistik tidak ada hubungan dengan tidak membawa manfaat secara medis, semua
perilaku ibu dalam khitan perempuan. Namun yang dipercayai masyarakat tentang manfaat
masih dari penelitian yang sama bahkan ada khitan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Di
tetangga responden yang menyediakan biaya sisi lain, setiap bidan melakukan khitan
khitan (2,1%). Data ini sangat kecil dan jarang ternyata bidan tidak melakukan tindakan
terjadi. Mungkin responden mempersepsikan invasif, hanya membersihkan labia mayora dan
bahwa sumbangan tetangga berupa uang itu labia minora menggunakan kassa iodin sebagai
yang dialokasikan untuk biaya khitan bentuk upaya membersihkan dari kotoran yang
perempuan. jarang dibersihkan misalnya bedak. Tindakan
khitan hanya dilakukan sebagai syarat saja.
j. Dukungan Bidan Menurut Yulifah dan Yusanto, bidan
Tabel 10. Dukungan Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional
Dukungan Bidan dalam f % maupun internasional dengan sejumlah praktisi
Khitan Perempuan di seluruh dunia. Berkaitan dengan khitan
Mendukung (skor ≥ 3) 186 55,2 perempuan, bidan merupakan unsur yang
Kurang mendukung (skor < 151 44,8 dipercaya masyarakat untuk melakukannya
3) pada bayi mereka. Hal ini menjadi bagian
Total 337 100 dukungan bidan dalam memberikan asuhan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepada bayi baru lahir meskipun hal ini tidak
proporsi bidan yang mendukung khitan dianjurkan secara medis namun sesuai
(55,2%) lebih besar dibandingkan dengan Permenkes 1636 tahun 2010 bahwa bidan
bidan yang kurang mendukung (44,8%). Bidan merupakan salah satu tenaga terampil yang
yang tidak memberikan dukungan dalam diberikan kewenangan untuk melakukan khitan
khitan perempuan ini tampak dalam hasil perempuan.
penelitian bahwa bahwa 78,7% responden
tidak mendapat informasi tentang komplikasi 4. SIMPULAN
yang mungkin terjadi, 54,3% responden tidak Simpulan atas penelitian ini adalah:
mendapat informasi tentang petugas yang a. Sebagian besar responden melakukan
dapat melakukan khitan, 48,1% responden khitan perempuan (81,2%) dan sebagian
tidak mendapat informasi tentang manfaat kecil tidak melakukan khitan perempuan
khitan, serta 44,8% responden tidak mendapat (18,8%).
informasi tentang cara khitan. b. Sebagian besar petugas khitan adalah bidan
Menurut hasil wawancara mendalam, satu (61,7%) dan sebagian kecil adalah dukun
responden pernah diingatkan oleh bidan bahwa (38,3%).
kalau mengkhitankan bayi perempuannya, bisa c. Sebagian besar responden berumur 20-35
menggunakan jasa bidan. Satu responden lagi tahun (89,3%), berpendidikan SMA atau
tidak pernah bidannya membicarakan khitan sederajat (57,9%), berpekerjaan sebagai
perempuan. Satu responden lagi justru petani/buruh (37,4%).
menanyakan tentang khitan perempuan kepada d. Sebagian besar keluarga ibu mendukung
bidan. Hal ini hampir sama dengan penuturan khitan (52,5%).
bidan bahwa dukungan bidan sebatas datang
kalau diminta melakukan sunat bagi bayi

44
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

e. Sebagian besar responden mempunyai Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran


kepercayaan yang kuat tentang khitan dan Kesehatan Masyarakat. EGC.
perempuan (62%). Bandung. 2001.
f. Sebagian besar suami responden Candra B. Metodologi Penelitian Kesehatan.
mendukung khitan perempuan (66,8%). EGC. Jakarta. 2008.
g. Sebagian besar responden bersikap Debu BL. Female Genital Mutilation
mendukung terhadap khitan perempuan (Penghilangan Hak Wanita Atas
(73%). Tubuhnya dalam Perempuan dan
h. Sebagian besar tetangga responden Hukum: Menuju Hukum yang
mendukung khitan (52,2%). Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan).
i. Sebagian besar bidan mendukung khitan Yayasan Obor. Jakarta. 2006.
(55,2%). El-Saadawi N. Perempuan dalam Budaya
Patriarki. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Berdasarkan simpulan tersebut, 2001.
rekomendasi yang diberikan adalah: Engel JF. dan Blackwell R. Perilaku
a. Perlu regulasi dan monitoring yang jelas Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta.
tentang khitan perempuan untuk mencegah 1994.
resiko yang dapat timbul. Gozali I. Aplikasi Analisis Multivariat dengan
b. Bidan memberikan informasi yang benar Program SPSS (Edisi II). Universitas
dan jelas tentang resiko khitan perempuan. Diponegoro. Semarang. 2001.
c. Masyarakat agar mencari informasi dari Haifaa AJ. Otentisitas Hak-Hak Perempuan
sumber yang terpercaya tentang khitan Perspektif Islam atas Kesetaraan
perempuan sebelum mengambil keputusan. Gender. Fajar Pustaka Baru.
Yogyakarta. 2002.
5. REFERENSI Hidayat AA. Metode Penelitian Kebidanan dan
Ahmad LF. Fiqh Khitan Perempuan. Al- Teknik Analisis Data. Salemba Medika.
Mughni dan Mitra Inti. Jakarta. 2006. Jakarta. 2007.
Al-Jauziyyah I. Mengantar Balita Menuju Hurlock EB. Psikologi Perkembangan; Suatu
Dewasa. Serambi. Jakarta. 2001. Pendekatan Sepanjang Rentang
Ambarwati ER. dan Rismintari YS. Asuhan Kehidupan (Edisi kelima). Erlangga.
Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Jakarta. 2008.
Yogyakarta. 2009. Ida R. Surat Belenggu Adat Perempuan
Asriati J. Sunat Perempuan dalam Islam Madura. (Skripsi). Universitas Gadjah
(Sebuah Analisis Gender, dalam Mada. Yogyakarta. 2004.
Refleksi). Jurnal Kajian Agama dan Kotler P. Manajemen Pemasaran. Index.
Filsafat. 2001; 3(2): 53-58. Jakarta. 2007.
Azwar S. Sikap Manusia, Teori dan Lemeshow SH, dkk Besar Sampel dalam
Pengukurannya (Edisi kedua). Pustaka Penelitian Kesehatan. Universitas
Pelajar. Yogyakarta. 2006. Gadjah Mada. Yogyakarta. 1997.
Azwar S. Reliabiltas dan Validitas. Pustaka Mahfoedz I. Metodologi Penelitian Bidang
Pelajar. Yogyakarta. 2000. Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan
Azzahra I. Analisis Faktor-faktor yang (Cetakan ke-.3). Fitramaya. Yogyakarta.
Mempengaruhi Ibu Melakukan Sunat 2007.
Sehat pada Anak Perempuan. (Tesis). Meilani N et all. Kebidanan Komunitas.
Magister Promosi Kesehatan Universitas Fitramaya. Yogyakarta. 2009.
Diponegoro. Semarang. 2014. Muchlas M. Perilaku Organisasi. Karipta.
Bart S. Psikologi Kesehatan. Grasindo. Yogyakarta. 1999.
Jakarta. 2002. Musyarofah R. Khitan Perempuan antara
Tradisi dan Ajaran Agama. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 2003.

45
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Niven N. Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Mada University Press. Yogyakarta.


Perawat dan Profesional Kesehatan 1997.
Lain. ECG. Jakarta. 2000. Shihab A. Islam Inklusif. Mizan. Bandung.
Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat 2001.
(Prinsip-prinsip Dasar). Rineka Cipta. Sofyan M et all. 50 Tahun IBI; Bidan
Jakarta. 1997. Menyongsong Masa Depan (Cetakan
Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Masyarakat. kelima). Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Indonesia. Jakarta. 2006.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi.
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2005. Alfabeta. Bandung. 2005.
Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta.
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Bandung. 2005.
Notoatmodjo S. Pengantar Pendidikan dan Sumarni AJ. Surat Perempuan di Bawah
Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Bayang-bayang Tradisi. (Skripsi).
Jakarta. 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Nursalam. Penelitian Ilmu Keperawatan. Mada. Yogyakarta. 2005.
Salemba Medika. Jakarta. 2003. Wawan A. dan Dewi M. Teori dan Pengukuran
Parrinder G. Teologi Seksual. LKiS. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Yogyakarta. 2005. Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.
Permenkes No. 1636/MENKES/PER/XI/2010 2010.
tentang Sunat Perempuan. Kementerian Widyastuti, dkk. Kesehatan Reproduksi.
Kesehatan RI. Jakarta. 2010. Fitramaya. Yogyakarta. 2009.
Permenkes No. 6/MENKES/PER/II/2014 Yasril dan Kasjono HS. Analisis Multivariat
tentang Pencabutan Permenkes No. untuk Penelitian Kesehatan. Mitra
1636/MENKES/PER/XI/2010 tentang Cendekia Press. Yogyakarta. 2009.
Sunat Perempuan. Kementerian Yulifah R. dan Yuswanto TJA. Asuhan
Kesehatan RI. Jakarta. 2014. Kebidanan Komunitas. Salemba
Poerwodarminto. Kamus Besar Bahasa Medika. Jakarta. 2009.
Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. 2000. Yuniarti. Persepsi Orangtua terhadap Sunat
Population Council. Research Report Female Anak Perempuan di Desa Sidoarum
Circumcision ini Indonesia: Extent Kecamatan Godean Kabupaten Sleman
Implication and Possible Intervention to Tahun 2006. (Skripsi). Universitas
Uphold Women’s Health Right. Gadjah Mada. Yogyakarta. 2006.
Population Council. Jakarta. 2003. Zakiyah. Khitan dalam Perspektif Hadits. UIN
Putranti BD. Male and Female Genital Cutting Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2004.
among Javanese and Madurese. Center
for Population and Policy Studies
Gadjah Mada University. Yogyakarta.
2003.
Rahmat J. Psikologi Komunikasi. (Edisi
Revisi; Cetakan ke sebelas). Remaja
Rosdakarya. Bandung. 1998.
Riska DP. Pengetahuan Ibu tentang Sirkumsisi
pada Anak Perempuan di Lingkungan V
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan
Medan Marelan. (Skripsi). Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 2009.
Sarwono S. Sosiologi Kesehatan (Beberapa
Konsep Beserta Aplikasinya). Gadjah

46

You might also like