You are on page 1of 18

Omni-Akuatika, 12 (3): 29-46, 2016

ISSN: 1858-3873 print / 2476-9347 online


Research Article

Scientific Communication in Fisheries and Marine Sciences - 2016

Jasa Ekosistem Lamun Bagi Kesejahteraan Manusia

1,2 2,3 2,4 4


Yudi Wahyudin , Tridoyo Kusumastanto , Luky Adrianto , Yusli Wardiatno
1
Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika IPB, Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Kampus IPB Dramaga Bogor
2
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran Bogor
3
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Kampus IPB Dramaga
Bogor
4
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Kampus IPB
Dramaga Bogor

*Corresponding author : yudi.wahyudin@pksplipb.or.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the typology, seagrass ecosystem function and
services that are useful for human well-being. This research was conducted by using literatures
survey of some scientific documents and analyzed qualitatively and described to obtain a
comprehensive overview in accordance with purposes of this research. The results of this study
shows that seagrass ecosystem provides the benefits of ecosystem services are valuable and
needed humans to meet their needs and well-being, both ecologically, socially, and economically.
Those ecosystem services include the following: (i) provisioning services that one of them shown
by the production of a protein source necessary for mandkind, (ii) regulating services, one of which
is shown by role of seagrass in maintaining the stability of white sand beaches from abrasion, (iii)
cultural services, one one which is shown by the role of seagrass in making the surrounding area
as a place for recreation, especially recreational fishing, and (iv) supporting services, one of which
is shown by the role of seagrass in the process of supplying oxygen and nutrient cycling in the
waters of the needs of fish and biota surrounding. All the ecosystem services provided to be a
source of life and livelihood are needed to meet the people’s welfare.

Keywords : seagrass, ecosystem services, provisioning services, regulating services,


cultural services, supporting services

1. Pendahuluan ekologi dunia (Cullen-Unsworth et al, 2014; de


la Torre-Castro et al, 2014).
Ekosistem lamun (seagrass) adalah Habitat lamun mempunyai jasa
salah satu komponen penting sebagai ekosistem yang cukup beragam, khususnya
penyusun kesatuan ekosistem pesisir terkait dengan jasa pendukung (supporting
bersama dengan mangrove dan terumbu services) dan sebagai penyedia daerah
karang (de la Torre-Castro, 2006). Ekosistem asuhan (nursery ground), tempat mencari
lamun tidak terlalu banyak mendapatkan makan (feeding ground), sirkulasi nutrien dan
perhatian, padahal ekosistem lamun cukup lain-lain (Costanza et al, 1997), bahkan lamun
menyediakan barang dan jasa yang penting mempunyai keterkaitan yang kuat dan
(de la TorreCastro et al, 2014) dan hal ini berasosiasi dengan beberapa organisme khas
cukup mengejutkan mengingat bahwa lamun dan unik di sekitarnya, seperti dugong, kuda
mempunyai distribusi yang cukup menyebar laut dan penyu laut, yang kesemuanya
di seluruh dunia (den Hartog, 1970). mempunyai ketergantungan terhadap
Walaupun secara lokal, sosial-ekologis lamun ekosistem lamun, namun demikian tetap saja
telah dianggap penting (de la Torre-Castro penelitian dan perhatiannya tentang
and Ronnback, 2004), akan tetapi pada ekosistem lamun masih jarang dibuat dan
kenyataannya kepentingan ini masih difahami masih belum optimal dilakukan (Hughes et al,
hanya sebagai bagian dari sistem sosial- 2009). Dengan segenap jasa ekosistem yang
diberikan ekosistem lamun tersebut, maka
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 30

tidaklah mengherankan bilamana kemudian yang saling kontra produktif dengan


nilai ekonomi total ekosistem lamun lebih keberlanjutan sumberdaya pulih (Souvorov,
tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomi total 1999), sehingga tidaklah mengherankan
dari ekosistem terumbu karang dan ekosistem bilamana kemudian negara berkembang
mangrove (Costanza, 1997). seperti Indonesia, masih belum menerima dan
Pemahaman moneter sumberdaya menganggap bahwa pengelolaan berbasis
alam dan lingkungan sangat berguna untuk konservasi merupakan bentuk pengelolaan
mempromosikan penggunaan sumberdaya yang menjanjikan lebih besar manfaat bagi
lokal yang berkelanjutan dalam jangka kesejahteraan masyarakat luas.
panjang (Unsworth et al, 2010). Penggunaan Fenomena tersebut di atas memberikan
matrik aliran manfaat dan biaya dapat dampak terhadap persepsi ilmuwan yang
memberikan indikasi akan adanya nilai kemudian berkesimpulan bahwa praktek
finansial dari sumberdaya alam dan pengelolaan sumberdaya alam di banyak
lingkungan saat ini dan pemangku negara berkembang sering kali tidak
kepentingan lokal selanjutnya dapat membuat dilakukan secara baik dan pada gilirannya
keputusan yang tepat melalui analisis berdampak terhadap terjadinya penurunan
manfaat-biaya sederhana secara langsung kualitas dan kuantitas sumberdaya, termasuk
untuk menentukan skenario pengelolaan ekosistem lamun. Anggapan berikutnya
ekosistem sumberdaya alam dan lingkungan adalah munculnya hipotesis bahwa negara
(Pearce and Turner, 1990; Green and miskin yang sangat bergantung pada
Tunstall, 1991). keberadaan sumberdaya dan mempunyai
Pengkajian informasi terhadap tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih
stakeholders mengenai status ekosistem besar sangatlah rentan berdampak terhadap
lamun dengan melibatkan masyarakat terjadinya degradasi dan kerusakan
setempat sebagai modal sosial merupakan sumberdaya (Warford, 1989).
salah satu pendekatan terbaik untuk Pernyataan Warford (1989) tersebut
menghasilkan keputusan efektif bagi sepertinya dapat dibenarkan bilamana negara
pengelolaan sumberdaya alam dan berkembang, khususnya negara miskin yang
lingkungan (Pretty, 2003), termasuk masyarakatnya mempunyai tingkat
pengelolaan ekosistem lamun. Informasi ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya
yang dihasilkan dari masyarakat ini secara alam menjadi tidak perduli terhadap
sederhana merupakan pendekatan dengan upayaupaya pemanfaatan sumberdaya
menggunakan konsepsi atau pemikiran berkelanjutan. Masyarakat pesisir Indonesia,
bahwa manusia dengan pendidikan dan atau sebagai bagian dari rakyat sebuah negara
pengetahuan ilmiah yang relatif terbatas berkembang, juga masih bertumpu pada
dapat memahami dan mempromosikan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut
secara lebih sistematis untuk mendukung dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan hidup jangka pendek (harian), bahkan
lingkungan (Unsworth et al, 2010). sebagian dari mereka menggunakan cara-
Sayangnya untuk negara-negara berkembang cara yang tidak ramah lingkungan untuk
seperti Indonesia, pemahaman dan mendapatkan hasil yang lebih banyak dan
pendekatan penentuan keputusan lebih cepat. Akan tetapi, tidak sedikit pula
pengelolaan sumberdaya alam dan komunitas lokal yang telah menjadikan
lingkungan dengan model seperti ini belum pengelolaan komunal sumberdaya pesisir dan
atau bahkan bisa juga tidak pernah dilakukan laut sebagai bagian yang tidak terpisahkan
oleh pemerintah, sehingga lebih dalam pemanfaatannya.
memperburuk akan maraknya kegiatan Artikel ini diharapkan dapat menjadi
eksploitasi berlebih sehingga menyebabkan jembatan bagi adanya pemahaman
adanya kehilangan atau kepunahan menyeluruh mengenai ekosistem lamun,
sumberdaya (Unsworth and Cullen, 2010), karena ekosistem ini merupakan salah satu
terlebih lagi bilamana pengukuran ekosistem utama di wilayah pesisir dan laut
keberhasilan implementasi pengelolaan yang peranannya sangat penting dalam
ekosistem sumberdaya alam dan pemenuhan kebutuhan hidup dan
lingkungannya menghadapi berbagai kendala penghidupan masyarakat, khususnya di
terkait dengan terutama penerapan kebijakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
31 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Peranan penting ekosistem lamun ini lebih cenderung mirip dengan tanaman
diantaranya dapat ditunjukkan oleh adanya teresterial teratai dan jahe daripada rumput
manfaat jasa ekosistem yang disediakan yang sebenarnya dan mereka tumbuh pada
lamun yang berguna dan dibutuhkan sedimen dasar laut dengan tegak, daun
manusia, baik secara langsung maupun tidak memanjang, dan akar terkubur seperti
langsung. rimpang (McKenzie, 2008).
Di perairan Indonesia dijumpai
Tipologi dan fungsi lamun sebanyak 12 jenis lamun, yaitu: Enhalus
acoroides, Halophila decipiens, Halophila
Ekosistem pesisir, termasuk di
spinulosa, Halophila ovalis, Halophila minor,
dalamnya ekosistem lamun, merupakan
Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata,
sistem ekologi yang unik dan spesifik serta
Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia,
memerlukan pengelolaan yang spesifik agar
Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium,
dapat memberi sebesar-besarnya manfaat
dan Thalassodendron ciliatum. Masih ada
bagi masyarakat, bangsa dan Negara
dua jenis lamun lagi yang herbariumnya ada
Kesatuan Republik Indonesia (Wahyudin dan
di Herbarium Bogoriense-Bogor, yaitu
Adrianto, 2012). Padang lamun merupakan
Halophila beccarcii dan Ruppia maritima yang
ekosistem laut yang penting dan mampu
diduga berasal dari perairan Indonesia
menyediakan makanan, habitat dan daerah
(Kiswara, 1994). Vegetasi lamun yang lebat
merupakan asuhan bagi berbagai spesies,
dapat terdiri dari suatu komunitas tunggal
kerang, manatee dan penyu laut (Fish and
atau lebih membentuk padang lamun.
Wildlife Research Institute, 1999). Ekosistem
Padang lamun merupakan salah satu
lamun adalah satu dari tiga ekosistem utama
ekosistem laut dangkal yang mempunyai
wilayah pesisir dan mempunyai fungsi sosial-
peranan penting dalam kehidupan berbagai
ekologis yang bermanfaat bagi manusia
biota laut serta merupakan salah satu
(Costanza, 1991; Freeman III, 2003; de la
ekosistem laut yang paling produktif.
Torre-Castro, 2006).
Ekosistem lamun daerah tropis dikenal tinggi
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan
produktifitasnya terutama dalam pore water
berbunga (Angiospermae) yang tumbuh
dan sedimen. Lamun dapat memperoleh
mencolok dan sering merupakan komponen
nutrisi, baik dari air permukaan melalui
utama yang dominan di lingkungan perairan
helaian daun-daunnya, maupun sedimen
pesisir. Lamun telah sepenuhnya
melalui akar dan rimpangnya (Kiswara dan
menyesuaikan diri untuk hidup dengan
Wanardi, 1994), tetapi sumber utama nutrisi
sebagian tubuhnya terbenam di dalam air
lebih banyak berasal dari sedimen (Iizumi et
laut. Jumlah jenis lamun di dunia adalah 58
al, 1980). Padang lamun tersebar luas di
jenis yang dikelompokkan ke dalam 12
perairan laut dangkal Indo Pasifik, termasuk
marga, empat suku dan dua ordo (Kuo and
perairan Indonesia. Indonesia yang
McComb, 1989).
mempunyai panjang garis pantai 81.000 km,
Sejak jaman dinosaurus, terdapat 3
tentunya mempunyai padang lamun yang
(tiga) kelompok tumbuhan (angiosperma)
luas, bahkan terluas di daerah tropik (Kiswara
yang menempati lautan, yang kemudian
dan Wanardi, 1994). Beberapa jenis dan
dikenal sebagai lamun (seagrasses). Lamun
penyebaran lamun di perairan Indonesia
merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
yang dapat hidup di bawah permukaan air,
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 32

Tabel 1. Jenis dan penyebaran lamun di perairan Indonesia


Sebaran
Suku Jenis
1 2 3 4 5
Potamogetonaceae Halodule uninervis + + + + +
Halodule pinifolia + + + + +
Cymodocea rotundata + + + + +
Cymodocea serrulata + + - - +
Syringodium isoetifolium + + + + +
Thalassodendron ciliatum - - + + +
Hydrocharitaceae Enhalus acoroides + + + + +
Halophila beccari ? ? ? ? ?
Halophila decipieae - - - - -
Halophila minor + + + + +
Halophila ovalis + + + + +
Halophila spinulosa + + - - +
Thalassia hemprichii + + + + +
Sumber: den Hartog (1970); Hutomo (1985); Dahuri et al (1996).
Keterangan: (+) ada, ( - ) tidak ada, ( ? ) diduga dijumpai tetapi belum tercatat
1= Sumatera; 2=Jawa, Bali, Kalimantan; 3=Sulawesi; 4=Maluku dan Nusa Tenggara; 5=Irian Jaya

Lamun hidup di perairan pesisir dan reproduksi, seluruh jenis lamun dapat
tersebar di setiap benua di dunia. Lamun berbuah dan diserbuki di bawah permukaan
umumnya merupakan makanan dugong dan perairan laut.
penyu hijau dan menyediakan habitat bagi Lamun dapat bereproduksi melalui
banyak biota, baik hewan laut kecil seperti metode seksual dan aseksual. Pada sistem
udang dan ikan, dan banyak diantaranya reproduksi seksual, tumbuhan memproduksi
merupakan spesies komersial penting. bunga dan serbuk dipindahkan dari bunga
Lamun juga mampu menyerap nutrisi dari jantan ke ovarium bunga betina. Kebanyakan
limpasan pesisir, menstabilitasi sedimen dan spesies lamun memproduksi bunga seks
membatu menjawa perairan tetap bersih. tunggal pada setiap individu, sehingga
Lamun merupakan tanaman khas diantara tumbuhan ini mempunyai dua jenis tumbuhan
tumbuhan berbunga lainnya, karena jantan dan betina yang berbeda. Gambar 1
merupakan satu-satunya genus yang mampu berikut ini menyajikan ilustrasi komposit yang
hidup di dasar dan kolom perairan laut. menunjukkan ciri-ciri utama morfologi lamun
Kecuali jenis Enhalus sp yang membutuhkan dalam rangka membedakan kelompok
permukaan perairan laut untuk melakukan taksonomi lamun utama.

Gambar 1. Ilustrasi komposit yang menunjukkan ciri-ciri morfologi untuk membedakan kelompok
taksonomi lamun utama (McKenzie, 2008).
33 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Tabel 2. Karakteristik kehidupan dan potensi area sebaran lamun

No Komponen Keterangan
1 Karakteristik Membutuhkan sinar matahari
lingkungan perairan Membutuhkan perairan yang bersih
Secara psikologis beradaptasi pada lingkukngan perairan laut
Umumnya bersalinitas 35‰ dengan toleransi 4 – 65 ‰ (2x konsentrasi
perairan laut, untuk jenis tertentu)
Kebutuhan cahaya 4,4 – 29 %
o
Suhu perairan dalam toleransi antara 38 – 42 C
2 Sifat hidup Membutuhkan pernafasan untuk mendukung perkembangan biomassa
melalui proses fotosintesis (seperti akar dan rimpang)
Kurang memiliki pigmen tertentu dan karenanya hanya dapat memanfaatkan
spektrum yang terbatas
o
Mengalami stress pada temparatur perairan yang yang melebihi 40 C,
o
bahkan jika lebih dari 45 C dapat mengalami kematian
Membutuhkan masukan organik karbon untuk pertumbuhannya
Membutuhkan nutrisi kunci untuk tumbuh, yaitu nitrogen (N) dan fosfor (P)
Membutuhkan pasang surut untuk proses penyerbukan dan pergantian gas
dari air ke dalam tanaman lamun
Tumbuh dari mulai anakan kecil hingga menjadi padang lamun yang besar
dan luas
3 Karakteristik area Lokasi perairan pesisir yang dangkal dan di atas karang
penyebaran lamun Perairan pantai yang dangkal diantara permukaan laut rata-rata dan
kedalaman 25 meter
Daerah perairan pasang-surut yang terhampar pada substrat lembut seperti
pasir dan lumpur
Kedalaman air yang sangat tergantung dari ketersediaan cahaya matahari
(kecerahan perairan)
Sumber: McKenzie (2008).

Lamun memerlukan cahaya, nutrisi, dan potensi area sebaran yang


karbon dioksida (CO2), substrat sebagai memungkinkan untuk lamun dapat tumbuh
media tumbuh, serta salinitas, suhu dan pH dan berkembang dengan baik.
yang cukup untuk dapat tumbuh dan Lamun merupakan sumberdaya alam
berkembang (McKenzie, 2008). Lamun dapat penting yang memberikan banyak fungsi yang
eksis di lingkungan perairan laut dan mampu berharga (Fortes, 1991; Fish and Wildlife
beradaptasi untuk hidup dalam perairan asin Research Institute, 1999; McKenzie, 2008;
sedang. Lamun dapat tumbuh bilamana Hughes et al, 2009; Cullen-Unsworth et al,
benar-benar tenggelam. Sistem perakaran 2014). Tabel 3 berikut ini menyajikan
lamun mampu menahan kekuatan gelombang beberapa fungsi ekosistem lamun yang
dan sebagai penahan arus pasang surut. bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan
Penyerbukan lamun dilakukan dengan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau
bantuan air laut. Tabel 2 berikut ini kecil.
menyajikan beberapa karakterisrik kehidupan
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 34

Tabel 3. Fungsi dan peranan ekosistem lamun yang bermanfaat bagi masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil

No Jenis Fungsi Lamun Keterangan


1 Fisik Lamun dapat menstabilkan dasar laut dengan akar-akarnya dan rimpang
dalam banyak cara yang sama bahwa rumput tanah menghambat erosi
tanah (kepentingan fungsinya seringkali terlihat jelas ketika badai
mendekati garis pantai dan mengancam pantai, bisnis, dan rumah)
Lamun dapat membantu menjaga kejernihan air dengan menjebak
sedimen halus dan partikel. Daerah bawah (substrat) tanpa lamun lebih
sering diaduk oleh angin dan ombak sehingga dapat mengurangi
kejernihan air dan mempengaruhi perilaku biota laut dan kualitas rekreasi
wilayah pesisir
Lamun membuat aliran air menjadi lebih lambat dan menyebabkan
sedimen tetap di dasar perairan sehingga membantu perairan tetap jernih.
2 Kimia Memelihara kualitas perairan, termasuk hadirnya kandungan oksigen dan
unsur hara yang dibutuhkan makhluk hidup yang berasosiasi dengan
lamun.
Lamun juga berkontribusi terhadap produktivitas ekosistem melalui jalur
makanan detritus.
Lamun membantu menghilangkan (menyerap) nutrisi yang membahayakan
dan polusi sedimen dari perairan pesisir.
3 Biologi Lamun menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan, udang-udangan, dan
kerang. Penelitian telah menunjukkan banyak spesies laut tergantung pada
keberadaan lamun sebagai habitat hidupnya
Lamun dan organisme yang tumbuh dan berasosiasi dengannya adalah
sumber makanan bagi banyak biota, termasuk mamalia laut seperti
dugong. Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah ganggang-
ganggang renik (biasanya ganggang bersel tunggal), hewan-hewan renik
dan mikroba yang merupakan makanan bagi bermacam jenis ikan yang
hidup di sekitar padang lamun.
Komunitas lamun merupakan habitat penting dan daerah sumber makanan
bagi organisme laut yang ada di sekitarnya. Sekitar 40 kali lebih banyak
jumlah biota laut daripada padang pasir, yang menjadikan lamun sebagai
daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground)
dan tempat berkembang biak (spawning ground)
Lamun merupakan makanan bagi dugong (Dugong dugon) dan penyu hijau
(Chelonia mydas). Dugong dapat menghabiskan sebanyak 28 – 40 kg
lamun per hari sebagai nutrisi pertumbuhannya. Dugong dan penyu hijau
memilah jenis-jenis lamun yang memiliki tingkat nitrogen tinggi, kandungan
nutrisi tinggi dan memiliki serat rendah.
4 Sosial Ekonomi Menyediakan bahan makanan, seperti buah lamun, misalnya samo-samo
(Enhalus acoroides) oleh penduduk di beberapa pulau kecil di Indonesia
telah dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan.
Mendukung pengembangan ekonomi lokal, melalui kegiatan perikanan dan
wisata
Sumber: Disarikan dari Nontji (1987); Hutomo et al (1988); Heck and Weistein (1989); Fortes (1991);
Hutomo dan Azkab (1993); Nienhuis (1993); Peristiwady (1993). Koesoebiono (1995); Dahuri et al
(1996); Fish and Wildlife Research Institute (1999); McKenzie (2008); Hughes et al (2009); Cullen-
Unsworth et al (2014)
35 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Gambar 2. Interaksi terumbu karang, lamun dan mangrove (McKenzie, 2008)

Ekosistem pesisir dan laut seperti (4) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
terumbu karang, mangrove dan lamun tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
mempunyai keterikatan kuat dan saling Pulau-Pulau Kecil. Ekosistem lamun
mendukung satu sama lainnya. Terumbu merupakan satu dari tiga ekosistem utama
karang, lamun dan mangrove saling yang ada di wilayah pesisir yang dapat
berinteraksi dan saling menyediakan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan,
diantaranya: (i) konservasi, (ii) pendidikan dan
dukungan fisik dan biologis kepada masing-
pelatihan, (iii) penelitian dan pengembangan,
masing ekosistem.
(iv) budidaya laut, (v) pariwisata, (vi) usaha
Gambar menunjukkan hubungan antara perikanan dan kelautan dan industri perikanan
terumbu karang, lamun dan mangrove secara lestari, (vii) pertanian organik dan/atau
dengan saling menyediakan dukungan fisik (viii) peternakan. Oleh karena itu, tidaklah
dan biologis kepada masing-masing mengherankan bilamana ekosistem lamun
ekosistem (McKenzie, 2008). perlu mendapatkan perhatian pengelolaan,
Lamun merupakan salah satu dengan salah satunya dijadikan sebagai
ekosistem penting di perairan pesisir kawasan konservasi ekosistem lamun.
Indonesia yang telah mengalami penurunan Konservasi ekosistem lamun sebagai salah
kualitas dan kuantitas akibat banyaknya satu sumberdaya wilayah pesisir dapat
aktivitas beberapa sektor terkait dengan diselenggarakan dengan tujuan: (i) menjaga
kegiatan manusia, seperti ekologi, sosial- kelestarian ekosistem lamun, (ii) melindungi
ekonomi, teknologi dan kelembagaan. alur migrasi ikan dan biota laut lain yang
Penurunan dan kerugian padang lamun akan berasosiasi dengan ekosistem lamun, (iii)
sangat berdampak terhadap bukan hanya melindungi ekosistem lamun sebagai habitat
keanekaragaman hayati dan produktivitas biota laut, dan (iv) melindungi situs budaya/
perikanan yang berasosiasi dengan warisan sumberdaya lokal (Mahifal, 2010).
ekosistem ini, melainkan juga terhadap
ekosistem lainnya seperti terumbu karang dan Jasa-jasa ekosistem lamun
mangrove, atau bahkan lebih jauh lagi pada Ekosistem menurut definisi dari Kamus
ekosistem laut yang masih dipengaruhi oleh Biologi Online didefnisikan sebagai sebuah
ekosistem pesisir (Nadiarti et al, 2012). sistem yang mencakup semua organisme
Berdasarkan peraturan perundang- hidup (faktor biotik) di suatu wilayah serta
undangan di Indonesia lamun didefinisikan lingkungan fisik (faktor abiotik) yang berfungsi
sebagai salah satu sumberdaya pesisir dan bersama-sama sebagai satu kesatuan unit.
pulau-pulau kecil sesuai dengan Pasal 1 butir Suatu ekosistem dapat terdiri dari tumbuhan,
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 36

hewan, mikroorganisme, tanah, batuan, untuk menggambarkan bagaimana suatu


mineral, sumber air dan suasana lokal ekosistem memberikan layanan yang sangat
berinteraksi dengan satu sama lain. bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan dan
Sehingga tidaklah mengherankan bilamana kesejahteraan umat manusia baik secara
kemudian jasa ekosistem didefinisikan langsung maupun tidak langsung. Tabel 4
sebagai semua manfaat yang berguna bagi berikut ini menyajikan beberapa definisi jasa
manusia yang dapat diperoleh dari suatu ekosistem yang umum digunakan sebagai
ekosistem (Eliezer, 2001). Definisi jasa definisi ilmiah oleh para peneliti dan lembaga
ekosistem berkembang dan semakin meluas terkait di dunia.

Tabel 4. Berbagai definisi jasa ekosistem yang umum digunakan para peneliti dan lembaga terkait
di dunia

No Definisi Referensi
1 Jasa ekosistem sebagai manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem, United Nations
termasuk didalamnya penyediaan layanan seperti makanan dan air, jasa Environment
pengaturan banjir dan pengendalian penyakit, layanan budaya seperti Programme (1993)
spiritual, rekreasi, dan manfaat budaya, dan jasa penunjang seperti siklus
hara, yang menjaga kondisi lahan untuk kehidupan di bumi.
2 Jasa ekosistem adalah layanan dari sistem ekologi dan stok modal alam Costanza et al
yang menghasilkan barang dan jasa yang sangat penting untuk fungsi (1997); de Groot et all
sistem pendukung kehidupan bumi. (2000)
3 Jasa ekosistem didefinisikan sebagai manfaat penting bagi manusia yang Dictionary (1995)
muncul dari ekosistem dan berfungsi menopang kehidupan dan Wikimedia
penghidupan manusia. Jasa ekosistem sebagai manfaat yang diperoleh Foundation (2001)
manusia dari ekosistem. Manfaat ini diantaranya termasuk (i) layanan The Free Dictionary
penyediaan, seperti penyedia makanan dan air, (ii) layanan pengaturan by Farlex (2003);
seperti mengatur banjir dan pengendalian penyakit, (iii) layanan budaya Greenfacts (Selliers,
seperti manfaat spiritual, rekreasi, dan budaya, serta (iv) layanan 2001)
pendukung, seperti siklus nutrisi yang menjaga kondisi untuk kehidupan di
Bumi.
4 Jasa ekosistem sebagai manfaat yang dapat diperoleh manusia dari suatu Earth Economics
ekosistem, termasuk diantaranya manfaat air, makanan, bahan baku, (Batker, 2003)
stabilisasi tepi pantai, perlindungan dari banjir dan badai, pengaturan aliran
air, kualitas air, pengendali penyakit manusia, pengolahan limbah, stok
karbon, regulasi dan siklus nutrien, habitat, produksi primer, pendidikan
dan ilmu pengetahuan, wisata, estetika dan rekreasi.
5 Jasa ekosistem adalah sebagai manfaat bagi manusia yang berasal dari Millenium Ecosystem
ekosistem. Selain jasa atau barang seperti makanan, kayu dan bahan baku Assessment (2003)
lainnya pengadaan, tanaman, hewan, jamur dan mikro-organisme, jasa
ekosistem juga menyediakan layanan penting lainnya, seperti mengatur
penyerbukan tanaman, pencegahan erosi tanah dan pemurnian air, dan
area yang luas untuk layanan budaya, seperti rekreasi dan kecintaan pada
suatu tempat. Terlepas dari kepentingan ekologi, budaya dan ekonomi dari
layanan ini, ekosistem dan keanekaragaman hayati yang mendukung
mereka masih terdegradasi dan mengalami kepunahan pada skala belum
pernah terjadi sebelumnya.
6 Jasa ekosistem didefinisikan sebagai berbagai kategori layanan ekosistem The Economic of
yang menyediakan manfaat bagi manusia. TEEB membagi jasa ekosistem Ecosystem and
menjadi 4 (empat) layanan ekosistem, diantaranya yaitu: (i) layanan Biodiversity (TEEB)
penyediaan, (ii) layanan pengaturan, (iii) layanan habitat atau jasa (UNEP, 2008)
pendukung, dan (iv) layanan budaya. Layanan penyediaan adalah jasa
ekosistem yang menggambarkan materi atau output energi yang dihasilkan
dari ekosistem (produksi).
Sumber: disarikan dari berbagai referensi.
37 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Tabel 5. Kategori jasa dan jenis produk jasa ekosistem lamun untuk kesejahteraan manusia
menurut Millennium Ecosystem Assessment (2005)
Disediakan
No Kategori Jasa Jenis Produk
Ekosistem Lamun
1 Jasa Penyediaan/ Makanan X
Produksi Bahan -
Bahan bakar t.a.d
Sumberdaya genetik X
Sumber biokimia X
Sumberdaya hiasan X
Air tawar -
2 Jasa Pengaturan Peraturan kualitas udara t.a.d
Pengaturan iklim t.a.d
Pengaturan air t.a.d
Pengaturan erosi X
Pemurnian air dan pengolahan limbah X
Pengaturan penyakit t.a.d
Regulasi hama t.a.d
Penyerbukan X
Peraturan bahaya alam X
3 Jasa Budaya/ Keragaman budaya t.a.d
Informasi Nilai-nilai spiritual dan keagamaan t.a.d
Sistem pengetahuan (tradisional dan formal) X
Nilai-nilai pendidikan X
Inspirasi X
Nilai-nilai estetika X
Hubungan sosial t.a.d
Kecintaan akan suatu tempat t.a.d
Nilai-nilai warisan budaya t.a.d
Rekreasi dan ekowisata X
4 Jasa Pendukung/ Pembentukan tanah t.a.d
Habitat Fotosintesis X
Produksi primer X
Siklus hara X
Siklus air t.a.d
Sumber: Tabel 3.
Keterangan: (X) = disediakan dan merupakan jasa ekosistem lamun; (-) tidak disediakan; (t.a.d)
tidak ada referensi

Berdasarkan berbagai referensi definisi Nilai ekonomi jasa ekosistem lamun


tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa jasa
Jasa ekosistem berkontribusi terhadap
ekosistem adalah berbagai manfaat yang
kesejahteraan manusia, baik secara langsung
dapat diperoleh manusia sebagai sumber
maupun tidak langsung, dan karena itu
kehidupan dan penghidupan, baik secara
merupakan bagian dari nilai ekonomi total
langsung maupun tidak langsung, atas
bumi (Costanza et al, 1997). Costanza et
keberadaan suatu ekosistem. Disepakati juga
(1997) telah melakukan estimasi terhadap
4 (empat) kategori jasa ekosistem yang
seberapa besar kekayaan bumi berdasarkan
digunakan, yaitu (i) jasa pengaturan, (ii) jasa
17 jasa ekosistem untuk 16 bioma yang
penyediaan/produksi, (iii) jasa budaya/seni,
dilakukan berdasarkan berbagai referensi
dan (iv) jasa pendukung/habitat. Oleh karena
hasil penelitian yang telah dipublikasikan
itu, dengan referensi tersebut, maka kategori
maupun dari beberapa perhitungan asli yang
jasa ekosistem lamun yang menyediakan
dilakukan sendiri. Hasil estimasi
manfaat bagi kesejahteraan manusia
menunjukkan bahwa untuk keseluruhan nilai
selengkapnya dapat dlihat pada Tabel 5.
biosfer (nilai yang sebagian besar berada di
luar pasar) diperkirakan berada di kisaran US
$ 16-54 trilyun per tahun, dengan rata-rata US
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 38

$ 33 trilyun per tahun. Karena sifat trilyun per tahun dengan asumsi tidak ada
ketidakpastian, maka nilai ini harus dianggap perubahan luas dari masing-masing bioma
sebagai estimasi minimum. yang ada di muka bumi. Namun demikian,
Costanza et al (1997) menyebutkan berdasarkan data global yang dimilikinya,
bahwa mayoritas nilai jasa ekosistem telah terjadi perubahan luas bioma, sehingga
diidentifikasi dengan menggunakan nilai total kekayaan bumi yang riil saat ini
pendekatan non pasar. Jasa pengaturan gas hanya sebesar US $ 124,8 trilyun per tahun.
diperkirakan mencapai sebesar US $ 1.3 Bilamana mangrove dihitung sebagai bagian
trilyun per tahun, jasa pengaturan dari sistem laut, maka kontribusi sistem ini
gangguan/tekanan mencapai US $ 1.8 trilyun terhadap kekayaan bumi mencapai sebesar
per tahun, jasa pengolahan limbah mencapai 63,78 persen, sedangkan bilamana mangrove
US $ 2.3 trilyun per tahun dan jasa siklus dimasukkan ke dalam sistem teresterial, maka
nutrisi mencapai sebesar US $ 1.7 trilyun per kontribusi sistem laut hanya sebesar 41,72
tahun. 63% dari nilai estimasi disumbangkan persen dari keseluruhan nilai bumi.
oleh sistem laut dan pesisir, dimana sistem Ekosistem lamun sendiri diperkirakan
laut menyumbang nilai ekonomi sebesar US $ mengalami peningkatan nilai dari tahun 1997
20.9 trilyun per tahun dan sistem pesisir sebesar US $ 26.226 per hektar per tahun
menyumbang sebesar US $ 10.6 trilyun per menjadi sebesar US $ 28.916 per hektar per
tahun. Adapun sisanya sebesar 38% berasal tahun pada tahun 2014 (Costanza et al, 1997;
dari nilai taksiran dari sistem terestrial, Costanza et al, 2014). Peningkatan nilai ini
terutama dari hutan, yaitu mencapai sebesar dapat diakibatkan oleh semakin banyaknya
US $ 4.7 trilyun per tahun dan lahan basah penelitian yang terkait dengan ekosistem ini
mencapai sebesar US $ 4.9 trilyun per tahun. dan memberikan bukti bahwa ekosistem
Setelah lebih dari satu dasawarsa, lamun memberikan banyak manfaat ekonomi
Costanza et al (2014) kembali melakukan bagi kesejahteraan masyarakat. Tabel 6
estimasi terhadap kekayaan biosfer dan berikut ini menyajikan hasil interasi terhadap
hasilnya menunjukkan bahwa nilai total beberapa referensi terkait dengan nilai
kekayaan bumi adalah sebesar US $ 145 ekonomi ekosistem lamun.

Tabel 6. Nilai ekonomi ekosistem lamun dari berbagai referensi


Estimasi Nilai Tahun
Jasa Ekosistem Nilai Ekonomi
No Referensi 2016
Lamun
Satuan Nilai (Rp.juta/ha/tahun)
Seluruh jasa Costanza et al
1 US$/ha/tahun 26.226,00 354,05
ekosistem (1997)
Produksi dan PKSPL IPB
2 Rp. juta/ha/tahun 472,63 1.105,78
habitat (1999)
McArthur &
3 Habitat ikan AU$/ha/tahun 18,50 0,34
Boland (2006)
Produksi ikan, Al Hadad
4 Rp. juta/ha/tahun 1.062,97 1.298,31
biota & budaya (2011)
PKSPL IPB
5 Produksi ikan Rp. juta/ha/tahun 16,26 19,86
(2012)
Produksi ikan Adrianto et al
6 Rp. juta/ha/tahun 254,72 295,94
dan biota (2013)
Seluruh jasa Costanza et al
7 US$/ha/tahun 28.916,00 390,37
ekosistem (2014)
Nilai ekonomi rata-rata geometrik ekosistem lamun 121,75

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.


39 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Berdasarkan ketersediaan referensi berkelanjutan dan berbasis masyarakat lokal


yang diperoleh, maka nilai ekonomi ekosistem sangat diperlukan dalam rangka menjaga
lamun dapat diestimasi diantara Rp. 0,34 – keberlanjutan manfaat kehadiran ekosistem
1298,31 juta per hektar per tahun atau lamun tersebut di masa mendatang.
bilamana dirata-ratakan secara geometrik Kehadiran ekosistem lamun tentu saja
mencapai sebesar Rp. 121,75 juta per hektar akan terasa lebih signifikan bilamana
per tahun. Tentu saja sesuai dengan yang kehadiran ekosistem pesisir terkait lainnya
disampaikan oleh Costanza et al (1997; (mangrove dan terumbu karang) juga
2014), seiring dengan perkembangan dan terpelihara. Selain itu, kehadiran ekosistem
kemampuan analisis terhadap setiap lamun sangat dipengaruhi oleh beberapa
komponen jasa ekosistem yang dimiliki oleh aktivitas di wilayah pesisir dan pulau-pulau
suatu ekosistem, maka nilai ekonomi kecil yang melibatkan berbagai sektor
ekosistem lamun sebesar Rp.121,75 juta per ekonomi dan jasa kelautan. Oleh karena itu,
hektar per tahun ini dapat ditetapkan sebagai maka pengelolaan ekosistem lamun haruslah
nilai minimal dari keberadaan ekosistem mampu disinergikan dengan pengelolaan
tersebut. pesisir terpadu sebagai payung pengelolaan
terpadu, sehingga tujuan pengelolaan
Kebijakan pengelolaan lamun ekosistem pesisir dan laut, termasuk
ekosistem lamun di dalamnya dapat dilakukan
Keberadaan fungsi dan manfaat
secara terpadu dan berkelanjutan.
keberadaan ekosistem lamun telah
Menurut Charles (2012) sangat penting
memberikan gambaran akan pentingnya
bagi manusia untuk dapat mempunyai sistem
kehadiran lamun sebagai sebuah ekosistem
berpikir bahwa ekosistem pada tingkat lokal
yang berguna dan diperlukan oleh
merupakan bagian dari sistem global, dimana
masyarakat pesisir dan laut. Beragam
satu dengan yang lainnya saling berkaitan
manfaat barang dan jasa yang mampu
dan saling memberikan dampak. Hal ini
disediakan ekosistem lamun secara langsung
diperlukan agar pemahaman sempit terhadap
dan tidak langsung dapat memenuhi
manfaat suatu ekosistem dapat dieliminir
kebutuhan dan kesejahteraan manusia.
sehingga sistem pengelolaan yang akan
Besaran manfaat minimum ekonomi dari
diterapkan tidak mengindahkan prinsip-prinsip
kehadiran ekosistem lamun bagi manusia
keberlanjutan ekosistem global secara
telah dapat diestimasi sebesar Rp.121,75 juta
keseluruhan. Gambar 3 berikut ini menyajikan
per hektar per tahun. Tentu saja, semua bukti
gambaran bagaimana sistem lokal
manfaat dan nilai jasa tersebut seyogianya
berpengaruh terhadap sistem global dan
dapat menjadi dasar bahwa pengelolaan
demikian pula sebaliknya.
ekosistem lamun yang dilakukan secara

Gambar 3. Kerangka interaksi saling berpengaruh antar sistem sumberdaya dari mulai tingkat
lokal, regional dan global (diadopsi dari Charles, 2012).
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 40

Dalam konteks pengelolaan itu, kebijakan pengelolaan ekosistem lamun


sumberdaya pesisir dan laut, Adrianto et al harus dibungkus dan terintegrasi dengan
(2013; 2015) menyatakan bahwa sangat kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir
penting bagi para pemangku kepentingan secara terpadu dan menyeluruh.
(baik pengguna maupun pembuat kebjakan) Mengingat kompleksitas interaksi
untuk memahami kebijakan pengelolaan antara manusia dan alam dalam pengelolaan
terpadu dan menyeluruh yang berbasis pada sumberdaya perikanan lamun, maka
pendekatan sistem mikro yang disinkronisasi permasalahan-permasalahan yang melekat di
dengan kepentingan sistem makro yang lebih dalamnya sangatlah bersifat path
kompleks. Oleh karena itu, desain kebijakan dependence, dimana penyelesaian
dan pendekatan pengelolaan ekosistem permasalahannya akan sangat tergantung
lamun inipun haruslah juga mengacu kepada pada bagaimana mengambil pelajaran
kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir terhadap kegagalan-kegagalan pengelolaan
secara terpadu dan menyeluruh. Gambar 4 pada masa lalu (Fauzi, 2005). Pengelolaan
berikut ini menunjukkan bagaimana pola yang berbeda perlu dilakukan untuk
interaksi sistem mikro (ekosistem lamun) menangani ketidakpastian dalam informasi
dengan sistem makro (keseluruhan ekosistem dan pengendalian hasil dalam pengelolaan
dan ragam aktivitas terkait) serta ekosistem, dimana pengelolaan didasari atas
hubungannya dengan pengelolaan tingkat ketidakpastian dan tingkat
sumberdaya pesisir terpadu (Adrianto et al, pengendalian. Tingkat ketidakpastian
2013). beranjak mulai dari rendah hingga tingg,
Gambar 4 menunjukkan bahwa sedangkan tingkat pengendalian beranjak dari
ekosistem lamun sangat terkait dengan mulai yang dapat dikendalikan hingga yang
keberadaan ekosistem pesisir dan laut lainnya tidak dapat dikendalikan (Peterson et al,
(mangrove, terumbu karang dan 2003). Oleh karena itu, desain kebijakan
oseanik/pelagik), dimana kehadiran ekosistem seyogianya dapat didesain secara kombinasi
lamun mampu memberikan aliran barang dan dan terintegrasi dengan mengedepankan
jasa yang dibutuhkan oleh makhluk hidup prinsip-prinsip keberlanjutan (ekologi),
termasuk manusia, sehingga diperlukan efisiensi (ekonomi), dan distribusi (sosial).
kebijakan yang baik dan terpadu agar Tabel 7 berikut ini menyajikan desain
keberadaan aliran barang dan jasa tersebut kebijakan pengelolaan ekosistem lamun
dapat tetap terjaga keberlanjutannya, yang dengan memperhatikan beberapa
salah satunya adalah dengan adanya kemungkinan tujuan ekologi, ekonomi dan
kebijakan perlindungan dan rehabilitasi sosial.
ekosistem pesisir dan laut, termasuk
didalamnya ekosistem lamun. Oleh karena

Gambar 4. Interaksi sistem lamun (mikro) dan sistem wilayah pesisir dan laut beserta seluruh
aktivitas dan kebijakannya (makro) dan hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya pesisir
terpadu (Adrianto et al, 2013).
41 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Tabel 7. Desain kebijakan pengelolaan ekosistem lamun


Tujuan
No Referensi Strategi Arahan Kebijakan
Ekologi Ekonomi Sosial
Penetapan daerah
1 Konservasi stok ikan X konservasi habitat
lamun
Pengelolaan sampah
Pemeliharaan terpadu berbasis
2 X
kesehatan ekosistem masyarakat pesisir dan
pulau kecil
- Pengaturan sistem
zona penangkapan
ikan terbatas
Memaksimumkan hasil
3 X X - Pengembangan mata
tangkapan
pencaharian alternatif
(budidaya laut dan
wisata bahari)
Menstabilisasi tingkat Penetapan zona inti (no
4 X
stok take zone) perlindungan
Pengaturan sistem zona
Menstabilitasi tingkat
5 X penangkapan ikan
hasil tangkapan
terbatas
Pengembangan mata
Menyediakan tenaga pencaharian alternatif
6 X
kerja (budidaya laut dan
wisata bahari)
- Pengembangan mata
pencaharian
alternatif (budidaya
laut dan wisata
Meningkatkan bahari)
7 X X
pendapatan nelayan - Pengembangan
armada
penangkapan ikan
(revitalitasi kapal dan
alat tangkap)
Penandatanganan
kesepakatan bersama
pengelolaan ekosistem
8 Mengurangi konflik X
pesisir dan laut secara
terpadu dan
berkelanjutan
Pengembangan mata
Melindungi olahraga pencaharian alternatif
9 X
perikanan (budidaya laut dan
wisata bahari)
- Pengelolaan sampah
terpadu berbasis
masyarakat pesisir
10 Menjaga limbah ikan X X dan pulau kecil
- Pengembangan
industri pakan ternak
dan ikan
Peningkatan kapasitas
Meningkatkan kualitas dan kapabilitas
11 X
ikan sumberdaya manusia
pengolah ikan
Memelihara tingkat - Pengembangan
12 harga konsumen tetap X infrastruktur
rendah pemasaran produk
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 42

Tujuan
No Referensi Strategi Arahan Kebijakan
Ekologi Ekonomi Sosial
perikanan
- Revitalisasi
pengelolaan pasar
perikanan higienis
dan bertanggung
jawab
Pengembangan armada
Meningkatkan penangkapan ikan
13 X
efektivitas biaya (revitalitasi kapal dan
alat tangkap)
Pengembangan armada
Mengurangi kelebihan penangkapan ikan
14 X
kapasitas (revitalitasi kapal dan
alat tangkap)
- Pengembangan
infrastruktur
pemasaran produk
perikanan
- Pengembangan mata
Membantu pencaharian
perkembangan stok alternatif (budidaya
15 X X
yang kurang laut dan wisata
dimanfaatkan bahari)
- Revitalisasi
pengelolaan pasar
perikanan higienis
dan bertanggung
jawab
Pengembangan armada
Meningkatkan ekspor penangkapan ikan
16 X
ikan (revitalitasi kapal dan
alat tangkap)
- Pengembangan mata
pencaharian
alternatif (budidaya
laut dan wisata
bahari)
- Pengembangan
armada
penangkapan ikan
(revitalitasi kapal dan
Menyediakan
17 X alat tangkap)
penerimaan pemerintah
- Pengembangan
infrastruktur
pemasaran produk
perikanan
- Revitalisasi
pengelolaan pasar
perikanan higienis
dan bertanggung
jawab
Sumber: Clark (1985); Charles (2012); Adrianto et al (2013); Adrianto et al (2015).
43 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

2. Penutup merupakan bagian dari ekosistem global yang


saling berinteraksi dan memberikan
Ekosistem lamun memberikan manfaat pengaruh. Dan oleh karena itu, desain
yang tidak sedikit bagi kesejahteraan kebijakan pengelolaan ekosistem lamun yang
masyarakat, berupa jasa ekosistem yang disesuaikan dengan kebutuhan akan
sangat bernilai dan dibutuhkan oleh manusia, pemenuhan tujuan pembangunan
baik secara ekologi, sosial, maupun secara berkelanjutan, yaitu keberlanjutan (ekologi),
ekonomi. Jasa penyediaan, jasa pengaturan, efisiensi (ekonomi) dan distribusi (sosial)
jasa budaya/informasi dan jasa diarahkan kepada beberapa kebijakan
pendukung/habitat disediakan secara lengkap sebagai berikut: (i) penandatanganan
oleh ekosistem lamun, sehingga sangat wajar kesepakatan bersama pengelolaan ekosistem
bilamana ekosistem ini memiliki nilai ekonomi pesisir dan laut secara terpadu dan
yang cukup tinggi sebesar Rp. 121,75 juta per berkelanjutan; (ii) penetapan daerah
hektar per tahun. Segenap jasa ekosistem konservasi habitat lamun; (iii) penetapan zona
lamun yang diberikan mampu menjadi sumber inti (no take zone) perlindungan; (iv)
kehidupan dan penghidupan yang dibutuhkan pengaturan sistem zona penangkapan ikan
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat, terbatas; (v) pengembangan armada
sehingga ekosistem ini sangat memerlukan penangkapan ikan (revitalitasi kapal dan alat
upaya pengelolaan yang baik agar tetap tangkap); (vi) pengembangan mata
dapat menyediakan kebutuhan barang dan pencaharian alternatif (budidaya laut dan
jasa yang diperlukan masyarakat pesisir dan wisata bahari); (vii) pengembangan
pulau kecil. Pengelolaan ekosistem lamun infrastruktur pemasaran produk perikanan;
seoptimal mungkin diselaraskan dengan (viii) revitalisasi pengelolaan pasar perikanan
kerangka pengelolaan sumberdaya pesisir higienis dan bertanggung jawab; (ix)
dan laut secara terpadu dan berkelanjutan. pengembangan industri pakan ternak dan
Pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem ikan; (x) peningkatan kapasitas dan
setidaknya memberikan kepastian adanya kapabilitas sumberdaya manusia pengolah
pemahaman bahwa ekosistem lamun adalah
ikan; dan (xi) pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat pesisir dan pulau kecil.
Referensi
Ucapan terimakasih
Adrianto, L., Kusumastanto, T., Samosir, A.,
Ucapan terimakasih disampaikan Wahyudin, Y., Malikusworo, H. 2013.
kepada pimpinan dan seluruh staf Pusat Pemodelan Valuasi Keterkaitan
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Ekosistem Lamun di Pulau Bintan.
Pertanian Bogor (PKSPL IPB) atas beasiswa Bogor: Institut Pertanian Bogor.
program doktor yang telah diberikan dan
segenap kesempatan untuk menggunakan Adrianto, L., Wahyudin, Y., Koropitan, A.F.,
akses dan fasilitas PKSPL IPB bagi Nababan, B.O. 2015. Mapping and
Valuing Pelagic Ecosystem Services in
penyelesaian penelitian yang dilakukan.
the Lesser Sunda Ecoregion:
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Preliminary Results on the Manta Rays
Kementerian Ristek dan Dikti atas dana hibah
Pelagic Fisheries for Tourism. Paper
penelitian Bantuan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri Tahun 2013 dan 2014 yang Presented in the East Asian Seas
diketuai Dr Ir Luky Adrianto, MSc serta Congress 2015. Danang, November
16-21.
dukungan dana penelitian dari Pusat
Unggulan Iptek Perguruan Tinggi PKSPL IPB Al Hadad, M.S. 2012. Valuasi Ekonomi
tahun 2016. Lamun di Pulau Waidoba Kabupaten
Halmahera Selatan, Provinsi Maluku
Utara. Thesis of Graduated School IPB
of Natural Resources and
Environmental Economics. Bogor
Agricultural University.
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 44

Batker, D. 2003. Ecosystem Service Dordrecht/Boston/London: Kluwer


Valuation (ESV). Retrieved February Academic Publishers.
20, 2014, from Earth Economics:
de la Torre-Castro, M. 2006. Humans and
http://www.eartheconomics.org/Page24
Seagrass in East Africa - A
.aspx
Socialecological System Approach.
Charles, A. 2012. People, oceans and scale: Stockholm: Department of Systems
governance, livelihoods and climate Ecology, Stockholm University.
change adaptation in marine social–
de la Torre-Castro, M., Ronnback, P. 2004.
ecological systems. Current Opinion in
Links between Humans and
Environmental Sustainability: 4:351–
Seagrasses - an Example from Tropical
357.
East Africa. Ocean Coastal
Clark, C.W. 1985. Bionomic Modeling and Management 4:, 361-387.
Fisheries Management. New York:
de la Torre-Castro, M., Di Carlo, G., Jiddawi,
John Wiley & Sons Inc.
N. 2014. Seagrass Importance for a
Costanza, R. 1991. Ecological Economics : Small-Scale Fishery in the Tropics: The
The Science and Management of Need for Seascape Management.
Sustainability. New York: Colombia Marine Polution Buletin 83: 398-347.
University Press.
den Hartog, C. 1970. The Sea-grasses of the
Costanza, R., dArge, R., deGroot, R., Farber, World. Amsterdam, North Holland:
S., Gasso, M., Hannon. 1997. The Verdhandelingen der Koninklijke
Value of the World's Ecosystem Nederlandse Akademie van
Services and Natural Capital. Nature Wetenschappen, afd. Natuurkunde,
387: 253-260. Reek 2.
Costanza,R., de Groot, R., Sutton, P., van der Dictionary. 1995. Ecosystem Services.
Ploeg, S., Anderson, S.J., Kubiszewski, Retrieved February 11, 2014, from
I., Farber, S., Turner, R.K. 2014. Dictionary.com:http://dictionary.referenc
Changes in the global value of e.com/browse/ecosystem+services.
ecosystem services. Global
Eliezer, A. 2001. Ecosystem - denifition from
Environmental Change 26: 152–158.
Biology Online. (R. Hasharon, Editor, &
Cullen-Unsworth, L., Mtwana, N., Paddock, J., Keebali Media) Retrieved February 15,
Baker, S., McKenzie, L., Unsworth, R. 2014, from Biology Online:
2014. Seagrass Meadows Globally as http://www.biologyonline.org/dictionary/
a Coupled Social-Ecological System: Ecosystem.
Implications for Human Wellbeing.
Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan
Marine Pollution Bulletin 83 : 387-397.
Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S., Sitepu, M. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Fish and Wildlife Research Institute. 1999.
dan Lautan secara Terpadu. Jakarta:
http://myfwc.com/research/habitat/seag
PT. Pradnya Paramita.
rasses/. Retrieved January 5, 2015,
de Groot, R., van der Perk, J., Chiesura, A., from Florida Fish and Wildlife
and Marguliew, S. 2000. Ecological Conservation Commision:
Function and Socio-economic Value of http://myfwc.com.
Critical Natural Capital as a Measure
Fortes, M. 1991. Seagrass-Mangrove
for Ecological Integrity and
Ecosystem Management - a Key to
Environmental Health. In P. Crabbe, A.
Marine Coastal Conservation in the
Holland, L. Ryszkowski, & L. Westra,
Asian Region. Marine Pollution Bulletin,
Implementing Ecological Integrity:
23: 113-116.
Restoring Regional and Global
Environmental and Human Health (pp. Freeman III, A. 2003. The Measurement of
191-214). NATO-Science Series, IV. Environmental and Resource Values.
Earth and Environmental Science Vol.1.
45 Omni-Akuatika Vol. 12 No. 3, 2016 : 29 - 46

Washington DC: Resource for the Koesoebiono. 1995. Ekologi Wilayah Pesisir.
Future. Bogor: PPLH IPB.
Green, C., Tunstall, S. 1991. Is the Economic Kuo, J., McComb, A. 1989. Seagrass
Evaluation of Environmental Resources Taxonomy, Structure and Development.
Possible?. Journal of Environmental (A. A.W.D. Larkum, A. McComb, & S.
Management 33: 123-141. Shepherd, Eds.) Amsterdam: Elsevier.
Heck, K. J., Weistein, M. 1989. Feeding Mahifal. 2010. Kajian Potensi Pengelolaan
Habits of Jouvenille Reef Fishes Jasa Kelautan dan Kemaritiman
Associated with Panamanian Seagrass Berdasarkan Undang-Undang Nomor
Meadows. Bulletin Marine Sciences 45: 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
629-636. Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Majalah Ilmiah Wawasan Tridharma 3:
Hughes, A., Williams, S., Duarte, C., Heck, K.,
10-19.
Waycott, M. 2009. Associations of
Concern: Declining Seagrasses and McKenzie, L. 2008. Seagrass Educators
Threatened Dependent Species. Handbook. Retrieved January 5, 2015,
Frontiers Ecology and Environment 7: from Seagrass Watch: Local Eye,
242-246. Global Wise:
http://www.seagrasswatch.org/Info_cen
Hutomo., Azkab. 1993. Indonesian Seagrass
tre/education.
Resources Management, Issues and
Research Priorities. In M. Moosa, H. de Millenium Ecosystem Assessment. 2003.
Iongh, H. Blaauw, and M. Morimarna Ecosystem and Human Well Being -
(Ed.), Proceeding International Seminar Framework for Assessment. World
on Coastal Zone Management of Small Resources Institute. Washington: Island
Island Ecosystem, April 7-9, 1993. (pp. Inpress.
119-125). Ambon: LIPI.
Nadiarti, Riani, E., Djuwita, I., Budiharsono,
Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik S., Purbayanto, A., and Asmus, H.
Komunitas Ikan Padang Lamun 2012. Challenging for Seagrass
(Seagrass, Anthophyta) di Perairan Management in Indonesia. Journal of
Teluk Banten. Bogor: Disertasi Doktor, Coastal Develppment 15 (3): 234-242.
Fakultas Pasca Sarjana IPB.
Nienhuis, P. 1993. Structure and
Hutomo, M., Azkab, M., dan Kiswara, W. Functionning of Indonesia Seagrass
1988. The Status of Seagrass Ecosystem. In M. Moosa, H. de Iongh,
Ecosystem in Indonesia: Resources, H. Blaauw, & M. Morimarna (Ed.),
Problems, Research and Management. Proceeding International Seminar on
Manila: SEAGRAM. Coastal Zone Management of Small
Island Ecosystem, April 7-9, 1993. (pp.
Iizumi, H., Hattori, A., McRoy, C. 1980.
82-86). Ambon: LIPI.
Nitrate and Nitrite in Terestrial Water of
Seagrass Beds, in Relation to the Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta:
Rhizosphere. Journal of Experimental Penerbit Djambatan.
Marine Biology and Ecology 47: 191-
Pearce, D., Turner, R. 1990. Economics of
201.
Natural Resources and the
Kiswara., Wanardi. 1994. Keanekaragaman Environment. Hemel Hempstead,
dan Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan London: Harvester Wheat Sheaf.
Teluk Gerupuk, Lombok Selatan. (W.
Peristiwady. 1993. Note on the Fish Fauna of
Kiswara, M. Moosa, dan M. Hutomo,
the Seagrass Beds at Ambon Island. In
Eds.) Jakarta: P3O-LIPI.
M. Moosa, H. de Iongh, H. Blaauw, &
Kiswara, W. 1994. A Review: Seagrass M. Morimara (Ed.), Proceeding
Ecosystem Studies in Indonesia International Seminar on Coastal Zone
Waters. Bangkok: Chulalongkorn Management of Small Island
University, Bangkok Thailand.
Wahyudin, et al., 2016, Jasa Ekosistem Lamun 46

Ecosystem, April 7-9, 1993. (pp. 148- being: A Framework for Assessment.
155). Ambon: LIPI. Retrieved February 20, 2014, from
Ecosystems and Their Services:
Peterson, G., Cumming, G., Carpenter, S.
http://www.unep.org/maweb/documents
2003. Scenario Planning: A Tool for
/document.300.aspx.pdf.
Conservation in an Uncertain World.
Conservation Biology 17 (2): 358-366. United Nations Environment Programme.
2008. Ecosystem Services | TEEB.
PKSPL IPB. 1999. Perumusan
Retrieved February 18, 2014, from The
Kebijaksanaan Pengelolaan
Economics of Ecosystems and
Lingkungan Kawasan Padang Lamun
Biodiversity:http://www.teebweb.org/res
(Seagrass Bed). Laporan Akhir (tidak
ources/ecosystem-services/.
dipublikasikan). Kerjasama antara
Badan Pengendalian Dampak Unsworth and Cullen. 2010. Recognising the
Lingkungan dan Pusat Kajian Necessity for Indo Pasific Seagrass
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Conservation. Conservation Letters 3:
Pertanian Bogor. 63-73.
PKSPL IPB. 2012. Penyusunan Valuasi Unsworth, R., Cullen, L., Pretty, J., Smith, D.,
Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut and Bell, J. 2010. Economic and
Kota Bontang. Laporan Akhir (tidak Subsistence Values of the Standing
dipublikasikan). Kerjasama Badan Stocks of Seagrass Fisheries: Potential
Perencanaan Pembangunan Kota Benefits of no-Fishing Marine Protected
Batam dan Pusat Kajian Sumberdaya Area Management. Ocean and Coastal
Pesisir dan Lautan IPB. Management 53 (5): 218-224.
Pretty, J. 2003. Social Capital and the Wahyudin Y., Adrianto, L. 2012. Analisis
Collective Management of Resources. Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Science 302: 1912-1914. Lingkungan di Selat Lombok (Economic
Analysis of Natural Resources and
Selliers, J. D. 2001. Glossary: Ecosystem
Environment in Lombok Strait) (January
services. Retrieved February 18, 2014,
13, 2012). PKSPL-IPB Working Paper
from GreenFact Fact on Health and the
Volume 3, Number 1, January 2012
Environment:http://www.greenfacts.org/
ISSN 2086-907X. Available at
glossary/def/ecosystem-services.htm.
SSRN:http://ssrn.com/abstract=216618
Souvorov, A. V. 1999. Marine 7 or
Ecologonomics: the Ecology and http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.2166187.
Economics of Marine Natural
Warford, J. 1989. Environmental Management
Resources Management (Vol. 6). (A. V.
and Economic Policy in Developing
Souvorov, Ed.) Zagorodnoe Shosse,
Countries. In G. Schramm, & J.
Moscow, Rusia: Elsevier.
Warford, Environmental Management
The Free Dictionary by Farlex. 2003. and Economic Development (pp. 7-22).
Ecosystem Services. Retrieved Baltimore and London: The World Bank
February 11, 2014, from The Free - The Johns Hopkins University Press.
Dictionary by Farlex:
Wikimedia Foundation, Inc. 2001. Ecosystem
http://www.thefreedictionary.com/ecosy
services. Retrieved February 13, 2014,
stem+services
from Wikipedia, the Free Encyclopedia:
United Nations Environment Programme. http://en.wikipedia.org/wik.
1993. Ecosystems and Human Well-

You might also like