You are on page 1of 11

TELAAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN NADIRSYAH HOSEN

DI FACEBOOK
Himatul Aliyah (21102029)
Email : aliyahh438@gmail.com

Meyra Nuril Hidayati (21102047)


e-mail: meyrahidayati@gmail.com

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Kediri

Keywords : Abstract
Tafsir, Social
Media, The development of Islam has significantly influenced Muslim understanding and interpretation
Facebook of the Quran. Indonesian Mufashirs such as Mahmud Yunus, Ahmad Hassan, and Tafsir al
Furqon are considered councils in modern Islam. Moreover, Nadirsyah Hosen has played an
important role in shaping Indonesia's identity in the field of social media interpretation.
Nadirsyah Hosen is one of the social media users who actively writes the al-Qur’an in his
Facebook page. For example, Nadirsyah Hosen wrote the interpretation of muwalatul kuffar
and QS. Al-Bayyinah verse 2. Many comments responded to the writings of Nadirsyah Hosen,
starting with support, criticism that discussed the interpretation of the Quran, therefore, the
author needs to study the interpretations of the Qur'an written by Nadirshah Hosen on his social
media account. And it is also necessary to know the dynamics of actively responding
commentators to Nadirsyah Hosen's writings. This research is intended to explain the
interpretation written by Nadirsyah Hosen in his Facebook account. From the results of this
research, it can be seen that Nadirsyah Hosen wrote the Qur'an in his Facebook account with
context due to the existence of discourse that developed at the time. Subsequently the article
received comments from the audiences that are divided into the category of pro or counter
audiencies.
Kata Kunci : Abstrak
Tafsir, Sosial
Media, Perkembangan Islam telah secara signifikan mempengaruhi pemahaman dan interpretasi Muslim
Facebook, tentang Al-Qur’an. Mufasir Indonesia seperti Mahmud Yunus, Ahmad Hassan, dan Tafsir al
Furqon dianggap sebagai dewan dalam Islam modern. Adapun juga Nadirsyah Hosen
memainkan peran penting dalam membentuk identitas Indonesia dalam bidang tafsir sosial
media. Nadirsyah Hosen merupakan salah satu pengguna sosial media yang aktif menulis tafsir
al-Qur’an dalam facebooknya. Misalnya Nadirsyah Hosen menulis penafsiran muwalatul kuffar
dan QS. Al-Bayyinah ayat 2. Banyak komentar yang menanggapi tulisan Nadirsyah Hosen, mulai
dari dukungan, kritikan yang membahas penafsiran al-Qur’an, oleh karena itu, penulis perlu
untuk mengkaji penafsiran al-Qur’an yang ditulis oleh Nadirsyah Hosen di akun sosial
medianya. Dan perlu juga untuk mengetahui dinamika komentator yang aktif menanggapi tulisan
Nadirsyah Hosen. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan penafsiran yang ditulis oleh
Nadirsyah Hosen dalam akun facebooknya. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
Nadirsyah Hosen menulis tafsir al-Qur’an di akun facebooknya dengan konteks disebabkan oleh
adanya wacana yang berkembang pada saat itu. Selanjutnya tulisan tersebut mendapat komentar
dari para audien yang terbagi dalam kategori audien pro ataupun kontra. Kategori terhadap
audien tersebut dapat mewarnai konten komentar terhadap tulisan Nadirsyah Hosen.
PENDAHULUAN

Pada dasarnya perkembangan zaman membawa perubahan yang signifikan pada


pola piker dalam menyelesaikan masalah, mengurangi benang kusut, pun dengan mencari
alternatif dalam memahami pesan-pesan yang terkandung dalam berbagai kitab suci. Tak
heran juga apabila penafsiran Al-Qur’an mengalami perkembangan menyesuaikan
perkembangan zaman. Beberapa tafsir Al-Qur'an Indonesia berasal dari berbagai ruang
sosial-budaya dan preferensi para mufasir. Menurut Islah Gusmian, dari era "Abd ar-Rauf
As-Sinkili" (1615–1693 M) hingga era M. Quraish Shihab pada awal abad ke-21, para
intelektual Muslim dengan basis sosial yang beragama membuat tafsir al-Qur'an di
Indonesia1.

Tafsir karya Mahmud Yunus, yang diterbitkan pada paruh kedua abad ke-20, dari
tafsir tersebut beliau dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan
literatur tafsir Indonesia modern, menurut penelitian Moh. Anwar Syarifuddin. Selain itu,
Tafsir Mahmud Yunus dianggap sebagai karya terjemahan AlQur'an generasi pertama,
bersama dengan Tafsir al Furqon karya Ahmad Hassan. Tafsir Mahmud Yunus juga
dianggap sebagai contoh baru atau model penulisan yang menampilkan beberapa
karakteristik dengan upaya memasukkan elemen modernitas sebagai fondasi metodologis
yang memengaruhi tafsir-tafsir berikutnya2.

Kehadiran metodologi dan teknik yang digunakan untuk menampilkan teks Al-
Qur'an berbeda-beda selama proses tafsir itu berkembang. Ulama Nusantara, terutama pada
abad kedua puluh satu dan dua puluh satu, mempelajari tafsiran Al-Qur'an dalam berbagai
bahasa (Indonesia, Jawa, Sunda, dan Melayu). Tafsir nusantara yang telah ada sejak lama
dalam berbagai bahasa, termasuk tafsir dalam bahasa Indonesia, seperti Hidayat al-
Rahman, Tafsir al-Furqan, A. Hasan, Tafsir al-Karim, Mahmud Yunus, Tafsir al-Nur,
Hasbi Asiddiqy, Tafsir al-Karim, Halim Hassan, Tafsir al-Azhar, Hamka (1973)3

1
Mabrur, “Era Digital dan Tafsir al Qur ’ an Nusantara : Studi Penafsiran Nadirsyah Hosen di Media
Sosial,” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 2 (2020): hal 207.
2
Mabrur, “Era Digital dan Tafsir al Qur ’ an Nusantara : Studi Penafsiran Nadirsyah Hosen di Media
Sosial,” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 2 (2020): hal 207.
3
Zulyadain, “Kerangka Paradigmatik Tafsir Al-Qur’an al-Karim Karya Mahmud Yunus,” al-A’raf Vol. 87,
no. 1 (2018).
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, tafsir mengalami masa "keemasan" berkat
penulisan M. Quraish Shihab, yang tidak hanya terkenal sebagai mufassir tetapi juga
sebagai penulis metodologi tafsir al-Qur'an dalam berbagai karyanya, seperti
"Membumikan" al-Qur'an dan Kaidah Tafsir. Nashruddin Baidan juga menulis karya tafsir,
seperti Tafsir Maudhu'i: Solusi Qur'ani atas Masalah Sosial Kontemporer dan Tafsir Bi al-
Ra’yi. 4

Tafsir nusantara menggunakan berbagai bahasa lokal, seperti Jawa, Sunda, Bugis,
dan sebagainya. Oleh karena itu, model, ritme, dan nuansa tafsirnya unik dan meneguhkan
identitas ke-Indonesia-an, yang sama pentingnya dengan tafsir berbahasa Arab.

Belakangan tokoh yang dianggap pemikirannya meneguhkan identitas ke-


Indonesiaannya dalam memaknai dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an adalah Nadirsyah
Hosen. Beliau adalah tokoh yang dianggap mampu memperkuat identitas ke-
Indonesiaannya dalam memaknai dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Intelektual muda
Indonesia yang aktif di dunia akademik sekarang menjadi dosen hukum di Monash
University. Dia sering berbicara tentang masalah keagamaan. Sangat menarik bahwa dia
menggunakan studi ke-Islaman atau tafsiran-tafsiran ayat-ayat Al-Qur'an di media sosial
sebagai cara yang strategis dan efektif untuk membumikan nilai Al-Qur'an di era digital.
Dia menjelaskan bahwa tantangan saat ini di era media sosial adalah bagaimana kita bisa
membumikan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an kepada orang-orang yang
menggunakannya.5

Oleh karena itu, tulisan ini penulis berusaha untuk menjelaskan tentang bagaimana
penafsiran Nadirsyah Hosen yang dipublikasikan di media sosial dalam konteks wacana
kontemporer, dengan penekanan khusus pada masalah keagamaan di Indonesia.

PEMBAHASAN

Biografi Nadirsyah Hosen

Nadirsyah Hosen lahir pada tanggal 08 Desember 1973 di Jawa Barat. Beliau
4
Wardani, Trend Perkembangan Pemikiran Kontemporer: Metodologi Tafsir al-Qur;an di Indonesia
(Banjarmasin: Antasari Press, 2017).
5
Nadirsyah Hosen, Tafsir Al-Qur’an di Media Sosial: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci pada Era
Media Sosial (Yogyakarta: Bentang, 2019).
merupakan putra bungsu dari almarhum KH. Ibrahim Hosen, seorang Ulama’ besar ahli
fikih dan fatwa juga seorang pendiri dan rektor pertama Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
(PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), dan 20 tahun menjadi ketua MUI atau ketua
komisi fatwa (1980-2000). Nadirsyah Hosen semasa pendidikannya besar dan tumbuh
dalam tradisi kepesantrenan. Sanad keilmuan beliau melalui pesantren Buntet Cirebon dan
Tebu Ireng Jombang. Beliau belajar disiplin ilmu islam tradisional, bahasa Arab, fiqih,
aqidah, tafsir al-Qur’an dan hadits.

Selepas itu beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Syariah. Setelah lulus dari
UIN Jakarta beliau kembali meraih gelar Graduate Diploma in Islamic Studies serta Master
of Arts with Honours dari Universitas New England. Kemudian beliau meraih gelar Master
of Laws dari Universitas Northern Territory. Beliau memilih berkiprah di Australia hingga
memilih posisi Associate Professor di Fakultas Hukum University of Wollongong. Tak
lama kemudian beliau berpindah tugas ke Monash University pada tahun 2015, dan saat
yang bersamaan pula beliau dipecaya sebagai rois Suriah PCI NU Australia dan New
Zeland.

Beberapa karyanya yang dibukukan sebagai berikut: Islam Yes, Khilafah No!;
Tafsir Al-Qur’an di Medsos: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat Suci Pada Era Media;
Sosial Kyai Ujang dari Negeri Kanguru; Saring Sebelum Sharing. Gus Nadir dalam
karyanya banyak merespon isu-isu fiqih atau hukum Islam kontemporer dan kajian sosial
kemanusiaan dengan berpijak pada Islam Rohmatan lil alamin. Untuk menjawab problem
keislaman itu, beliau memanfaatkan teknologi sebagai media untuk menulis dan merespon
isu-isu tersebut. Dan sering mengutip mufasir klasik kontemporer seperti Ibnu Abbas,
Imam Al-Qurthubi, Imam Al-Mawardi, untuk menguatkan penafsirannya.6

Akun Facebook Nadirsyah Hosen

Sekilas deskripsi tentang akun facebook Nadirsyah Hosen. Akun beliau bernama
Nadirsyah Hosen yang sekarang diikuti oleh 209.000 orang. Akun facebooknya dibuat pada

6
Mabrur, Era Digital dan Tafsir Al-Qur’an Nusantara: Studi Penafsiran Nadirsyah Hosen di Media Sosial,
Jurnal Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, Vol. 2, (2020): hlm. 208.
tanggal 14 Februari 2015. Pada awal tahun 2015 beliau tidak banyak menulis kajian tafsir
Al-Qur’an, tetapi lebih banyak mengulas pada aspek-aspek hukum, nasihat kehidupan,
tentang Islam, ke-NU an dan lainnya.7

Sejak awal 2017 beliau mulai mengkaji isu-isu terkini dan trending setiap
momentumnya dengan analisis-analisis tafsir yang dikemukakan. Mislanya isu relasi antar
umat beragama, tafsiran memilih pemimpin non muslim. Sehingga respon pengguna
facebook atas postingan Nadirsyah tergantung pada topik yang dibahas.

Metodologi Penafsiran

Al-Qur’an memiliki banyak makna baik yang tampak maupun yang tersembunyi di
setiap ayatnya yang semua itu perlu untuk dipahami. Untuk memahami dan memperjelas
suatu makna dalam ayat Al-Qur’an, maka dibutuhkan sebuah penafsiran. Tafsir Al-Qur’an
di media sosial milik Nadirsyah Hosen dikategorikan sebagai Tafsir Bil Iqtirani karena
memadukan antara tafsir bi riwayah dan tafsir bi ra’yi, sehingga makna Al-Qur’an dapat
dipahami dengan baik. Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan tafsir al-Qur’an di
media social adalah bahasa-bahasa keseharian dan bahasa gaul yang kekinian, sehingga
mudah dipahami sekalipun dibaca oleh orang awam. Judul penafsiran yang diangkat oleh
Nadirsyah Hosen sangat menarik dan memberi rasa penasaran tentang isi pembahasan.
Penafsirannya langsung merujuk pada maksud dan tujuan ayat, terlebih lagi tidak hanya
memberikan satu rujukan saja namun beberapa pendapat ulama, sehingga tercipta toleransi
apabila terdapat beragam penafsiran. Isi kajian yang disajikan Nadirsyah Hosen di media
social tidak terlalu panjang sehingga audiens tidak malas untuk membacanya.

Metode yang digunakan oleh Nadirsyah Hosen dalam menjelaskan penafsirannya


adalah metode maudhu’i atau tematik. Al-Farmawi mendefinisikan tafsir maudhui dengan
menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama, kemudian dibahas
dalam satu topik masalah dengan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya
ayat-ayat tersebut.8 Jadi, dalam metode ini tafsir Al-Qur’an tidak dilakukan ayat demi ayat,
melainkan mengkaji ayat dengan mengambil sebuah tema khusus dari berbagai macam
7
Ibid, hlm. 209.
8
Irham Munhamir, Diskursus Tafsir Sosial Media Nadirsyah Hosen, Skripsi Institut Agama Islam Negeri
Kudus, 2022, hal. 75
tema yang dibahas dalam Al-Qur’an. Misalnya Nadirsyah mengkaji tema amtsal dalam Al-
Qur’an, konsep nubuwwah di dalam Al-Qur’an, dan sebagainya.

Contoh Postingan Nadirsyah Hosen di Facebook

Nadirsyah Hosen sengaja menulis di sosial medianya dengan bahasa-bahasa yang


digunakan untuk membentuk komunikasi tafsir Al-Qur’an agar semua orang dapat dengan
mudah menaggapi, menyanggah, berkomentar pada tulisan tersebut.

a. Tafsir Kata Awliya dan Asbabun Nuzul dalam QS Al-maidah [5]: 51


Postingan Nadirsyah Hosen yang mengkaji tentang “Tafsir Kata Awliya dan
Asbabun Nuzul dalam QS Al-maidah [5]: 51” diunggah pada tanggal 8 Maret 2016
dengan jumlah like sebanyak 1981, komentar 1890 dan sudah dibagikan sebanyak
906 kali.9
Dalam postingan tersebut beliau mengatakan ”Benarkah QS. Al-Maidah
ayat 51 melarang kita memilih non-muslim sebagai pemimpin?” Sebagaimana
terjemahannya beredar sebagai berikut:

”Hai orang-orang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan


Nasrani menjadi awliya-mu, sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi awliya, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.”

Kata awliya dalam ayat tersebut yang dijadikan alasan melarang


mengangkat pemimpin kafir itu layak ditelaah kembali. Tafsir Al-Qur’an kemenag
menerjemahkannya sebagai “pemimpin”. Konteks asbabun nuzul dan bacaan yang
dibaca Nadirsyah terhadap tafsir klasik seperti at-Thabary dan Ibnu Katsir tidak
menunjukkan kata awliya dalam ayat diatas bermakna pemimpin, tetapi semacam
sekutu atau aliansi.
Menurut Ibnu Katsir maksud kata “awliya” ialah berteman akrab dengan
mereka, setia, tulus dan merahasiakan kecintaan serta membuka rahasia orang-orang

9
Parid Maulana, Karakteristik Tafsir Al-Qur’an di Media Sosial: Analisis Buku Tafsir Al-Qur’an di medsos
karya Nadirsyah Hosen, Skripsi UIN Sunan Gununug Djati Bandung, 2020, hal. 6.
mukmin kepada mereka. Jadi, Ibnu Katsir tidak memaknai sebagai pemimpin,
melainkan berteman dengan arti bersekutu dengan meninggalkan orang Islam.
Bukan dalam makna larangan berteman sehari-hari. Konteks al-Maidah ayat 51 itu
saat Muslaim kalah dalam Perang Uhud, jadi ada yang tergoda untuk menyebrang
dengan bersekutu kepada pihak Yahudi dan Nasrani. Hal itu yang dilarang.
Dalam postingan ini tidak hanya mengemukakan makna awliya menurut
Ibnu Katsir, tetapi juga menyebutkan makna awliya menurut kitab-kitab tafsir
lainnya, seperti Tafsir al-baidhawi, Tafsir fi Zilalil Qur’an, Tafsir jalalain, Tafsir al-
Khazin, Tafsir al-Biqa’i, dan lainnya.

Adapun postingan lainnya yang juga membahas tentang QS Al-Maidah [5]:


51 dengan disertai ayat lainnya yang bersangkutan. Dalam postingan tersebut beliau
membahas tentang “ Tafsir Al- Mumtahanah : Larangan ber Muwalatul Kuffar”.
Muwalatul kuffar sendiri memliki arti menyampaikan loyalitas dan kasih sayang
kepada orang kafir.10

Status Nadirsyah Hosen di Facebook tentang Tafsir al-Mumtahanah


larangan ber-“muwalatul kuffar” yang diposting pada tanggal 27 Februari 2017
merupakan bentuk tulisan merespon lanjutan terhadap tulisan sebelumnya yang
membahas tafsir kata awliya dalam Q.S al-Maidah [5] : 51 dan Q.S al-Nisa ayat
138-139. Postingan tersebut saat ini mendapatkan 2,5 ribu likes, 600 komentar dan
902 kali dibagikan oleh netizen.
10
Irham Munhamir, Diskursus Tafsir Sosial Media Nadirsyah Hosen Undergraduate thesis, IAIN Kudus,
2022, hal 68.
b. Tafsir al-Bayyinah ayat 2: Benarkah Nabi Tidak Bisa Membaca?

Postingan yang diunggah oleh Nadirsyah Hosen yang membahas tentang


“Tafsir al-Bayyinah ayat 2: Benarkah Nabi Tidak Bisa Membaca?” di unggah pada
tanggal 19 November 2018. Saat ini postingannya mendapat 4.6 ribu likes, 419
komentar dan 1,3 ribu dibagikan oleh netizen.

Dalam postingan tersebut beliau bermaksud menanggapi isu yang sedang


terjadi pada saat itu tentang ceramah Haikal yang membahas QS al-Bayyinah ayat 2
menyatakan tidak benar Rasul itu buta huruf. Dalam akun facebook beliau memang
tidak dijelaskan secara rinci tentang penafsiran surat al baqarah ayat 2, namun
dalam postingan tersebut beliau mencamtumkan link yang mengulas tentang
pernyataan dari Haikal Hassan dengan membandingkan 9 kitab tafsir sebagai
berikut :

“Selanjutnya monggo disimak catatan saya yg mengulas pernyataan


@haikal_hassan dan melihat pernyataan @felixsiauw UAS dan HRS, serta
membandingkannya dengan 9 kitab tafsir ”

https://islami.co/tafsir-al-bayyinah-ayat-2-benarkah.../

Dari postingan tersebut ada salah satu komentar kontra oleh pemilik akun
Arifin Harahap. Dimana tiba-tiba akun tersebut berkomentar dengan membawa
permasalahan yang diluar dari wacana yang sedang dijelaskan. “Iya deh ente jago
tafsir al-Qur‟an tapi ente juga jago memplintir demi nasi bungkus. Jelas surat
Albaqarah 2:30 mewajibkan khilafah menurut imam Qurtubi tapi gerombolan ente
justru memplintir menjadi islam nusantara.”
Akun tersebut setelah ditelisik dari luar ternyata seorang bagian dari HTI yang
dalam linimasanya hingga sekarang ini banyak membahas, merespon, membagikan
hal-hal mengenai khilafah.
Dari pemaparan di atas, dalam menjelaskan tafsir al-Qur'an di media sosial,
Nadirsyah menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa gaul. Tidak seperti
tafsirpada umumnya yang memberikan penjelasan mendalam tentang satu kata.
Judul yang dipilih Nadirsyah juga sangat menarik dan membuat orang penasaran
dengan apa yang akan dibicarakan. membuat audiens ingin membuka diskusi yang
dibahas oleh Nadisyah Hosen karena dalam beberapa bagian dari pembahasan, dia
memulai penelitian dengan membahas masalah yang sedang dibicarakan di
kalangan netizen. Setelah itu, penjelasannya diberikan dengan bahasa yang lugas
dan terarah. Selain itu, penafsirannya berfokus pada maksud para ulama dan tujuan
ayat tersebut.
Selain itu, Nadirsyah memberikan banyak pendapat ulama dan tidak hanya
memberikan satu rujukan, sehingga ada ruang untuk berbagai penafsiran. Dengan
mengetahui latar belakang dakwah tafsir al-Qur'an Nadirsyah Hosen di media
sosial, kajian ini disajikan dengan isi yang ringkas sehingga audiens tidak malas
membacanya.
Dari akun Nadirsyah Hosen yang menulis tafsir al-Qur’an di akun facebooknya
banyak keberagaman komentar komentar dari para netizen, ada juga kategori komentar
yang pro dan ada pula yang kontra Kategori terhadap audien tersebut dapat mewarnai
konten komentar terhadap tulisan Nadirsyah Hosen.

KESIMPULAN
Nadirsyah Hosen, lahir pada 8 Desember 1973, adalah tokoh penting dalam studi
dan ajaran Islam. Dia telah mengajar hukum Islam tradisional, bahasa Arab, fiqih, aqidah,
tafsir al-Qur’an, dan hadits. Nadirsyah telah menerima beberapa gelar, termasuk Diploma
Pascasarjana dalam Studi Islam dan Master of Arts dengan Penghargaan dari Universitas
New England dan Master Hukum dari Universitas Northern Territory.

Nadirsyah juga terlibat dalam pengembangan halaman Facebook Nadirsya Hosen,


yang diciptakan pada 14 Februari 2015. Pada tahun 2015, Nadirsyah Hosen berfokus pada
analisis isi Al Quran, dengan fokus pada hukum Islam kontemporer dan hak asasi manusia
sosial. Pada tahun 2017, Nadirsyah Hosen berfokus pada menganalisis isi Al Quran dan
relevansinya bagi masyarakat. Nadirsyah Hosen juga menggunakan metode yang disebut
analisis tematik, di mana ia menganalisis ayat-ayat Al Quran dalam berbagai konteks,
seperti teks Al Quran itu sendiri, konsep Al Quran Nabi Muhammad, dan sebagainya.
Karyanya telah banyak dibagikan di platform media sosial seperti Facebook.

Dari pemaparan di atas, dalam menjelaskan tafsir al-Qur'an di media sosial,


Nadirsyah menggunakan bahasa sehari-hari dengan bahasa gaul penjelasannya diberikan
dengan bahasa yang lugas dan terarah. Selain itu, penafsirannya berfokus pada maksud para
ulama dan tujuan ayat tersebut. Selain itu, Nadirsyah memberikan banyak pendapat
ulama dan tidak hanya memberikan satu rujukan, sehingga ada ruang untuk berbagai
penafsiran. di akun facebooknya banyak keberagaman komentar komentar dari para netizen, ada
juga kategori komentar yang pro dan ada pula yang kontra Kategori terhadap audien tersebut dapat
mewarnai konten komentar terhadap tulisan Nadirsyah Hosen.

DAFTAR PUSTAKA

Hosen, Nadirsyah. Tafsir Al-Qur’an di Media Sosial: Mengkaji Makna dan Rahasia Ayat
Suci pada Era Media Sosial. Yogyakarta: Bentang, 2019.
Mabrur. “Era Digital dan Tafsir al Qur ’ an Nusantara : Studi Penafsiran Nadirsyah Hosen
di Media Sosial.” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 2
(2020): 207–213.
Parid Maulana. "Karakteristik tafsir Al-Qur'an di media sosial: Analisis buku tafsir Al-
Qur'an di medsos karya Nadirsyah Hosen". Bandung: Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2020
Irham Munhamir. "Diskursus Tafsir Sosial Media Nadirsyah Hosen". Kudus: Fakultas
Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Kudus, 2022.
Munhamir, Irham. Diskursus Tafsir Sosial Media Nadirsyah Hosen. Kudus: IAIN Kudus,
2022.
Wardani. Trend Perkembangan Pemikiran Kontemporer: Metodologi Tafsir al-Qur;an di
Indonesia. Banjarmasin: Antasari Press, 2017.
Wahyulllah Junaedi. "Pandangan Nadirsyah Hosen Tentang Makna Kata Awliya Dalam
QS. Al-Maidah 51". Makassar: Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 2019.
Zulyadain. “Kerangka Paradigmatik Tafsir Al-Qur’an al-Karim Karya Mahmud Yunus.”
al-A’raf Vol. 87, no. 1 (2018).

You might also like