You are on page 1of 7

Jurnal Analogi Hukum, 5 (1) (2023), 86–92

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/index

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif


Kesadaran Hukum Masyarakat
Chandra Adi Gunawan Putra*, I Nyoman Putu Budiartha2, Ni Made Puspasutari
Ujianti3
Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali-Indonesia
*chandraadigunawan@gmail.com

How To Cite:
Putra, Adi Gunawan Putra, dkk. (2023). Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat. Jurnal
Analogi Hukum. 5(1). 86-92. Doi:

Abstract— Food is a basic human need that cannot be abandoned every day. With "eating and drinking in
sufficient quantity and quality," humans will be productive in carrying out their activities. Food issues also
concern security, safety, and health, both physically and spiritually. The purpose of this research is to find out
how to provide legal protection for consumers against the circulation of food and drinks that contain hazardous
materials and the effect of a lack of public awareness about the need to report when they find and become
victims of food and drinks that contain hazardous materials. This research method uses normative legal
methods. The results of this study are forms of consumer protection against the circulation of food and
beverages containing hazardous materials, namely: (a) Protection of consumer safety; (b) Protection of their
right to obtain information; (c) Protection of their right to be heard; (d) Protection of the right to choose
products; (e) Protection of their rights to receive advocacy; (f) Protection of their rights to be served or treated
correctly, honestly and not discriminatory; and (g) Protection of the right to obtain compensation, compensation
and/or replacement, if the goods received are not by the agreement or not as they should be.
Keywords: Legal Protection, Consumers, Food Containing Hazardous Substances.

Abstrak— Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa “makan dan minum dalam jumlah dan kualitas yang cukup, manusia tidak akan produktif
dalam menjalankan aktivitasnya. Masalah pangan juga menyangkut keamanan, keselamatan dan kesehatan baik
jasmani maupun rohani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah bentuk
perlindungan hukum bagi konsumen terhadap beredarnya makanan dan minuman yang mengandung bahan
berbahaya dan pengaruh kurangnya kesadaran hukum masyarakat untuk melaporkan bila menemukan dan
menjadi korban dari makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya. Metode penelitian ini
menggunakan metode hukum normatif. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk-bentuk perlindungan konsumen
terhadap beredarnya makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya, adalah: (a) Perlindungan atas
keamanan konsumen; (b) Perlindungan atas haknya untuk mendapatkan informasi; (c) Perlindungan akan
haknya untuk didengar; (d) Perlindungan atas hak untuk memilih produk; (e) Perlindungan atas haknya untuk
mendapat advokasi; (f) Perlindungan atas haknya untuk dilayani atau diperlakukan secara benar, jujur serta
tidak diskriminatif; dan (g) Perlindungan atas hak untuk mendapatkan konpensasi ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Konsumen, Pangan yang Mengandung Bahan Berbahaya.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


86
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

1. Pendahuluan segenap lapisan dan” kelompok masyarakat


Hukum perlindungan konsumen yang ada.
merupakan cabang ilmu hukum yang tumbuh Konsumen “perlu dilindungi karena
dan berkembang pada tahun 1900-an. Hukum konsumen dianggap memiliki suatu
perlindungan konsumen merupakan respons “kedudukan” yang tidak seimbang dengan para
atas kegiatan industrialisasi di Amerika Serikat pelaku usaha. Ketidakseimbangan ini
dan Eropa, serta jawaban atas tuntutan menyangkut bidang pendidikan dan posisi
globalisasi (Suwandono, 2007). Di dalam tawar (bargaining position) yang dimiliki oleh
perlindungan konsumen, terdapat dua istilah konsumen adalah lemah. Seringkali konsumen
hukum yakni hukum konsumen dan hukum tidak berdaya menghadapi posisi yang lebih
perlindungan konsumen (Nasution, 2011). kuat dari para pelaku usaha. Walaupun
Hukum konsumen (consumer law) dan hukum demikian, ada hal yang tidak dapat
perlindungan konsumen (consumer protection dikesampingkan yaitu banyaknya konsumen
law) merupakan bidang hukum baru dalam yang kurang peduli akan hak-haknya. Hal ini
akademik dan praktik penegakan hukum di dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari,
Indonesia (Shofie, 2011). dimana banyak konsumen yang walaupun telah
Pangan merupakan kebutuhan pokok dirugikan oleh pelaku usaha, tetapi tidak
manusia yang tidak dapat ditinggalkan dalam memiliki niat sedikitpun untuk melakukan
kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan klaim maupun melakukan gugatan kepada
minum yang cukup jumlah dan mutunya, pelaku usaha.
manusia tidak akan produktif dalam melakukan Sebenarnya dalam hal perlindungan
aktivitasnya. Pangan merupakan kebutuhan konsumen di Indobnesia dapat dikatakan sudah
yang paling dasar yang harus dimiliki oleh cukup memadai, baik dilihat dari sudah adanya
setiap manusia. Oleh karena itu, terpenuhinya payung hukum perlindungan hukum konsumen
pangan merupakan suatu hak asasi manusia yang dalam hal ini adalah Undang-Undang
yang paling dasar dimana pemenuhannya Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
merupakan tanggung jawab pemerintah kepada Konsumen. Demikian juga peranan
rakyatnya (Hariyadi, 2013). Masalah pangan Pemerintah/Pemerintah Daerah sudah terlihat,
menyangkut pula keamanan, keselamatan dan seperti sudah adanya lembaga-lembaga yang
kesehatan baik jasmani maupun rohani. berkonpeten, seperti; (1) Badan Pemeriksa Obat
Keamanan pangan merupakan salah satu faktor dan Makanan (BPOM); (2) Dinas Perindustrian
penting yang harus diperhatikan dalam dan Perdagangan baik di tingkat provinsi
konsumsi sehari-hari. maupun di tingkat kabupaten/kota; serta (3)
Setiap orang berhak atas makanan dan Yayasan Lembaga” Konsumen Indonesia
bahan makanan yang sehat dan aman. Hal (YLKI).
tersebut harus dilindungi oleh pemerintah dan Namun demikian secara empiris
wajib dipenuhi oleh semua produsen dengan perlindungan kepada konsumen belum berjalan
tidak menjual makanan atau minuman yang sesuai dengan ketentuan, di mana hal ini terlihat
tidak layak dikonsumsi. masih banyaknya kasus-kasus yang terjadi di
Setiap warga Negara berhak atas masyarakat terkait keselamatan masyarakat
perlindungan hukum yang wajib diberikan oleh dalam mengkonsumsi makanan dan minuman
Negara. Salah satu perlindungan yang wajib yang sering diinformasikan melalui media
diberikan oleh Negara adalah perlindungan massa baik media massa cetak maupun media
konsumen, agar masyarakat tidak massa elektronik (seperti antara lain keracuran
mengkonsumsi atau menggunakan produk masyarakat atau siswa karena mengkonsumsi
barang dan/atau jasa (pangan) yang dapat nasi kuning, keracunan kelompok masyarakat
membahayakan keselamatan dan kesehatan. karena mengkonsumsi nasi bungkus dan lain
Perlindungan konsumen merupakan salah sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah
satu perkembangan hukum di Indonesia. untuk mengetahui Bagaimanakah bentuk
Masalah perlindungan konsumen yang secara perlindungan hukum bagi konsumen terhadap
tegas ditangani secara khusus, baru dikenal dan beredarnya makanan dan minuman yang
tumbuh di Indonesia beberapa tahun mengandung bahan berbahaya dan pengaruh
belakangan ini, sehingga belum mengakar pada kurangnya kesadaran hukum masyarakat untuk

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


87
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

melaporkan bila menemukan dan menjadi tertentu menurut hukum atau peraturan
korban dari makanan dan minuman yang perundang-undangan yang berlaku.
mengandung bahan berbahaya. Perlindungan hukum merupakan hak setiap
warga negara, dan dilain sisi bahwa
2. Metode perlindungan hukum merupakan kewajiban
Penelitian merupakan suatu kegiatan bagi negara itu sendiri, oleh karenanya negara
ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan wajib memberikan perlindungan hukum kepada
konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, warga negaranya. Pada prinsipnya perlindungan
sistematis, dan konsisten (Soekanto, 1996). hukum terhadap masyarakat bertumpu dan
Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya bersumber pada konsep tentang pengakuan dan
dengan penelitian ini termasuk dalam perlindungan terhadap harkat, dan martabat
kategori/jenis penelitian hukum normatif, yaitu sebagai manusia. Sehingga pengakuan dan
penelitian hukum kepustakaan atau penelitian perlindungan terhadap hak tersangka sebagai
hukum yang didasarkan pada data sekunder. bagian dari hak asasi manusia tanpa membeda-
Marzuki (2010) menjelaskan bahwa penelitian bedakan. Perlindungan hukum adalah segala
hukum normatif adalah suatu proses untuk upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan
hukum, guna menjawab permasalahan hukum, atau korban, yang dapat diwujudkan dalam
penelitian hukum normatif dilakukan untuk bentuk seperti melalui restitusi, kompensasi,”
menghasilkan argumentasi, teori atau konsep pelayanan medis, dan bantuan hukum
baru sebagai preskripsi (penilaian) dalam (Soekanto, 1996).
masalah yang dihadapi. Menurut Setiono (2004) perlindungan
Perlunya penelitian hukum normatif ini hukum adalah tindakan atau upaya untuk
adalah beranjak dari belum adanya norma melindungi masyarakat dari perbuatan
hukum berkaitan permasalahan penelitian, sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak
sehingga di dalam mengkajinya lebih sesuai dengan aturan hukum, untuk
mengutamakan sumber data sekunder. mewujudkan ketertiban dan ketentraman,
Sedangkan pendekatan masalahnya adalah sehingga memungkinkan manusia untuk
pendekatan perundang-undangan dan menikmati martabatnya sebagai manusia.
konseptual. Tidak dapat dipungkiri dengan semakin
sulitnya perekonomian masyarakat Indonesia
3. Pembahasan juga membawa dampak terhadap produksi
makanan. Banyak pelaku usaha yang
Bentuk Perlindungan Konsumen Terhadap mencampur produksinya dengan
Beredarnya Makanan dan Minuman yang mengggunakan bahan kimia berbahaya, seperti
Mengandung Bahan Berbahaya boraks, rhodamin B, formalin, dan metanyl
yellow yang biasanya digunakan untuk pewarna
Istilah perlindungan hukum dalam bahasa tekstil serta boraks yang biasa digunakan untuk
inggris dikenal dengan legal protection, obat. Makanan olahan yang menggunakan
sedangkan dalam bahasa belanda dikenal bahan-bahan kimia berbahaya tersebut adalah
dengan Rechts bescherming. Secara etimologi terasi, abon, ikan asin, serta banyak lagi produk
perlindungan hukum terdiri dari dua suku kata makanan minuman baik yang diproduksi di
yakni Perlindungan dan hukum. Dalam Kamus pabrik dalam skala besar maupun industri kecil
Besar Bahasa Indonesia perlindungan diartikan dan menengah. Ini semua dilakukan oleh pelaku
(1) tempat berlindung, (2) hal (perbuatan dan usaha untuk menyiasati daya beli masyarakat
sebagainya), (3) proses, cara, perbuatan yang cenderung menginginkan harga murah
melindungi. ( Kamus Besar Bahasa Indoesia dalam membeli makanan.
(KBBI) Online )Hukum adalah Hukum Keamanan pangan merupakan salah satu
berfungsi sebagai pelindungan kepentingan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, konsumsi sehari-hari. Dengan demikian
hukum harus dilaksanakan secara profesional. sesungguhnya pangan selain harus tersedia
Artinya perlindungan adalah suatu tindakan dalam jumlah yang cukup, harga yang
atau perbuatan yang dilakukan dengan cara-cara

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


88
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

terjangkau juga harus memenuhi persyaratan keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan


lain, yaitu sehat dan aman. dan” kedamaian.
Jadi, sebelum makanan dan minuman Dalam UUPK, pelaku usaha diwajibkan
tersebut didistribusikan harus memenuhi beritikad baik dalam melakukan kegiatan
persyaratan kualitas, penampilan dan cita rasa, usahanya, sedangkan bagi konsumen
maka terlebih dahulu pangan tersebut harus diwajibkan beritikad baik dalam melakukan
benar-benar aman untuk dikonsumsi. transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
Berbicara konsumen, maka sudah tentu di Dalam UUPK tampak bahwa itikad baik
pihak lain terdapat produsen atau penjual lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena
barang dan/atau jasa yang dikenal dengan mengikuti semua tahapan dalam melakukan
pelaku usaha. Pelaku usaha juga diatur dalam semua kegiatan usahanya, sehingga dapat
UUPK yaitu Pasal 1 angka 3 yang menyatakan diartikan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk
bahwa pelaku usaha adalah setiap orang beritikad baik dimulai sejak barang
perorangan atau badan usaha, baik yang dirancang/diproduksi sampai pada tahap purna
berbentuk badan hukum maupun bukan badan penjualan. Sebaiknya konsumen hanya
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau diwajibkan beritikad baik dalam melakukan
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal
Negara Republik Indonesia, baik sendiri ini tentu saja disebabkan oleh kemungkinan
maupun bersama-sama melalui perjanjian terjadinya kerugian dari konsumen mulai sejak
penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai barang dirancang/diproduksi oleh produsen
bidang ekonomi. Dalam penjelasan undang- (pelaku usaha), sedangkan bagi konsumen,
undang yang termasuk dalam pelaku usaha kemungkinan untuk dapat merugikan produsen
adalah perusahaan, korporasi, BUMN, mulai pada saat melakukan transaksi dengan”
komerasi, importer, pedagang, distributor dan pelaku usaha (Miru & Yodo, 2017).
lain-lain. Bentuk-bentuk “perlindungan hukum yang
Muchsin (2003) membedakan dapat diberikan kepada konsumen, pada
perlindungan hukum menjadi dua bagian, yaitu: dasarnya adalah memenuhi hak-hak konsumen
a) Perlindungan Hukum Preventif yang telah diatur dalam UUPK.
Perlindungan yang diberikan oleh Perlindungan hukum bagi konsumen
pemerintah dengan tujuan untuk mencegah adalah sebagai berikut:
sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini 1. Perlindungan atas keamanan konsumen.
terdapat dalam peraturan perundang Keamanan yang dimaksudkan di sini
undangan dengan maksud untuk mencegah adalah keamanan bagi masyarakat
suatu pelanggaran serta memberikan dalam mengkonsumsi barang dalam
rambu-rambu atau batasan-batasan dalam artian bahwa makanan/minuman yang
melakukan sutu kewajiban. dibeli dan apabila dikonsumsi tidak
b) Perlindungan Hukum Represif. membahayakan kesehatan dan
Perlindungan hukum represif merupakan keselamatan jiwa raganya.”
perlindungan akhir berupa sanksi seperti 2. Perlindungan atas haknya untuk
denda, penjara, dan hukuman tambahan mendapatkan informasi. Masyarakat
yang diberikan apabila sudah terjadi sebagai konsumen harus diberikan
sengketa atau telah dilakukan suatu informasi secara lengkap, jelas, jujur
pelanggaran. atas barang yang dibelinya untuk
kemudian dikonsumsi dalam memenuhi
Sehingga atas dua pandangan yang kebutuhan hidup dirinya dan
dipaparkan oleh para pakar di atas, bahwa keluarganya.
“Perlindungan hukum yang diberikan kepada 3. Perlindungan akan haknya untuk
subyek hukum dalam bentuk perangkat aturan didengar. Masyarakat sebagai
hukum dan cara cara tertentu baik yang bersifat konsumen juga mempunyai keluhan
preventif maupun yang bersifat represif. Hal dan saran atas suatu barang, sehingga
tersebut merupakan representasi dari fungsi keluhan/komplaindan sarannya wajib
hukum itu sendiri untuk memberikan suatu didengar oleh pelaku usaha. Hal ini
disebabkan karena terdapat hubungan

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


89
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

timbale balik antara produsen dan melakukan sesuau demi kepentingannya, seperti
konsumen. Dalam hal ini, sloga yang melaporkan kepada pihak yang berwenang
menyatakan bahwa pembeli adalah raja apabila menemukan dan/atau menjadi korban
benar-benar diimplementasikan secara akibat mengkonsumsi makanan dan minuman
nyata oleh pelaku usaha. yang mengandung bahan yang berbahaya antara
4. Perlindungan atas hak untuk memilih lain:
produk. Konsumen berhak memilih 1. Tingkat pendidikan masyarakat yang relatif
produk yang akan dibelinya sesuai rendah.
dengan kemampuan keuangan, Sebagai Negara yang sedang berkembang,
kebutuhan dan seleranya. tingkat pendidikan masyarakat memang relatif
5. Perlindungan atas haknya untuk rendah, sehingga kondisi ini menyebabkan
mendapat advokasi. Konsumen juga timbulnya hal-hal sebagai berikut:
memerlukan advokasi dari pihakpihak a. Tidak dipahaminya peraturan yang
yang berkompeten apabila mengalami berkaitan dengan hukum
masalah dalam mennggunakan barang. perlindungan konsumen;
6. Perlindungan atas haknya untuk b. Tidak mengetahui bahwa sebagai
dilayani atau diperlakukan secara benar, konsumen mereka memiliki hak-
jujur serta tidak diskriminatif. Ini hak yang wajib dipebuhi oleh
terkait dengan kedudukan konsumen pihak pelaku usaha yang
yang sanagt diperlukan oleh produsen. dilindungi undang-undang;
Kalau tidak ada konsumen yang mamu c. Tidak mengetahui kondisi produk
dan mau mengkonsumsi barang/produk yang akan dibelinya;
yang dijual produsen, maka d. Bila menemukan produk yang
perdagangan tidak akan terjadi, berarti mengandung bahan berbahaya
produsen akan bangkrut. tidak mengetahui kemana harus
7. Perlindungan atas hak untuk melaporkannya;
mendapatkan konpensasi ganti rugi e. Apabila menjadi “korban dari
dan/atau penggantian, apabila barang makanan/minuman yang
yang diterima tidak sesuai dengan mengandung bahan berbahaya,
perjanjian atau tidak sebagaimana bersikap apatis, memandang hal
mestinya. ini” sebagai :nasib sial saja.

Produsen dan konsumen secara tidak 2. Sistem penegakan hukum yang birokratis.
langsung terjadi hubungan hukum, maka Terkait “dengan point 1, memang ada
tanggung jawab yang dimiliki oleh satu pihak sebagian kecil masyarakat yang memiliki
dalam interaksinya dengan pihak lain pendidikan relatif tinggi/memadai, sehingga
seharusnya dipenuhi manakala akibat dari mengetahui mengenai hukum perlindungan
perbuatannya menyebabkan kerugian bagi konsumen, namun mereka juga enggan untuk
pihak lain. Tanggunga jawab ini harus dipenuhi melaporkan apabila melihat suatu produk yang
tidak saja atas kesalahan perbuatan dari orang mengandung” bahan berbahaya, karena:
yang menjadi tanggungannya atau kerugian a. Pelapor akan direpotkan dalam
yang timbul akibat dari barang yang berada di melaporkannya yang harus melengkapi
bawah pengawasannya. data sebagai bukti pendukung.
Menurut ketentuan Pasal 19 ayat (3) b. Pelapor juga akan repot karena sering
UUPK, bahwa kerugian tersebut dilaksanakan dipanggil untuk memberikan kesaksian
dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah atau penjelasan tambahan yang
tanggal transaksi. Perlindungan tersebut belum diperlukan.
sepenuhnya dapat melindungi konsumen.
Kondisi sistem penegakan hukum yang
Kesadaran Hukum Masyarakat dalam birokratis ini akan sangat berpengaruh terhadap
Perlindungan Konsumen kesadaran masyarakat untuk melaporkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi apabila menemui atau mengalami masalah
rendahnya kesadaran masyarakat untuk

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


90
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

dalam membeli barang yang akan dikonsumsi 4. Daya beli masyarakat yang relatif rendah
yang mengandung bahan berbahaya. Daya beli masyarakat sebagai konsumen
Penegakan hukum menurut Soerjono sangat dipengaruhi oleh tingkat penghasilan
Soekanto, mengemukakan bahwa penegakan masyarakat yang masih relatif rendah. Sudah
hukum sebagai suatu proses, pada hakekatnya menjadi kondisi umum bahwa di Indonesia
merupakan penerapan diskresi yang (termasuk juga di Provinsi Bali) masalah
menyangkut membuat keputusan yang tidak lapangan kerja masih sangat sulit, sehingga
secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan angka pengangguran masih tinggi. Demikian
tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. juga bagi sebagian anggota masyarakat yang
(Soerjono, 2007). Oleh karena itu dapatlah sudah bekerja (baik di sektor formal maupun di
dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah sektor non formal) memperoleh upah/gaji yang
semata-mata berarti pelaksanaan perundang- berbeda yang kadang-kadang tidak mencukupi
undangan, walaupun di dalam kenyataan di untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Indonesia kecendrungannya adalah demikian, Kesadaran hukum yang dimiliki oleh
sehingga pengertian law enforcement begitu masyarakat tertentu dapat dengan mudah luntur
popular. Lemahnya penegakan hukum sangat” oleh perilaku atau suatu hal yang
ditentukan oleh beberapa factor, yang menurut memungkinkan seseorang untuk bisa
Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: mendapatkan keuntungan yang lebih besar baik
1) Faktor hukumnya sendiri. Dalam hal ini materil maupun immateril jika tidak patuh
dibatasi hanya pada undang-undang saja. terhadap hukum. Dalam hal ini kepentingan
2) Faktor Penegak Hukum, yakni pihak- seseorang tersebut akan lebih banyak
pihak yang membentuk maupun yang terakomodir dengan tidak patuh terhadap
menerapkan hukum. hukum meskipun harus merugikan atau
3) Faktor sarana dan fasilitas yang berpotensi merugikan kepentingan orang
mendukung penegakan hukum. banyak.
4) Faktor Masyarakat, yakni lingkungan di
mana hukum tersebut berlaku atau 4. Simpulan
diterapkan.
5) Faktor Kebudayaan, yakni sebagai hasil Bentuk-bentuk perlindungan konsumen
karya, cipta, dan rasa yang didasarkan terhadap beredarnya makanan dan minuman
pada karsa manusia di dalam pergaulan yang mengandung bahan berbahaya, adalah: (a)
hidup. Perlindungan atas keamanan konsumen; (b)
Perlindungan atas haknya untuk mendapatkan
3. Kedudukan yang tidak seimbang antara informasi; (c) Perlindungan akan haknya untuk
produsen dengan konsumen didengar; (d) Perlindungan atas hak untuk
memilih produk; (e) Perlindungan atas haknya
Secara praktik sudah jelas bahwa untuk mendapat advokasi; (f) Perlindungan atas
kedudukan produsen lebih kuat dibandingkan haknya untuk dilayani atau diperlakukan secara
dengan kedudukan konsumen. Apabila terjadi benar, jujur serta tidak diskriminatif; dan (g)
kasus yang sampai diselesaikan secara hukum, Perlindungan atas hak untuk mendapatkan
dominasi pengusaha (pelaku usaha) akan lebih konpensasi ganti rugi dan/atau penggantian,
semakin nyata, yang disebabkan apabila barang yang diterima tidak sesuai
karenaprodusen memiliki uang, akses yang dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
lebih luas, sehingga memiliki ‘bargaining mestinya.
position’ yang lebih kuat. Untuk menghindari terjadinya dampak
Sedangkan konsumen lebih lemah. yang membahayakan bagi keselamatan
Kelemahannya adalah; akses yang terbatas masyarakat sebagai konsumen dalam
bahkan kecil, dana tidak ada, dan masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman
sebagai konsumen yang menjadi korban tidak diperlukan kesadaran masyarakat untuk
bersatu. melaporkan bila menemukan dan menjadi
korban dari makanan dan minuman yang
mengandung bahan berbahaya. Namun
kesadaran masyarakat untuk melaporkan bila

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


91
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Persfektif Kesadaran Hukum Masyarakat

menemukan dan menjadi korban dari makanan Universitas Sebelas Maret.


dan minuman yang mengandung bahan Nasution, A. (2011). Hukum Perlindungan
berbahaya masih rendah, yang disebabkan oleh Konsumen: Suatu Pengantar. Diadit
beberapa factor, yaitu: (a) Tingkat pendidikan Media.
masyarakat yang relatif rendah; (b) Sistem Peter Mahmud Marzuki. (2010). Penelitian
penegakan hukum yang birokratis; (c) Hukum. Prenada Group.
Kedudukan yang tidak seimbang antara Setiono. (2004). Rule of Law (Supremasi
produsen dengan konsumen; (d) Daya beli Hukum). Univeristas Sebelas Maret.
masyarakat yang relatif rendah.” Shofie, Y. (2011). Perlindungan Konsumen dan
Daftar Pustaka Instrumen-Instrumen Hukumnya. Citra
Hariyadi, P. (2013). Aditya Bakti.
PENGANEKARAGAMAN PANGAN: Soekanto, S. (1996). Factors Affecting Law
Peranan Industri untuk Penguatan Enforcement. 1996.
Ketahanan Pangan Mandiri dan Berdaulat. Soerjono, S. (2007). Pokok-Pokok Sosiologi
SIMPOSIUM PANGAN NASIONAL Hukum. PT Raja Grafindo Persada.
INDOFOOD. Suwandono, A. (2007). Ruang Lingkup Hukum
Miru, A., & Yodo, S. (2017). Hukum Perlindungan Konsumen.
perlindungan konsumen. Rajawali Pers.
Muchsin. (2003). Perlindungan dan Kepastian
Hukum Bagi Investor di Indonesia.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 5, Nomor 1, 2023. CC-BY-SA 4.0 License


92

You might also like