You are on page 1of 7

J. Agron.

Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

Identifikasi Toleransi Kekeringan Tetua Padi Hibrida


pada Fase Perkecambahan Menggunakan Polietilen Glikol (PEG) 6000

Identification of Drought Tolerance of Hybrid Rice Parental Lines


(Oryza sativa L.) at Germination Stage Using Polyethylene Glycol (PEG) 6000

Yuni Widyastuti1,2, Bambang Sapta Purwoko3*, dan Muhamad Yunus4

1
Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya 9 Sukamandi Subang 41256, Indonesia
3
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
4
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 3A Cimanggu, Bogor 16111, Indonesia

Diterima 2 Juli 2015/Disetujui 12 Februari 2016

ABSTRACT

Developing of drought tolerant hybrid rice varieties requires parental lines which have tolerance to drought. Polyethylene
glycol (PEG) has been widely used as an osmotic solution for detecting drought tolerance at germination stage of rice. The
objectives of this experiment were to evaluate variables of drought tolerance at germination stage and to select drought
tolerance of parental lines using osmotic solution PEG 6000 at concentration of 25%. The experiment was conducted at the
greenhouse ICABIOGRAD Cimanggu Bogor, during April-May 2014. The design of the experiment was arranged in factorial
randomized block design with three replications. The first factor (genotype) had 21 levels and the second factor (osmotic
potential) had two levels (0 and 25% concentration levels of PEG 6000). Based on the principal component analysis, six
primary indicators were proposed for drought tolerance of rice at germination stage, i.e., germination percentage, seed vigor,
seminal root length, seedling length and dry weight of seminal root. Based on the clustering analysis, at 73.76% of similarity
rate, the 21 tested genotypes were divided into 2 groups. The genotypes which showed similar responses with Salumpikit were
IR 58025B, GMJ 14B, IR 80154B, GMJ 15B, R 3, PK 90, and PK 12 respectively.

Keywords: drought tolerance, germination, hybrid rice PEG, parental lines

ABSTRAK

Perakitan padi hibrida toleran cekaman kekeringan memerlukan tetua yang memiliki toleransi terhadap kekeringan.
Polietilen glikol (PEG) telah banyak digunakan sebagai larutan osmotik untuk mendeteksi toleransi kekeringan pada fase
perkecambahan padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa variabel toleransi terhadap cekaman kekeringan
selama fase perkecambahan dan menyeleksi galur-galur tetua padi hibrida toleran cekaman kekeringan melalui uji cepat
PEG 6000 pada konsentrasi 25%. Percobaan dilakukan di rumah kaca BB Biogen Cimanggu Bogor, menggunakan rancangan
acak kelompok (RAK) 2 faktor 3 ulangan dengan faktor pertama adalah 21 genotipe padi sedangkan faktor kedua adalah
2 taraf PEG 6000, yaitu konsentrasi 0 dan 25%. Analisis komponen utama dan diskriminan menunjukkan variabel utama
untuk skrining toleransi kekeringan yaitu persentase perkecambahan, indeks vigor benih, panjang akar seminal, panjang
kecambah, dan bobot kering akar seminal. Analisis gerombol menunjukkan pada tingkat similaritas 73.76%, keduapuluh
satu genotipe terbagi menjadi dua gerombol. Genotipe tetua padi hibrida yang memiliki respon sama dengan Salumpikit
sekaligus toleran kekeringan pada fase perkecambahan berturut-turut adalah IR 58025B, GMJ 14B, IR 80154B, GMJ 15B,
R 3, PK 90, dan PK 12.

Kata kunci: PEG, perkecambahan, tetua padi hibrida, toleran kekeringan

PENDAHULUAN gabah padi (Pandey dan Bhandari, 2008). Kehilangan hasil


disebabkan oleh cekaman kekeringan diperkirakan mencapai
Kekeringan merupakan salah satu cekaman abiotik 58% (Ouk et al., 2006). Oleh karena itu, menjadi tantangan
yang dapat menyebabkan penurunan hasil dan kualitas bagi pemulia untuk merakit varietas padi toleran cekaman
kekeringan sekaligus memiliki potensi hasil tinggi.
Teknologi padi hibrida merupakan alternatif untuk
* Penulis untuk korespondensi. bambangpurwoko@gmail.com mencapai potensi hasil tinggi pada kondisi optimum

Identifikasi Toleransi Kekeringan Tetua..... 235


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

(Xie, 2010). Di Indonesia, program perakitan padi hibrida cepat menggunakan PEG 6000 konsentrasi 25% pada fase
menggunakan tiga galur yaitu galur mandul jantan (GMJ), perkecambahan.
galur pelestari (Maintainer = B), dan galur pemulih
kesuburan (Restorer = R). Walaupun hasil penelitian Bueno BAHAN DAN METODE
et al. (2010) menunjukkan ketidakkonsistenan toleransi
cekaman kekeringan hibrida dengan tetuanya, namun Percobaan dilakukan pada bulan April sampai dengan
identifikasi galur tetua toleran merupakan hal penting untuk Mei 2014 di rumah kaca, BB BIOGEN, Cimanggu, Bogor.
perakitan padi hibrida toleran kekeringan. Sebagai contoh, Materi yang digunakan adalah tetua padi hibrida meliputi 6
Luo (2010) di China yang mengembangkan padi hibrida galur B, 10 galur R, 3 varietas pembanding toleran cekaman
melalui perakitan GMJ toleran kekeringan. kekeringan yaitu Gajah Mungkur, Salumpikit (Suardi, 2000),
Teknik penapisan yang cepat dan akurat untuk toleransi dan Limboto, serta 2 varietas pembanding peka cekaman
terhadap kekeringan merupakan tahapan pemuliaan yang kekeringan yaitu IR 20 dan IR 64 (Afa et al., 2012). Total
penting (Boopathi et al., 2013). Salah satunya dengan genotipe yang akan diskrining adalah 21 (Tabel 1).
mensimulasi kondisi cekaman kekeringan di laboratorium Rancangan perlakuan yang digunakan adalah faktorial
menggunakan media osmotik polietilen glikol (PEG) dengan rancangan acak kelompok (RAK). Faktor pertama
6000. PEG 6000 merupakan zat kimia inert dan non toksis adalah 21 genotipe padi dan faktor kedua adalah konsentrasi
dengan berat molekul tinggi (Jiang dan Lafitte, 2007). PEG (BM 6000) yang dibedakan menjadi 2 taraf, yaitu 0
Pada konsentrasi tertentu, PEG 6000 dapat menginduksi tanpa perlakuan PEG (K) dan PEG 6000 konsentrasi 25%
kondisi kekurangan air sebagaimana yang terjadi pada (P) setara -9.9 bar (Michel dan Kaufmann, 1973). Percobaan
tanah kering (Mirbahar et al., 2013). Penggunaan PEG 6000 diulang 3 kali sehingga terdapat 126 satuan percobaan. Unit
untuk mengidentifikasi toleransi kekeringan telah banyak percobaan ialah satu cawan petri yang berisi 20 kecambah.
dilakukan pada tanaman pangan seperti padi, gandum, Sebelum dikecambahkan, benih dipilih yang bernas
jagung, dan kedelai (Afa et al., 2013; Govindaraj et al., dan seragam. Sebanyak 90-120 benih tiap genotipe padi
2010; Hamayun et al., 2010). Pada kondisi kapasitas lapang, dikecambahkan sampai muncul radikel (± 2 mm) dalam
tanah mempunyai potensial osmotik -0.33 Bar sedangkan cawan petri yang berisi 10 mL aquades. Setelah benih
pada kondisi titik kelembapan kritis mencapai potensial berkecambah (1-2 hari), benih diseleksi sehingga menyisakan
osmotik -15 Bar. Berbagai penelitian melaporkan bahwa 20 kecambah tiap cawan petri. Kecambah diberi perlakuan
penggunaan PEG 6000 dengan konsentrasi 20-25% setara larutan PEG 6000 konsentrasi 25% dan aquades sebagai
dengan -6.7 sampai -9.9 Bar mampu membedakan genotipe kontrol dengan pemberian 10 mL tiap cawan petri sebagai
padi yang toleran maupun peka toleran cekaman kekeringan media perkecambahan. Perlakuan diberikan selama 7 hari.
(Meutia et al., 2010; Afa et al., 2012). Fase perkecambahan Variabel yang diamati adalah persentase perkecambahan
dan pertumbuhan bibit merupakan fase potensial dan (jumlah benih yang berkecambah normal pada hari ke 7/total
kritis terhadap cekaman kekeringan (Ahmad et al., 2009). benih yang dikecambahkan) x 100%), vigor benih (panjang
Skrining pada fase ini diharapkan dapat mereduksi materi kecambah x persentase perkecambahan), panjang akar
genetik untuk mempercepat proses perakitan. seminal, panjang tunas, panjang kecambah, bobot kering
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengevaluasi akar seminal, bobot kering tunas (Ashagre et al., 2014).
beberapa variabel toleransi terhadap cekaman kekeringan Kamoshita et al. (2008) dan Rahman et al. (2012)
pada fase perkecambahan padi; (2) menyeleksi galur menggunakan indeks sensitivitas cekaman kekeringan-
tetua padi hibrida toleran cekaman kekeringan melalui uji ISK (Fischer dan Maurer, 1978) untuk mengetahui respon

Tabel 1. Materi genetik skrining PEG 6000 konsentrasi 25% pada fase perkecambahan
Kode Genotipe Keterangan Kode Genotipe Keterangan
G1 B1 Galur B G12 PK 21 Galur R
G2 B 10 Galur B G13 R 32 Galur R
G3 B 11 Galur B G14 PK 41 Galur R
G4 GMJ 13B Galur B G15 BP 11 Galur R
G5 GMJ 14B Galur B G16 BP 12 Galur R
G6 GMJ 15B Galur B G17 Gajah Mungkur Toleran kekeringan
G7 PK 90 Galur R G18 Limboto Toleran kekeringan
G8 R3 Galur R G19 IR 64 Peka kekeringan
G9 PK 12 Galur R G20 IR 20 Peka kekeringan
G10 BP 5 Galur R G21 Salumpikit Toleran kekeringan
G11 R4 Galur R

236 Yuni Widyastuti, Bambang Sapta Purwoko, dan Muhamad Yunus


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

karakter pertumbuhan genotipe padi terhadap kondisi sensitivitas cekaman kekeringan (ISK) pada variabel
kekeringan dengan rumus ISK = (1-Yp/Y)/(1-Xp/X), persentase perkecambahan, panjang akar seminal, panjang
dimana Yp = rata-rata suatu genotipe yang mendapat tunas, panjang kecambah, bobot kering akar seminal, bobot
cekaman kekeringan, Y = rata-rata suatu genotipe yang kering tunas, dan vigor benih menunjukkan bahwa perlakuan
tidak mendapat cekaman kekeringan, Xp = rata-rata dari PEG 6000 konsentrasi 25% menunjukkan keragaman
seluruh genotipe yang mendapat cekaman kekeringan, toleransi genotipe padi terhadap cekaman kekeringan
X = rata-rata dari seluruh genotipe yang tidak mendapat (Tabel 2). Menurut Jatoi et al. (2014), kenaikan tingkat
cekaman kekeringan. Kriteria untuk menentukan tingkat osmotik media menyebabkan jumlah air yang diabsorbsi
toleransi terhadap cekaman kekeringan adalah jika nilai benih rendah sehingga mengakibatkan turunnya persentase
ISK ≤ 0.5 maka genotipe tersebut toleran, jika 0.5<ISK≤1.0 perkecambahan. Selain itu sifat PEG yang mengikat air
maka genotipe tersebut agak toleran, dan jika ISK>1.0 maka menghambat mulai dari proses imbibisi, pertumbuhan akar
genotipe tersebut peka. seminal dan tunas pada kecambah (Verslues et al., 2006).
Untuk mengetahui hubungan antar variabel Secara umum, varietas pembanding toleran yaitu
perkecambahan digunakan analisis korelasi menggunakan Gajah Mungkur, Salumpikit, dan Limboto memiliki nilai
nilai ISK. Analisis komponen utama (AKU) digunakan ISK keseluruhan variabel perkecambahan yang lebih rendah
untuk mengidentifikasi variabel yang berkontribusi besar dibanding varietas pembanding peka yaitu IR 20 dan IR 64.
terhadap keragaman (Golmoghani et al., 2011). Berdasarkan Galur-galur tetua padi hibrida yang digunakan menunjukkan
nilai ISK tiap variabel, AKU dilakukan untuk menghitung nilai ISK yang beragam untuk setiap variabel perkecambahan
vektor eigen dan tingkat kontribusi tiap komponen utama. yang diamati. Beberapa peneliti melaporkan bahwa
Variabel perkecambahan dibagi ke dalam komponen utama perbedaan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan
yang berbeda berdasarkan nilai absolut tiap vektor. Posisi antara lain disebabkan oleh persentase perkecambahan,
dimana nilai absolut maksimum setiap variabel disemua panjang akar seminal, panjang tunas, bobot kering tunas,
faktor terletak dianggap sebagai komponen utamanya bobot kering akar seminal, dan vigor benih (Ballo et al.,
(Xie et al., 2013). Berdasarkan variabel komponen utama 2012; Widoretno, 2011). Selain faktor ketersediaan air pada
1, dilakukan analisis gerombol untuk mengetahui pola media, faktor genetik juga berpengaruh terhadap respon
kemiripan yang akan digunakan sebagai dasar dalam perkecambahan (Daksa et al., 2014).
rekomendasi tetua yang akan disilangkan membentuk F1
hibrida. Variabel perkecambahan yang telah direduksi, diuji Analisis Korelasi
kembali dengan menggunakan analisis diskriminan yang
bertujuan untuk menentukan peubah gabungan yang dapat Bouslama dan Schapaugh (1984) melaporkan bahwa
membedakan toleransi terhadap cekaman kekeringan. Data tingkat perkecambahan dan potensi perkecambahan benih
hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam uji F pada kondisi tercekam kekeringan dapat digunakan untuk
sesuai rancangan percobaan yang digunakan. Software yang mengevaluasi toleransi kekeringan pada fase tersebut dan
digunakan untuk analisis ragam, korelasi, komponen utama, merupakan salah satu indikator penting untuk membedakan
gerombol dan diskriminan adalah SAS versi 6.12, Minitab suatu genotipe toleran atau peka terhadap cekaman
14, dan Excel 2003. kekeringan. Oleh karena itu, analisis korelasi dilakukan
antara persentase perkecambahan dengan variabel yang
HASIL DAN PEMBAHASAN lain. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai indeks sensitivitas
kekeringan untuk variabel vigor benih, panjang akar
Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Perkecambahan seminal, panjang kecambah, bobot kering akar seminal, dan
bobot kering tunas berkorelasi positif dan tinggi dengan
Hasil analisis ragam (tabel tidak ditampilkan) persentase perkecambahan. Menurut Afa et al. (2013),
menunjukkan bahwa genotipe, taraf PEG, dan interaksi variabel yang saling berkorelasi dapat dilanjutkan untuk
antara genotipe dan taraf PEG berpengaruh nyata terhadap analisis komponen utama.
variabel persentase perkecambahan, vigor benih, panjang
akar seminal, panjang tunas, panjang kecambah, bobot Analisis Komponen Utama
kering akar seminal, dan bobot kering tunas. Hal ini
mengindikasikan bahwa antar genotipe memiliki respon Pendugaan toleransi genotipe tetua padi hibrida
berbeda terhadap perlakuan PEG 6000 konsentrasi 25% dengan menggunakan nilai ISK yang dihitung berdasarkan
pada beberapa variabel perkecambahan. variabel tertentu menunjukkan nilai ISK yang berbeda-
Pemberian PEG 6000 konsentrasi 25% mengakibatkan beda. Hal ini tentu saja menyulitkan untuk menentukan
genotipe mengalami penurunan terhadap semua variabel ISK variabel perkecambahan yang dapat digunakan untuk
yang diamati dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan mengelompokan toleransi tetua padi hibrida terhadap
PEG dapat menurunkan potensial air di dalam media, cekaman kekeringan. Pemilihan variabel untuk menentukan
sehingga menghambat pertumbuhan kecambah padi (Daksa toleransi suatu genotipe terhadap cekaman kekeringan
et al., 2014). Semua variabel perkecambahan yang diamati sebaiknya dilakukan secara komprehensif, karena penentuan
sensitif terhadap penurunan potensial air yang disebabkan tingkat toleransi hanya berdasar satu variabel akan
oleh PEG 6000 konsentrasi 25%. Berdasarkan indeks menghasilkan penilaian yang tidak valid (Zhang dan Wang

Identifikasi Toleransi Kekeringan Tetua..... 237


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

Tabel 2. Indeks sensitivitas kekeringan 21 genotipe padi dengan perlakuan cekaman kekeringan menggunakan larutan PEG
6000 25% pada beberapa variabel perkecambahan
Panjang akar Panjang Panjang Bobot Bobot Vigor
Persentase
Genotipe seminal tunas kecambah kering akar kering benih
perkecambahan
(cm) (cm) (cm) seminal (g) tunas (g) (%)
B1 0.58 0.43 0.98 0.73 0.45 0.96 0.80
B 10 0.71 0.37 0.99 0.73 1.03 0.97 0.84
B 11 1.61 1.17 1.02 1.13 1.15 1.00 1.19
GMJ 13B 1.28 1.56 1.00 1.20 1.26 1.01 1.14
GMJ 14B 0.89 0.47 1.01 0.76 0.55 0.99 0.91
GMJ 15B 0.42 0.44 0.96 0.79 0.60 0.94 0.78
PK 90 0.82 0.31 1.01 0.72 0.81 1.03 0.87
R3 0.33 0.50 0.99 0.74 0.83 0.85 0.72
PK 12 0.38 0.49 1.02 0.85 0.89 1.03 0.80
BP 5 1.46 1.61 0.99 1.23 1.34 1.01 1.18
R4 1.16 1.71 1.01 1.28 1.32 1.05 1.17
PK 21 1.63 1.68 1.03 1.29 1.30 1.05 1.21
R 32 1.37 1.39 0.97 1.10 1.08 1.01 1.14
PK 41 1.36 1.55 1.01 1.22 1.09 1.00 1.17
BP 11 1.35 1.48 0.99 1.18 1.30 1.07 1.16
BP 12 1.40 1.74 0.99 1.27 1.18 1.03 1.18
Gajah Mungkur 0.56 0.35 0.97 0.66 0.66 0.95 0.75
Limboto 0.54 0.23 0.99 0.71 0.62 0.97 0.77
IR 64 1.23 1.64 1.01 1.26 1.31 1.01 1.17
IR 20 1.41 1.89 1.02 1.35 1.34 1.04 1.20
Salumpikit 0.27 0.55 1.01 0.90 0.72 1.00 0.81

2012). Analisis komponen utama dapat digunakan untuk 15.35% (Tabel 4). Pada KU 1 terlihat bahwa variabel
menganalisis multi-variabel penentu toleransi kekeringan panjang akar seminal, vigor benih, panjang kecambah,
(Golmoghani et al., 2011). Metode ini membuang variabel persentase perkecambahan, dan bobot kering akar seminal
yang tidak diperlukan, memilih faktor yang penting dan menyediakan informasi sumber keragaman lebih besar
menetapkannya sebagai acuan toleransi kekeringan. dibanding variabel bobot kering tunas (KU 2) dan panjang
Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa tunas (KU 3). Hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel
komponen utama (KU) pertama memberikan penjelasan perkecambahan pada KU 1 merupakan karakter morfologi
keragaman variabel perkecambahan sebesar 59.28%, yang berperan terhadap kemampuan genotipe untuk
sedangkan KU kedua 16.32%, dan KU ketiga sebesar beradaptasi pada kondisi kekeringan sekaligus menjadi
karakter seleksi kekeringan pada fase perkecambahan.
Tabel 3. Koefisien korelasi antara indeks sensitivitas
Analisis Gerombol
kekeringan berdasarkan persentase perkecambahan
dengan beberapa variabel perkecambahan
Analisis gerombol berdasarkan nilai indeks sensitivitas
Variabel perkecambahan Koefisien korelasi (r) kekeringan untuk variabel panjang akar seminal, vigor
Vigor benih 0.93** benih, panjang kecambah, persentase perkecambahan, dan
bobot kering akar seminal menghasilkan dendogram dengan
Panjang akar seminal 0.79**
dua gerombol pada persen kemiripan 73.76%. Gerombol
Panjang tunas 0.22tn pertama menempatkan galur tetua B11 dan GMJ 13B (galur
Panjang kecambah 0.79** pelestari), BP 11, BP 5, R 4, R 32, PK 41, PK 21, dan BP
Bobot kering akar seminal 0.68** 12 (galur pemulih kesuburan) satu gerombol dengan IR 20
dan IR 64 (varietas pembanding peka). Gerombol kedua
Bobot kering tunas 0.45**
menempatkan galur pelestari B 1, GMJ 15B, B 10, GMJ
Keterangan: ** = nyata pada α = 1%; tn = tidak nyata 14B dan galur pemulih kesuburan R 3, PK 12, PK 90 satu

238 Yuni Widyastuti, Bambang Sapta Purwoko, dan Muhamad Yunus


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

Tabel 4. Analisis komponen utama terhadap 7 variabel perkecambahan


Variabel Komponen utama 1 Komponen utama 2 Komponen utama 3
Persentase perkecambahan 0.88* 0.22 0.04
Vigor benih 0.92* 0.31 0.13
Panjang akar seminal 0.97* 0.18 0.14
Panjang tunas 0.15 0.13 0.98*
Panjang kecambah 0.92* 0.21 0.23
Bobot kering akar seminal 0.84* 0.12 0.09
Bobot kering tunas 0.29 0.94* 0.15
Nilai eigen 4.14 1.14 1.08
Tingkat kontribusi (%) 59.13 16.32 15.35
Akumulasi tingkat kontribusi (%) 59.13 75.45 90.80
Keterangan: * Nilai maksimum tiap variabel dari dua komponen utama

gerombol dengan Salumpikit, Gajah Mungkur, dan Limboto Analisis Diskriminan


(varietas pembanding toleran) (Gambar 1). Salumpikit
menunjukkan respon berbeda dengan varietas pembanding Analisis diskriminan menunjukkan bahwa variabel
toleran lainnya, pada tingkat kemiripan 83.45% R 3 dan panjang akar seminal (PAS), vigor benih (VB), panjang
PK 12 memiliki toleransi yang mirip dengan Salumpikit. kecambah (PK), persentase perkecambahan (PP), dan bobot
Akar seminal Salumpikit signifikan lebih lebih panjang kering akar seminal (BKAS) yang diukur pada kondisi
dibanding Limboto dan Gajah Mungkur pada kondisi cekaman PEG 6000 konsentrasi 25% merupakan metode
cekaman kekeringan. Varietas dari Philipina ini terbukti seleksi yang efektif untuk menduga toleransi genotipe tetua
konsisten dan stabil digunakan sebagai pembanding toleran padi hibrida terhadap cekaman kekeringan. Hasil pendugaan
kekeringan (Cairns et al., 2011). Genotipe-genotipe tetua toleransi genotipe padi dengan metode tersebut memiliki
yang memiliki gerombol yang sama dengan Salumpikit, kesesuaian yang baik dengan tingkat toleransi genotipe
dan/atau Gajah Mungkur, dan/atau Limboto diduga dapat hasil seleksi di media PEG. Nilai proporsi kesesuaian
digunakan sebagai tetua untuk merakit padi hibrida toleran pengelompokan genotipe toleran dan peka adalah 100%,
cekaman kekeringan. Seleksi pada fase perkecambahan dengan fungsi diskriminan linier sebagai berikut: a. Genotipe
untuk tetua dan F1 padi hibrida terbukti konsisten dengan moderat cekaman kekeringan Ymoderat = -499.98 - 147.29 PP
seleksi fase generatif di lapangan tercekam kekeringan (Afa - 19.84 PAS - 56.30 PK + 32.39 BKAS + 1077.17 VB, b.
et al., 2012). Genotipe peka cekaman kekeringan Ypeka = -323.10 - 176.34
PP - 73.25 PAS - 54.27 PK + 19.54 BKAS + 991.48 VB.

Gambar 1. Dendrogram hasil analisis gerombol 21 genotipe padi

Identifikasi Toleransi Kekeringan Tetua..... 239


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

Pada genotipe toleran Ymoderat > Ypeka, sedangkan Ballo, M., N.S. Ai, D. Pandiangan, F.R. Mantiri. 2012.
genotipe peka Ymoderat < Ypeka. Terlihat adanya genotipe yang Respons morfologis beberapa varietas padi
memiliki toleransi toleran dan peka antara skrining di media (Oryza sativa L.) terhadap kekeringan pada fase
PEG dengan fungsi diskriminan di atas, sehingga variabel perkecambahan. J. Bioslogos. 2:88-95.
perkecambahan dengan fungsi diskriminan di atas dapat
digunakan sebagai peubah ganda untuk seleksi toleransi Bueno, C.S., M. Bucourt, N. Kobayashi, K. Inubishi, T.
cekaman kekeringan genotipe tetua padi hibrida pada fase Lafarge. 2010. Water productivity of contrasting rice
perkecambahan. Hasil pengelompokan toleransi berdasar genotypes grown under water-saving conditions in
analisis gerombol dan analisis diskriminan menunjukkan the tropics and investigation of morphological traits
konsistensi. Artinya genotipe yang satu gerombol dengan for adaptation. Agric. Water Manage. 98:241-250.
Salumpikit, Gajah Mungkur, dan Limboto terpilih sebagai
genotipe toleran simulasi cekaman kekeringan berdasarkan Boopathi, N.M., G. Swapnashri, P. Kavitha, S. Sathish, R.
fungsi diskriminan. Nithya, W. Ratnam, A. Kumar. 2013. Evaluation and
bulked segregant analysis of major yield QTL qtl
KESIMPULAN 12.1 intogressed into indigenous elite line for low
water availability under water stress. Rice Science.
Variabel persentase perkecambahan, vigor benih, 20:25-30.
panjang akar seminal, panjang kecambah, dan rasio panjang
akar seminal/kecambah dapat digunakan sebagai peubah Bouslama, M., W.T. Schapaugh. 1984. Stress tolerance in
ganda untuk menduga toleransi kekeringan genotipe soybean. I. Evaluation on three screening techniques
padi pada fase perkecambahan. Penggunaan larutan PEG for heat and drought tolerance. Crop Sci. 24:993-
6000 konsentrasi 25% pada fase perkecambahan, dapat 937.
mendeteksi galur pemulih kesuburan yaitu R 3, PK 90, dan
PK 12 serta galur mandul jantan yaitu: IR 58025B, GMJ Cairns, J.E., S.M. Impa, J.C. O’Toole, S.V.K. Jagadish, A.H.
14B, IR 80154B, dan GMJ 15B sebagai genotipe toleran Price. 2011. Influence of the soil physical environment
kekeringan setara dengan Salumpikit, Gajah Mungkur, dan on rice (Oryza sativa L.) response to drought stress
Limboto. and its implications for drought research. Field Crops
Res. 121:303-310.
UCAPAN TERIMAKASIH
Daksa, W.R., A. Ete, Adrianton. 2014. Identifikasi toleransi
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Badan kekeringan padi gogo lokal Tanangge pada berbagai
Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian RI yang telah larutan PEG. e-J. Agrotekbis. 2:114-120.
mendanai penelitian ini melalui DIPA T.A. 2015. Bapak
Iman Ridwan dan tim atas bantuan teknis pelaksanaan Fischer, R.A., R. Maurer. 1978. Drought resistance in spring
penelitian. wheat cultivars. I. Grain yield response. Aust. J.
Agric. Res. 29:897-907.
DAFTAR PUSTAKA
Golmoghani, A., K.A. Hamdollah, Y. Mehrdad, A.
Afa, L., B.S. Purwoko, A. Junaedi, O. Haridjaja, I.S. Dewi. Golamreza, G.A. Leila, G. Taregh. 2011. Evaluation
2012. Pendugaan toleransi padi hibrida terhadap of drought tolerance indices and grain yield in wheat
kekeringan dengan polyetilen glikol (PEG) 6000. J. genotypes using principal components analysis.
Agrivigor. 11:292-299. Middle-East J. Sci. Res. 8:880-884.

Afa, L., B.S. Purwoko, A. Junaedi, O. Haridjaja, I.S. Dewi. Govindaraj, M., P. Shanmugasundaram, P. Sumathi, A.R.
2013. Deteksi dini toleransi padi hibrida terhadap Muthiah. 2010. Simple, rapid and cost effective
kekeringan menggunakan PEG 6000. J. Agron. screening method for drought resistant breeding in
Indonesia 41:9-15. pearl millet. e-J. Plant Breeding. 1:590-599.

Ahmad, S., R. Ahmad, M.Y. Ashraf, M. Ashraf, E.A.Waraich. Hamayun, M., S.A. Khan, Z.K. Shinwari, A.L. Khan, N.
2009. Sunflower (Helianthus annuus L.) response to Ahmad, L. In-Jung. 2010. Effect of polyethylene
drought stress at germination and seedling growth glycol induced drought stress on physio-hormonal
stages. Pak. J. Bot. 41:647-654. attributes of soybean. Pak. J. Bot. 42:977-986.

Ashagre, H., M. Zeleke, M. Mulugeta, E. Estifanos. 2014. Jatoi, S.A., M.M. Latif, M. Arif, M. Ahson, A. Khan, S.U.
Evaluation of highland maize (Zea mays L.) cultivars Siddiqui. 2014. Comparative assesment of wheat
for polyethylene glycol (PEG) induced moisture landraces against polyethylene glicol simulated
stress tolerance at germination and seedling growth drought stress. Sci. Tech. Dev. 33:1-6.
stages. J. Plant Breed. Crop Sci. 6:77-83.

240 Yuni Widyastuti, Bambang Sapta Purwoko, dan Muhamad Yunus


J. Agron. Indonesia 44 (3) : 235 - 241 (2016)

Jiang, W., R. Lafitte. 2007. Ascertain the effect of PEG and Rice: Crop Improvement for Increased Rainfed
exogenous ABA on rice growth at germination stage Production. World Scientific Publishing and Los
and their contribution to selecting drought tolerant Banos (Philippines): International Rice Research
genotypes. Asia J. Plant Sci. 6:684-687. Institute, Singapore.

Kamoshita, A., R. Chandrababu, N.M. Boopathi, S. Fukai. Rahman, A., S. Verulkar, N. Mandal, M. Variar, V.
2008. Phenotypic and genotypic analysis of drought- Shukla, J. Dwivedi, B. Singh, O. Singh, P. Swain, A.
resistance traits for development of rice cultivars Mall, S. Robin, R. Chandrababu, A. Jain, T. Ram, S.
adapted to rainfed environments. Field Crops Res. Hittalmani, S. Haefele, Hans-Peter Piepho, A. Kumar.
109:1-23. 2012. Drought yield index to select high yielding rice
lines under different drought stress severities. Rice.
Luo, L.J. 2010. Breeding for water-saving and drought 5:1-12.
resistance rice (WDR) in China. J. Exp. Bot. 61:3509-
3517. Suardi, D. 2000. Kajian metode skrining padi tahan
kekeringan. Bul. AgroBio. 3:67-73.
Meutia, S.A., A. Anwar, I. Suliansyah. 2010. Uji toleransi
beberapa genotipe padi lokal (Oryza sativa L.) Verslues, P.E., M. Agarwal, K.S. Agarwal, J. Zhu. 2006.
Sumatera Barat terhadap cekaman kekeringan. Methods and concepts in quantifying resistance to
Jerami. 3:71-81. drought, salt and freezing, abiotic stress that affect
plant water status. Plant J. 45:523-539.
Michel, B.E., M.R. Kaufmann. 1973. The osmotic potential
of polyethylene glycol 6000. Plant Physiol. 51:914- Widoretno, W. 2011. Skrining untuk toleransi terhadap
916. stres kekeringan pada 36 varietas kedelai pada fase
perkecambahan. Berk. Penel. Hayati. 16:133-142.
Mirbahar, A.A., R. Saeed, G.S. Markhand. 2013. Effect
of polyethylene glycol-6000 on wheat (Triticum Xie, F. 2010. Priorities of IRRI hybrid rice breeding. p. 49-
aestivum L.) seed germination . Int. J. Biol. Biotech. 61. In F. Xie, B. Hardy (Eds.), Accelerating Hybrid
10:401-405. Rice Development. International Rice Research
Institute, Los Ba˜nos, Philippines.
Ouk, M., J. Basnayake, M. Tsubo, S. Fukai, K.S. Fischer, M.
Cooper, H. Nesbitt. 2006. Use of drought response Xie, X., X. Zhang, Q. He. 2013. Identification of drought
index for identification of drought tolerant genotypes resistance of rapeseed (Brassica napus L.) during
in rainfed lowland rice. Field Crops Research. 99:48- germination stage under PEG stress. J. Food, Agric.
58. Env. 11:751-756.

Pandey, S., H. Bhandari. 2008. Drought: economic costs Zhang, H., H. Wang. 2012. Evaluation of drought tolerance
and research implications. p. 3-17. In R. Serraj, from a wheat recombination inbred line population at
J. Bennett, B. Hardy (Eds.) Drought Frontiers in the early seedling growth stage. African J. Agr. Res.
7:6167-6172.

Identifikasi Toleransi Kekeringan Tetua..... 241

You might also like