You are on page 1of 9

EFEKTIVITAS TERAPI LATIHAN TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA

PASIEN STROKE

Wahyu Wijanarko1, Mhd. Ikhsan Nasution2, Dewi Agustina3,


123
Program Studi Fisioterapi, Stikes Siti Hajar
*email: wijanarkowahyu30@gmail.com
123
Stikes Siti Hajar, Medan, Indonesia

ABSTRACT
Exercise therapy is a systematic, planned physical exercise in posture or body training that
aims to restore decreased body function, prevent or increase physical activity in order to
carry out daily functional activities. Depression is a condition of feeling sad that has a
negative impact on a person's thoughts, actions, feelings and mental health, in stroke
sufferers this often occurs because of the inability to carry out functional activities. The
purpose of this study was to determine the effectiveness of exercise therapy in reducing
depression in stroke patients. The population used was all stroke patients who came to the
Physiotherapy clinic at Siti Hajar Hospital Medan. Respondents used were stroke patients
with depressive disorders as many as 24 respondents with purposive sampling technique,
quasi-experimental design with the form of one group pre-test-post test. The results of the
test analysis with the Paired T test obtained a correlation value of 0.915 which means that it
has a strong and positive relationship between before exercise therapy and after it is given.
The result of t count with a value of 7,218 and exceed the value of t table which means
significant. At the p value of the Paired T test, the results were 0.000 (<0.05) with 95%
confidence, which means that there is an effectiveness difference between before and after
the treatment is given.

Key words: stroke; depression; exercise therapy; BDI-II

PENDAHULUAN perasa), kesulitan mengendalikan buang


Menurut WHO menyebutkan bahwa air kecil.
terdapat 17 juta kasus stroke baru yang Hal tersebut diatas dapat
tercatat tiap tahunnya dan tujuh juta mengakibatkan dampak psikologis bagi
kematian yang disebabkan oleh stroke. penderita stroke yaitu berupa depresi,
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang berakibat menurunnya semangat
menunjukan peningkatan prevalensi kualitas hidupnya. Secara umum penderita
penderita stroke dari 7% menjadi 10,9%. stroke kesulitan untuk hidup secara
Stroke merupakan penyebab utama mandiri. Penderita mudah mengalami
kecacatan jangka panjang. Masalah yang perasaan yang kurang baik, hubungan
timbul akibat stroke berupa kelumpuhan dengan lingkungan keluarga ataupun
ataupun kelemahan anggota tubuhnya, hal sekitarnya terganggu, gejala fisik yang
tersebut mengakibatkan kesulitan mudah lelah ataupun terbatas yang semua
beraktivitas sehari-hari, dapat juga hal tersebut diakibatkan ketidakmampuan
mengalami gangguan sensoris (alat indera fisiknya dalam melakukan aktivitas
fungsional.

115
Penurunan hormon noradrenalin afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat
merupakan peran utama dalam itu.
mengendalikan otak dan aktivitas tubuh Penyebab terjadinya depresi
yang berkaitan dengan depresi. Salah satu diantaranya karena adanya gangguan fisik
penyebab terjadinya depresi yaitu karena yang dapat menyebabkan kehilangan
adanya gangguan fisik yang dapat kepercayaan diri. Gangguan depresi pada
menyebabkan kehilangan kepercayaan sesorang akan ditemukan adanya
diri. Pemberian terapi latihan pada pasien perubahan hormon terutama di otak.
stroke diharapkan efektif dapat Penurunan hormon noradrenalin
mengurangi tingkat depresi. Terapi latihan merupakan peran utama dalam
menurut Kisner (2012) merupakan latihan mengendalikan otak dan aktivitas tubuh
fisik yang sistematis, terencana pada yang berkaitan dengan depresi. Depresi
latihan postur atau tubuh yang bertujuan ialah suatu kondisi yang disebabkan oleh
untuk memulihkan penurunan fungsi defisiensi relatif salah satu atau beberapa
tubuh, mencegah ataupun meningkatkan aminergik neurotransmitter seperti,
aktivitas fisik agar dapat melakukan noradrenalin, serotonin, dan dopamine
aktifitas fungsianal sehari-hari, maka pada sinaps neuron di sistem saraf pusat.
dampak selanjutnya dapat memperbaiki Stroke merupakan salah satu gangguan di
respons psikologis berupa penurunan otak yang menyebabkan gangguan fisik
tingkat depresi karena penderita merasa dalam beraktivitas (Linda, 2015). Tingkat
mampu untuk meningkatkan kualitas norepinefrin dan serotonin berkaitan
hidupnya kembali melalui perbaikan dengan tingkatan depresi, hal
gerakan fisik yang dirasakannya selama menerangkan bahwa semakin rendah
mengikuti program terapi latihan. norepinefrin dan serotonin maka
Berkaitan dengan permasalahan hubungan dengan bunuh diri semakin erat
tersebut, maka Peneliti ingin mengetahui (Linda, 2015).
seberapa besar tingkat depresi yang Gejala depresi dapat dilihat dari segi
dialami oleh penderita stroke. Tujuan gambaran emosi berupa sedih atau
secara khusus dari penelitian ini adalah murung, kehilangan minat, semangat,
untuk mengetahui efektivitas dari terapi ikatan emosi berkurang. Gejala dari sisi
latihan terhadap penurunan tingkat depresi kognitif berupa perasaan tidak berharga,
pasien stroke. putus asa, konsentrasi buruk. Gambaran
Depresi merupakan keadaan gejala dari sisi lainnya berupa lesu,
emosional yang dicirikan dengan insomnia atau hipersomnia, anoreksia,
kesedihan yang mendalam, menarik diri libido terganggu. Skala pengukuran untuk
dari orang lain, tidur yg tidak teratur, membantu mengetahui tingkat depresi
kehilangan selera makan. Depresi juga seseorang yaitu menggunakan skala BDI-
disebut suatu gangguan mood yang II (Beck Depression Inventory). Skala BDI
ditandai tidak ada harapan, tidak mampu terdiri dari 21 kelompok item yang
mengambil keputusan, susah memulai menggambarkan 21 kategori sikap dan
aktivitas, tidak punya semangat hidup dan gejala depresi. Sikap dan gejala tersebut
yang paling parah adalah mencoba bunuh antara lain sedih, pesimis, merasa gagal,
diri. Depresi yang disebut juga gangguan merasa tidak puas, merasa bersalah,
mood ialah perasaan emosional internal merasa dihukum, perasaan benci pada diri
yang meresap dari seseorang dan bukan sendiri, menyalahkan diri sendiri,

116
kecenderungan bunuh diri, menangis, dihasilkan dengan tenaga atau kekuatan
mudah tersingggung, menarik diri dari dari luar tanpa adanya kontraksi otot
hubungan sosial, tidak mampu mengambil pasien, static contraction, ialah kontraksi
keputusan, merasa tidak menarik secara otot pasien namun tanpa ada gerakan sendi
fisik, tidak mampu melaksanakan yang nyata, assistive active exercise, yaitu
aktivitas, gangguan tidur, merasa lelah, suatu gerakan yang dihasilkan dari
kehilangan, selera makan, penurunan komntraksi otot yang bersangkutan/
berat badan, preokupasi somatik dan pasien, dan dalam melakukannya dibantu
kehilangan libido seks. Masing - masing oleh kekuatan dari luar atau orang lain,
kelompok item terdapat 4 pernyataan yang free active exercise, ialah gerakan yang
menggambarkan dari tidak adanya gejala dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
sampai adanya gejala yang paling berat adanya bantuan orang lain serta tanpa
(Lorraine, 2014). adanya pemberian beban, resisted active
Jumlah total keseluruhan nilai BDI- exercise merupakan gerak aktif dengan
II menunjukan tingkat depresi. Tingkatan diberi beban terhadap gerakan yang
depresi untuk populasi secara umum dilakukan oleh pasien.
dengan nilai skor 21 atau lebih dapat Stroke adalah suatu kondisi pada
dikatakan depresi. Penilaian tingkat otak dimana pasokan darah ke otak
depresidapat digolongkan menjadi empat mengalami gangguan atau berkurang
yaitu skor 0 - 9 mengalami gejala depresi akibat adanya penyumbatan atau
minimal, skor 10 - 16 mengalami depresi pecahnya pembuluh darah. Tanpa asupan
ringan, skor 17 - 29 depresi sedang, dan darah di otak maka otak tidak akan
skor 30 - 63 menunjukan depresi berat mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
(American Psychiatric Association, sehingga sel pada area yang terkena
2000). gangguan tersebut akan mengalami
Menurut Kisner 2012, bahwa terapi kematian (Mohr, 2010). Pasien yang
latihan adalah suatu program terapi yang mengalami gangguan stroke mengalami
ditujukan secara individu kepada setiap luas gerak sendi, hal ini perlu juga
pasien berdasarkan problem masalah diberikan latihan range of motion
masing-masing agar mampu melakukan (anggriani, 2018).
aktivitas fungsional secara mandiri Gejala stroke yang paling sering
ataupun mendapatkan bantuan seminimal dijumpai adalah adanya gangguan
mungkin. Latihan yang dimaksudkan kesulitan bicara, anggota badan satu sisi
adalah berupa latihan fisik pada pasien tiba-tiba sulit digerakan. Faktor resiko
baik secara mandiri maupun dengan pada penyakit stroke diantaranya usia,
bantuan/ Fisioterapis. Dilakukan secara riwayat penyakit vaskuler, hipertensi,
aktif ataupun pasif pada sendi yang ingin diabetes melitus, merokok, kolesterol
dilatih dengan waktu dan intensitas yang tinggi, dan alkoholik (David, 2012).
telah ditentukan. Stroke adalah suatu kondisi pada otak
Terapi latihan ini merupakan salah dimana pasokan darah ke otak mengalami
satu tindakan yang dalam pelaksanaannya gangguan atau berkurang akibat adanya
menggunakan gerak tubuh baik secara penyumbatan atau pecahnya pembuluh
aktif maupun pasif yang terdiri dari : darah. Tanpa asupan darah di otak maka
Passive exercise, yaitu suatu latihan sendi otak tidak akan mendapatkan asupan
yang dilakukan dengan gerakan yang oksigen dan nutrisi, sehingga sel pada area

117
yang terkena gangguan tersebut akan Latihan secara langsung yang sebelumnya
mengalami kematian (Mohr, 2010). dilakukan penilaian untuk mengetahui
Gejala stroke yang paling sering tingkat depresi sebelum intervensi.
dijumpai adalah adanya gangguan Variabel independen pada penelitian ini
kesulitan bicara, anggota badan satu sisi adalah berupa Terapi Latihan dan variabel
tiba-tiba sulit digerakan. Faktor resiko dependennya adalah tingkat depresi
pada penyakit stroke diantaranya usia, menggunakan skala BDI-II (Beck
riwayat penyakit vaskuler, hipertensi, Depression Indexs).
diabetes melitus, merokok, kolesterol Populasi yang digunakan adalah
tinggi, dan alkoholik (David, 2012). seluruh pasien stroke yang datang ke poli
Rumah Sakit Siti Hajar Medan sebagai Fisioterapi di RS Siti Hajar Medan.
salah satu rumah sakit swasta yang Sampel pada penelitian ini adalah pasien
berlokasi di jalan Jamin Ginting nomor 2 stroke yang datang ke poli Fisioterapi.
Medan merupakan rumah sakit yang salah Metode pengumpulan sampel adalah
satunya memberikan pelayanan kasus dengan purposive sampling. Kriteria
pasca stroke yang ditangani di poli inklusi dalam penelitian ini adalah yang
Fisioterapi. Jumlah kunjungan pasien di mengalami stroke, masih mengerti dan
poli Fisioterapi RS Siti Hajar tahun 2018 mampu berkomunikasi serta bersedia
sekitar 1.440 pasien, khusus pasien menjadi responden dengan
dengan gangguan neurologis seperti menandatangani surat persetujuan sebagai
stroke tahun mencapai 960 pasien. Data subjek penelitian. Kriteria eksklusi dalam
tersebut menunjukan 86,2% merupakan penelitian ini adalah pasien stroke yang
pasien gangguan neurologis yang dapat menolak dan tidak mengisi kuesioner.
mengakibatkan problem depresi. Tujuan Penentuan jumlah sampel menurut
penelitian ini adalah untuk mengetahui Nikolaus Duli (2019) jika kurang dari 100
efektivitas terapi latihan terhadap tingkat orang maka diambil semuanya dan jika
penurunan depresi pada pasien stroke. lebih dari 100 orang maka diambil sampel
antara 10-25% atau 20-25% atau lebih.
Analisa data pada penelitian ini
METODE menggunakan uji statistik parametrik
Penelitian ini merupakan penelitian dengan uji normalitas data menggunakan
kuantitatif menggunakan rancangan uji lilliefors. Analisa statistik dengan
quasi-experimental dengan bentuk one menggunakan uji paired t-test dengan
group pre test-post test. Pada penelitian hasil signifikan jika nilai p < 0,05, artinya
ini hanya terdapat satu kelompok, yaitu ada pengaruh efektivitas pemberian terapi
kelompok perlakuan sekaligus menjadi latihan terhadap penurunan tingkat depresi
kelompok kontrol. Kelompok tersebut pada pasien stroke.
dilakukan intervensi berupa Terapi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di
RS Siti Hajar Medan ini didapatkan
sampel sebanyak 24 responden.

118
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden menurut umur di Poli Fisioterapi RS Siti Hajar
tahun 2020

Responden
No. Umur (Tahun)
F %
1 40 – 49 7 29.2
2 50 – 59 12 50.0
3 60 – 69 5 20.8
Total 24 100%

distribusi frekuensi berdasar umur


Berdasarkan pada tabel 1 terbanyak yaitu pada kelompok umur 50-
menunjukan bahwa umur responden 59 tahun sebanyak 50%, sedangkan paling
bervariasi yang dikelompokan kedalam sedikit pada umur 60-69 tahun sebanyak
tiga kelompok, yaitu dari umur 40 tahun 20,8%.
sampai 49 tahun sebanyak 7 orang, dari Hasil penelitian karakteristik
umur 50 tahun sampai 59 tahun sebanyak responden menurut jenis kelamin
12 orang, dan terakhir dari umur 60 tahun didapatkan hasil pada tabel 2 berikut :
sampai 69 tahun sebanyak 5 orang. Data

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden menurut Jenis Kelamin di Poli Fisioterapi RS Siti
Hajar tahun 2020

Responden
No. Jenis Kelamin
F %
1 Pria 13 orang 54.2
2 Wanita 11 orang 45.8
Total 24 100%

Berdasarkan karakteristik responden sedangkan pada wanita sebanyak 11


menurut jenis kelamin didapatkan pria orang. Secara persentase responden pada
lebih banyak jika dibandingkan dengan pria sebesar 54.2% dan pada wanita
responden wanita. Pada responden pria sebesar 45.8%.
didapatkan responden sebanyak 13 orang,

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi dengan BDI-II sebelum


diberikan terapi latihan

Responden
No. Kategori
F %
1 Minimal 0 0%
2 Ringan 0 0%
3 Sedang 1 4.2%
4 Berat 23 95.8%

119
Total 24 100%

Berdasarkan gambaran pada tabel 3, II sebelum diberikan terapi latihan pada


menunjukan karakteristik responden kategori sedang sebanyak 4.2%. Pada
berdasarkan tingkat depresi dengan BDI- depresi berat sebanyak 95.8%.

Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan tingkat depresi dengan BDI-II sesudah


diberikan terapi latihan

Responden
No. Kategori
F %
1 Minimal 0 0%
2 Ringan 0 0%
3 Sedang 5 20.8%
4 Berat 19 79.2%
Total 24 100%

Berdasarkan gambaran pada tabel 4 latihan pada kategori sedang sebanyak


menunjukan bahwa karakteristik 20.8%. Pada depresi berat terjadi
responden berdasarkan tingkat depresi penuruan dari sebelum diberikan terapi
dengan BDI-II sesudah diberikan terapi latihan menjadi 79.2%.

Tabel 5. Hasil Uji Statistik Paired T Test Terhadap Tingkat Depresi Pasien Stroke

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Sebelum 36.75 24 4.173 .852
Sesudah 34.08 24 4.481 .915

N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum & sesudah 24 .915 .000

Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Mea Deviati Std. Error Difference Sig. (2-
n on Mean Lower Upper T Df tailed)

120
Pair Sebelum 2.66 1.810 .369 1.902 3.431 7.218 23 .000
1 - 7
sesudah

Berdasarkan tabel 5 diatas pendekatan home care holistic didapatkan


didapatkan nilai korelasi dengan hasil hasil berupa penurunan tingkat kecemasan
0.915 yang berarti memiliki hubungan dan depresi pada pasien stroke iskemik.
yang kuat dan positif antara sebelum Home care holistic adalah suatu asuhan
dilakukan terapi latihan dengan sesudah pelayanan fisik yang bertujuan membantu
diberikan. Hasil nilai t hitung didapatkan aktivitas fisiknya. Hal ini
nilai 7.218 dan melebihi dari nilai t tabel mengindikasikan bahwa latihan aktivitas
yang berarti signifikan. Pada nilai p value fisik mampu mengurangi tingkat
uji T Paired didapatkan hasil 0.000 (< kecemasan dan depresi penderita stroke.
0.05) dengan kepercayaan 95% yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
berarti ada ada efektivitas perbedaan Windya N. Vika dkk tahun 2018 tentang
antara sebelum dan sesudah diberikan hubungan status fungsional dengan
perlakuan. Hasil mean menunjukan ada tingkat depresi pada pasien stroke di
kecenderungan terjadi penurunan tingkat RSUD Jombang didapatkan hasil 58,3%
depresi setelah perlakuan yaitu sebesar mengalami depresi berat, dan 37,5%
2.667. mengalami depresi sedang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin
Efektivitas setelah pemberian terapi ketergantungan pasien status
latihan terhadap penurunan tingkat depresi fungsionalnya maka semakin tinggi
pasien stroke. Setelah diberikan terapi tingkat depresinya. Dengan adanya terapi
latihan pada reponden terjadi perubahan latihan diharapkan mampu meningkatkan
terhadap penurunan tingkat depresi. Hal kemampuan fungsionalnya sehingga
ini dapat dilihat pada tabel 4 pada depresi mengurangi ketergantungan terhadap
berat sebanyak 79.2% yang sebelumnya orang lain dan diharapkan tingkat depresi
dari 95.8%. Meskipun pada depresi berkurang. Hal serupa yang dilakukan Di
sedang terjadi peningkatan menjadi 20.8% Desa Hamparan Perak didapatkan rata
yang sebelum diberikan terapi latihan rata pasien yang mengalami stroke
masih 4.2%, hal ini disebabkan karena Pengabdian masyarakatat disebabkan oleh
terjadi penurunan pada depresi tingkat depresi yang dialaminya (Sulaiman,
berat ke tingkat sedang sehingga pada 2017).
depresi tingkat sedang mengalami Penelitian yang dilakukan oleh
penambahan persentase. Hal ini Andreany pada tahun 2013 yang
membuktikan bahwa terapi latihan dilakukannya tentang model latihan fisik
berpengaruh terhadap efektivitas dalam menurunkan tingkat depresi dengan
penurunan tingkat depresi pada pasien menggunakan BDI-II (Beck Depression
stroke. Indexs) didapatkan hasil terjadi penurunan
Hal tersebut sesuai dengan tingkat depresi yang signifikan setelah
penelitian yang dilakukan oleh Luluk dilakukan latihan fisik. Latihan fisik
Widarti dkk. tahun 2012 tentang respons bukan hanya menghasilkan aktivitas fisik
psikologis berupa kecemasan dan depresi saja tetapi dapat meningkatkan
pada pasien stroke iskemik dengan endorphine merupakan zat penekan rasa

116
sakit yang dikeluarkan oleh otak guna penyembuhan pasca stroke dalam hal
mengurangi nyeri. Meningkatnya aktivitas kemandiriannya.
endorphine juga akan memperkuat
imunitas alamiah tubuh. Hal ini secara
tidak langsung pada pasien stroke akan UCAPAN TERIMA KASIH
memperbaiki perasaan lemah (berpikiran Pertama kami ucapkan terimakasih
positif) dan semakin bersemangat untuk kepada Kemendikbud atas bantuan dana
aktivitas, sehingga hasilnya dapat bagi Peneliti Dosen Pemula tahun 2019
mengurangi depresi. pelaksanaan tahun 2020. Selanjutnya
Penelitian yang dilakukan oleh kepada RS Siti Hajar yang telah
Yoseph Cahyo dan Dwi tahun 2017 memberikan izin sebagai tempat
tentang hubungan lokasi lesi stroke non- penelitian, serta ucapan terimakasih
hemoragik dengan tingkat depresi pasca kepada Stikes Siti Hajar yang telah
stroke di RSUP Kariadi Semarang. Hasil membantu dalam penelitian ini sehingga
penelitian tersebut menerangkan bahwa dapat menyelesaikan dengan baik.
kondisi stroke non-hemoragik ataupun
hemoragik sama-sama menghasilkan DAFTAR PUSTAKA
depresi, atau yang biasa dikenal dengan
depresi pasca stroke. Johnson W. at. al. 2016. Bulletin of the
Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization:
Yovita tahun 2019 tentang hubungan Stroke: a global response is
karakteristik pasien dengan depresi pasca needed. Vol. 94 No. 9. September
stroke pada pasien dengan stroke iskemik 2016. 633-708
di Jakarta menerangankan bahwa pasien
stroke sangat berkaitan erat dengan Riskesdas. Potret sehat Indonesia.
depresi terutama yang berhubungan Publikasi tanggal 02 November
dengan usia dan pendidikan. Usia yang 2018
semakin muda dan pendidikan tinggi
sangat mudah mengalami terjadinya Carolyn Kisner and Colby. 2012.
depresi pasca stroke. Penelitian ini Therapeutic Exercise Fuondations
dilakukan pada 3 bulan pertama setelah and Techniques. 6th. FA Davis
terjadi stroke. Company. Philadelphia.

KESIMPULAN Linda Gask. 2015. The Other Side of


Berdasarkan penelitian yang telah Silence. Summersdale Publisher
dilakukan di RS Siti Hajar Medan dapat Ltd. West Sussex. UK.
disimpulkan bahwa ada efektivitas
pemberian terapi latihan terhadap Lorraine T Benuto et all. 2014. Guide to
penurunan tingkat depresi pada pasien Psycological Assessment with
stroke dengan nilai signifikan 0.000. Asians. Springer. Berlin.
Dengan diberikannya terapi latihan yang
rutin pada pasien stroke maka akan lebih David Goldberg et. al. 2010. Diagnostic
cepat menurunkan depresi dan akan issues in Depression and
mempermudah dalam proses Generalized Anxiety Disorder.

116
Virginia. American Psychiatric Anggriani, Zulkarnain, Sulaiman, Roni
Association. Gunawan. 2018. Pengaruh ROM
J.P. Mohr. 2010. Stroke: Pathophysiology, (Range of Motion) Terhadap
Diagnosis, and Management. Kekuatan Otot Ekstremitas Pada
Elsevier Saunders. Philadelphia. Pasien Stroke Non Hemoragic.
Jurnal Riset Hesti Medan Akper
David L. Mintz. 2012. Psychiatric Clinics. Kesdam I/BB Medan. Vol.3. No.
Vol.1. W.B Saunders Company. 2.https://jurnal.kesdammedan.ac.i
Philadelphia. d/index.php/jurhesti/article/view/4
6
Nikolaus Duli. 2019. Metodologi
Penelitian : Beberapa Konsep Yoseph dan Dwi. 2017. Hubungan lokasi
Dasar untuk Penulisan Skripsi & lesi stroke non-hemoragik dengan
Analisis Data dengan SPSS. tingkat
Penerbit Deepublish. Sleman. depresi pasca stroke. Jurnal Kedo
kteran Diponegoro. Vol. 6 No. 2.
Luluk Widarti dkk. 2012. Respons http://ejournal s1.undip.ac.id/inde
Psikologis dan Respons Biologis x.php/medico
pada Pasien Stroke Iskemik
dengan Pendekatan Model Home Yovita Dwi dan Hsing Mei. 2019.
Care Holistic. Jurnal Ners.Vol. 7 Hubungan Karakteristik pasien
No. 1. dengan depresi paska stroke pada
pasien dengan Stroke Iskemik di
Windya N Vika dkk. 2018. Hubungan Jakarta. Jurnal Kesehatan
Status Fungsional dengan Tingkat Saelmakers Perdana. Vol. 2 no 1.
Depresi pada Pasien Stroke di 2019.http://ojs.ukmc.ac.id/index.p
Ruang Flamboyan RSUD hp/JOH
Jombang. Jurnal Ilmu Kebidanan.
Vol. 4 No. 1 (2018) Sulaiman dan Angggriani. 2017.
Sosialisasi Pencegahan Kasus
Andreany K, dkk. 2013. Model Latihan Stroke pada Lanjut Usia Di Desa
Fisik dalam Menurunkan Tingkat Hamparan Perak Kecamatan.
Depresi pada Pasien. Jurnal Amaliah: Jurnal Pengabdian
Terpadu Ilmu Kesehatan. Jilid 3, Kepada Masyarakat. Vol. 1 No. 2.
Mei 2013 hlm 203-206 https://jurnal-
lp2m.umnaw.ac.id/index.php/AJP
KM/article/view/193

117

You might also like