You are on page 1of 11

p-ISSN : 2355-6404 │ e-ISSN : 2685-6360

Efektivitas Ekstrak
Muzuni,Etanol
Harlis, Rimpang Temulawak
W.O., & Ali, (Curcuma
U., BioWallacea xanthorrhiza
: Jurnal Roxb.)
Penelitian Biologi sebagai
(Journal of Antipiretik
Biological Research), 39
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022

Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma


xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik pada Mencit (Mus
muscullus L.) Hiperpireksia
Muzuni*1, Wa Ode Harlis1, Uhra Ali1
1
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo, Kendari, muzuni_fmipa@uho.ac.id
uhraalimuddin99@gmail.com, waodeharlis@gmail.com

*Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
Jl. H.E.A, Mokodompit, Kendari Sulawesi Tenggara, 93231, muzuni_fmipa@uho.ac.id

Diterima: 08 Mei 2022 – Disetujui: 25 Mei 2022 – Dipublikasi: 30 Mei 2022

© 2022 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari

ABSTRACT

This study aims to find out the effectiveness of ethanol extract rhizome curcuma (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) as an antipyretic in mice(Mus muscullus L.) hyperpireksia. This study is an
experimental study with the Complete Randomized Design (RAL) method. A total of 15 male mice
weighing 30-35 grams were divided into 5 treatment groups namely KN (drinking water), KP
(paracetamol), P1 (extract 3 mg/gr BB), P2 (extract 8 mg/gr BB) and P3 (extract 14 mg/gr BB).
Hyperpyreksia is obtained by inducing mice with 10% peptons. When it reaches above normal
0 0
temperatures (35.5 C - 37.0 C), it is given extracts according to the treatment group and measured its
effect at minutes 30, 60 and 90. The data was analyzed using ANOVA with α=0.05 and advanced
tests of LSD. The results showed P3 was more effective and faster at lowering body temperature,
0
compared to KN, P1 and P2. Seen in the 90th minute the body temperature squeaked P3 (35.96 C)
0 0
back to normal temperatures and closer to KP (35,76 C), after which followed by P2 (36.3 C). KN
0 0
(38,63 C) and P1 (37,63 C) are still categorized as high, as they have not returned to normal
temperatures. The results can be concluded that the ethanol extract of curcuma rhizome has
antipyretic activity.

Keywords : Antipyretic, Curcuma, Mice, Effectiveness, Hyperpireksia.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol rimpang


temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai antipiretik pada mencitMus muscullus L.)
hiperpireksia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Sebanyak 15 ekor mencit jantan berat 30-35 gram dibagi dalam 5 kelompok
perlakuan yaitu KN (air minum), KP (parasetamol), P1 (ekstrak 3 mg/gr BB), P2 (ekstrak 8 mg/gr BB)
dan P3 (ekstrak 14 mg/gr BB). Mencit hiperpireksia diperoleh dengan cara menginduksi mencit
0 0
dengan pepton 10 %. Ketika mencapai di atas suhu normal (35,5 C - 37,0 C), maka diberikan ekstrak
sesuai kelompok perlakuan dan diukur pengaruhnya pada menit ke 30, 60 dan 90. Data dianalisis
menggunakan ANOVA dengan α=0,05 dan uji lanjut LSD. Hasil penelitian menunjukkan P3 lebih
efektif dan lebih cepat menurunkan suhu tubuh mencit, dibandingkan dengan KN, P1 dan P2. Dilihat
0
pada menit ke-90 suhu tubuh mencit P3 (35,96 C) kembali ke suhu normal dan lebih mendekati KP
0 0 0 0
(35,76 C), setelah itu diikuti P2 (36,3 C). KN (38,63 C) dan P1 (37,63 C) masih dikategorikan tinggi,
karena belum kembali ke suhu normal. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol
rimpang temulawak memiliki aktivitas antipiretik.

Kata Kunci : Antipiretik, Temulawak, Mencit, Efektitivitas, Hiperpireksia.

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 40
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

PENDAHULUAN perubahan fisiologis tubuh atau keadaan


patologis yang terjadi (Zein, 2012).
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Demam merupakan respon normal tubuh
Roxb.) merupakan satu dari 19 jenis
karena adanya infeksi, infeksi
temu-temuan keluarga Zingiberaceae
mikroorganisme berupa virus, bakteri,
yang paling banyak digunakan sebagai
parasit dan jamur ( Cahyaningrum, 2016).
bahan baku obat tradisional (Mashita,
Piretik (demam) adalah kenaikan suhu
2014). Temulawak merupakan tanaman
tubuh secara abnormal yang disebabkan
asli Indonesia yang kemudian menyebar
oleh pirogen endogen dan eksogen yang
ke Malaysia, Thailand, Vietnam, Burma,
merubah set point di hipotalamus menjadi
India dan Filipina. Tanaman ini biasanya
lebih tinggi dari normal, sebagai respon
ditemukan di hutan-hutan daerah tropis.
dari invasi mikroba akibat infeksi maupun
Temulawak juga berkembang di tanah
inflamasi. Suhu tubuh normal hewan uji
tegalan sekitar pemukiman, terutama
yaitu antara 35,50C – 37,00C, hewan uji
pada tanah yang gembur sehingga
dikatakan demam apabila mengalami
rimpangnya mudah berkembang menjadi
peningkatan suhu tubuh sebesar atau
besar. Rimpang temulawak sering
lebih dari 0,60C dari suhu normal
digunakan sebagai obat-obatan
(Megantara, 2017).
tradisional karena banyak mengandung
Pengendalian dan pengontrolan
senyawa metabolit sekunder yang
demam dapat dilakukan dengan berbagai
bermanfaat bagi kesehatan (Paramita,
cara salah satunya yaitu dengan
2010).
pemberian antipiretik. Antipiretik
Rimpang temulawak mengandung
merupakan obat yang menurunkan suhu
berbagai komponen kimia seperti
tubuh pada saat demam. Antipiretik
kurkumin, pati 8-54 % dan minyak atsiri 3-
bekerja secara sentral menurunkan pusat
12 %. Kandungan kurkuminoid pada
pengatur suhu di hipotalamus, kemudian
temulawak memiliki banyak manfaat yaitu
diikuti respon fisiologis termasuk
dapat digunakan sebagai antioksidan
penurunan produksi panas, peningkatan
antikanker, hepatoprotektif, gastroprotektif
aliran darah ke kulit, serta peningkatan
dan inflamasi (Novita, et al., 2015).
pelepasan melalui kulit dengan radiasi,
Rimpang temulawak juga mengandung
konveksi dan penguapan (Cahyaningrum
senyawa fitokimia yang memiliki efek baik
dan Diannike, 2017). Obat antipiretik
bagi kesehatan antara lain alkaloid,
terdiri dari golongan parasetamol,
flavonoid, fenolik, saponin dan triterpenoid
golongan asam salisilat, golongan pirozon
(Khamidah, et al., 2017). Menurut Kalay,
dan golongan antipiretik lainnya.
et al. (2014), flavonoid memiliki berbagai
Asetaminofen (parasetamol) bekerja
macam bioaktivitas yaitu efek antipiretik,
dengan menginhibisi enzim COX
analgetik dan antiinflamasi. Kuarsetin
(siklooksigenase) yang berperan dalam
adalah turunan dari golongan flavonoid.
sintesis prostaglandin E2, sehingga set
Kuarsetin bekerja sebagai inhibitor COX
point suhu tubuh akan menurun (
(Cyclooxygenase), COX berfungsi dalam
pembentukan prostaglandin yang memicu Sintessa, et al., 2013).
peningkatan suhu tubuh yang akan Penggunaan tanaman temulawak
mengakibatkan demam. (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai
Demam merupakan salah satu pengobatan tradisional telah banyak
tanda dan gejala awal dari suatu penyakit digunakan pada penelitian-penelitian
atau kelainan pada tubuh dan dapat juga sebelumnya seperti pengujian antidiuretik,
sebagai gejala lanjutan dari suatu antihipertensi, diabetes dan efek antitukak
pada lambung (Megawati dan Yuliana,

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 41
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

2019). Penelitian yang menggunakan saringan, spatula, lumpang alu, toples


berbagai macam tanaman sebagai ukuran 2 liter, hotplate, termometer digital,
antipiretik alami telah banyak dilakukan. gelas kimia, labu ukur, pipet tetes, corong,
Namun, perbedaan dari penelitian ini rotaryevaporator, blender, spuit, pisau,
dengan penelitian-penelitian sebelumnya sarung tangan, kamera dan masker.
yaitu dari segi variasi dosis berbeda,
metode pengolahan berbeda, organ Prosedur Kerja
tanaman yang digunakan berbeda dan Penyediaan Sampel
cara menginduksikan demam pada hewan Rimpang temulawak (Curcuma
uji yang juga berbeda. xanthorrhiza Roxb.) diperoleh dari
Sejauh ini secara empiris ekstrak kawasan perkebunan di Kecamatan
rimpang temulawak (Curcuma Lasusua Kabupaten Kolaka Utara. Kondisi
xanthorrhiza Roxb.) sering digunakan lingkungan pada saat pengambilan
sebagai obat penurun demam oleh rimpang temulawak yaitu tanah di sekitar
masyarakat. Masyarakat menggunakan tanaman temulawak sedikit berair setelah
rimpang temulawak (Curcuma turun hujan. Rimpang temulawak
xanthorrhiza Roxb.) sebagai obat dipisahkan dari kulitnya lalu dibersihkan
tradisional sesuai dengan kebiasaan dengan cara dicuci dengan air mengalir.
secara turun-temurun. Oleh karena itu, Rimpang temulawak kemudian dipotong
penelitian tentangefektivitas ekstrak kecil-kecil dan dikeringkan tanpa terkena
etanol rimpang temulawak (Curcuma sinar matahari langsung, setelah itu
xanthorrhiza Roxb.) sebagai antipiretik diserbukkan dengan menggunakan
pada mencit (Mus muscullusL.) blender.
hiperpireksia dari berbagai variasi dosis
ekstrak etanol rimpang temulawak Persiapan Hewan Uji
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) perlu untuk Hewan uji yang digunakan yaitu mencit
dilakukan. (Mus muscullus L.) jantan yang sehat
sebanyak 15 ekor dengan usia ± 2 bulan
METODE PENELITIAN dengan berat badan 30-35 gram.
Waktu dan Tempat Pengelompokan mencit dilakukan dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan cara ulangan 1 diberi tanda di bagian
Mei – Juni 2021, bertempat di kepala menggunakan tinta warna hitam,
Laboratorium Zoologi dan Kandang ulangan 2 diberi tanda di bagian leher
mencit Fakultas Matematika dan Ilmu menggunakan tinta warna merah dan
Pengetahuan Alam, Universitas Halu ulangan 3 diberi tanda di bagian ekor
Oleo, Kendari. menggunakan tinta warna kuning. Mencit
diaklimasi selama 7 hari yang bertujuan
Bahan dan Alat untuk mengkondisikan hewan agar
Bahan Penelitian yang digunakan beradaptasi dengan suasana rumah
adalah rimpang temulawak (Curcuma kandang mencit dan menghilangkan
xanthorrhiza Roxb.), mencit (Mus stress.
muscullus L.), pakan mencit, air minum, Pemeliharaan mencit dilakukan di
etanol 96 %, Na-CMC 1 %, pepton, rumah kandang mencit FMIPA UHO yang
parasetamol, aquades, kertas tissue, telah dibersihkan dan dilengkapi dengan
kertas label dan kertas saring. ventilasi untuk sirkulasi udara dengan
Alat-alat yang digunakan dalam suhu ruangan berkisar 25-290C. Wadah
penelitian ini adalah timbangan analitik, hewan uji yang digunakan berupa baskom
plastik berukuran sedang yang telah diberi

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 42
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

label sesuai kelompok perlakuan dan


dilengkapi dengan penutup berupa kawat. Penentuan Dosis Ekstrak :
Wadah hewan uji diberi alas berupa 𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔𝑟 )
serbuk gergaji kayu sebagai penghangat x Dosis awal
1000
mencit. Serbuk gergaji kayu tersebut
30 𝑔𝑟
diganti sebanyak 3 kali dalam seminggu. = x 100 mg/kg BB= 3 mg/gr BB
1000
Pemberian makanan dan minuman pada
mencit dilakukan sebanyak satu kali
Keterangan :
sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.30
BB : Berat badan (gram)
WITA. Jumlah pakan yang digunakan
yaitu ± 10 gram per ekor (Mboro, et al.,
Berdasarkan penentuan dosis di atas,
2018). Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok
maka penelitian ini menggunakan variasi
perlakuan, tiap kelompok terdiri dari 3
dosis yaitu 3 mg/gr BB, 8 mg/gr BB dan
ekor mencit jantan yang ditentukan secara
14 mg/gr BB.
acak. Menurut Parawansah, et al. (2016),
mencit dipuasakan selama ± 12 jam
Pembuatan Na-CMC 1 % b/v
sebelum pengujian dan air minum tetap
Larutan stok Na-CMC (Natrium –
diberikan. Hal ini bertujuan agar
Carboxymethyl Cellulose) 1 % dibuat
memperoleh kondisi fisiologis yang sama
dengan menimbang serbuk Na-CMC
dan mengoptimalkan makanan yang
sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan
dikomsumsi sebelumnya.
ke dalam labu ukur yang berisi 50 ml
aquades panas dan didiamkan selama 30
Ekstraksi Rimpang Temulawak
menit sampai diperoleh massa
Sebanyak 500 gram serbuk rimpang
transparan, diaduk lalu diencerkan
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
dengan aquades hingga 100 ml,
yang telah kering dimasukkan ke dalam
kemudian didinginkan.
wadah maserasi, laludibasahi dengan
pelarut etanol 96 % sebanyak ± 2 liter Pembuatan Pepton 10 %
hingga semua simplisia terendam.
Larutan pepton 10 % dibuat dengan
Simplisia diaduk kemudian ditambahkan
menimbang 10 gram pepton, kemudian
kembali etanol hingga batas pelarut 2 cm
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
di atas simplisia. Wadah maserasi ditutup
tambahkan aquades sebanyak 80 ml
dan disimpan selama 2 x 24 jam di tempat
untuk melarutkan dan dicukupkan
yang terlindung dari sinar matahari.
volumenya hingga 100 ml (Aziz, et al.,
Sampel selanjutnya disaring
2013).
menggunakan kertas saring dan corong.
Pembuatan Larutan Parasetamol
Filtrat yang diperoleh kemudian Sebagai Kontrol Positif
dipekatkan menggunakan rotary
Tablet parasetamol 500 mg
evaporator dengan suhu 700C sampai
dimasukkan ke dalam mortal, lalu digerus
pelarut menguap hingga tidak ada etanol
hingga halus. Parasetamol yang telah
yang menetes lagi dan diperoleh ekstrak
halus selanjutnya ditimbang, kemudian
pekat (Isadora et al., 2016).
disuspensikan ke dalam larutan aquades
sebanyak 1 ml (Ibrahim, et al., 2014).
Penentuan Dosis Ekstrak
Dosis ekstrak ditentukan dengan
Penentuan dosis parasetamol :
menggunakan rumus sesuai dengan
penelitian antipiretik sebelumnya (Azis, et Dosis Hewan :
al., 2013; Badiaraja, 2014).

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 43
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

𝐵𝐵𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 rata-rata penyembuhan demam dilakukan


DO x FK x
𝐵𝐵𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 untuk melihat perlakuan mana yang
30 𝑔𝑟 memberikan efek penyembuhan yang
500 mg x 0,0026 mg x paling cepat.
20 𝑔𝑟

500 x 0,0026 x 1,5 =1,95 mg


Analisis Data
Keterangan : Analisis data pada penelitian ini
DO : Dosis obat (mg) menggunakan program aplikasi
DH : Dosis hewan (mg) SPSS(Statistical Product Services
FK : Faktor konversi untuk mencit (0,0026 Solution) versi 26.0. Data yang diperoleh
mg) dianalisis secara statistik one way ANOVA
BB : Berat badan (gram) dengan tingkat signifikan α = 0,05 atau
dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Perlakuan terhadap Hewan Uji Pengujian ANOVA digunakan sebagai
Mencit (Mus muscullus L.) dasar pengambilan keputusan dari suatu
diinduksi dengan pepton 10 % secara oral hipotesis. Jika ada perbedaan yang
sebanyak 1 ml/ekor. Setelah 30 menit signifikan maka dilanjutkan dengan uji
suhu rektal mencit kemudian diukur Post Hoc Tests (uji lanjut) untuk melihat
kembali. Kelompok 1 sebagai kontrol perlakuan mana yang memberi efek
negatif diberi air minum per oral. berbeda. Menurut Tapehe (2014), Uji
Kelompok 2 sebagai kontrol positif diberi lanjut dibedakan menjadi beberapa
parasetamol per oral dosis 1,95 mg yang kriteria berdasarkan koefisien keragaman
dilarutkan dalam 1 ml aquades. Kelompok data (KK), jika KK ≤ 5 % digunakan uji
3-5 diberi ekstrak etanol rimpang BNT (Beda Nyata Terkecil), Jika KK 5 –
temulawak secara oral sesuai tingkatan 10 % digunakan uji BNJ (Beda Nyata
dosis yaitu 3 mg/gr BB, 8 mg/gr BB dan Jujur) dan jika KK ≥ 10 % digunakan uji
14 mg/gr BB. Ketiga variasi dosis tersebut Duncan.
juga masing-masing dilarutkan dalam 1 ml
Na-CMC. Pemberian parasetamol dan Penyajian Data
ekstrak etanol rimpang temulawak pada Data berupa penurunan suhu
mencit dilakukan hanya satu kali. Apabila tubuh mencit (Mus muscullus L.) bersifat
dalam pemberian tersebut tidak kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel
memberikan efek penurunan, maka dan grafik.
mencit diberi kembali parasetamol dan
ekstrak etanol rimpang temulawak sampai HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan efek penurunan suhu tubuh. Hasil Rerata Penurunan Suhu Tubuh
Setelah diberi perlakuan suhu rektal Mencit
mencit kemudian diukur kembali masing- Mencit yang diberikan perlakuan
masing pada menit ke 30, 60 dan 90. dengan pemberian sediaan uji ekstrak
etanol rimpang temulawak (Curcuma
Pengamatan terhadap Hewan Uji xanthorrhiza Roxb.) secara oral
Penurunan demam diamati menunjukkan perubahan suhu yang
dengan menggunakan termometer digital berbeda-beda dan dibandingkan dengan
untuk mengukur suhu tubuh mencit perlakuan kontrol positif dan negatif. Hasil
meliputi suhu awal atau normal, suhu saat pengukuran rata-rata penurunan suhu
demam dan suhu setelah diberi perlakuan tubuh mencit yang diberi perlakuan
pada menit ke 30, 60 dan 90. Pengukuran tersebut disajikan dalam Tabel 1.

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 44
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

Tabel 1 Rata-Rata Penurunan Suhu Tubuh Mencit


Pengukuran Suhu (0C)
Kelompok Awal Induksi Menit ke- Menit ke- Menit ke- Rerata ± STD
Perlakuan 30 60 90
KN 35,8 38,23 38,36 38,5 38,63 38,49 ± 0,13b
KP 35,63 38,2 36,9 36,3 35,76 36,32 ± 0,57a
P1 35,76 38,2 38,0 37,9 37,63 37,84 ± 0,19 b
P2 35,8 38,1 37,4 36,9 36,3 36,86 ± 0,55a
P3 35,73 38,0 37,1 36,4 35,96 36,48 ± 0,57a

Keterangan : P1 : Perlakuan 1 (ekstrak etanol rimpang


Simbol huruf yang berbeda menunjukkan temulawak dosis 3 mg/gr BB)
ada perbedaan nyata (α=0,05) P2 : Perlakuan 2 (ekstrak etanol rimpang
KN : Kontrol negatif (air minum) temulawak dosis 8 mg/gr BB)
KP : Kontrol positif (parasetamol dosis P3 : Perlakuan 3 (ekstrak etanol rimpang
1,95 mg) temulawak dosis 14 mg/gr BB)

Berdasarkan Tabel 1 di atas terjadinya demam pada mencit melalui


menunjukkan bahwa kelompok kontrol reaksi tubuh, seperti mencit mengalami
negatif (diberi air minum) mengalami peningkatan rasa haus, menggigil,
peningkatan suhu tubuh setelah diinduksi peningkatan denyut jantung dan
pepton, hingga pengamatan terakhir pada mengantuk (Sujana, et al., 2021).
menit ke-90. Suhu tubuh mencit memiliki Kelompok kontrol positif (diberi
rata-rata suhu awal yaitu 35,80C dan rata- parasetamol) menunjukkan penurunan
rata suhu setelah diinduksi pepton yaitu suhu tubuh mencit setelah diberi
38,230C. Suhu tubuh mencit pada menit parasetamol. Berdasarkan Tabel1
ke-30, 60 dan 90, secara berturut-turut menunjukkan suhu tubuh mencit memiliki
mengalami peningkatan dengan rata-rata rata-rata suhu awal yaitu 35,630C dan
yaitu 38,360C, 38,50C dan 38,630C. rata-rata suhu setelah diinduksi pepton
Kondisi tersebut masih dikategorikan yaitu 38,20C. Suhu tubuh mencit setelah
demam (tidak ada perubahan yang diberi parasetamol pada menit ke-30, 60
bermakna). Kenaikan suhu tubuh tersebut dan 90, secara berturut-turut mengalami
menunjukkan lama waktu pepton penurunan dengan rata-rata yaitu 36,90C,
berpengaruh, bisa mencapai 2 jam atau 36,30C dan 35,760C. Kelompok kontrol
lebih jika tidak diberi perlakuan. Hal ini positif menunjukkan adanya penurunan
disebabkan karena pepton yang suhu yang cukup signifikan. Parasetamol
diinduksikan ke mencit bersifat pirogen lebih mampu menurunkan suhu tubuh
sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh mencit dibandingkan dengan kelompok
pada mencit. Menurut Tamsuri (2007), kontrol negatif yang hanya diberi air
demam dapat disebabkan oleh zat yang minum. Hal ini terjadi karena efek
dapat menyebabkan efek yang antipiretik parasetamol memiliki
berpengaruh terhadap pusat pengaturan mekanisme kerja yaitu menghambat kerja
suhu sehingga menyebabkan demam. enzim COX-2 (Cyclooxygenase-2) di sel
Pemberian protein berupa pepton yang endotel anterior hipotalamus pada jalur
berlebihan pada tubuh mencit dapat pembentukan prostaglandin di sistem
merubah keseimbangan protein dalam saraf pusat. Efek yang dihasilkan akibat
darah sehingga menyebabkan demam produksi prostaglandin adalah
(Samudra, 2017). Pepton menginduksi menurunkan panas tubuh (Philippot, et al.,

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 45
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

2022). Parasetamol dapat diabsorpsi dan mencit setelah diberi ekstrak pada menit
berada dalam plasma darah 30 menit ke-30, 60 dan 90, secara berturut-turut
setelah pemberian obat sehingga pada mengalami penurunan dengan rata-rata
menit ke- 30 parasetamol mulai bereaksi yaitu 37,40C, 36,90C dan 36,30C.
(Katzung, 2002). Penurunan suhu tubuh tersebut sudah
Kelompok perlakuan pertama mencapai suhu tubuh normal mencit yang
dengan dosis 3 mg/gr BB, mengalami berkisar antara 35,50C-37,00C. Penurunan
penurunan suhu tubuh mencit sangat suhu tubuh mencit pada dosis ini sudah
lambat. Berdasarkan Tabel 1 optimal dan tidak memiliki perbedaan
menunjukkan suhu tubuh mencit memiliki yang nyata secara signifikan dengan
rata-rata suhu awal yaitu 35,760C dan kontrol positif (parasetamol).
rata-rata suhu setelah diinduksi pepton Kelompok perlakuan ketiga
yaitu 38,20C. Suhu tubuh mencit setelah dengan dosis 14 mg/gr BB, mengalami
diberi ekstrak pada menit ke-30, 60 dan penurunan suhu tubuh mencit sangat
90, secara berturut-turut mengalami baik. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
penurunan dengan rata-rata yaitu 38,00C, suhu tubuh mencit memiliki rata-rata suhu
37,90C dan 37,630C. Penurunan suhu awal yaitu 35,730C dan rata-rata suhu
tubuh mencit tersebut belum optimal, setelah diinduksi pepton yaitu 38,00C.
karena masih dikategorikan tinggi dan Suhu tubuh mencit setelah diberi ekstrak
belum mencapai suhu tubuh normal pada menit ke-30, 60 dan 90, secara
mencit yang berkisar antara 35,50C- berturut-turut mengalami penurunan
37,00C. Penurunan suhu tubuh mencit dengan rata-rata yaitu 37,10C, 36,40C dan
pada dosis ini lebih baik dari kontrol 35,960C. Penurunan suhu tubuh tersebut
negatif, namun masih kurangbaik dari juga sudah mencapai suhu tubuh normal
perlakuan kontrol positif (parasetamol). mencit yang berkisar antara 35,50C-
Kelompok perlakuan kedua 37,00C. Penurunan suhu tubuh mencit
dengan dosis 8 mg/gr BB, mengalami pada dosis ini sangat optimal dan tidak
penurunan suhu tubuh mencit cukup baik. berbeda secara signifikan dengan kontrol
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan suhu positif (parasetamol), hal tersebut
tubuh mencit memiliki rata-rata suhu awal menunjukkan penurunan suhu yang lebih
yaitu 35,80C dan rata-rata suhu setelah mendekati efek penurunan suhu dari
diinduksi pepton yaitu 38,10C. Suhu tubuh kelompok kontrol positif (parasetamol).

39
38.5
38
37.5
suhu (0 C)

37 Kontrol -
36.5 Kontrol +
36
35.5 P1 (Dosis 3 mg/gr BB)
35 P2 (Dosis 8 mg/gr BB)
34.5
34 P3 (Dosis 14 mg/gr BB)
Suhu awal Suhu Suhu menit Suhu menit Suhu menit
setelah ke-30 ke-60 ke-90
diinduksi

Gambar 1. Grafik rata-rata suhu rektal mencit pada beberapa titik waktu

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 46
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

Rata-rata suhu rektal pada kelompok Grafik 1 di atas juga menunjukkan


perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. dosis 8 mg/gr BB dan dosis 14 mg/gr BB
Grafik di atas menunjukkan perlakuan mengalami penurunan suhu tubuh mencit
kontrol positif (parasetamol), dosis 3 yang optimal. Penurunan suhu tubuh
mg/gr BB, dosis 8 mg/gr BB mg dan dosis mencit pada dosis 14 mg/gr BB yang
14 mg/gr BB dari beberapa titik waktu, paling mendekati penurunan suhu tubuh
menunjukkan penurunan suhu yang lebih mencit pada kontrol positif (parasetamol),
besar dibandingkan perlakuan kontrol dapat dilihat dari rata-rata pengukuran
negatif, namun pada dosis 3 mg/gr BB suhu tubuh mencit pada menit ke-90
masih tidak mengalami penurunan suhu untuk dosis 14 mg/gr BB yaitu 35,960C
tubuh yang optimal. Hal tersebut karena mendekati kontrol positif yaitu 35,760C.
ekstrak etanol rimpang temulawak yang Dosis 14 mg/gr merupakan dosis yang
diberikan belum cukup optimal, sehingga paling maksimal pada penelitian ini,
pepton yang diinduksikan ke mencit pada sehingga penurunan suhu tubuh mencit
dosis ini sebagian masih bekerja. Menurut yang ditimbulkan lebih cepat
Ganong dan William (2002), respon tubuh dibandingkan dengan dosis 3 mg/gr BB
terhadap rangsangan yang ditimbulkan dan 8 mg/gr BB. Perlakuan ekstrak etanol
oleh pepton sebagai pirogen eksogen rimpang temulawak mampu menurunkan
yaitu monosit, makrofag dan sel-sel suhu tubuh pada mencit karena
endotel mengeluarkan suatu zat kimia mengandung senyawa aktif kuarsetin dari
yang dikenal sebagai pirogen endogen. golongan flavonoid. Menurut Robinson
Pirogen endogen (pirogen (1995), flavonoid dapat menghambat
sitokinin) terdiri dari IL-1 (Interleukin-1), enzim siklooksigenase khususnya
TNF-α (Tumor Necrosis Factor-α), IL-6 siklooksigenase-2 yang berperan dalam
(Interleukin-6) dan INF (Interferon). biosintesis prostaglandin sehingga terjadi
Pirogen endogen tersebut akan berikatan peningkatan suhu tubuh.
dengan reseptornya di hipotalamus untuk Beberapa penelitian telah
mengaktifkan fofsolipase-A2. Hal tersebut membuktikan bahwa ekstrak tanaman
menyebabkan pelepasan asam yang mengandung senyawa flavonoid
arakhidonat dari membran fosfolipid atas memiliki aktivitas antipiretik (Belangoy dan
pengaruh enzim COX-2 (Cyclooxygenase- Mariano, 2016). Ekstrak tanaman yang
2). Asam arakhidonat selanjutnya berubah mengandung derivat flavonoid seperti
menjadi PGE2 (Prostaglandin E2). pinocembrin, kaempferol dan kuarsetin
Rangsangan PGE2 secara langsung memiliki efek antipiretik dengan
melalui c-AMP (Adenosin Monofosfat menghambat mediator sitokin pirogenik
Siklik) dapat mengubah setting termostat (Abbasi, et al., 2018). Efek antipiretik
(pengatur suhu tubuh) di hipotalamus. tersebut dikuatkan dengan adanya
Hipotalamus mempertahankan suhu di temuan bahwa derivat flavonoid
titik patakan yang baru dan bukan di suhu dilaporkan mampu menghambat aktivitas
normal. Sebagai contoh, hipotalamus COX-2 (Cyclooxygenase-2) sehingga
merasa bahwa suhu normal pra demam prostaglandin juga terhambat (Ibrahim, et
sebesar 35,00C terlalu dingin, sehingga al., 2018).
titik patokan meningkat menjadi 38,00C
(Wijaya, et al., 2015).

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 47
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

Tabel 1. Uji One Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95 %


Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between 10,469 4 2,617 12,906 0,001
Groups
Within Groups 2,028 10 0,203
Total 12,496 14

Tabel 2. Uji lanjut LSD (Least Significance Different)


95% Confidence
Mean
Std. Interval
Perlakuan Kelompok Differenc Sig.
Error Lower Upper
(I) (J) e (I-J)
Bound Bound
Kontrol Kontrol Positif 2,177* 0,368 0,000 1,357 2,996
Negatif Dosis 3 mg 0,653 0,368 0,106 -0,166 1,473
Dosis 8 mg 1,630* 0,368 0,001 0,811 2,449
Dosis 14 mg 2,010* 0,368 0,000 1,191 2,829
Kontrol Kontrol Negatif -2,177* 0,368 0,000 -2,996 -1,357
*
Positif Dosis 3 mg -1,523 0,368 0,002 -2,343 -0,704
Dosis 8 mg -0,547 0,368 0,168 -1,366 0,273
Dosis 14 mg -0,167 0,368 0,660 -0,986 0,653
Dosis Kontrol Negatif -0,653 0,368 0,106 -1,473 0,166
3 mg Kontrol Positif 1,523* 0,368 0,002 0,704 2,343
Dosis 8 mg 0,977* 0,368 0,024 0,157 1,796
*
Dosis 14 mg 1,357 0,368 0,004 0,537 2,176
Dosis Kontrol Negatif -1,630* 0,368 0,001 -2,449 -0,811
8 mg Kontrol Positif 0,547 0,368 0,168 -0,273 1,366
Dosis 3 mg -0,977* 0,368 0,024 -1,796 -0,157
Dosis 14 mg 0,380 0,368 0,326 -0,439 1,199
Dosis Kontrol Negatif -2,010* 0,368 0,000 -2,829 -1,191
14 mg Kontrol Positif 0,167 0,368 0,660 -0,653 0,986
*
Dosis 3 mg -1,357 0,368 0,004 -2,176 -0,537
Dosis 8 mg -0,380 0,368 0,326 -1,199 0,439
* Perbedaan rata-rata yang signifikan pada level 0,05

Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji LSD (Least Significance


dengan menggunakan uji One Way Different) (Tabel 2).
ANOVA pada taraf kepercayaan 95 % Berdasarkan hasil analisis uji
(Tabel 1) menunjukkan bahwa nilai lanjut LSD menunjukkan bahwa
signifikan p < 0,05 yaitu sebesar p = perubahan suhu tubuh mencit pada
0,001 yang berarti bahwa terdapat kontrol negatif sangat berbeda signifikan
perbedaan yang signifikan pada lima dengan kontrol positif, dosis 8 mg/gr BB
kelompok yang diuji. Hal ini menunjukkan dan dosis 14 mg/gr BB. Kontrol negatif
bahwa pemberian ekstrak etanol rimpang dengan dosis 3 mg/gr BB tidak berbeda
temulawak dengan dosis yang berbeda signifikan, hal tersebut berarti bahwa
terbukti berpengaruh sangat signifikan dosis 3 mg/gr BB memberikan efek yang
terhadap penurunan suhu tubuh mencit. relatif sama dengan kontrol negatif. Dosis
Untuk mengetahui lebih rinci pada 8 mg/gr BB dan dosis 14 mg/gr BB tidak
kelompok mana saja perbedaan tersebut berbeda signifikan dengan kontrol positif.
terjadi, pengujian dilanjutkan dengan Hal ini menunjukkan bahwa dosis 8 mg/gr
BB dan dosis 14 mg/gr BB memberikan

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 48
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

efek yang sama dengan kontrol positif Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan.
dalam menurunkan suhu tubuh mencit. 15(2): 66.
Ganong dan William, F. 2002. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
KESIMPULAN EGC.
Estrak etanol rimpang temulawak Ibrahim, N., Yusriadi dan Ihwan. 2014. Uji
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) efektif Efek Antipiretik Kombinasi Ekstrak
sebagai antipiretik. Dosis 8 mg/gr BB dan Etanol Herba Sambiloto
dosis 14 mg/gr BB menghasilkan efek (Andrographis paniculata Burnm.F.
yang relatif sama dengan kontrol positif Nees) dan Ekstrak Etanol Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
(parasetamol). Dosis 14 mg/gr BB paling
L.) pada Tikus Putih Jantan
optimal menurunkan suhu tubuh mencit, (Rattus novergicus). Journal of
karena rata-rata pengukuran suhu tubuh Natural Science. 3(3): 26.
mencit pada menit ke-90 untuk dosis 14 Ibrahim, S.R.M., Mohamed, G.A., Alshali,
mg/gr BB yaitu 35,960C mendekati kontrol K.Z., Al Haidari, R.A., El-Kholy,
positif yaitu 35,760C. Dosis 3 mg/gr BB A.A., Zayed, M.F.
memberikan efek yang tidak optimal 2018. Lipoxygenase inhibitors
flavonoids from Cyperus rotundus
dalam menurunkan suhu tubuh mencit
aerial parts. Revista Brasileira de
dengan yang relatif sama dengan kontrol Farmacognosia. Rev. bras.
negatif. farmacogn. 28(3): 320-324.
Kalay, S., Widdhi, B. dan Paulina, V.Y.Y.
DAFTAR PUSTAKA 2014. Uji Efek Antipiretik Ekstrak
Etanol Daun Prasman (Eupatorium
Abbasi, W.M.S., Ahmad, S., Perveen, S. triplinerve Vahl.) pada Tikus
and Rehman, T. 2018. Preliminary Jantan Galur Wistar (Rattus
Phytochemical Analysis and In novergicus L.) yang Diinduksi
Vivo Evaluation of Antipyretic Vaksin DTP HB. Jurnal Ilmiah
Effecs of Hydro-methanolic Farmasi. 3(3): 183.
Extract of Cleome scaposa Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar
Leaves. Journal of Traditional and dan Klinik. Edisi VIII. Salemba
Complementary Medicine. 8(1): Medika. Jakarta.
147-149. Khamidah, A., Sri, S.A. dan Tri, S. 2017.
Azis, A., Temarwut, F.F. dan Bien, Y.I. Ragam Produk Olahan
2013. Uji Efek Antipiretik Ekstrak Temulawak untuk Mendukung
Daun Pule (Alstonia scholaris Keanekaragaman Pangan. Jurnal
R.BR) pada Mencit (Mus Litbang Pertanian. 36(1): 2.
muscullus L.). Jurnal e-Biomedik. Mashita, A.R. 2014. Efek Antimikroba
10(2): 1-8. Ekstrak Rimpang Temulawak
Belangoy, K.P. dan Mariano, F.I. 2016. (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Antipyretic Actvity of Moringa terhadap Pertumbuhan
oleifera Leaf Extract in Albino rats. Staphylococcus aureus. Jurnal
Researcgeta. Cebu Phlippines : Efek Antimikroba Ekstrak Rimpang
University of San Carlos. Temulawak. 10(2): 139.
Cahyaningrum, E.D. 2016. Mboro, Y.M., Dima, A.O.M. and Ati, V.M.
Penatalaksanaan anak demam 2018. Profile of Growth and
oleh orang tua di Puskesmas Percentage of Organ Weight
Kembaran I banyumas. Viva Internal Mice (Mus muscullus L.)
Medika. 9(17): 44-53. Male Giving Moringa Leaf Extract
Cahyaningrum, E.D. dan Diannike, P. (Moringa oleifera Lank.). Jurnal
2017. Perbedaan Suhu Tubuh Biotropikal Sains. 15(1): 60.
Anak Demam Sebelum dan Megantara, A.M. 2017. Pemahaman
Setelah Kompres Bawang Merah. Masyarakat Mengenai Demam.
Jurnal Medicine. 2(2): 2.

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022
Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) sebagai Antipiretik 49
pada Mencit (Mus muscullus L.) Hiperpireksia

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Robinson, T. 1995. Kandungan Organik


Senyawa dan Identifikasi Senyawa Tumbuhan Tinggi. Edisi 6.
Aktif. Jurnal Kesehatan. 7(2): 362. Bandung : Penerbit ITB : 191.
Mutia, V. dan Rasmi, Z.O. 2017. Samudra, A.G. 2017. Efektifitas Antipiretik
Efektivitas Daun Jarak Kepyar Ekstrak Etanol Daun Tapak Dara
(Ricinus communis L.) sebagai (Catharantus roseus) pada Mencit
Antipiretik. Jurnal Majority.7(1): 38. (Mus musculus L.), Jurnal
Novita, R., Laksmi, A., Syamsul, F., Farmasi, 1(1): 13.
Waras, N. dan Latifah, K.D. 2015. Sintessa, S., Soemarko, H.M., Suprapti,
Aktivitas Antiinflamsi L., dan Hernawan, I. 2013.
Nanokurkuminoid Temulawak Hambatan Prostaglandin pada
Tersalut Asam Palminat pada Pemberian OAINS dan Non-
Tikus Sprague dawley. Jurnal Curr OAINS Pasca Pemakaian Alat
Biochem. 2(2): 75. Ortodontik. J. Exp. Life Sci., 3(2):
Paramita, M. 2010. Pemanfaatan 65-75.
Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Sujana, D., Hasyim, D.M., Ramdani, H.T.,
Teknologi Pertanian. 2(1): 12. Fadilah, S.N., Yuliasari, S.,
Parawansah, Wahyuni dan Zakiyatul, M. Arismawati, M. 2021. Efek
2016. Uji Efek Antipiretik dan antipiretik dari perasan, infusa,
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Buah dan dekokta kunyit (Curcuma
Pare (Momordica charantia L.) domestica Val.) pada mencit yang
terhadap Mencit Jantan. Jurnal diinduksi larutan pepton. PHARMA
Farmakologi. 4(1): 310. XPLORE. 6(2): 27-35.
Philippot, G., Hosseini, K., Yakub, Wijaya, L., Saleh, I., Theodorus , dan
A., Mhajar, Y., Hamid, M., Salni. 2015. Efek Antiinflamasi
Buratovic, S. and Fredriksson, R. Fraksi Daun Andong (Cordyline
2022. Paracetamol Fruticosa L) Pada Tikus Putih
(Acetaminophen) and its Effect on Jantan (Rattus Norvegicus) Galur
the Developing Mouse Brain. Spraque Dawley. Biomedical
Front. Toxicol. 4:867748 Journal of Indonesia, 1(1): 16-24.
Megawati, A. dan Yuliana, S. 2019. Uji Tamsuri. 2007. Tanda – Tanda Vital Suhu
Efek Ekstrak Etanol Rimpang Tubuh. Jakarta : EGC Buku
Temulawak (Curcuma Kedokteran.
xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Tapehe, Y. 2014. Statistika dan
Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Rancangan Percobaan. EGC.
Wistar yang Diinduksi Potasium Jakarta.
Oksonat Secara In Vivo. Cendekia Zein, U. 2012. Buku Saku Demam. USU
Journal of Pharmacy, 3(2): 85-95. Press. Medan.

Muzuni, dkk., BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research), Vol. 9 (1), Hal. : 39-49, Mei 2022

You might also like