You are on page 1of 10

KAJIAN KRITIS PENGGUNAAN UU TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK

MENANGANI TINDAK PIDANA PERBANKAN

Hartiwiningsih
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
hartiwi50@yahoo.com

Abstract
This research aims to depth evaluate about Corruption Eradication Act that is used to handle banking
crimes either in government or private banks including felony and misuse authority in other banking sec-
tors. Besides that, it is also to find kind of efforts that need to be executed in overcome infraction and
felony that happen in banks (private or government) referred to Act Number 10 of 1998. This research
method uses normative legal approach and sociological legal approach, and it is shown in diagnostic and
prescriptive shapes. The data uses primary and secondary data that in primary data is acquired by having
depth interview and in secondary data is obtained by having literature study. The data analysis uses tech-
nique of interactive analysis and the result shows that the reason of Corruption Act is utilized in finishing
banking crime cases and liability system by using strict liability and vicourius liability in proving institution’s
mistakes are diversion liability and flawless liability. The liability principle in Corruption Act is vast in the
same manner as stated in Article 20 Act Number 31 jo Act Number 21 of 2001, that are sanction pro-
nouncement system in Corruption Act is flexible and varied counterattraction punishment; responsibility for
the doer either in trial, assistance, and wicked conciliation; reversed authentication. Kind of efforts that
should be done in taking in hand of banking infraction and felony are broaden criminal action forms; type
of sanction and liability. Banking crimes are extraordinary crimes so there shall be reversed authentication
to support easier authentication. Revised upon Act Number 10 of 1998 are from aspect of criminalization
action, type of sanction, corporate’s liability and reversed authentication in order to effective Banking Act
implementation and ward off banking infraction and felony either in private or government bank.
Key words: banking crimes, corruption crimes.

Abstrak
Tujuan penelitian mengkaji secara mendalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
untuk menangani tindak pidana bidang perbankan baik yang terjadi di Bank BUMN maupun swasta, serta
penyalahgunaan wewenang dan kejahatan perbankan yang lain. Selain itu akan dikaji upaya-upaya yang
seharusnya dilakukan agar UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mampu mengatasi kejahatan dan
pelanggaran yang terjadi di Bank BUMN maupun Bank Swasta dan kejahatan di bidang perbankan lainnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan ialah \endekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Bentuk
penelitian ini adalah diagnostik dan preskriptip Data berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara wawancara mendalam, data sekunder diperolah melaui studi kepustakaan. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan Undang-
Undang TIPIKOR digunakan untuk menyelesaiakan kasus-kasus tindak pidana perbankan, sistem
pertanggungjawaban untuk membuktikan adanya kesalahan pada badan hukum menggunakan konsep
strict liability dan vicourius liability, yaitu sistem pertanggungjawaban tanpa kesalahan dan pengalihan
pertanggungjawaban. Prinsip pertanggungjawaban dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sangat
luas sebagaimana diatur dalam Pasal 20 UU No.31 Jo UU No.21 Tahu 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Sistem penjatuhan sanksi dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sangat fleksibel, jenis pidana
tambahan sangat variatif. Diaturnya beban tanggungjawab bagi si pembuat percobaan, pembantuan dan
permufakatan jahat dalam tindak pidana korupsi. Diaturnya beban pembuktian terbalik. Upaya yang harus
dilakukan agar UU No.10 Tahun 1998 dapat mengatasi kejahatan dan pelanggaran di bidang perbankan
yaitu, memperluas formulasi perbuatan pidna, jenis sanksi dan pertanggungjawaban pidana. Mengingat
kejahatan di bidang perbankan merupakan exstra ordinary crimes, maka untuk memudahkan pembuktian
harus diterapkan sistem pembuktian terbalik. Saran harus dilakukan perubahan/revisi terhadap substansi
UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, baik dari aspek kriminalisasi perbuatan, jenis sanksi, sistem
pertanggungjawaban terhadap korporasi, dan sistem pembuktian terbalik, agar Undang-Undang Perbankan
dapat diterapkan secara efektif, dan dapat menanggulangi kejahatan dan pelanggaran perbankan baik yang
terjadi di bank BUMN maupu bank swasta dan kejahatan perbankan lainnya.
Kata kunci : Tindak Pidana Perbankan, Tindak Pidana Korupsi

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 15
A. Pendahuluan fleksibel bisa dikenakan uu tindak piadana korupsi
Peranan perbankan dalam perekonomian In- dan bisa uu perbankan sehingga orang sangat kuatir
donesia s angat besar. Sebagai lem baga terhadap resiko korupsi. Permasalahannya adalah,
intermediasi, perbankan mampu mengatur dan pertama, mengapa Undang-Undang Pemberantasan
mengelola lalu lintas dan transaksi keuangan Tindak Pidana Korupsi digunakan untuk menangani
secara cepat dibandingkan dengan lembaga tindak pidana di bidang perbankan baik yang terjadi
keuangan lainnya. Oleh karena itu jumlah dana yang di Bank BUMN maupun Swasta, dan kejahatan di
dikelola oleh perbankan tidak sedikit, resiko yang bidang perbankan yang lain? Kedua, upaya-upaya
dihadapi olehnya pun sangat besar, baik resiko apa yang seharusnya dilakukan agar UU No. 10
hukum, likuiditas, managemen dan sebagainya. Dari Tahun 1998 tentang Perbankan, mampu mengatasi
sisi hukum resiko yang dihadapi adalah pelanggaran kejahatan dan pelanggaran baik yang terjadi di
terjadinya tindak pidana di bidang perbankan oleh Bank BUMN maupun Swasta dan kejahatan di
para bankir dan steakholder terkait. Resiko ini jelas bidang perbankan lainnya?.
ada mengingat secara keseluruhan uang yang
dititipkan nasabah sangat besar. Berbagai kasus B. Metode Penelitian
penyimpangan, penyalahgunaan dana nasabah Metode penelitian menggunakan pendekatan
banyak terjadi, seperti kasus bank century yang yuridis normatif dan pedekatan yuridis sosiologis.
sampai hari ini belum selesai, kasus Bank Global, Yuridis normatif karena yang akan dikaji adalah
kasus Bank Mandiri dimana ECW Neloe Direktur peraturan perundang-undangan di bidang perbankan.
Bank Mandiri dan para pelaku dituntut dengan Pendekatan yuridis sosiologis adalah hukum disini
menggunakan UU Tindak Pidana Korupsi. bukan dikonsepkan sebagi rules tetapi sebagai
Peranan yang begitu besar ternyata berdam- regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-
pak pada munculnya berbagai penyimpangan baik hari atau dalam alam pengalaman. Disini hukum
yang dilakukan oleh pejabat bank, m aupun adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan interaksi
masyarakat pengguna bank. Kondisi ini tentunya manusia secara aktual dan potensial akan terpola.
m em butuhkan satu penanganan yang baik, Karena setiap perilaku atau aksi itu merupakan
komprehensif, cepat, dan memberikan rasa keadilan suatu realita sosial yang terjadi dalam alam
kepada masyarakat. Ini semua dapat terwujud bila pengalaman indrawi dan empiris, maka setiap
peraturan perundang-undangan yang mengatur penelitian yang mendasarkan atau mengkonsepkan
m asalah perbank an baik , aparat penegak hukum sebagai tingkah laku atau perilaku dan aksi
huk um nya berk ualitas , k es adaran huk um disebut sebagai penelitian sosia (hukum), atau
masyarakat juga harus baik. Namun melihat penelitian yang non doktrinal. Bentuk penelitian ini
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini yaitu begitu adalah diagnostik dan preskriptif. Data yang
banyaknya kejahatan dan pelanggaran di bidang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder.
perbankan yang tidak dapat ditangani secara Data primer diperoleh dengan cara wawancara
maksimal menunjukan bahwa penegakan hukum mendalam data sekunder diperolah melaui studi
di bidang perbankan belum berjalan baik/maksimal. kepustak aan. Setelah data diperoleh m aka
Masalah tindak pidana di bidang perbankan dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik
sudah diatur secara lengkap dalam UU NO. 10 analisis interaktif.
Tahun 1998 tentang Perbankan. Namun yang
menjadi persoalan banyak kasus perbankan yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dik at agorik an s ebagai k as us bis nis m urni 1. Diskripsi Umum Tentang Perbankan
diselesaikan dengan menggunakan uu tindak Dunia perbankan mengalami perkem-
pidana korupsi yang ternyata dalam pelak- bangan yang sangat pesat setelah pemerintah
sanaannya banyak hambatan dan tidak maksimal. m engeluarkan deregulasi dalam bidang
Sehingga tidak tepat kiranya menggunakan uu ekonomi yang salah satunya adalah ke-
tindak pidana korupsi dalam menangani tindak mudahan dalam mendirikan bank, dengan
pidana perbankan, meskipun dimungkinkan kasus persyaratan yang mudah menyebabkan orang
perbankan diselesaikan dengan menggunakan uu dengan m udah dapat m endirikan Bank.
tindak pidana k orups i, nam un didalam Dampak dari deregulasi dan debirokratisasi
implementsinya banyak mengalami hambatan dalam bidang perbank an di s am ping
seperti melanggar azas concursus, mandulnya uu memberikan keuntungan/kebaikan terdapat
perbankan karena tidak pernah diterapkan, pula dampak negatif yaitu perkembangan
menimbulkan kebingungan dan keraguan aparat kejahatan ekonomi khususnya kejahatan
penegakan hukum pada saat hendak menegakan perbankan baik bank sebagi korban maupun
tindak pidana perbankan, dan berdampak buruk bagi bank sebagai pelak u k ejahatan t erus
industri jasa perbankan karena aturan terlalu meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 16
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, c. Penyidikan kejahatan di bidang perbankan
tidak merumuskan tentang pengertian tidak adalah c uk up sulit k arena s elain
pidana perbankan. Undang-undang ini hanya diperlukan tambahan kemampuan dari
mengklasifikasikan beberapa perbuatan yang penyidik annya berupa pengetahuan
termasuk kedalam kejahatan dan sebagai mengenai tehnis perbankan, perundang-
pelanggaran. Tindak pidana perbankan adalah undangan khusus di bidang perbankan,
segala jenis perbuatan melanggar hukum yang juga kasusnya sendiri sering melibatkan
berhubungan dengan k egiatan dalam bukan saja pelaku-pelaku yang berdomisili
menjalankan usaha bank, baik bank sebagai di luar negeri tetapi juga mempergunakan
sasaran m aupun bank sebagai sarana. bank-bank di luar negeri sebagai bank
Sedangk an t indak pidana per bank an penam pung has il k ejahatan yang
merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh dilak uk an d i Indonesia, k hu susn ya
bank. Kejahatan perbankan akan ditindak Jakarta
melalui ketentuan pidana yang diatur dalam
undang-undang perbank an, sedangk an 3. Diskrip si Tindak Pidana Perbankan
kejahatan di bidang perbankan ditindak melalui merupakan WCC dan Dampaknya
undang-undang di luar undang-undang Korupsi adalah segala macam yang tidak
perbankan. (Edi setiadi 2010: 139-141) baik, seperti yang dikatakan Andi Hamzah
sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Perbankan ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
Secara sederhana bisa dirumuskan bahwa penyimpangan dari kesuciaan, kata-kata yang
tindak pidana perbankan adalah jenis perbuatan menghina atau memfitnah. (Adami Chazawi
melanggar hukum yang berhubungan dengan 2000 :2). Dalam realitasnya banyak kasus
kegiatan menjalankan usaha bank baik bank perbank an yang dis elesaik an dengan
sebagai sasaran m aupun bank sebagai menggunakan tindak pidana korupsi. Contoh
serana. Menurut UUNo. 10 Tahun 1998 tentang tindak pidana di bidang perbankan yang
perbankan, klasifikasi tindak pidana perbankan berindikasi tindak pidana korupsi : misalnya
adalah tindak pidana yang berkaitan dengan kasus-kasus tindak pidana di bidang perbankan
perijinan Pasal 16 jo Pasal 16, tindak pidana yang terjadi pada Bank Umum Milik Negara,
yang berkaitan dengan rahasia bank Pasal 40 misal rekayasa pemberian fasilitas L/C dalam
sampai dengan Pasal 47A, tindak pidana yang rangka pembiayaan ekspor yang sebenarnya
berkaitan dengan pengawasan bank oleh Bank tidak ada barang yang diekspor. Selanjutnya
Indonesia Pasal 29, 30 dan 48, tindak pidana kasus-kasus tindak pidana di bidang perbankan
yang berkaitan dengan kegiatan usaha bank yang terjadi pada bank yang tidak memenuhi
Pasal 49 ayat 1 dan 2, tindak pidana yang syarat penjaminan diubah menjadi deposito
terkait dengan pemegang saham Pasal 50 A atas nama pihak ketiga (Wahyuni Bahar 2007
(Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang : 17)
Perbankan ). Tindak pidana perbankan term asuk
Pentingnya mengkaji kejahatan perbankan katagori tindak pidana ekonomi, karena
antara lain: dampak dari kejahatn ini luar biasa, dapat
a. Lembaga perbankan sebagai prasarana menimbukan kerugian negara yang besar(
institusional dan agent of development Supanto 2010 : 1) selanjutnya tindak pidana
mempunyai peranan dan posisi yang dibidang ekonomi ini disebut sebagai kejahatan
sangat vital dan str ategis dalam k erah putih (white collar crimes)
pem bangunan ek onom i. D alam (Chatamarrasjid 2009 : 158). Tindak pidana
kedudukannya yang demikian, perbankan dibidang ekonomi atau kejahatan ekonomi
menjadi sentral dan urat nadi dari pada adalah suatu tindak pidana yang mempunyai
m ek anis m e f low of m oney yang motif ekonomi dan lazimnya dilakukan oleh
menggerakkan kegiatan ekonomi. orang-orang yang mempunyai kemampuan
b. Kejahatan di bidang perbankan secara intelektual dan mempunyai posisi penting di
kwalitatif menunjukkan tendensi yang dalam masyarakat atau pekerjaannya. Secara
meningkat/berkembang sehingga sudah umum tindak pidana ekonomi adalah tindakan
barang tentu m erupak an ancam an, melanggar hukum yang dilakukan karena atau
ham bat an dan gangguan terh adap untuk motif motif ekonomi.
kehidupan perbankan pada khususnya Conklin merumuskan dan mengiden-
dan terhadap pembangunan ekonomi tifikasikan unsur-unsurnya sebagai berikut:
pada umumnya.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 17
a. Suatu pekerjaan melawan hukum yang Sehubungan dengan itu, Susanto dalam
diancam pidana bukunya yang berjudul Kejahatan Korporasi
b. Yang dilakukan oleh seseorang atau menulis bahwa:
korporasi didalam pekerjaannya yang sah a. Ada korporasi yang didirikan secara legal
atau didalam pencarian/usahanya di dengan tujuan legal pula, namun dalam
bidang industri atau perdagangan kejahatan aktivitasnya mungkin terpaksa
c. Untuk tujuan memperoleh uang atau atau terdorong untuk menjalankan suatu
kekayaan, menghindari pembayaran uang kegiatan yang kemudian dikualifikasikan
atau menghindari kehilangan/kerugian sebagai kejahatan korporasi.
kekayaan, memperoleh keuntungan bisnis b. Ada pula korporasi yang tampak didirikan
atau keuntungan pribadi (Chatamarrasjid secara legal, padahal dinding luarnya saja
2009 : 160) ya ng legal, t ujuann ya m elak uk an
Adapun bentuk dari dari pelanggaran kejahatan sehingga sejak semula, muatan
ekonomi tersebut, yaitu antara lain: gdan kegiatannya bersifat ilegal yang
a. Pelanggaran penghindaran pajak ditutupi oleh dinding korporasi yang legal.
b. Penipuan, atau kecurangan di bidang Karena kejahatan di bidang perbankan
perkreditan masuk dalam katagori kejahatan ekonomi,
c. Penggelapan dana-dana masyarakat (em- maka kejahatan ini masuk dalm katagori
bezzlement of public funds ), dan kejahatan korporasi, masuk juga dalam
penyelewengan-penyelewengan dana- jaringan kejahatan internasional karena
dana masyarakat (misappropriation of dampak dari kejahatan ini bukan hanya regional
public funds) dan bahkan nasional bahkan internasional.
d. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan Sebelum membahas mengenai tindak
keuangan atau violation of currency regu- pidana di bidang perbankan perlu dikemukakan
lations. m engenai pengertian dan hal-hal yang
e. Spekulasi dan penipuan dalam transaksi berhubungan dengan hukum pidana, tindak
tanah (speculation and swindling in land pidana, dan tindak pidana ekonomi secara
transactions), penyelundupan (smuggling) umum. Hukum pidana adalah hukum publik.
Tindak pidana menurut Moelyatno, perbuatan
f. Delik-delik lingkungan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
g. Menaikkan harga (over pricing) serta larangan mana disertai ancaman sanksi yang
melebihi harga faktur (over invoicing) juga
berupa pidana tertentu bagi barang siapa
mengekspor dan mengimpor barang-
m elanggar larangan tersebut. Menurut
barang di bawah standar dan bahkan hasil-
pandangan para doktrina, pada asasnya
hasil produksi yang membahayakan (ex-
ketentuan hukum pidana dapat diklasifikasikan
port and import of substandard and even
menjadi Hukum Pidana Umum (ius commune)
dangerously unsafe products)
dan Hukum Pidana Khusus (ius singulare, ius
h. Eksploitasi tenaga kerja (labour exploita- speciale atau bijzonder strafrecht). Ketentuan
tion) Hukum Pidana Umum dimaksudkan berlaku
i. Penipuan konsumen (consumer fraud) secara umum seperti termaktub dalam KUHP,
Adapun St even Box m em bedak an sedangkan ketentuan Hukum Pidana Khusus,
kejahatan korporasi dalam dua tipe, yaitu (Arief menurut Pompe, A. Nolten, Sudarto dan E.Y.
Amrullah, 2004 : 41); Kanter diartikan sebagai ketentuan hukum
a. Crime for corporation (corporate crime): pidana yang mengatur mengenai kekhususan
kejahatan yang dilakukan oleh korporasi subyek nya dan perbuatan yang khusus
untuk mencapai tujuan korporasi berupa (bijzonderlijk feiten)
perolehan keuntungan untuk kepentingan Tindak pidana korupsi merupakan salah
korporasi, atau dengan kata lain, corpo- satu bagian dari hukum pidana khusus di
rate crime is clearly committed for the samping mempunyai spesifikasi tertentu yang
corporate and not against it. berbeda dengan hukum pidana umum, seperti
b . Crime against corporation (employee adanya penyimpangan hukum acara serta
crime): kejahatan terhadap korporasi, apabila ditinjau dari materi yang diatur. Karena
m isalnya seorang be nda hara ya ng itu, tindak pidana korupsi secara langsung
mencuri uang korporasi. Dalam hal ini maupun tidak langsung dimaksudkan menekan
yang menjadi sasaran kejahatan yakni seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan
korporasi sehingga korporasi yang menjadi penyim pangan terhadap keuangan dan
korban. perekonomian negara. Dengan diantisipasi

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 18
sedini dan seminimal mungkin penyimpangan nampaknya tidaklah mudah. Sudah berkali-kali
tersebut, diharapkan roda perekonomian dan dilakuka perubahan terhadap berbagai produk
pembangunan dapat dilaksanakan seba- legalisasi baik Undang-undang tentang
gaimana mestinya sehingga lambat laun akan perbankan tentang Bank Indonesia, tentang
m embawa dam pak adanya peningkatan Pem berantasan Tindak Pidana Korupsi,
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat tentang Pencucian Uang (Money Laundering)
pada umumnya (Lilik Mulyadi, 2007:2) . dan Undang-undang Lalu lintas Devisa,
Memang ada perbuatan-perbuatan hukum walaupun m em uat s ank si yang t ajam
yang secara khusus mengganggu kelancaran nampaknya belum dapat menurunkan tingkat
pelaksanaan usaha-usaha perbankan melayani kejahatan perbankan (crime rate) di Indonesia.
bidang kegiatan perekonmian dan keuangan. (Marwan Effendy, 2012:3)
Karena itu, hukum pidana harus memberikan Fenomena ini seharusnya menyadarkan
perlindungan terhadap korban perbuatan kita, sejauh mana efek dari pidana atau
tersebut. Meskipun ketentuan-ketentuan ancaman pidana terhadap tujuan pemidanaan?
hukum pidana dalam hal ini masih terbatas, Secara tradisional oleh Sudarto dikatakan
tetapi kita memang dapat mengidentifisir suatu sebagai prevensi special dan prevensi general,
jenis tindak pidana (kejahatan) di bidang oleh Hulsman disebut sebagai penyelesaian
perbankan yang dapat kita masukkan dalam konflik dan Hoefnagels menyebutnya sebagai
kategori tindak pidana (kejahatan) ekonomi. mendatangkan damai. Maraknya perkara
Dengan dem ik ian k ejahat an di bidang tindak pidana perbankan yang diajukan ke
perbankan ini, sebagai suatu bentuk “perbuatan pengadilan akhir-ak hir ini m enim bulkan
yang m elanggar per atur an pe runda ng- pertanyaan, apakah fungsi pidana sebagai pre-
undangan dalam bidang perekonomian dan m ium rem edium did alam penyelesaian
bid ang k e ua nga n”, adalah bagian dari m asalah perbank an m asih dapat
kejahatan ekonomi. dipertahankan, lebih-lebih bila dihubungkan
Sebagaimana diketahui, peranan bank dengan tujuan pemidanaan tersebut. Ole
dan lembaga keuangan dalam pembangunan karena itu, jangan terlalu berharap banyak
nasional sangat menentukan, mengingat bank terhadap intrum en pidana, didalam
adalah lem baga k euangan yang usaha penyelesaian perbankan, jika faktor-faktor lain
pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa- yang menstimulusnya tidak ikut diselesaikan.
jasa dalam lalu lintas pembayarannya dan Kompleksitas berbagai kasus dengan berbagai
uang, sedangkan lembaga keuangan adalah modus operandi yang canggih (sophisticated),
merupakan badan yang melakukan kegiatan- tidak saja membut aparat penegak hukum
kegiatannya di bidang keuangan, menarik uang k ewalahan m enyer et m erek a k edepan
dari dan menyalurkannya ke masyarakat, pengadilan, tetapi membuat wajah perbankan
terut am a guna m em bia yai inves tas i kita semakin buram. Banyak kasus dilakukan
perusahaan. Oleh karena itu berhasil tidaknya oleh profesional yang berpengalaman, baik
pembangunan nasional sangat tergantung sendiri maupun secara korporasi, terung-
kepada keberhasilan pengelolaan keuangan kapnya setelah memakan waktu yang relatif
dibidang perbankan dan lembaga keuangan. cukup lama. Perpindahan dananya tidak lagi
Dalam tahun-tahun m endatang dim ana dilakukan secara manual, tetpai melalui elec-
kegiatan pembangunan semakin meningkat tronic transfer system, seperti Real Time Gross
yang membawa konsekuensi logis, peranan Settlement (RTGS) untuk skala besar atau Au-
bank pun akan lebih besar sesuia dengan tomatic Teller Machine (ATM) untuk skala
kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi terbatas. Penggunaan sarana ini dalam
seperti yang dilaksanakan melalui Pakto hitungan detik uang ini sudah berpindah
(Paket 27 Oktober 1998), dim ana bank rek en ing, sehingga tid ak m udah untuk
diberikan peranan yang sangat penting dan melacaknya, karena didalam menggunakan
luas dalam menghimpun dan menyalurkan “high technology”, seperti internet banking atau
dana baik yang berasal dari masyarakat lainnya tersebut menggunakan identitas palsu
maupun pemerinta. atau penggandaan kartu ATM/ kartu kredit
Pengalaman selama ini memperlihatkan, tanpa sepengatahuan pemilknya sehingga
bahwa untuk menjerat para pelaku kejahatan tanpa disadari rekening m iliknya sudah
perbankan, dengan berbagai instrumen pidana dikosongkan. (Marwan Effendy, 2012 :4)
yang ada, nampaknya tidaklah mudah. Sudah Meskipun perbuatannya m erugik an
berkali-kali dilakukan perubahan terhadap keuangan negara atau dapat merugikan
berbagai instrum en pidana yang ada, keuangan negara, tidak dapat dijerat oleh

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 19
Undang-Undang pidana lain, selain Undang- legalitas”. Lebih lanjut dikatakan bahwa
Undang Perbankan (Undang-undang nomor 7 “rumusan delik ini penting artinya sebagai
tahun 1992 jo. Undang-undang no 10 tahun prinsip hukum, undang-undang pidana sifatnya
1998 tentang Perbankan), karena merupakan harus pasti. Didalamnya harus dapat diketahui
lex s pec ialis . D ilain pihak dengan dengan pasti apa yang dilarang atau apa yang
pertimbangan kebocoran keuangan negara diperintahk an”. U ntuk itu dituntut j uga
yang merugikan atau dapat merugikan negara, profesionalisme dari aparat penegak hukum,
maka apapun bentuk kebijakan yang dijadikan baik peyidik, jaksa penuntut umum maupun
dalih oleh pihak yang terafiliasi tersebut dalam hakim. Pengertian profesionalisme ini, meliputi
upaya m er espon pas ar, buk an alas an “expertise, responsibility, and corporateness”
menghapus sifat melawan hukum suatu (seorang ahli yang memiliki pengetahuan
perbuatan. Rumusan delik Undang-undang khusus, bertanggung jawab dan dapat bekerja
Perbankan tersebut, hanya dipandang sebagai sama), dan menurut Samuel P.Huntungtin
sarana untuk m enc apai tujuan, yam g
karakteristik inilah yang membedakan antara
dikualifikasi sebagai tindakan m elawan
jabatan dan profesi. Karakteristik profesi
hukumformil dari tindakan korupsi. Dalam
adalah suatu jenis pekerjaan yang khusus
praktik, penyidik maupun jaksa penuntut umum
m enuntut k etiga hal t ersebut. Dengan
seringkali mencantumkan sangkaan atau
dakwaan secara subsidi (lazim ditulis oleh pem aham an ini, k edepan diharapk an
Jaksa penuntut um um dengan sebutan masyarakat tidak mudah terjebak ke berbagai
subsidair) atau berlapis atau dapat juga dalam tindak pidana di bidang perbankan, dan
bentuk lain berupa dakwaan alternatif, kumulatif sebaliknya pem erintah atau pihak bank
atau kombinasi. Mendahulukan ancaman diharapkan juga mampu mengantisipasi
pidana yang terberat pada sangkaan atau surat kebocoran-kebocoran keuangan negara atau
dakwaan, baik primair alternatif, kumulatif kerugian usaha perbankan. (Marwan Effendy,
maupun dalam surat dakwaan kombinasi, 2012 :7)
hanya berdasar kelaziman didalam praktik. Yang menjadi persoalan, apakah terhadap
Formulasi sangkaan atau dakwaan dengan semua kejahatan perbankan dengan berbagai
menempatkan tindak pidana korupsi sebagai dimensi yang muncul akhir-akhir ini maupun
sangkaan atau dakwaan primair, kesatu atau yang akan datang dapat dijaring dan dijerat oleh
pertama atau kesatu primair atau sebutan lain delik-delik yang dirumuskan oleh Undang-
yang serupa, karena undang-undang no 31 undang perbankan? Mengingat terbatasnya
tahun 1999 jo. Undang-undang nomer 20 tahun jenis tindakan pidana yang diatur oleh undang-
2001 tentang pemberantasan tindak pidana undang perbank an m ak a perlu dicari
korupsi mengatur hukuman mati atau seumur pemecahannya tanpa mengabaikan makna
hidup atau selama-lamanya 20 tahun, sedang- dari “nullum crimen, nulla poena, sine praevia
kan undang-undang perbankan maksimal lege poenali”. Azas legalitas ini diberbagai
hanya 15 tahun. (Marwan Effendy, 2012 :6) belahan dunia, termasuk di Indonesia maish
Perbedaan tafsir yang demikian perlu dijunjung tinggi, sebagai fondasi setiap produk
dijawab dari perspektif hukum pidana materiil. legislasi yang mengatur tindak pidana atau
Kaj ian ini nant inya, diharapk an dapat produk legislasi lainnya yang memuat sanksi
m em berikan desk ripsi betapa perlunya pidana, dan secara eksplisit saat ini tercantum
memahami berbagai perangkat peraturan di dalam pasal 1 ayat 1 KUHP. Mengkaji
perundang-undangan menyangkut tindak masalah undang-undang perbankan yang
pidana dibidang perbankan, agar penerapannya memuat sanksi pidana serta undang-undang
dapat dilakukan secara proporsional dan
pidana dan penerapannya terhadap kejahatan
profesional. Artinya, penerapan kualifikasi delik
perbankan amatlah penting, mengingat fungsi
terhadap suatu perkara hendaknya membrikan
dari hukum dengan sanksinya yang berupa
suatu kepastian, harus ditentukan terlebih
pidana ialah pertama-tama sebagai sarana
dahulu apak ah perbuat annya ters ebut
dalam menanggulangi kejahatn atau sebagai
m erupak an tindak pidana atau buk an.
Kemudian harus ditentukan juga kualifikasi sarana kontrol sosial (pengendalian masya-
deliknya. Menurut sudarto “syarat pertama rakat), karena hukum pidana adalah bagian
untuk memungkinkan adanya penjatuhan dari politik kriminil (Marwan Effendy, 2012 : .9)
pidana ialah adanya perbuatan manusia yang Sehubung dengan permasalahan hukum
memenuhi rumusan delik dalam undang- pidna di atas, maka perlu dijelaskan terlebih
undang, ini adalah konsekuensi logis dari azas dahulu tentang penyebutan istilah tindak pidana

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 20
perbankan yang akan dibahas. Penyebutan 4) Pengurus yang mewakili korporasi
istilah tindak pidana perbankan, hanya sebatas sebagaimana dimaksud dalam ayat
berbagai rumusan delik yang diatur undang- (3) dapat diwakili oleh orang lain
undang nomor 7 tahun 1992 jo. Undang-undanh 5) Hakim dapat memerintahkan supaya
nomor 23 tahun 1999 jo. Undang-undang nomor pengurus korporasi menghadap sen-
23 tahun 2004 tentang bank indonesia. diri di pengadilan dan dapat pula meme-
Seda ngk an terk ait dengan per bank an, rintahkan supaya pengurus tersebut
disamping ada tindak pidana lain diatur dalam dibawa ke sidang pengadilan
berbagai undang-undang seperti KUHP, 6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan
undang-undang nomor 31 tahun 1999jo. terhadap korporasi, maka panggilan
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang untuk menghadap dan penyerahan
pemberantasan tindka pidana korupsi, undang- surat panggilan tersebut disampaikan
undang nom or 8 tahun 2001 t entang kepada pengurus di tempat tinggal
pemberantasan tindak pidana pencucian uang pengurus atau di tempat pengurus
juga diatur oleh undang-undang lainnya yang berkantor
memuat sanksi pidana seperti undang-undang 7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan
nomor 24 tahun 1999 lalu lintas devisa dan terhadap korporasi hanya pidana
sistem nilai tukar yang dapat diterapkan denda dengan ketentuan maksimum
terhadap pelaku tindak pidana terkait dengan pidana ditambah 1/3 (satu per tiga)
perbankan. (Marwan Effendy, 2012 : 10) b. Undang-Undang TIPIKOR mempunyai
beberapa rumusan pasal yaitu Pasal 2 (1),
4. Alasan Penggunaan Undang-Undang Pasal 3 dan Pasal 5 sampai dengan Pasal
Tindak Pidana Korupsi Untuk Menangani 16 yang tersebar pada Bab II, yang bila
Tindak Pidana Perbankan dilihat dari aspek cara merumuskan
a. Tindak pidana korupsi tidak berpegang terdapat dua rumusan yang lengkap, yaitu
teguh pada prinsip pertanggungjawaban terdapat rumusan tindak pidana formil dan
pidana secara pribadi yang dianut dan tindak materiil. Bila dilihat dari unsur-unsur
dipertahankan sejak dibentuknya W vS yang terdapat dalam pasal-pasal diatas
Belanda 1881, tetapi telah menganut maka terdapat sifat melawan hukum
sisitem pertanggungjawaban strict liabil- materiil dan sifat melawan hukum yang
ity ( pembebanan tanggung jawab pidana formil. Hal ini dimaksudkan agar mudah
tanpa melihat kesalahan) dan vicarious m em peroleh pem buk tian t entang
liability (pembenanan tanggung jawab perbuatan yang dapat dihukum, yaitu
pidana pada selain si pembuat) dengan memperkaya diri sendiri, orang lain atau
menarik badan atau korporasi kedalam suatu korporasi. Penjelasan umum dari
tanggungjawab pidana. Prins ip Pasal 2 (1) ini menentukan bahwa yang
pertangungjawaban ini terdapat dalam dimaksud dengan secara melawan hukum
Pasal 20 UU No. 31/1999 JO UU NO. 20 adalah mencakup perbuatan melawan
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi hukum formal maupun dalam arti materiil,
yang dirumuskan sebagai berikut : yakni meskipun perbuatan tersebut tidak
diatur dalam uu, namun apabila perbuatan
1) Dalam hal tindak pidana korupsi
tersebuit dianggap tercela karaena tidak
dilakukan oleh atau atas nam a
sesuai dengan rasa keadilan masyarakat,
k orporas i, m aka tunt utan dan
maka perbuatan tersebut dapat dipidana,
penjatuhan pidana dapat dilakukan
dengan syarat bahwa didalam mene-
terhadap k orporas i dan at au
rapkan sifat melawan hukum materiil
pengurusnya harus ketat, kondisional, situatif, dan
2) Tindak pidana korupsi dilakukan oleh kasuistis penggunaannya dengan kriteria
korporasi apabila tindak pidana dan ukuran yang jelas.
tersebut dilakukan oleh orang-orang c. Dalam Undang-Undang Tindak Pidana
baik karena hubungan kerja maupun Korupsi sistem penjatuhan pidana ada
berdasarkan hubungan lain, bertindak kekhususan sebagai berikut .
dalam lingkungan korporasi tersebut Dalam tindak pidana korupsi yang
baik sendiri maupaun bersama-sama diancam pidana pokok lebih dari satu
3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan selalu bersifat alternatif. Selain itu jenis-
terhadap suatu korporasi, maka kor- jenis pidana pokok bersifat imperatif,
porasi tersebut diwakili oleh pengurus artinya jika tindak pidana terbukti dan

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 21
yang dilakukan oleh orang yang karena e. Mengingat bahwa tindak pidana korupsi
dipersalahkan kepada pembuatnya, maka merupakan kejahatan yang luar biasa (ex-
pidana pokok wajib dijatuhkan sesuai tra ordinary crimes) diperlukan penang-
dengan yang diancamkan pada tindak gulangan dari aspek yuridis yang luar
pidana yang dilakukan oleh si pembuat. biasa (extra ordinary enforcement) dan
Untuk pidana tambahan harus dijatuhkan perangkat hukum yang luar biasa pula
salah satu pidana tambahan. Selanjutnya (extra ordinary measures), untuk itu
dalam tindak pidana korupsi Pasal 18 (1), ditetapkannya sistem pembuktian terbalik
ada jenis pidana tambahan yang baru yang sebagai upaya untuk menanggulangi
tidak dikenal dalam Pasal 10 KUHP, yaitu: tindak pidana korupsi. Dikaji dari perspektif
1) Perampasan barang bergerak yang kebijakan formulasi beban pembuktian
berwujud atau tidak berwujud atau terbalik ini dilakukan karena tindak pidana
barang yang tidak bergerak yang korupsi sebagai ketentuan yang bersifat
digunakan untuk atau yang diperoleh prem ium rem idium dan s ek ali gus
dari tindak pidana korupsi, termasuk mengandung prevensi khusus. Dengan
perusahaan milik terpidana dimana pembuktian terbalik bergeserlah beban
tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pembuktian dari jaksa penuntut umum
pula harga dari barang yang meng-
kepada terdakwa.
gantikan barang-barang tersebut.
2) Pembayaran uang pengganti yang 5. Upaya yang Seharusnya Dilakukan agar UU
jum lahnya sebanyak-banyaknya No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Mam-
sama dengan harta benda yang pu Mengatasi Tindak Pidana Perbankan
diperoleh dari tindak pidana korupsi a. Formulasi perbuatan, sanksi, jenis dan
3) Penutupan seluruh atau sebagian peru- pertangungjawaban pidana dalam undang-
sahaan untuk paling lama 1 (satu) tahun undang perbankan harus diperluas,
4) Pencabutan seluruh atau sebagian hak- mengingat kejahatan dibidang perbankan
hak terentu atau penghapusan se- merupakan kejahatan ekonomi, yang
luruh atau sebagian keuntungan ter- dampak dari kejahatan tersebut luas,
tentu yang telah atau dapat diberikan mengakibatkan kerugian ekonomi negara,
oleh pemerintah kepada terpidana. dan biasanya dilak ukan oleh orang
d. Dalam tindak pidana korupsi pada Pasal terhormat dan korporasi, dengan menyalah
15 UU No.31 Tahun 1999 JO UU No. . 20 gunakan kewenangan, kesempatan dan
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana s arana yang ada padanya. Oleh
Korupsi, diatur m engenai beban
karenanya dapat dikatagorikan sebagai
tanggungjawab bagi s i pem buat
kejahatan W CC, sedangkan formulasi
percobaan, pembantuan, dan perbuatan
perbuatan pidana yang terdapat dalam UU
permufakatan jahat untuk melakukan
Perbankan tidak m am pu m engkafer
tindak pidana korupsi. Ketentuan dalam
Pasal 15 ini, adalah ketentuan yang perkembangan kejahatan perbankan yang
menyamakan beban pertanggungjawaban masuk dalam katagori kejahatan ekonomi
pidana antara orang-orang yang yang dilakukan oleh penjahat kerah putih
berkualitas demikian (pembuat percobaan, yang berdampak pada kerugian ekonomi
pem buat pem bantu, dan pem buat negara yang besar. formulasi rumusan
permufakatan jahat) dengan orang secara pidana perbankan yang ada saat ini, yang
pribadi (dader) yang melakukan tindak terdapat dalam UUNO. 10 Tahun 1998
pidana korupsi. Dalam Undang-Undang tentang perbankan adalah sebagai berikut.
Per bank an UU No.10 Tahun 1998 1) Tindak pidana yang berkaitan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud diatas perijinan
tidak ditem ukan, padahal kedua uu 2) Tindak pidana yang berkaiatan
tersebut yaitu uu tentang tindak pidana dengan rahasia bank
korupsi dan uu tentang perbankan sama-
3) Tindak pidana yang berkaitan dengan
sama tindak pidana khusus, sama-sama
Lexs spicialis, dan sama-sama masuk pengawasan bank oleh Bank Indonesia
katagori tindak pidana ekonomi, sehingga 4) Tindak pidana yang berkaitan dengan
ketentuan yang terkait dengan pelaku kegiatan usaha bank
percobaan, pembantuan dan pembuat 5) Tindak pidana yang berakitan dengan
permufakatan jahat harus diformulasikan. pihak terafiliasi

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 22
Supaya ke depan Undang-U ndang D. Simpulan
perbankan dapat dipergunakan secara Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat
efektif, dapat menjerat pelaku tindak disimpulkan sebagai berikut.
pidana perbankan, dan dapat mengem- 1. Alasan penggunaan Undang-Undang Tindak
balikan kerugian negara, maka formulasi Pidana Korupsi untuk menangani tindak pidana
pe rb uat an pidan a har us ditam bah,
di bidang perbankan yang terjadi di bank bumn
diperluas , m enyes uaik an dengan
maupun yang terjadi di bank swasta dan
perkembangan bentuk-bentuk kejahatan
dan pelanggaran yang terjadi didunia kejahatan di bidang perbankan yang lain yaitu:
perbankan, seperti mengkriminalisasi a. Sistem pertanggungjawaban untuk
perbuatan menyalahgunakan kewenangan membuktikan adanya kesalahan pada
k arena jabatan atau k eduduk an, badan hukum menggunakan konsep strict
menyalahgunakan kesempatan karena liability dan vicourius liability, yaitu sistem
jabata atau k eduduk an, m enyalah pertanggungjawaban tanpa kesalahan dan
gunakan sarana karena jabatan atau pengalihan pertanggungjawaban. Prinsip
kedudukan. Pelaku nya juga terus meng- pertanggungjawaban dalam undang-
alami perubahan baik dari sisi kualitas undang tindak pidana korupsi sangat luas
maupun kuantitasnya. Penga-turan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 UU
tentang subyek tindak pidana, sanksi No.31 Jo UU No.21 Tahu 2001 tentang
pidana baik pida na pok ok m aupun Tindak Pidana Korupsi;
tambahan harus lebih memperhatikan sifat b. Sistem penjatuhan sanksi dalam undang-
jahat dati subyek hukum korporasi atau undang tindak pidana korupsi sangat
badan hukum yang pada um um nya fleksibel, jenis pidana tambahan sangat
dilakukan di dunia perbankan. Variasi variatif ;
pidana tambahan yang ditujukan bagi
c. Diaturnya mengenai beban tanggung jawab
subyek hukum korporasi juga harus lebih
bagi si pembuat percobaan, pembantuan
bervariasi, agar kerugian sebagi dampak dari
kejahatan korporasi dapat dikembalikan. dan permufakatan jahat dalam tindak
pidana korupsi.
b. dengan memperhatikan perkembangan
tindak pidana di bidang perbankan, baik d. Diaturnya beban pembuktian terbalik.
dari sisi kualitas maupun kuantitas, 2. Upaya yang harus dilakukan agar UU No.10
dengan pengkajian yang mendalam dapat Tahun 1998 dapat mengatasi kejahatan dan
disimpulkan bahwa tindak pidana dibidang pelanggaran di bidang perbankan yaitu,
perbankan merupakan kejahatan yang luar memperluas formulasi perbuatan pidana, jenis
biasa karena merugikan perekonomian sanksi dan pertanggungjawaban pidana.
negara yang sangat besar, sehingga perlu Mengingat kejahatan di bidang perbankan
kiranya diformulasikan pem buktian merupakan extraordinary crimes, maka untuk
terbalik, dimana beban pembuktian akan memudahkan pembuktian harus diterpkan
beralih dari jaksa penuntut umum kepada sistem pembuktian terbalik.
terdakwa.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 23
DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi. 2005, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Banyumedia, Jawa

Timur. Arief Amrullah, 2006, Kejahatan Korporasi, Bayumedia, Jawa Timur.

Chatamarrasjid, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Grup, Jakarata

Edi Setiadi dkk, 2010, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, Yogayakarta.

Lilik Mulyadi, 2007, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Normatif, Teoretis, Praktik dan Masalahnya),
PT.Alumni, Bandung.

Lilik Mulyadi, 2007, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia (Normatif, Teoretis, Praktik dan Masalahnya),
PT.Alumni, Bandung.

Marwan Effendy, 2012, Tipologi Kejahatan Perbankan Dari Perfektif Hukum Pidana, Sumber Ilmu
Jaya, Jakarta

Wahyuni Bahar dkk, 2007, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, CFISEL, Jakarta.

Yustisia Vol.2 No.1 Januari – April 2013 Kajian Kritis Penggunaan UU Tindak... 24

You might also like