Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
KAFRAWI
NIM. 1404102010061
Bidang Keahlian Produksi dan Pemesinan
Abstract
Low carbon steel cutting was performed utilizing fiber laser cutting equipment to study the influence of cutting
parameters on surface temperature, as well as their effect on kerf width and the consequent kerf width deviation. At 10
bar oxygen gas pressure and 1000 Watt laser power (constant), low carbon steel with a thickness of 2 mm varied with
cutting speed V (6, 4, 3 m/min) and nozzle diameter D (1.5, 2, 2.5 mm). The temperature difference ΔT (°C) was
calculated by measuring the surface temperature top and bottom (Ta and Tb) of the specimens, followed by measuring
the width of the kerf, w (mm) and the deviation of the kerf, sw (mm) for each cutting condition. Variations in cutting
parameters (test variables) have a significant impact on the resultant surface temperature. The temperature differential
between the top and lower surfaces of the specimen is affected by the nozzle diameter, and this temperature difference is
used to estimate the kerf width and the consequent kerf deviation. According to the results of testing and analysis, it is
preferable to have a high-speed variation for each variation of the nozzle for the laser cutting process of low carbon steel
2 mm, so that the deviation of the kerf as a reference for the quality of the cutting results can be obtained optimally.
Keywords: Laser Cutting, Fiber Laser, Temperature, Kerf Width, Deviation
Abstrak
Pemotongan baja karbon rendah menggunakan mesin fiber laser cutting telah dilakukan untuk menyelidiki pengaruh
parameter pemotongan terhadap temperatur permukaan dan efeknya pada celah potong (kerf width) serta deviasi celah
potong yang dihasilkan. Baja karbon rendah dengan ketebalan 2 mm divariasikan dengan kecepatan pemotongan V (6, 4,
3 m/min) dan diameter nozzel D (1.5, 2, 2.5 mm) pada tekanan gas oksigen 10 bar dan daya mesin 1000 Watt (konstan).
Pengukuran dilakukan terhadap temperatur permukaan (atas dan bawah) spesimen Ta dan Tb (℃) untuk mendapatkan
data selisih temperatur ΔT (℃), kemudian dilakukan pengukuran lebar celah potong w (mm) dan deviasi celah potong sw
(mm) pada setiap kondisi pemotongan. Variasi parameter pemotongan (variabel pengujian) sangat mempengaruhi
temperatur permukaan yang dihasilkan. Diameter nozzel mempengaruhi nilai selisih temperatur permukaan atas dan
bawah spesimen yang menjadi acuan untuk estimasi lebar celah dan deviasi celah yang dihasilkan. Dari hasil pengujian
dan analisis didapatkan bahwa untuk proses laser cutting baja karbon rendah 2 mm sebaiknya pada variasi kecepatan yang
tinggi pada setiap variasi nozzel sehingga deviasi celah potong sebagai acuan kualitas hasil pemotongan dapat diperoleh
dengan optimal.
Kata kunci: Laser Cutting, Fiber Laser, Temperatur, Kerf Width, Deviasi
2
Properties Satuan
Persentase karbon, C 0.25 - 0.290 % Tabel 2. Kadar karbon dan sifat mekanik baja ASTM A36
[9]
Massa jenis 7.85 g/cm3
Gambar 7. Instalasi mikroskop stereo zoom dan PC Tabel 3 menunjukkan data akuisisi dari setiap kondisi
Proses pengukuran lebar celah pemotongan dan pemotongan. Nilai celah pemotongan adalah rerata yang
deviasi celah potong melibatkan mikroskop stereo zoom diperoleh dari variasi nilai celah per garis potong.
untuk mendapatkan data gambar. Penggunaan lensa Sedangkan nilai deviasi celah pemotongan diperoleh
binokuler pada mikroskop dengan memungkinkan karena selisih nilai maksimal dan minimal lebar celah
permukaan spesimen terlihat tajam sehingga pengukuran pemotongan per titik pengukuran. Dengan demikian
spesimen terlihat lebih jelas untuk diskalakan. standar deviasi (± deviasi) dapat diketahui secara akurat.
Data gambar yang berskala selanjutnya dianalisa pada Berdasarkan nilai persentase deviasi celah potong,
setiap 3 titik kondisi pemotongan sehingga data gambar dapat diasumsikan bahwa kondisi pemotongan yang bagus
akuisisi menghasilkan lebar celah sesungguhnya. yaitu pada kecepatan potong V1 = 6 m/min dan diameter
Penggunaan mikroskop dimaksudkan untuk mengukur nozzel D1 = 1,5 mm dengan nilai deviasi adalah 0,7%,
lebar celah pemotongan yang tidak memungkinkan sedangkan kondisi pemotongan yang kurang bagus yaitu
menggunakan alat ukur biasa. pada nilai deviasi tertinggi yang dihasilkan pada V2 = 3
m/min dan D3 = 2,5 mm dengan nilai deviasi 5,9% dimana
3. Hasil Dan Pembahasan (skala awal pengukuran = 1 mm).
Setelah tahapan proses pengujian laser cutting dengan 3.1. Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap
pengambilan data menggunakan termokopel dan Temperatur Permukaan
mikroskop stereo zoom dilakukan sebanyak 3 kali
pengukuran ulang, maka didapatkan data hasil pengukuran Nilai temperatur permukaan (atas dan bawah
seperti pada tabel 3. Hasil yang sudah diperoleh spesimen) pada setiap variasi parameter pemotongan dapat
dicantumkan dalam plot grafik dan dilakukan dilihat pada gambar sebagai berikut.
perbandingan antara setiap variasi parameter pemotongan
terhadap temperatur permukaan (atas dan bawah) spesimen
serta pengaruhnya terhadap lebar celah pemotongan
maupun deviasi celah yang dihasilkan.
Tabel 3. Data hasil pengukuran
4
bawah spesimen (Tb) pada kondisi V1 relatif lebih tinggi
Temperatur Permukaan Atas (Ta) dari pada variasi kecepatan pemotongan lainnya dengan
330 diameter nozzel yang berbeda-beda.
281
280
Temperatur (℃)
248
228 Selisih Temperatur ΔT
230 120 100
100
Temperatur (℃)
180 166 163 80
144 136 80 68 70
130 98 106 60 48 51
40 36
80 21
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3 20 13
D1 D2 D3 0
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3
Variasi Parameter Pemotongan
D1 D2 D3
Gambar 8. Pengaruh variasi parameter pemotongan terhadap Variasi Parameter Pemotongan
temperatur permukaan atas spesimen (Ta) Gambar 10. Selisih temperatur permukaan atas (Ta) dan
temperatur permukaan bawah (Tb) spesimen
Gambar 8 menunjukkan nilai temperatur permukaan
atas spesimen (Ta). Dapat dilihat bahwa laju temperatur Gambar 10 menunjukkan data selisih temperatur
tertinggi dihasilkan pada kondisi pemotongan D1V1 permukaan atas dan bawah spesimen (ΔT) pada kondisi
sebesar 281℃ dibandingkan nilai temperatur pada kondisi pemotongan. Dapat dilihat pada kondisi D1V1 selisih
pemotongan D3V2 sebesar 106℃. Secara garis linear temperatur yang dihasilkan sebesar 21℃, sedangkan pada
grafik, kondisi pemotongan dengan kecepatan tinggi kondisi D3V2 relatif lebih tinggi yaitu sebesar 51℃.
menghasilkan temperatur permukaan atas yang relatif lebih Nilai selisih temperatur mengindikasikan bahwa
tinggi dibandingkan kondisi pemotongan dengan variasi distribusi kenaikan temperatur berlangsung dari
parameter lainnya. Fenomena ini selaras dengan permukaan atas hingga permukaan bawah spesimen.
pernyataan Khoshaim et al [10] yaitu pada kondisi Secara garis linear grafik, dapat diihat bahwa penggunaan
pemotongan dimana parameter kecepatan potong relatif kecepatan pemotongan yang tinggi menghasilkan selisih
tinggi maka lebar zona pengaruh panas (HAZ) relatif lebih temperatur yang relatif lebih rendah.
rendah. Dengan demikian menguatkan asumsi pertama
penelitian.
Laju Ta dan Tb
Pada Kondisi Pemotongan D1V1
Temperatur Permukaan Bawah (Tb)
320 302
318
330 302 296 270
Temperatur (°C)
Temperatur (℃)
157
169
181
193
1
85
13
25
37
49
61
73
97
D1 D2 D3
Variasi Parameter Pemotongan Waktu (s)
Temperatur (°C)
140 134
130
120 136 Ta
Temperatur (°C)
90
100 Tb
80 98 50
Ta
60 10
Tb
40
18
35
52
69
86
1
103
120
137
154
171
188
205
222
239
-30
20
Waktu (s)
0
141
113
127
155
169
183
197
211
225
1
15
29
43
57
71
85
99
Waktu (s) Gambar 14. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D3V3
Gambar 12. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D2V2 Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D3V3 (gambar 14) relatif sama seperti pada kondisi
Grafik pada gambar 12 menunjukkan laju kenaikan pemotongan D3V2. Kenaikan temperatur bawah yang
temperatur permukaan sama seperti pada kondisi tinggi sehingga menyebabkan selisih temperatur tertinggi
pemotongan D1V1. Kenaikan temperatur yang relatif lebih pada kondisi D3V3. Panjang gelombang laser fiber
lambat serta nilai temperatur permukaan terendah menjadi menjadi penyebab utama fenomena pada kondisi ini [1].
fenomena tersendiri yang terjadi selama pengujian.
Sinar laser menembus spesimen 2 mm dimana pada
Beberapa penggunaan parameter yang konstan seperti permukaan atas spesimen penggunaan diameter nozzel
pendinginan dari penggunaan gas bantu menjadi salah satu yang besar mengkibatkan laju kenaikan temperatur
penyebab fenomena tersebut yaitu pada kondisi berlangsung lebih lambat dari pada laju kenaikan
pemotongan D2V2. Daya laser yang digunakan juga sangat temperatur bawah yang relatif lebih cepat akibat pengaruh
mempengaruhi kondisi pemotongan [1], [3], [4]. Selain itu suhu yang diterima secara langsung dari sinar laser pada
akurasi mesin juga memungkinkan menjadi aspek dari prosses cutting.
fenomena pada kondisi pemotongan D2V2.
Berdasarkan hasil analisa data temperatur dapat
Laju Ta dan Tb diasumsikan bahwa pada kecepatan pemotongan yang
Pada Kondisi Pemotongan D3V2 cepat maka temperatur permukaan juga akan meningkat,
180
sedangkan kenaikan laju temperatur berlangsung lebih
156 lambat (sebagaimana perbandingan pada kondisi
160
pemotongan D1V1 dan D3V2). Nilai temperatur yang
140 lebih rendah disebabkan oleh penggunaan diameter nozzel
Temperatur (°C)
166
106
136
151
181
196
211
226
241
1
16
31
46
61
76
91
6
Nilai deviasi terendah terjadi pada kondisi
Lebar Celah (w) pemotongan D1V1 sedangkan deviasi tertinggi pada
0.420 kondisi pemotongan D3V2 (gambar 13) yang
0.400 mengindikasikan kecepatan pemotongan dan penggunaan
0.400 diameter nozzel. Dapat dilihat pada kecepatan yang sama
0.370 dengan penggunaan diameter nozzel yang berbeda
0.380
0.367 mengakibatkan deviasi yang berbeda-beda pula.
w (mm)
0.355
0.360 0.354
0.350
Nilai deviasi pada kondisi D1V1 lebih kecil dari pada
0.340 0.332 penggunaan diameter nozzel D2 dan D3 meski dengan
0.317 kecepatan pemotongan yang sama (V1 = 6 m/min). Dengan
0.316
0.320 demikian penggunaan diameter nozzel menjadi variabel
proses utama terhadap ukuran deviasi celah pemotongan
0.300
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3 yang dihasilkan.
D1 D2 D3 Fenomena deviasi yang terjadi pada kondisi
Variasi Parameter Potong pemotongan D3V3 dimana lebar deviasi celah menjadi
Gambar 15. Pengaruh parameter pemotongan terhadap lebar relatif lebih kecil disebabkan karena pada tekanan gas yang
celah yang dihasilkan konstan (10 bar), penggunaan diameter nozzel dengan
ukuran 2,5 mm menjadi variabel proses utama lebar ukuran
Pada gambar 15 menunjukkan grafik lebar celah yang celah pemotongan yang dihasilkan. Sedangkan kecepatan
dihasilkan pada proses pemotongan baja dengan parameter pemotongan 3 m/min menjadi variabel proses utama
yang bervariasi, sehingga mempengaruhi lebar celah yang ukuran lebar deviasi celah yang dihasilkan khusus pada
dihasilkan secara signifikan. Nilai temperatur kondisi D3V3 dengan tekanan gas yang konstan.
mempengaruhi lebar celah terkecil yang dihasilkan pada
penggunaan diameter nozzel D1 sebagai efek dari selisih
temperatur yang lebih rendah (gambar 10, hal 5).
Sedangkan penggunaan diameter nozzel yang lebih
besar yaitu D2 dan D3 menghasilkan selisih temperatur
yang relatif lebih tinggi sehingga celah pemotongan yang
dihasilkan lebih lebar meski tidak linear (seperti fenomena
lebar celah tertinggi pada kondisi pemotongnan D2V2).
Penggunaan nozzel dengan ukuran yang lebih besar dapat
meningkatkan ukuran celah pemotongan yang dihasilkan.
Peningkatan lebar celah pada D2 dan D3 yang tidak linear (a)
dikarenakan pengaruh gas bantu yang konstan pada
kondisi pemotongan.
3.3. Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap
Deviasi Lebar Celah
Deviasi celah laser (sw) atau penyimpangan yang
disebabkan oleh variasi parameter pemotongan dijelaskan
pada gambar dibawah ini.