You are on page 1of 10

KARYA ILMIAH

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN MESIN FIBER LASER


CUTTING TERHADAP KUALITAS PEMOTONGAN PADA BAJA
KARBON RENDAH

Disusun Oleh

KAFRAWI
NIM. 1404102010061
Bidang Keahlian Produksi dan Pemesinan

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat


Yang diperlukan untuk memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN
MESIN FIBER LASER CUTTING TERHADAP KUALITAS PEMOTONGAN
PADA BAJA KARBON RENDAH

Kafrawi1, Muhammad Rizal, Amir Zaki Mubarak


Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdurrauf No.7 Darussalam – Banda Aceh 23111, INDONESIA
E-mail:kafrawi21@gmail.com

Abstract

Low carbon steel cutting was performed utilizing fiber laser cutting equipment to study the influence of cutting
parameters on surface temperature, as well as their effect on kerf width and the consequent kerf width deviation. At 10
bar oxygen gas pressure and 1000 Watt laser power (constant), low carbon steel with a thickness of 2 mm varied with
cutting speed V (6, 4, 3 m/min) and nozzle diameter D (1.5, 2, 2.5 mm). The temperature difference ΔT (°C) was
calculated by measuring the surface temperature top and bottom (Ta and Tb) of the specimens, followed by measuring
the width of the kerf, w (mm) and the deviation of the kerf, sw (mm) for each cutting condition. Variations in cutting
parameters (test variables) have a significant impact on the resultant surface temperature. The temperature differential
between the top and lower surfaces of the specimen is affected by the nozzle diameter, and this temperature difference is
used to estimate the kerf width and the consequent kerf deviation. According to the results of testing and analysis, it is
preferable to have a high-speed variation for each variation of the nozzle for the laser cutting process of low carbon steel
2 mm, so that the deviation of the kerf as a reference for the quality of the cutting results can be obtained optimally.
Keywords: Laser Cutting, Fiber Laser, Temperature, Kerf Width, Deviation

Abstrak

Pemotongan baja karbon rendah menggunakan mesin fiber laser cutting telah dilakukan untuk menyelidiki pengaruh
parameter pemotongan terhadap temperatur permukaan dan efeknya pada celah potong (kerf width) serta deviasi celah
potong yang dihasilkan. Baja karbon rendah dengan ketebalan 2 mm divariasikan dengan kecepatan pemotongan V (6, 4,
3 m/min) dan diameter nozzel D (1.5, 2, 2.5 mm) pada tekanan gas oksigen 10 bar dan daya mesin 1000 Watt (konstan).
Pengukuran dilakukan terhadap temperatur permukaan (atas dan bawah) spesimen Ta dan Tb (℃) untuk mendapatkan
data selisih temperatur ΔT (℃), kemudian dilakukan pengukuran lebar celah potong w (mm) dan deviasi celah potong sw
(mm) pada setiap kondisi pemotongan. Variasi parameter pemotongan (variabel pengujian) sangat mempengaruhi
temperatur permukaan yang dihasilkan. Diameter nozzel mempengaruhi nilai selisih temperatur permukaan atas dan
bawah spesimen yang menjadi acuan untuk estimasi lebar celah dan deviasi celah yang dihasilkan. Dari hasil pengujian
dan analisis didapatkan bahwa untuk proses laser cutting baja karbon rendah 2 mm sebaiknya pada variasi kecepatan yang
tinggi pada setiap variasi nozzel sehingga deviasi celah potong sebagai acuan kualitas hasil pemotongan dapat diperoleh
dengan optimal.
Kata kunci: Laser Cutting, Fiber Laser, Temperatur, Kerf Width, Deviasi

1. Pendahuluan dengan menggunakan mesin laser CO2 karena terjadi


refleksi [2]. Optimasi parameter yang tepat dapat
Pemesinan sinar laser adalah mekanisme yang menurunkan deviasi pemotongan sehingga meningkatkan
melibatkan sinar laser untuk dekomposisi material kualitas hasil pemotongan [3], [4], [5].
spesimen dengan memanfaatkan proses termal yaitu
memanaskan benda kerja hingga titik leleh atau titik didih Dewasa ini, proses pemotongan menggunakan mesin
sampai mencair dan menguap kemudian dihembuskan oleh fiber laser cutting mengalami masalah pada kualitas hasil
gas bantu (ablasi) [1]. pemotongan karena literasi tentang parameter pemotongan
yang sangat berpengaruh masih terbatas. Pemilihan
Mesin fiber laser cutting menjawab kebutuhan industri parameter pemotongan yang sesuai dapat mengurangi
manufaktur untuk memotong logam yang sulit dilakukan cacat pemotongan seperti ukuran celah yang terlalu lebar
1
sehingga dapat mengurangi kepresisian geometri benda
kerja serta tidak terdapat celah laser selama proses cutting
sehingga benda kerja tidak terpotong khususnya pada
material logam.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
menambah literasi tentang parameter pemotongan yang
mempengaruhi kualitas pemotongan pada mesin fiber
laser. Parameter seperti ketebalan benda, jenis gas bantu
dan tekanan gas dikombinasikan dengan variasi kecepatan
potong dan diameter nozzel pada proses laser cutting. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variasi
parameter pemotongan terhadap temperatur permukaan
benda dan efeknya terhadap kualitas celah potong yang
dihasilkan pada baja karbon rendah.
Baja karbon adalah salah satu baja pemesinan, dimana
sifat baja karbon ditentukan oleh persentase karbon dari
berat keseluruhan seperti baja karbon rendah (C < 0,3%),
baja karbon sedang (C = 0,3% hingga 0,6%) dan baja
karbon tinggi (C > 0,6% hingga 1,5%) [6]. Baja karbon
ASTM A36 adalah baja karbon rendah.
2. Metode Penelitian
2.1. Parameter Pemotongan
Parameter pemotongan (variabel proses) yang
bervariasi diasumsikan mempengaruhi hasil kondisi
pemotongan. Variabel respon yaitu nilai temperatur
permukaan dan efek yang ditimbulkan terhadap lebar celah
potong dikaji secara eksperimental.
Pengujian ini menggunakan baja karbon ASTM A36
dengan ketebalan 2 mm. Daya mesin 1000 Watt serta
tekanan gas oksigen 10 bar divariasikan dengan diameter
nozzle kerucut subsonik double layer pada kecepatan
pemotongan yang berbeda-beda sebagaimana dalam tabel
1.
Tabel 1 Variasi Parameter Pemotongan

Gambar 1. Diagram alir penelitian

2.2. Mekanisme Pengujian


Respon pengujian yang di ukur adalah temperatur
permukaan benda uji pada saat pemotongan, lebar celah
serta deviasi yang dihasilkan setelah pemotongan.
a. Temperatur (T)
Pengambilan data temperatur permukaan atas dan
bawah spesimen (Ta dan Tb) menggunakan alat ukur
Keterangan : Diameter nozzel D1 = 1.5 mm, D2 = 2 mm, D3 = (Thermometer Digital Dual Channel) dengan cara
2.5 mm ; Kecepatan potong V1 = 6 m/min, V2 = 4 m/min dan V3
memasang sensor termokopel di bagian atas dan bagian
= 3 m/min.
bawah spesimen (± 1 mm dari garis potong) sehingga data
Metode penelitian dimulai dari literatur yang diperoleh dengan aktual [7]. Pengambilan data temperatur
berhubungan dengan proses laser cutting (spesimen, dilakukan pada saat proses pemotongan berlangsung
variabel proses dan skema pengambilan data), teknik dengan skema pengambilan data seperti pada gambar 2.
analisa data hasil serta kesimpulan penelitian sebagaimana
b. Celah Potong (w)
pada gambar 1.
Lebar celah pemotongan di ukur dengan skema
pengambilan data seperti pada gambar 2.

2
Properties Satuan

Persentase karbon, C 0.25 - 0.290 % Tabel 2. Kadar karbon dan sifat mekanik baja ASTM A36
[9]
Massa jenis 7.85 g/cm3

Titik lebur 1449 ° C

Gambar 2. Skema pengambilan data temperatur permukaan dan Keterangan gambar:


data celah potong serta deviasi celah
P = 200 mm, L = 150 mm, t = 2 mm, x = 40 mm, f = 80 mm
Setelah proses pemotongan spesimen, selanjutnya
dilakukan pengukuran lebar celah dan deviasi yang terjadi Gambar 4. Desain benda uji
per garis potong melalui mikroskop stereo zoom sehingga Baja ASTM A36 sebagai bahan pengujian berjumlah
diketahui pengaruh temperatur terhadap lebar celah 3 spesimen berdasarkan variasi diameter nozzel,
pemotongan. sedangkan variasi kecepatan pemotongan untuk
c. Deviasi Celah Potong (sw) menghasilkan lebar celah pemotongan pada tiap spesimen.

Skema pengukuran deviasi dilakukan pada setiap titik c. Termokopel dan PC


lebar celah potong. Deviasi celah potong adalah rerata
penyimpangan yang terjadi pada setiap kondisi
pemotongan dimana nilai deviasi terendah dianggap
sebagai kondisi pemotongan yang optimal [4], [5].
2.3. Alat dan bahan
a. Mesin Fiber Laser Cutting
Proses pemotongan spesimen baja karbon rendah
dilakukan dengan menggunakan mesin fiber laser cutting
(gambar 3) yang terdapat di PT Guntomara Raya, Banda
Aceh.
Gambar 5. Termometer digital MASTECH MS6514 Dual
Channel dan sensor termokopel [10]

Sensor termokopel berfungsi untuk mengukur nilai


temperatur yang terjadi pada spesimen dimana termometer
digital dual channel sebagai alat untuk membaca data
temperatur yang dihasilkan kemudian data ditransmisikan
ke PC melalui Port USB.

Gambar 3. Mesin Fiber Laser Cutting CNC GWEIKE


LF3015E [8]

Mesin fiber laser menggunakan gas oksigen untuk


memotong baja karbon (flame cutting). Dimensi
keseluruhan mesin (PxLxT) 4,6 m x 24,5 m x 1,7 m dan
ukuran area potong yaitu 3 m x 1,5 m. Pemograman CNC
mesin menggunakan software SC2000, akurasi mesin
sebesar 0,02 mm.
b. Spesimen
Spesimen yang digunakan adalah baja karbon rendah
kode ASTM A36 dengan sifat mekanik dan kadar karbon
pada tabel 2 serta pemodelan benda uji seperti pada gambar Gambar 6. Pemasangan sensor termokopel pada spesimen
4.
3
Pengambilan data temperatur menggunakan
termokopel MASTECH MS6514 Dual Channel dengan
pengaturan pembacaan suhu dalam satuan ℃, dan
jangkauan suhu 0~1767℃ serta penyimpangan akurasi
0.2% (gambar 5). Pemasangan sensor termokopel dengan
jarak 1 mm dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih aktual, dengan memastikan kedua sensor (atas dan
bawah spesimen) terpasang pada jarak dan titik yang sama
(gambar 6).
d. Mikroskop Stereo Zoom dan PC
Mikroskop Stereo Zoom model XTL-3400 dengan
tampilan pembesaran: 7x-45x. Berikut instalasi mikroskop
dan PC pada gambar 7. Mikroskop yang digunakan
dilengkapi dengan unit pencahayaan dari dua sisi lensa.

Gambar 7. Instalasi mikroskop stereo zoom dan PC Tabel 3 menunjukkan data akuisisi dari setiap kondisi
Proses pengukuran lebar celah pemotongan dan pemotongan. Nilai celah pemotongan adalah rerata yang
deviasi celah potong melibatkan mikroskop stereo zoom diperoleh dari variasi nilai celah per garis potong.
untuk mendapatkan data gambar. Penggunaan lensa Sedangkan nilai deviasi celah pemotongan diperoleh
binokuler pada mikroskop dengan memungkinkan karena selisih nilai maksimal dan minimal lebar celah
permukaan spesimen terlihat tajam sehingga pengukuran pemotongan per titik pengukuran. Dengan demikian
spesimen terlihat lebih jelas untuk diskalakan. standar deviasi (± deviasi) dapat diketahui secara akurat.

Data gambar yang berskala selanjutnya dianalisa pada Berdasarkan nilai persentase deviasi celah potong,
setiap 3 titik kondisi pemotongan sehingga data gambar dapat diasumsikan bahwa kondisi pemotongan yang bagus
akuisisi menghasilkan lebar celah sesungguhnya. yaitu pada kecepatan potong V1 = 6 m/min dan diameter
Penggunaan mikroskop dimaksudkan untuk mengukur nozzel D1 = 1,5 mm dengan nilai deviasi adalah 0,7%,
lebar celah pemotongan yang tidak memungkinkan sedangkan kondisi pemotongan yang kurang bagus yaitu
menggunakan alat ukur biasa. pada nilai deviasi tertinggi yang dihasilkan pada V2 = 3
m/min dan D3 = 2,5 mm dengan nilai deviasi 5,9% dimana
3. Hasil Dan Pembahasan (skala awal pengukuran = 1 mm).
Setelah tahapan proses pengujian laser cutting dengan 3.1. Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap
pengambilan data menggunakan termokopel dan Temperatur Permukaan
mikroskop stereo zoom dilakukan sebanyak 3 kali
pengukuran ulang, maka didapatkan data hasil pengukuran Nilai temperatur permukaan (atas dan bawah
seperti pada tabel 3. Hasil yang sudah diperoleh spesimen) pada setiap variasi parameter pemotongan dapat
dicantumkan dalam plot grafik dan dilakukan dilihat pada gambar sebagai berikut.
perbandingan antara setiap variasi parameter pemotongan
terhadap temperatur permukaan (atas dan bawah) spesimen
serta pengaruhnya terhadap lebar celah pemotongan
maupun deviasi celah yang dihasilkan.
Tabel 3. Data hasil pengukuran

4
bawah spesimen (Tb) pada kondisi V1 relatif lebih tinggi
Temperatur Permukaan Atas (Ta) dari pada variasi kecepatan pemotongan lainnya dengan
330 diameter nozzel yang berbeda-beda.
281
280
Temperatur (℃)

248
228 Selisih Temperatur ΔT
230 120 100
100

Temperatur (℃)
180 166 163 80
144 136 80 68 70
130 98 106 60 48 51
40 36
80 21
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3 20 13

D1 D2 D3 0
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3
Variasi Parameter Pemotongan
D1 D2 D3
Gambar 8. Pengaruh variasi parameter pemotongan terhadap Variasi Parameter Pemotongan
temperatur permukaan atas spesimen (Ta) Gambar 10. Selisih temperatur permukaan atas (Ta) dan
temperatur permukaan bawah (Tb) spesimen
Gambar 8 menunjukkan nilai temperatur permukaan
atas spesimen (Ta). Dapat dilihat bahwa laju temperatur Gambar 10 menunjukkan data selisih temperatur
tertinggi dihasilkan pada kondisi pemotongan D1V1 permukaan atas dan bawah spesimen (ΔT) pada kondisi
sebesar 281℃ dibandingkan nilai temperatur pada kondisi pemotongan. Dapat dilihat pada kondisi D1V1 selisih
pemotongan D3V2 sebesar 106℃. Secara garis linear temperatur yang dihasilkan sebesar 21℃, sedangkan pada
grafik, kondisi pemotongan dengan kecepatan tinggi kondisi D3V2 relatif lebih tinggi yaitu sebesar 51℃.
menghasilkan temperatur permukaan atas yang relatif lebih Nilai selisih temperatur mengindikasikan bahwa
tinggi dibandingkan kondisi pemotongan dengan variasi distribusi kenaikan temperatur berlangsung dari
parameter lainnya. Fenomena ini selaras dengan permukaan atas hingga permukaan bawah spesimen.
pernyataan Khoshaim et al [10] yaitu pada kondisi Secara garis linear grafik, dapat diihat bahwa penggunaan
pemotongan dimana parameter kecepatan potong relatif kecepatan pemotongan yang tinggi menghasilkan selisih
tinggi maka lebar zona pengaruh panas (HAZ) relatif lebih temperatur yang relatif lebih rendah.
rendah. Dengan demikian menguatkan asumsi pertama
penelitian.
Laju Ta dan Tb
Pada Kondisi Pemotongan D1V1
Temperatur Permukaan Bawah (Tb)
320 302
318
330 302 296 270
Temperatur (°C)
Temperatur (℃)

280 243 236 220 281


214
230
170 Ta
180 157 157
134 120
130 Tb
70
80
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3 20
145
109
121
133

157
169
181
193
1

85
13
25
37
49
61
73

97

D1 D2 D3
Variasi Parameter Pemotongan Waktu (s)

Gambar 11. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan


D1V1
Gambar 9. Pengaruh variasi parameter pemotongan terhadap
temperatur permukaan bawah spesimen (Tb) Laju temperatur pada kondisi D1V1 ditunjukkan pada
Gambar 9 menunjukkan nilai temperatur permukaan gambar 11. Dapat dilihat bahwa kenaikan temperatur yang
bawah spesimen (Tb). Temperatur pada pemotongan tidak jauh berbeda antara temperatur atas (Ta) dan
D1V1 sebesar 302℃, sedangkan temperatur pada temperatur bawah spesimen (Tb).
pemotongan D3V2 sebesar 157℃. Fenomena ini Kecepatan yang tinggi menyebabkan laju kenaikan
menunjukkan kenaikan temperatur permukaan bawah yang terperatur berlangsung lebih lambat, sesaat setelah proses
relatif konstan pada setiap kondisi pemotongan yng pemotongan permukaan spesimen masih mengalamin
mengindikasikan distribusi temperatur pada spesimen (dari kenaikan temperatur untuk beberapa waktu (s). Hal
permukaan atas hingga permukaan bawah). tersebut dapat terjadi seiring dengan kecepatan
Fenomena distribusi temperatur juga terjadi pada pemotongan yang bertambah sehingga laju kenaikan
setiap kondisi pemotongan lainnya, sebagaimana kenaikan temperatur berlangsung lebih lambat.
temperatur permukaan atas (Ta) yang terjadi pada setiap Grafik pada gambar 11 juga menunjukkan laju
kondisi pemotongan, kenaikan temperatur permukaan temperatur yang menurun pada temperatur permukaan
5
bawah spesimen (Tb) selatif lebih cepat dibandingkan
dengan laju penuruan suhu pada permukaan atas (Ta) Pengaruh D3 dan V3 terhadap
spesimen. Ta dan Tb
250
236
Pengaruh D2 dan V2 terhadap 210
Ta dan Tb
170
160

Temperatur (°C)
140 134
130
120 136 Ta
Temperatur (°C)

90
100 Tb
80 98 50
Ta
60 10
Tb
40

18
35
52
69
86
1

103
120
137
154
171
188
205
222
239
-30
20
Waktu (s)
0
141
113
127

155
169
183
197
211
225
1
15
29
43
57
71
85
99

Waktu (s) Gambar 14. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D3V3
Gambar 12. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D2V2 Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan
D3V3 (gambar 14) relatif sama seperti pada kondisi
Grafik pada gambar 12 menunjukkan laju kenaikan pemotongan D3V2. Kenaikan temperatur bawah yang
temperatur permukaan sama seperti pada kondisi tinggi sehingga menyebabkan selisih temperatur tertinggi
pemotongan D1V1. Kenaikan temperatur yang relatif lebih pada kondisi D3V3. Panjang gelombang laser fiber
lambat serta nilai temperatur permukaan terendah menjadi menjadi penyebab utama fenomena pada kondisi ini [1].
fenomena tersendiri yang terjadi selama pengujian.
Sinar laser menembus spesimen 2 mm dimana pada
Beberapa penggunaan parameter yang konstan seperti permukaan atas spesimen penggunaan diameter nozzel
pendinginan dari penggunaan gas bantu menjadi salah satu yang besar mengkibatkan laju kenaikan temperatur
penyebab fenomena tersebut yaitu pada kondisi berlangsung lebih lambat dari pada laju kenaikan
pemotongan D2V2. Daya laser yang digunakan juga sangat temperatur bawah yang relatif lebih cepat akibat pengaruh
mempengaruhi kondisi pemotongan [1], [3], [4]. Selain itu suhu yang diterima secara langsung dari sinar laser pada
akurasi mesin juga memungkinkan menjadi aspek dari prosses cutting.
fenomena pada kondisi pemotongan D2V2.
Berdasarkan hasil analisa data temperatur dapat
Laju Ta dan Tb diasumsikan bahwa pada kecepatan pemotongan yang
Pada Kondisi Pemotongan D3V2 cepat maka temperatur permukaan juga akan meningkat,
180
sedangkan kenaikan laju temperatur berlangsung lebih
156 lambat (sebagaimana perbandingan pada kondisi
160
pemotongan D1V1 dan D3V2). Nilai temperatur yang
140 lebih rendah disebabkan oleh penggunaan diameter nozzel
Temperatur (°C)

120 yang lebih besar.


100
Ta Laju temperatur yang lebih lambat disebabkan oleh
80
105 kecepatan pemotongan tinggi sedangkan nilai temperatur
60 Tb tinggi dikarenakan permukaan spesimen tidak
40 mendapatkan pendinginan secara langsung oleh gas bantu,
20 sebagaimana Koshaim et al (2021) [11] mengatakan bahwa
121

166
106

136
151

181
196
211
226
241
1
16
31
46
61
76
91

laju temperatur permukaan (T) yang berbanding lurus


Waktu (s) dengan kecepatan pemotongan (V).
Gambar 13. Grafik laju temperatur pada kondisi pemotongan 3.2. Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap
D3V2 Lebar Celah Potong
Gambar 13 menunjukkan laju temperatur permukaan Parameter pemotongan yang bervariasi menghasilkan
pada kondisi pemotongan D3V2, dapat dilihat bahwa kondisi pemotongan yang berbeda-beda. Parameter
kenaikan temperatur yang signifikan dengan selisih pemotongan sangat mempengaruhi nilai temperatur
temperatur yang lebih tinggi dibandingkan kondisi D1V1. permukaan yang dihasilkan. Pengaruh kenaikan
Hal tersebut terjadi karena bagian permukaan bawah temperatur sejauh penelitian ini dianggap sebagai variabel
spesimen mengalami distribusi temperatur yang tidak respon yang sangat penting terhadap ukuran lebar celah
merata. potong yang dihasilkan sebagaimana yang ditunjukkan
pada gambar sebagai berikut.

6
Nilai deviasi terendah terjadi pada kondisi
Lebar Celah (w) pemotongan D1V1 sedangkan deviasi tertinggi pada
0.420 kondisi pemotongan D3V2 (gambar 13) yang
0.400 mengindikasikan kecepatan pemotongan dan penggunaan
0.400 diameter nozzel. Dapat dilihat pada kecepatan yang sama
0.370 dengan penggunaan diameter nozzel yang berbeda
0.380
0.367 mengakibatkan deviasi yang berbeda-beda pula.
w (mm)

0.355
0.360 0.354
0.350
Nilai deviasi pada kondisi D1V1 lebih kecil dari pada
0.340 0.332 penggunaan diameter nozzel D2 dan D3 meski dengan
0.317 kecepatan pemotongan yang sama (V1 = 6 m/min). Dengan
0.316
0.320 demikian penggunaan diameter nozzel menjadi variabel
proses utama terhadap ukuran deviasi celah pemotongan
0.300
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3 yang dihasilkan.
D1 D2 D3 Fenomena deviasi yang terjadi pada kondisi
Variasi Parameter Potong pemotongan D3V3 dimana lebar deviasi celah menjadi
Gambar 15. Pengaruh parameter pemotongan terhadap lebar relatif lebih kecil disebabkan karena pada tekanan gas yang
celah yang dihasilkan konstan (10 bar), penggunaan diameter nozzel dengan
ukuran 2,5 mm menjadi variabel proses utama lebar ukuran
Pada gambar 15 menunjukkan grafik lebar celah yang celah pemotongan yang dihasilkan. Sedangkan kecepatan
dihasilkan pada proses pemotongan baja dengan parameter pemotongan 3 m/min menjadi variabel proses utama
yang bervariasi, sehingga mempengaruhi lebar celah yang ukuran lebar deviasi celah yang dihasilkan khusus pada
dihasilkan secara signifikan. Nilai temperatur kondisi D3V3 dengan tekanan gas yang konstan.
mempengaruhi lebar celah terkecil yang dihasilkan pada
penggunaan diameter nozzel D1 sebagai efek dari selisih
temperatur yang lebih rendah (gambar 10, hal 5).
Sedangkan penggunaan diameter nozzel yang lebih
besar yaitu D2 dan D3 menghasilkan selisih temperatur
yang relatif lebih tinggi sehingga celah pemotongan yang
dihasilkan lebih lebar meski tidak linear (seperti fenomena
lebar celah tertinggi pada kondisi pemotongnan D2V2).
Penggunaan nozzel dengan ukuran yang lebih besar dapat
meningkatkan ukuran celah pemotongan yang dihasilkan.
Peningkatan lebar celah pada D2 dan D3 yang tidak linear (a)
dikarenakan pengaruh gas bantu yang konstan pada
kondisi pemotongan.
3.3. Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap
Deviasi Lebar Celah
Deviasi celah laser (sw) atau penyimpangan yang
disebabkan oleh variasi parameter pemotongan dijelaskan
pada gambar dibawah ini.

Lebar Deviasi (sw)


(b)
0.07 Gambar 14. Kondisi pemotongan : (a) D1V1, (b) D3V2
0.059
0.06
0.05 0.041 0.040
Tampak celah potong optimal yang dihasilkan pada
sw (mm)

0.04 kondisi pemotongan D1V1 dan celah potong dengan


0.027 0.030 0.030
0.03 deviasi terbesar pada kondisi pemotongan D3V2 (gambar
0.019 0.019
0.02 14). Perbedaan selisih temperatur mengakibatkan hasil
0.007 pemotongan yang jauh berbeda pula.
0.01
0.00
V1 V2 V3 V1 V2 V3 V1 V2 V3
Kondisi pemotongan D1 menunjukkan bahwa lebar
celah potong dan deviasi celah berbanding terbalik dengan
D1 D2 kecepatan pemotongan, artinya semakin meningkat
Variasi Parameter Potong kecepatan pemotongan maka lebar celah dan deviasi yang
dihasilkan semakin kecil pada tekanan gas yang konstan.
Gambar 16. Pengaruh parameter pemotongan terhadap deviasi
lebar celah dihasilkan Selisih temperatur yang tinggi umumnya terjadi
karena distribusi kenaikan temperatur berlangsung secara
7
tidak merata, namun pada kondisi tertentu (D3V3) selisih Daftar Pustaka
temperatur sangat tinggi, hal tersebut sangat mungkin
terjadi karena bagian permukaan bawah spesimen terpapar [1] S. Sun dan M. Brandt, “Laser beam machining,” in
sinar laser (sumber panas) secara langsung. Nontraditional Machining Processes: Research
Advances, vol. 9781447151, Springer-Verlag London
4. Kesimpulan dan Saran Ltd, 2013, hal. 35–96.
4.1 Kesimpulan
[2] M. Yoman Abdurohman Afdloil, M. Zia Al-fath, dan
Proses laser cutting baja karbon rendah menggunakan A. Sifa, “Prosiding The 11 th Industrial Research
mesin fiber laser 1000 Watt telah dilakukan, dari penelitian Workshop and National Seminar Bandung,” 2020.
menggunakan spesimen 2 mm yang divariasikan dengan [3] E. P. Purwanti et al., “Optimasi Parameter Proses
kecepatan pemotongan dan diameter nozzel dengan Pemotongan Acrylic terhadap Kekasaran Permukaan
tekanan gas konstan (10 bar) menghasilkan temperatur Menggunakan Laser Cutting Dengan Metode
permukaan atas dan bawah spesimen (Ta dan Tb) yang Response Surface,” hal. 316–323.
berbeda-beda. [4] A. Nugroho, A. Setya Hutama, dan C. Budiyantoro,
Kenaikan temperatur permukaan (Ta dan Tb) “Optimasi Keakuratan Dimensi dan Kekasaran
berbanding lurus dengan kecepatan pemotongan dan Permukaan Potong Material Akrilik dengan Proses
diameter nozzel, sedangkan laju temperatur (respon) Laser Menggunakan Metode Taguchi dan PCR-
berbanding terbalik dengan kecepatan pemotongan pada TOPSIS,” JMPM (Jurnal Mater. dan Proses
diameter nozzel dan tekanan gas yang konstan. Manufaktur), vol. 2, no. 2, hal. 75–82, 2018, doi:
10.18196/jmpm.2223.
Selisih temperatur (ΔT) mengindikasikan distribusi [5] D. A. Hasan dan Herianto, “Pengukuran Kekasaran
panas yang dihasilkan laser cutting pada spesimen. Permukaan Plat Aluminium Hasil Pemotongan Laser
Semakin tinggi selisih temperatur permukaan maka Cutting Dan Cnc Milling Pc-Based,” Semin.
semakin tinggi lebar celah yang dihasilkan, namun Nasional. Rekayasa Teknol. Ind. dan Inf., hal. 307–
semakin rendah selisih temperatur permukaan maka 311, 2014, [Daring]. Tersedia pada:
semakin tinggi deviasi celah yang dihasilkan. https://eprints.uny.ac.id/3699/.
Ketidakpastian distribusi temperatur pada permukaan [6] J. Arifin, H. Purwanto, dan I. Syafa’at, “PENGARUH
spesimen mengakibatkan kondisi pemotongan yang JENIS ELEKTRODA TERHADAP SIFAT
berbeda-beda (kondisi pemotongan D1V2,D2V2 dan MEKANIK HASIL PENGELASAN SMAW BAJA
D3V2). Ketidakpastian ini disebabkan oleh penggunaan ASTM A36,” J. Momentum UNWAHAS, vol. 13, no.
daya laser dan tekanan gas yang konstan. 1, hal. 114517, 2017, doi: 10.36499/jim.v13i1.1756.
[7] M. Sharifi dan M. Akbari, “Experimental
Lebar celah (w) dan deviasi celah (sw) berbanding investigation of the effect of process parameters on
terbalik dengan kecepatan pemotongan, namun berbanding cutting region temperature and cutting edge quality in
lurus dengan diameter nozzel pada tekanan gas yang laser cutting of AL6061T6 alloy,” Optik (Stuttg)., vol.
konstan. 184, no. April, hal. 457–463, 2019, doi:
4.2 Saran 10.1016/j.ijleo.2019.04.105.
[8] “GWEIKELF3015E. ” www.gwklaser.com”. html
Penelitian ini menggunakan parameter konstan (lihat (diakses Apr 27, 2021).
tabel 1), disarankan kepada peneliti untuk proses cutting
[9] “ASTM A36 Mild/Low Carbon Steel.”
menggunakan mesin fiber laser pada daya dan tekanan gas
https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=6117
yang bervariasi, sehingga data akuisisi yang dihasilkan
(diakses Mar 15, 2021).
juga lebih baik.
[10] “Mastech Group.” http://www.mastech-
Berdasarkan penggunaan parameter dan data group.com/products.php?PNo=89 (diakses Jul 10,
perbedaan temperatur permukaan serta efeknya terhadap 2021).
kualitas celah yang dihasilkan untuk setiap kondisi [11] A. B. Khoshaim, A. H. Elsheikh, E. B. Moustafa,
pemotongan pada penelitian ini, disarankan pula untuk M. Basha, dan E. A. Showaib, “Experimental
penelitian selanjutnya supaya menggunakan parameter investigation on laser cutting of PMMA sheets:
kecepatan dibawah 6 m/min serta penggunaan nozzel Effects of process factors on kerf characteristics,” J.
dengan ukuran diatas 2 mm (seperti pada kondisi D2V2, Mater. Res. Technol., vol. 11, hal. 235–246, Mar
D2V3, D3V2 dan D3V3), dengan memvariasikan tekanan 2021, doi: 10.1016/j.jmrt.2021.01.012.
gas bantu (oksigen) lebih dari 10 bar.
5. Penghargaan

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada


Universitas Syiah Kuala dan Kementrian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Terimakasih
kepada dosen pembimbing I Bapak Dr. Muhammad Rizal,
S.T, M.Sc dan dosen pembimbing II Bapak Amir Zaki
Mubarak, S.T, M.Sc.
8

You might also like