You are on page 1of 11

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RASIO KANDUNGAN

KARBON(C)DAN NITROGEN(N) LIMBAH SAMPAH KUBIS


SEBAGAI KOMPOS

Khurotul A’in1, Aldi Budi Riyanta2, Joko Santoso3


1,2,3
Prodi DIII Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal, Indonesia
e-mail : khurotulain5@gmail.com

Abstrak
Sampah kubis merupakan sampah sisa yang masih bisa dimanfaatkan kembali menjadi
bahan yang dapat digunakan lagi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mengolahnya
sebagai kompos. kompos merupakan salah satu pupuk organik alternatif yang dapat diperoleh
dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman.
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh kandungan rasio C/N limbah sampah kubis
terhadap perbedaan jenis ragi. Metode pengomposan yang digunakan dalam pengomposan yaitu
proses fermentasi secara aerobik menggunakan bantuan aktivator. Aktivator kompos berfungsi
untuk mempercepat proses pengomposan. Bahan aktivator yang dipergunakan dalam penelitian
ini yaitu Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiaeI) dan Ragi Tempe (Rhizopus oligosporus). Analisis
data menggunakan Independent Samples Test. Hasil analisis parameter fisik ketiga kompos
menunjukan tekstur, warna, dan bau yang relatif sama, tetapi rasio C/N cenderung berbeda.
Kompos dengan aktivator ragi tempe menunjukan rasio paling rendah (6,392), diikuti berturur-
turut kompos dengan penambahan ragi roti (8,062) dan pupuk kandang sebagai kontrol sebesar
(12,672). Dapat disimpulkan bahwa kompos dengan penambahan ragi roti hampir mendekati
kriteria kompos berdasarkan standar.

Kata kunci : Kubis, kompos, fermentasi, ragi, rasio C/N

Abstract
Waste cabbage is leftover waste that can still be used again as a material that can be
used again. One way that can be done by processing it as compost. compost is one of the
alternative organic fertilizers that can be obtained by utilizing organic materials that can provide
nutrients for plants. The purpose of the study was to determine the effect of fermentation on the
ratio of carbon and nitrogen content of waste cabbage as compost. The composting method used
in composting was the aerobic fermentation process using the help of activators. Compost
activator functions to speed up the composting process. The activator material used in this study
was Yeast Bread (Saccharomyces cerevisiae) and Yeast Tempe (Rhizopus oligosporus). Data
analysis use Independent Samples Test. The results of the third physical parameter analysis of the
compost show relatively the same texture, color, and smell, but the C / N ratio tends to be
different. Compost with tempe yeast activator shows the lowest ratio (6,392), followed by compost
successively with the addition of bread yeast (8,062) and manure as a control of (12,672). It can
be concluded that compost by adding bread yeast is close to the compost criteria based on the
standard.

Keywords: Cabbage, compost, fermentation, yeast, C / N ratio

kegiatan yang dilakukan manusia[1].


I. PENDAHULUAN Semakin bertambahnya penduduk
Sampah merupakan material sisa semakin meningkatkan jumlah timbulan
yang sudah tidak dipakai, tidak sampah, terutama sampah organik.
disenangi atau sesuatu yang harus Pasar merupakan salah satu tempat
dibuang, yang umumnya berasal dari penghasil sampah, penumpukan
sampah di pasar dapat mengakibatkan aktivator ini adalah mempercepat
pencemaran yang menimbulkan bau proses dekomposisi bahan organik dan
tidak sedap dari sampah yang meningkatkan kualitas bahan. Ragi
membusuk dan dapat menjadi tempat merupakan salah satu cara untuk
berkembang biaknya penyakit[2]. mengurangi pencemaran lingkungan
Sampah organik yang dihasilkan yang disebabkan oleh banyaknya bahan
dari pasar salah satunya berupa sayuran kimia yang dapat merusak
kubis. Kubis mengandung air > 90% lingkungan[8].
sehingga mudah mengalami Berdasarkan penjelasan diatas
pembusukan[3]. Kubis memiliki nilai maka penulis tertarik untuk melakukan
kandungan organik berupa protein 1,7 penelitian dengan judul “Pengaruh
gram, lemak 0,2 gram, dan karbohidrat Fermentasi Terhadap Rasio Kandungan
5,3 gram yang berpotensi sebagai bahan Karbon (C) Dan Nitrogen (N) Limbah
baku pembuatan kompos[4]. Sampah Kubis Sebagai Kompos”
Salah satu aspek terpenting dalam
keseimbangan unsur hara total adalah II. METODE PENELITIAN
rasio organik karbon dengan nitrogen Alat dan Bahan Penelitian
(C/N Rasio). Rasio C/N bahan organik Bahan baku yang digunakan pada
adalah perbandingan antara banyaknya penelitian ini adalah limbah kubis, ragi
kandungan unsur karbon (C) terhadap roti, ragi tempe, K2Cr2O7 , H2SO4 p.a ,
banyaknya kandungan unsur nitrogen aquades, Feroin, FeSO4 , Natrium
(N) yang ada pada suatu bahan organik. hidroksida dan HCl.
Mikroorganisme membutuhkan karbon Alat yang digunakan pada
dan nitrogen untuk aktivitas hidupnya. penelitian ini adalah neraca analitik,
Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi alat komposter, pisau, labu kjeldahl,
mikroorganisme akan berkurang, jika labu erlenmeyer, pipet tetes, buret,
rasio C/N terlalu rendah kelebihan statif, labu alas bulat, kondensor, dan
nitrogen yang tinggi dipakai oleh selang.
mikroorganisme tidak dapat diasimilasi Batasan Variabel
dan akan hilang melalui volatisasi a. Variabel Bebas
sebagai amoniak atau terdenitrifikasi[5]. Pada penelitian ini, yang
Pengomposan adalah proses ditetapkan sebagai variabel bebas
perombakan (dekomposisi) bahan- adalah pemberian ragi roti dan ragi
bahan organik dengan memanfaatkan tempe pada limbah sampah kubis
peran atau aktivitas mikroorganisme. yang akan dijadikan kompos.
Melalui proses tersebut, bahan-bahan b. Variabel Terikat
organik akan diubah menjadi pupuk Pada penelitian ini variabel
kompos yang kaya dengan unsur-unsur terikatnya adalah parameter yang
hara baik makro ataupun mikro yang akan dianalisa, yaitu kadar C, N
sangat diperlukan oleh tanaman[6]. dan rasio C/N.
Sampah organik dapat diolah Persiapan sampel
menjadi kompos dengan menggunakan Limbah kubis dilakukan
proses fermentasi. Fermentasi perajangan dan ditimbang seberat 5 kg
merupakan suatu proses perubahan selanjutnya menaburkan aktivator
kimia pada suatu substrat organik berupa ragi dengan konsentrasi 1%
melalui aktivitas enzim yang dihasilkan secara merata, kemudian kubis yang
oleh mikroorganisme[7]. Proses telah tercampur dimasukkan kedalam
fermentasi pada pengolahan sampah alat komposter dan ditutup rapat. Proses
organik menjadi kompos menggunakan pengomposan dilakukan selama 2
aktivator berupa ragi, Salah satu fungsi minggu.
• Tambahkan 1 gram katalis, 4ml
Karakteristik Simplisia H2SO4 lalu kocok.
Dilakukan uji pemeriksaan • Panaskan dengan api kecil selama
karakteristik limbah kubis melalui uji ± 2 menit (timbul warna hitam),
makroskopik. pemanasan dilanjutkan dengan
Pembuatan Kompos Limbah Kubis memperbesar api sedikit demi
• Mencampur bahan baku limbah sedikit, dan akhirnya didestruksi
kubis dengan aktivator ragi (1% sampai jernih.
dari berat bahan baku) dengan cara • Setelah didestruksi, labu kjeldahl
menaburkan dan diaduk hingga didinginkan, setelah dingin
rata dan tercampur. tambahkan 15ml aquades.
• Bahan baku yang sudah tercampur • Pipet 5ml asam 2% yang telah
dengan ragi roti dan ragi tempe mengandung indikator kedalam
dimasukkan ke dalam alat labu erlenmeyer 100ml, kemudian
komposter dan ditutup rapat. ditempatkan untuk menampung
• Selama proses pengomposan hasil destilasi.
dilakukan pengamtan fermentasi • Labu kjeldahl yang berisi hasil
kompos meliputi warna, aroma, destruksi kemudian dipasang pada
dan tekstur. alat destilasi.
• Setelah 2 minggu, kompos yang • Pada labu kjeldahl tambahkan 20
sudah matang dengan ciri-ciri ml NaOH 40% kemudian
sebagai berikut : tidak dihubungkan ke alat destilasi.
mengeluarkan bau busuk, • Destilasi sampai NH3 habis.
berwarna coklat kehitaman dan • Kemudian larutan didalam labu
tekstur lembek halus. erlenmeyer di titrasi dengan HCl
• Kompos yang telah matang 0,01 N sampai berubah warna.
kemudian diangkat dari alat • Kemudian dilakukan perhitungan
komposter dan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
pengeringan di bawah sinar X ml (hasil titrasi) x BM N x 0,03 N x 100%
matahari langsung selama 2-3 hari
Berat Sampel Basah
atau sampai kompos kering.
Uji Kadar Air
• Menghaluskan sampel dengan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mortir dan stamfer. Penelitian ini bertujuan untuk
• Memanaskan krus porselen dengan mengetahui pengaruh kandungan
uhu 105oC selama 5 menit. rasio C/N limbah kubis sebagai
• Mendinginkan krus dalam desikator kompos terhadap perbedaan jenis ragi
selama 15 menit. . Pada penelitian ini, parameter yang
• Menimbang porselen kosong. diamati yaitu kadar C, N dan Rasio
• Menimbang sampel sebanyak 2 C/N. Bahan yang digunakan dalam
gram. penelitian ini adalah limbah kubis
• Memanaskan porselen berisi sampel lapisan bagian luar yang diperoleh
selama 1,5 jam pada suhu 105o C. dari Pasar Jatibarang Pengambilan
• Mendinginkan dalam desikator sampel dilakukan secara acak
selama 15 menit. sederhana tanpa memperhatikan
Analisis Kandungan N-total ukuran. Limbah kubis yang digunakan
• Timbang 0,5 gram sampel yang dalam pembuatan kompos sebanyak 5
telah dihaluskan dan masukkan kilogram yang telah dilakukan
kedalam labu kjeldahl. perajangan. Kemudian limbah kubis
difermentasi dengan menambahkan
aktivator berupa ragi dengan pH Pengomposan
konsentrasi 1% dari berat sampel Tingkat keasaman atau pH
dengan cara menaburkan dan diaduk merupakan salah satu faktor penting
hingga rata dan tercampur. Pada bagi pertumbuhan mikroorganisme
penelitian ini pembuatan kompos yang terlibat dalam proses
menggunakan metode pengomposan pengomposan. Pengamatan pH
dengan proses aerobik. Kemudian kompos berfungsi sebagai indikator
kubis yang telah tercampur dengan dekomposisi kompos.
ragi dimasukkan kedalam komposter
(ember plastik) dan ditutup rapat-
rapat. Proses fermentasi pembuatan
kompos dilakukan selama dua
minggu.
Sfat Fisik Selama Pengomposan
Proses pengukuran pH kompos metabolisme mikroorganisme dalam
dilakukan dengan mengukur pH kompos.
aktualnya menggunakan aquades Hasil pengukuran pH atau
(H2O). Pengukuran pH kompos derajat keasaman selama proses
dilakukan setiap satu minggu sekali pengomposan dapat dilihat pada
untuk mengevaluasi hasil grafik berikut :

Pengamatan pH Kompos
10.0
8.0
6.0
pH

4.0
2.0
0.0
Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2
Waktu Pengamatan

Ragi Roti Ragi Tempe

Gambar 1. Pengamatan pH Pengomposan


Berdasarkan Gambar 1, dapat matang menurut SNI 19-7030-2004
dilihat bahwa pada pada kondisi awal yaitu berada pada range 6,8-7,49.
pencampuran, pH cenderung Hal ini menunjukan bahwa
mendekati asam . Kondisi asam ini proses dekomposisi bahan organik
akan mendorong pertumbuhan jamur berjalan baik dengan terjadinya
dan akan mendekomposisi lignin dan penurunan pH terlebih dahulu dari
selulosa pada bahan kompos. pH awal kubis kemudian menjadi pH
Kemudian setelah minggu ke-1 netral setelah kompos matang.
mengalami kenaikan sampai pada Penurunan kadar pH dikarenakan
titik pH tertinggi yaitu 8,00 untuk adanya dekomposisi bahan organik
kompos ragi roti dan pH 7,00 untuk menjadi asam organik yang
kompos ragi tempe. Kemudian pada selanjutnya asam organik tersebut
minggu ke-2 nilai pH mulai turun akan dikonversi menjadi metana dan
mendekati syarat pH untuk kompos CO2 sehingga pH tumpukan akan
meningkat sebagai hasil dari
degradasi protein dan akhirnya Pada awal pengomposan,
memiliki nilai pH netral[9] [10]. warna kompos masih berwarna
Hasil akhir kompos kubis sayuran asli dengan bau sayuran
dengan menggunakan aktivator ragi segar dan teksturnya masih utuh.
menunjukan bahwa kompos yang Selama proses pengomposan, terjadi
dihasilkan sudah sesuai dengan SNI : perubahan terhadap sifat fisik
19-7030-2004 untuk standar nilai pH kompos yaitu warna kompos berubah
yang harus dicapai yaitu antara 6,80 menjadi coklat kehitaman. Hal ini
hingga 7[11]. sesuai dengan standar bahwa kompos
yang baik dan sudah matang adalah
Karakteristik Fisik Kompos warna hitam dan tergantung dari
Struktur fisik kompos atau bahan dasar pembuatan kompos[12].
penampakan kompos dapat dilihat Berdasarkan hasil pengamatan
dari tekstur, warna, dan bau kompos. aroma kompos menggunakan panca
Selama proses pengomposan terjadi indra manusia. Setelah mengalami
perubahan fisik pada kompos seperti proses dekomposisi selama dua
yang di tunjukan oleh tabel 1 yang minggu terjadi perubahan bau
menunjukkan perubahan fisik kompos dari bau menyengat menjadi
kompos. bau tanah. kondisi ini menunjukkan
Tabel 1. Hasil Pengamatan bahwa proses dekomposisi sudah
Perubahan Fisik kompos ragi roti selesai. Hal ini sesuai dengan standar
bahwa kompos yang berbau tanah
Waktu Arom Warna Tekstu sudah dikategorikan matang [13].
a r Pada minggu pertama kompos
Mingg Bau Hijau Kasar, fermentasi dengan penambahan
u ke- 0 limbah tekstur aktivator ragi roti mengalami
kubis asal perubahan tekstur menjadi lembek
Mingg Berbau Hijau Lembek tetapi masih sedikit kasar, sedangkan
u ke-1 busuk kasar pada kompos fermentasi aktivator
Mingg Berbau Coklat Lembek ragi tempe mengalami perubahan
u ke-2 sama kehitama lebih tekstur terurai tetapi masih kasar.
dengan n halus Minggu ke-2 tekstur kompos menjadi
tanah lembek tetapi halus. Hal ini
dikarenakan bahwa adanya aktivitas
Tabel 2. Hasil Pengamatan degradasi oleh bakteri
Perubahan Fisik kompos ragi Saccharomyces cerevisiae dan
tempe Rhizopus dalam kompos.
Hasil akhir dari pengamatan
Waktu Arom Warna Tekstu karakterisik perubahan sifat fisik
a r kompos yaitu sudah memenuhi
Mingg Bau Hijau Kasar, standar dengan ciri-ciri kematangan
u ke- 0 limbah tekstur secara fisik, yaitu kompos berwarna
kubis asal coklat kehitaman dengan bau dan
Mingg Berbau Hijau Terurai tekstur seperti tanah.
u ke-1 busuk kasar
Mingg Berbau Coklat Terurai Uji Sifat Fisik setelah
u ke-2 sama kehitama halus Pengomposan
dengan n Uji Organoleptik
tanah Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kompos
yang diperoleh. Uji Organoleptik Uji pH setelah Pengomposan
dilakukan dengan cara mengamati Pengukuran pH dilakukan
bentuk, warna, dan bau dari kompos dengan menggunakan kertas pH.
menggunakan metode indra manusia. Kertas pH adalah alat untuk
Hasil uji organoleptik dapat dilihat mengukur tingkat keasaman dan
pada tabel 3 berikut : kebasaan suatu sampel. Data
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik pemeriksaan pH kompos fermentasi
Sampel Bentu Warna Bau ragi roti dapat dilihat pada tabel 4
k berikut ini :
Berba Tabel 4. Hasil Uji pH
Kompo Coklat Sampel Hasil
u
s Ragi Remah kehitama
seperti Kompos Ragi pH = 7
Roti n
tanah Roti
Berba Kompos Ragi pH = 7
Kompo Coklat
u Tempe
s Ragi Remah kehitama
seperti Pupuk Kandang pH = 7
Tempe n
tanah Pada penelitian ini, kedua
Berba sampel kompos fermentasi ragi roti,
Pupuk Coklat
u ragi tempe dan pupuk kandang
Kandan Remah kehitama
seperti sebagai kontrol menghasilkan pH
g n
tanah sebesar 7. Untuk pengukuran pH
Hasil pengamatan uji yang telah didapatkan dari ketiga
organoleptis terhadap bentuk, bau, kompos, hasil tersebut sudah
dan warna. Bentuk akhir kompos memenuhi syarat standar kualitas
fermentasi Ragi roti dan ragi tempe kompos menurut SNI 19-7030-2004
sudah tidak menyerupai bentuk yaitu antara 6,80 hingga 7,49 [11].
aslinya dikarenakan sudah hancur Uji Kadar Air
akibat penguraian alami oleh Kadar air merupakan parameter
mikroorganisme yang hidup didalam mutu fisik kompos. Menurut Standar
kompos, kompos berwarna coklat Nasional Indonesia (SNI 19-7030-
kehitam-kehitaman yang terbentuk 2004), parameter kadar air untuk
akibat pengaruh bahan organik yang kompos yaitu maksimum 50%.
stabil, bau kompos menyerupai Kadar air sangat berpengaruh dalam
seperti tanah hal ini dikarenakan mempercepat terjadinya perubahan
materi yang dikandungnya sudah dan penguraian bahan-bahan organik
menyerupai materi tanah. yang digunakan dalam pembuatan
berdasarkan hasil uji organoleptis kompos.
diatas sesuai dengan standar SNI 19-
7030-2004.
Kadar air dapat berpengaruh lambat dan dapat mengakibatkan
terhadap aktivitas mikroorganisme berkurangnya populasi
dalam mendekomposisikan bahan mikroorganisme pengurai. Hasil uji
organik. Kandungan air dibawah kadar air dapat dilihat pada Grafik
30% rekasi biologis akan berjalan berikut :
Kadar Air %

Kadar Air %

% Kadar Air
56.07%
39.18%
14.87%

Kompos Ragi Roti Kompos Ragi Tempe Pupuk Kandang

Jenis-jenis kompos

Gambar 2. Grafik Kadar Air Kompos


Kadar air kompos yang yang terdapat pada kompos adalah
dihasilkan berbeda-beda. Kompos 50%(bb). Kadar air kompos
dengan penambahan aktivator berupa fermentasi dengan penambahan
ragi tempe memiliki kadar air sebesar aktivator berupa ragi tempe dan ragi
14,87%, kompos dengan roti masih berada dalam persyaratan
penambahan aktivator berupa ragi SNI, sedangkan pada kontrol Pupuk
roti memiliki kadar air sebesar kandang memiliki selisih 6,07% dari
39,18% Sedangkan pupuk kompos Standar kadar air kompos hal ini
sebagai kontrol memiliki kadar air dikarenakan proses pengeringan yang
sebesar 56,07%. Syarat mutu kompos kurang maksimal sehingga kompos
berdasarkan SNI 19-7030-2004 yang dihasilkan terlalu basah.
menyatakan kadar air maksimum

Kadar C-Organik organik. C-Organik tidak


Karbon merupakan penyusun mempengaruhi kualitas tanaman
umum dari semua bahan organik. yang ditanam. Kualitas tanaman lebih
Manfaat karbon pada pertanian, dipengaruhi oleh asupan unsur hara
Penting sebagai pembangun bahan yang diberikan pada saat pemupukan
[14]
organik karena sebagian besar bahan .
kering tanaman terdiri dari bahan Pengamatan dilakukan pada
organik, diambil tanaman berupa akhir pengamatan menggunakan
CO2. Bahan organik merupakan metode Kolorimetri. Kadar karbon
bahan baku dalam pembentukan yang terkandung dalam kompos
jaringan tubuh tanaman, yang berada mengalami degradasi karbon selama
dalam bentuk H2O (air), H2CO3 proses pematangan kompos. Hasil
(asam arang) dan CO2 dalam udara. analisis kandungan bahan organik
Kualitas bahan organik sangat limbah sampah kubis dengan
menetukan kecepatan proses penambahan aktivator disajikan
dekomposisi dan mineralisasi bahan dalam grafik berikut :
Karbon Organik (%)

% Karbon Organik
31.85% 30.48%
17.26%

KOMPOS RAGI ROTI KOMPOS RAGI TEMPE PUPUK KANDANG


Jenis-Jenis Kompos

Karbon Organik (%)

Gambar 3. Grafik Nilai C-Organik kompos


Hasil akhir nilai C-Organik dengan SNI : 19-7030-2004 untuk
kompos kubis dengan menggunakan standar nilai C-Organik yang harus
aktivator ragi menunjukan bahwa dicapai yaitu antara 9,8%-32%[11].
kompos yang dihasilkan sudah sesuai
Kadar N-Total Unsur N total dalam kompos
Nitrogen merupakan unsur hara diperoleh dari hasil degradasi bahan
utama bagi pertumbuhan tanaman, organik komposan oleh
yang ada pada umumnya yang ada mikroorganisme dan organisme yang
pada umumnya sangat diperlukan mendegradasi bahan kompos [15].
untuk pembentukan atau Pengukuran N-total pada
pertumbuhan bagian-bagian tanaman. kompos dilakukan pada akhir
Nitrogen merupakan unsur hara pengomposan. Pengukuran N-total
yang dibutuhkan tanaman dalam sendiri menggunakan metode
jumlah yang banyak, diserap tanaman Kjeldahl.
dalam bentuk amonium (NH4) dan
nitrat (NO3).

Kadar N total

Kadar N total
% Kadar N total

4.77%
3.95%

1.36%

Ragi Roti Ragi Tempe Pupuk Kandang


Jenis-Jenis Kompos

Gambar 4. Grafik Nilai N-total Kompos


Hasil analisis terhadap N total memiliki kandungan N sebesar
setelah dilakukan pengomposan 3,950%, dan yang paling rendah
dengan berbagai jenis aktivator dapat adalah pupuk kompos 1,362%.
diperoleh hasil pada perlakuan Berdasarkan hasil analisis kandungan
aktivator Ragi tempe sebesar 4,768% N-total di atas menunjukan semua
kemudian diikuti oleh perlakuan telah memenuhi persyaratan
aktivator kompos ragi roti yang
berdasarkan SNI 19-7030-2004 yaitu
>0,40%.
Rasio C/N dengan C/N tanah maka bahan
Rasio C/N merupakan indikator tersebut dapat diserap oleh tanaman.
kualitas dan tingkat kematangan dari Pengukuran rasio C/N dilakukan
bahan kompos. Proses pada akhir pengomposan dengan
pendegradasian yang terjadi dalam membagi nilai C-organik hasil
pengomposan membutuhkan karbon pengukuran sampel dengan N-total
organik (C) untuk pemenuhan energi hasil pengukuran.
dan pertumbuhan, dan nitrogen (N)
untuk pemenuhan protein sebagai zat Tabel 5. Nilai Rasio C/N
pembangun metabolisme. Kompos
Mikroorganisme memecah senyawa Sampel Nilai Rasio
C sebagai sumber energi dan C/N
menggunakan N untuk sintesis Kompos Ragi
protein[16]. 8,062
Roti
Menurut SNI 19-7030-2004 Kompos Ragi
kematangan kompos dapat dilihat 6,392
Tempe
dari nilai rasio C/N yang mendekati Pupuk Kandang 12,672
rasio C/N tanah yaitu diantara 10-20.
Apabila kandungan kompos memiliki
rasio C/N mendekati atau sama

Kadar C/N

Kadar C/N
Rasio Kadar C/N

12.672
8.062
6.392

Ragi Roti Ragi Tempe Pupuk Kandang


Jenis-Jenis Kompos

Gambar 5. Grafik Kadar Rasio C/N

Berdasarkan hasil Rasio C/N terlalu rendah karena bahan baku


yang didapatkan nilai rasio C/N pada yang kaya nitrogen , maka karbon
pupuk kompos yaitu 12,672 sudah akan menjadi nutrient pembatas atau
mendekati C/N ratio tanah, sehingga aktivitas penyerapan hara akan
kompos dapat diaplikasikan ke dibatasi oleh kadar karbon dari bahan
[17]
tanaman. Sedangkan pada kompos .
dengan penambahan aktivator ragi
roti dan ragi tempe 6,392-8,062, nilai IV. KESIMPULAN
rasio C/N yang dihasilkan belum Terdapat pengaruh perbedaan
memenuhi SNI 19-7030-2004 yaitu jenis ragi terhadap kandungan rasio
10-20. Nilai rasio C/N yang rendah C/N. Pemberian aktivator ragi roti
disebabkan oleh bahan baku yang menunjukan nilai rasio C/N paling
kaya nitrogen. Jika nilai rasio C/N mendekati Standar.
Kompos. Jakarta: Agromedia
V. UCAPAN TERIMA KASIH Pustaka, 2005.
1. Bapak Ir. MC. Chambali, [6] H. Yurmiati dan Y. . Hidayati,
B.Eng.EE. M.Kom, selaku “Evaluasi Produksi dan
Direktur Politeknik Harapan Penyusutan Kompos dari Feses
Bersama Tegal Kelinci Pada Peternakan Rakyat,”
2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm. Jurnal Seminar Nasional
M.Sc. Apt, selaku Ka. Prodi D3 Teknologi Peternakan dan
Farmasi Politeknik Harapan Veteriner Uniersitas Padjadjaran,
Bersama Tegal Bandung, 2008.
3. Bapak Aldi Budi Riyanta, [7] Suprihatin dan D. Suci,
S.Si.,M.T dan Bapak Joko Pembuatan Asam Laktat dari
Santoso, M.Farm selaku Limbah Kubis. Surabaya: Teknik
pembimbing I dan II, yang telah Kimia Soehardjo
memberikan bimbingan, petunjuk, Brotohartandjono, 2010.
sarana, dan dorongan dengan [8] Eulis, “Biokonversi Limbah
penuh kesabaran dan pengertian Industri Peternakan,” Uniersitas
sampai terselesaikannya Karya Padjajaran Press, bandung, 2009.
Tulis ini [9] Firda H, “Bioactiators
Effectieness an utilization in
Bulking Agents of Water
VI. REFERENSI Hyacinth as Compost,” Uniersitas
[1] A. Fadhilah, H. Sugianto, K. Islam Kalimantan Muhammad
Hadi, S. Firmandhani, T. Woro, Arsyad Al-Banjari. Banjarmasin,
dan E. E. Pandelaki, “Kajian vol. Hal 35-34, 2013.
Pengelolaan Sampah Kampus [10] Joko N.W.K, Nur S.B, dan Tri N,
Jurusan Arsitektur Fakultas “Pengaruh Variasi Jumlah dan
Teknik Universitas Diponegoro,” Jenis Bulking Agent pada
hlm. 10, 2011. Pengomposan Limbah Organik
[2] Widarti, B. Nining, W. Kusuma Sayuran dengan Komposter
Wardhini, dan E. Sarwono, Mini,” Prosiding Seminar
“Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Nasional Perteta, vol. Hal. 606-
Pada Pembutan Kompos dari 611, 2010.
Sampah Kubis dan Kulit Pisang,” [11] Badan Standarisasi Nasional, vol.
Jurnal Integrasi Proses, vol. Vol. No.19. Standarisasi Nasional
5, No. 2, 2015. Indonesia (SNI), 2011.
[3] A. Saenab, “Evaluasi [12] Aryanto, S.E, “Perbaikan Kualitas
Pemanfaatan Limbah Sayuran Pupuk Kandang Sapi dan
Pasar Sebagai Pakan Ternak Aplikasinya pada Tanaman
Ruminansia di DKI Jakarta,” Jagung Manis (Zea mays
Balai Pengkajian Teknologi, saccarata sturt),” Jurnal Sains dan
Jakarta, 2010. Teknologi, vol. 4(2), hlm. 164–
[4] Suprihatin dan D. Suci, 176, 2011.
Pembuatan Asam Laktat dari [13] W. Djaja, Langkah Jitu Membuat
Limbah Kubis. Surabaya: Teknik Kompos dari Kotoran Ternak dan
Kimia Soehardjo Sampah. Yogyakarta: PT.
Brotohartandjono, 2010. Agromedia Pustaka, 2008.
[5] Djurnani, Nan Ir, Kristian, dan B. [14] Sutedjo, M.M., A.G.
S. Setiawan, Cara Cepat Membuat Kartasapoetra dan RD. S.
Sastroadmodjo, Mikrobiologi
Tanah. Rineka Cipta, 1991.
[15] Y. . Hidayati dan H. Ellin,
“Analisis Kandungan N, P dan K
pada Lumpur Hasil Ikutan Gasibo
(Sludge) Yang Terbuat Dari Feses
Sapi Perah,” Jurnal Ilmu Ternak,
2008.
[16] Isroi, KOMPOS. Bogor: Balai
Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, 2008.
[17] R. Graves, H. GM, S. D, K. JN,
dan D. C, National Engineering
Handbook. United States :
Departement of Agriculture,
2000.

You might also like